matematika. Dalam model ini, hubungan antar tabel diwakili dengan menggunakan nilai yang sama antar tabel. Model yang lain seperti
model hierarkis dan
model jaringan
menggunakan cara yang lebih eksplisit untuk mewakili hubungan antar tabel.
Istilah basis data mengacu pada koleksi dari data-data yang saling berhubungan dan perangkat lunaknya seharusnya mengacu sebagai sistem manajemen
basis data database management systemDBMS. Jika konteksnya sudah jelas, banyak administrator dan programer menggunakan istilah basis data untuk kedua arti tersebut
http:id.wikipedia.orgwikiBasis_data diakses tanggal 23 April 2012.
2.5 Penjelasan Ejaan 2.5.1 Pengertian Ejaan
Kata ejaan berasal dari kata eja, yang berarti melafalkan huruf-huruf atau lambang bunyi bahasa. Tentu saja pengertian ejaan yang dimaksud tidak sesederhana itu.
Dalam suatu bahasa sistem ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu aspek fonologis, yang menyangkut perlambangan fonem dengan huruf dan penyusunan
abjad; aspek morfologis, menyangkut perlambangan satuan-satuan morfemis; dan aspek sintaksis, menyangkut perlambangan ujaran dengan tanda baca.
2.5.1.1 Fungsi Ejaan
Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu
Universitas Sumatera Utara
dapat dicapai bila semua ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.
2.5.1.2 Kaidah Ejaan
Kaidah ejaan sama dengan kaidah bahasa, karena dasar penyusunan kaidah ejaan haruslah memperoleh kesepakatan para ahli bahasa dan persetujuan masyarakat
bahasanya atau oleh suatu negara yang didasarkan pada sifat-sifat khas bahasa tertentu. Sebelum kesepakatan itu diberlakukan terlebih dahulu pemerintah
meresmikan pemakaian ejaan tersebut. Setelah ejaan itu resmi berlaku, para pengguna bahasa diharapkan menaati kaidah yang telah disepakati tersebut.
Sedangkan kaidah bahasa, tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan, tetapi tidak tolak penentuannya adalah hasil penelitian yang berpijak pada sejumlah data
tertentu. Sebab itu, kaidah bahasa tidak mempertimbangkan benar salahnya suatu pemakaian bahasa. Jika dalam kenyataan terdapat pemakaian yang tidak sesuai
dengan kaidah, maka pemakaian dinilai menyimpang dari kaidah. Kenyataan itu tidak dipandang salah karena faktanya memang ada di dalam pemakaian bahasa. Jadi,
kaidah bahasa itu tidak bersifat normatif, tetapi bersifat deskriptif. Meskipun terdapat perbedaan, kaidah ejaan dan kaidah bahasa tidak saling
bertentangan karena pada hakikatnya keduanya bertitik tolak pada dasar yang sama, yaitu sifat-sifat khas bahasa tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia 2.5.2.1 Ejaan Van Ophuysen
Sesuai dengan namanya, ejaan itu disusun oleh Charles Adrian Ophuysen, dan dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Muhammad Taib Sutan Ibrahim.
Penyusunan ejaan ini atas anjuran Belanda. Usaha penyusunan ini dimulai oleh Van Ophuysen pada tahun 1896. Keberhasilannya menyusun ejaan dalam huruf latin untuk
menuliskan bahasa Melayu itu disahkan oleh pemerintah Belanda dan diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul Kitab Logat Melayu pada tahun 1901.
2.5.2.2 Ejaan Republik Ejaan Soewandi
Ejaan Republik lazim disebut Ejaan Soewandi karena disesuaikan dengan nama yang memprakarsai penyusunan ejaan tersebut. Soewandi pada masa itu sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Penyusunan ejaan baru ini dimaksudkan untuk menyempurnakan Ejaan Van Ophuysen dan untuk menyederhanakan sistem
ejaan bahasa Indonesia. Pemakaian ejaan baru ini diresmikan dengan nama Ejaan Republik
berdasarkan ketetapan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Nomor 264Bhg A, tinggal 19 Maret 1947.
2.5.2.3 Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono Katappo merupakan ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik gagasan pembaharuan ejaan itu dikemukakan
oleh Prof. Dr. Prijono dalam kertas kerjanya yang berjudul Dasar-dasar Ejaan
Universitas Sumatera Utara
Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin, pada saat Kongres Bahasa Indonesia II mulai tanggal 23 Oktober – 2 November 1954 di Medan.
Sebagai tindak lanjut hasil keputusan kongres tersebut dibentuklah Panitia Pembaharuan Bahasa Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor
448S, tanggal 19 Juli 1956 yang diketuai oleh Prof. Prijono. Sebelum Prof. Prijono menyelesaikan penyusunan ejaan tersebut kemudian diangkat menteri P dan K,
sehingga dia menyerahkan kepemimpinan panitia kepada E. Katoppo. Pada tahun 1957, panitia lanjutan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan baru.
2.5.2.4 Ejaan Melindo
Jika ejaan pembaharuan tidak diberlakukan karena alasan teknis seperti mesin cetak, maka ejaan Melindo gagal diresmikan pemakaiannya karena alasan ketegangan politik
antara Indonesia dengan Malaysia 1962. Sesuai dengan namanya, Melindo ialah akronim dari Melayu – Indonesia.
Ejaan Melindo merupakan ejaan yang disusun atas kerja sama antara pihak Indonesia, yang diwakili oleh Slamet Muljana, dan pihak Persekutuan Tanah Melayu Malaysia
dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismail. Permasalahan berbeda dengan konsep Ejaan Pembaharuan yaitu menggunakan sistem fonemis satu fonem satu tanda.
2.5.2.5 Ejaan Baru LBK