HASIL DAN PEMBAHASAN DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU CURANG DALAM SITUASI MENGERJAKAN TUGAS PADA Dinamika Psikologis Perilaku Kecurangan Akademis Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.

7 Analisis data yang digunakan adalah analisis tematik, yaitu proses pengkodean informasi yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema serta indicator tema yang komplek yang umumnya terkait dengan tema tersebut atau gabungan ketiganya. Tema tersebut secara minimal mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan intepretasi tema Poerwandari, 1997. Tahapan analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah 1 Organisasi data, 2 Pengkodean data, 3 Kategorisasi dan deskripsi data, 4 Interpretasi data

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, SMK yang dipilih adalah sekolah menengah kejuruan di bidang teknik. Pada sekolah tersebut mempunyai empat jurusan yaitu 1 Teknik instalasi tenaga listrikTITL, 2 Teknik pemesinanTP, 3 Teknik kendaraan ringanTKR, 4 Tata busanaTB. Sekolah SMK tersebut mempunyai jumlah kelas total 23 kelas dengan jumlah murid sebanyak 807 siswa yang terdiri dari 745 siswa laki-laki dan 62 siswa perempuan. Komposisi mata pelajarannya adalah 70 pelajaran praktek dan 30 pelajaran teori. Partisipan yang mengisi data ada 80 siswa yang terdiri dari 79 laki-laki dan 1 perempuan serta 3 siswa sebagai sampel wawancara yaitu M,I dan R dari kelas X,XI,XII TKR. Rerata usia siswa adalah 17 tahun Dari penelitian diperoleh hasil bahwa Bentuk perilaku curang saat mengerjakan tugas ini diungkap dalam 4 situasi, yaitu a siswa lupa mengerjakan tugas dari gurunya yang harus dikumpulkan pada hari itu juga, b siswa kesulitan menemukan buku bahan menyusun makalah dan mengetahui teman-temannya mengutip dari blog, c situasi dimana temannya meminjam tugas kemudian diminta menghadap guru karena tugasnya sama persis, d situasi saat ada teman yang tidak pernah datang dalam mengerjakan tugas kelompok namun meminta namanya dicantumkan. Dalam situasi lupa mengerjakan tugas, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa melakukan tindakan curang berupa meminjam atau menyontek teman sebesar 94 dengan tujuan berbuat curang tersebut diantaranya supaya bisa menyelesaikan pekerjaannya, karena terdesak atau ada responden yang mengistilahkan kahanan, supaya tidak dimarahi guru, serta supaya dapat nilai. Siswa yang memilih tidak berbuat curang berupa tidak menyontek sebanyak 3 dengan tujuan bersikap sportif dan supaya tidak dimarahi oleh guru. 1 responden memilih tidak berbuat curang dengan meminta teman mengajari dengan tujuan supaya paham. Dalam situasi siswa kesulitan menemukan referensi buku untuk menyusun makalah dan mengetahui teman-temannya hanya mengutip dari blog, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa berperilaku curang sebanyak 83 berupa ikut mengutip blog sebesar 68 dengan tujuan supaya bisa menyelesaikan pekerjaannya, karena bingung mengerjakan, supaya tidak dimarahi guru, mengikuti teman solidaritas, supaya memperoleh nilai yang bagus, serta malas berfikir. Perilaku curang yang lain berupa 8 minta bantuan teman sebanyak 15 dengan tujuan mempermudah pekerjaan. Sedangkan siswa yang tidak melakukan perbuatan curang sebanyak 12 berupa tetap berusaha dan tidak mengutip dari blog sebanyak 11 dengan tujuan mengukur kemampuan diri, memenuhi tugas guru serta supaya pekerjaannya tidak sama dengan teman lainnya. 1 responden menegur temannya dengan tujuan supaya temannya berperilaku jujur. Sisanya termasuk dalam kategori tidak relevan. Dalam situasi siswa dipanggil guru karena tugasnya sama persis dengan teman yang meminjam tugasnya, sebanyak 8 siswa berbuat curang, berupa pura-pura tidak tahu dengan tujuan supaya tugasnya diterima oleh guru, diam karena solidaritas dengan teman, mencari alasan dengan tujuan karena takut dimarahi guru, serta tidak memenuhi panggilan guru karena takut dimarahi guru. Sedangkan siswa tidak berbuat curang sebanyak 85 berupa membela diri dengan tujuan menceritakan kejadian sebenarnya dan supaya tetap memperoleh nilai. Mengakui perbuatannya dengan tujuan menceritakan kejadian sebenarnya, membantu teman, supaya tidak dimarahi guru, supaya tidak dihukum guru, karena solidaritas, tanggung jawab, takut dosa, supaya tugasnya diterima serta uuntuk kebaikan bersama. Perilaku tidak curang yang lain adalah memarahi teman dengan tujuan biar tidak terulang lagi dan biar tidak dimarahi guru. Dalam situasi siswa diminta untuk mencantumkan nama teman yang tidak pernah ikut mengerjakan tugas kelompok, diperoleh hasil bahwa terdapat 23 siswa berperilaku curang dengan tetap menuliskan nama temannya dengan tujuan karena kasihan, karena bagian dari kelompok, karena solidaritas, supaya temannya tidak dimarahi guru, dan supaya temannya bayar iuran. Sedangkan 72 siswa berperilaku tidak curang berupa tidak menulis nama temannya, memarahi temannya, menasehati temannya, serta disampaikan ke guru. Hal ini dilakukan dengan tujuan karena temannya tidak ikut mengerjakan, supaya ikut mengerjakan, supaya temannya sadar, supaya temannya tidak dapat nilai, serta biar adil dalam kelompok, supaya temannya tanggung jawab, supaya temannya mengubah sikap serta supaya temannya dimarahi oleh guru. Sisanya masuk dalam jawaban tidak relevan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data rerata dari questioner mengenai kecurangan akademis. Pada situasi tugas diperoleh rerata perilaku curang sebesar 48,2. Catatan hasil wawancara dengan siswa bahwa semua siswa pernah berbuat curang dalam bentuk mencontek. Dinamika Psikologis pada perilaku kecurangan akademis pada siswa sekolah menengah kejuruan, secara umum adalah siswa tahu serta sadar bahwa apa yang dilakukan merupakan bagian dari bentuk perilaku kecurangan akademis. Siswa juga menyadari bahwa kecurangan akademis yang dilakukan tidak diperkenankan oleh norma-norma umum yang ada. Siswa tetap melakukan kecurangan akademis sebagai wujud kompromi siswa dengan lingkungan yang ada, meskipun hal tersebut tidak terlepas dari persepsi siswa tersebut terhadap lingkungannya. Kebutuhan penyesuaian diri siswa dengan teman sebaya, guru, dan orang tua berperan disini. Meskipun 9 demikian, dari hasil penelitian, siswa yang melakukan kecurangan akademis juga mengalami perasaan ragu-ragu, merasa bersalah dan menyesal sampai dengan keinginan tidak melakukannya lagi.

4. PENUTUP