6
4. Tahap keempat. Tahap ini merupakan tahap terakhir yang berupa penarikan kesimpulan dan
memuat usulan atau saran yang perlu dilakukan untuk penelitian lebih lanjut.
2.3 Metode Analisa
Parameter yang digunakan untuk menyatakan kinerja tidak sama antara bagian satu dengan yang lainnya. Kinerja jaringan yang ditinjau dengan membandingkan kinerja masing-masing
ruas dan di simpang. Kinerja ruas dinyatakan dengan derajat kejenuhan yang merupakan perbandingan antara volume lalulintas dengan kapasitas. Kinerja simpang bersinyal dinyatakan
dengan derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan. Kinerja simpang tak bersinyal dinyatakan dengan derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian. Kinerja jaringan jalan dapat
dinyatakan dalam tingkat pelayanan Level Of Service ruas dan simpang. Tingkat pelayanan jalan LOS dalam perencanaan jalan dinyatakan dengan huruf-huruf A sampai dengan F
yang berturut-turut menyatakan tingkat pelayanan yang terbaik sampai yang terburuk Kolinug dkk, 2013. Selain itu, evaluasi kinerja jaringan jalan juga dapat dilakukan dengan metode
comparative route factor. Nilai route factor faktor rute diperoleh dengan cara membandingkan rute kondisi alternatif yang terpendek atau tercepat dengan rute kondisi eksisting. Menurut
Bunden dan Black 1984, Route factor RF dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 1
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Arus Lalulintas
Data arus lalulintas masing-masing simpang meliputi Simpang Kerten, Simpang Manahan, Simpang Purwosari, Simpang Uniba, Simpang Jongke dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi arus lalulintas simpang Interval
Waktu Peak Hour
Simpang Manahan
Peak Hour Simpang
Kerten Peak Hour
Simpang Purwosari
Peak Hour Simpang
Uniba Peak Hour
Simpang Jongke
Total Peak Hour
Simpang 06:00-07:00
5187,3 2598,8
5884,3 3179,3
1962,5 18812,2
06:15-07:15 5914,6
2965,3 6832,0
3611,1 2352,6
21675,6 06:30-07:30
6404,3 3136,8
6968,2 3852,7
2516,1 22878,1
06:45-07:45 6237,0
3210,3 6806.7
3799,3 2500,0
22553,3 07:00-08:00
5906,6 3095,7
6475,7 3524,5
2403,5 21406,0
16:00-17:00 5956,0
3071,5 6683,1
2954,1 2541,5
21206,2 eksisting
tujuan ke
asal dari
tempuh waktu
skenario tujuan
ke asal
dari tempuh
waktu RF
7
16:15-17:15 6072,4
3172,8 6879,1
2881,3 2511,1
21516,7 16:30-17:30
5869,4 3104,4
6531,8 2790,0
2455,0 20750,6
16:45-17:45 5806,5
3082,4 6367,7
2642,4 2337,1
20236,1 17:00-18:00
5666,7 2963,4
6054,8 2466,8
2156,7 19308,4
Tabel 1 menunjukkan bahwa volume simpang maksimum terjadi pada pagi hari pukul 06:30 – 07:30. Hal ini berdasarkan semua nilai tiap pergerakan yang ada di simpang tiap satu jam
dengan jumlah arus keseluruhan adalah 22878,1 smpjam. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa jam puncak pagi Simpang Kerten seharusnya terjadi pada pukul 06:45
– 07:45, namun hal ini diabaikan karena hasil perhitungan secara keseluruhan arus lalu lintas tertinggi terjadi pada
pukul 06.30 – 07.30. Hal ini juga berkaitan dengan analisa yang dilakukan adalah keseluruhan
jaringan bukan per segmen. Dengan demikian, data yang akan digunakan dalam analisis ruas jalan adalah data jam puncak pagi adalah pada pukul 06:30
– 07:30 WIB. Data arus lalulintas yang digunakan untuk Simpang Manahan adalah 6404,3 smpjam, Simpang Kerten adalah
3136,8 smpjam Simpang Jongke adalah 2516,1 smpjam, Simpang Uniba adalah 3852,7 smpjam dan Simpang Purwosari adalah 6968,2 smpjam. Analisa arus lalulintas di ruas jalan
didasarkan pada data yang diperoleh di simpang. Untuk ruas jalan yang dibatasi oleh dua simpang yang keduanya termasuk dalam jaringan jalan yang dikaji, maka volume yang
diambil untuk analisa selanjutnya adalah yang lebih besar.
3.2 Analisa Kinerja Jaringan Jalan