Tradisi Ziarah CERITA RAKYAT PERTAPAAN RATU KALINYAMAT DI DESA TULAKANKECAMATAN KELING KABUPATEN JEPARA, PROPINSI JAWA TENGAH(SEBUAH TINJAUAN FOLKLOR)

90

B. Tradisi Ziarah

Pola kebudayaan daerah orang Jawa yang telah berakar pada jiwa setiap pendukungnya serta diwariskan dari generasi ke generasi secara turun temurun dikenal dengan sebutan tradisi daerah. Tradisi daerah yang ada di Desa Tulakan adalah tradisi ziarah ke tempat yang dianggap keramat. Orang Jawa khususnya masyarakat Tulakan biasanya sulit untuk melepaskan diri dari tempat-tempat gaib terbukti setiap hari-hari tertentu Petilasan Ratu Kalinyamat sering dikunjungi oleh masyarakat, tujuan mereka adalah untuk memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang biasanya sulit untuk melepaskan diri dari leluhurnya karena ikatan dengan para pendahulunya terjalin erat, hal ini terbukti masih adanya tradisi-tradisi dimasyarakat yang mengunjungi tempat-tempat leluhurnya. Kebiasaan berziarah di tempat tokoh-tokoh yang dikeramatkan masih banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Tulakan dan sekitarnya yaitu melakukan tradisi ziarah kepetilasan Ratu Kalinyamat. Tradisi ziarah di petilasan Ratu Kalinyamat sampai saat ini masih berlangsung setiap hari, walaupun pada malam Jumat Wage menjadi hari yang paling baik untuk ngalap berkah hari yang lebih sakral dan banyak pengunjung. Mereka memiliki suatu pendapat bahwa para roh-roh halus akan turun ke bumi dimana roh yang dimaksud adalah roh ratu kalinyamat, sehingga akan mengabulkan segala permintaannya. Keyakinan masyarakat Desa Tulakan Keamatan Keling, Kabupaten Jepara akan peran Ratu Kalinyamat sebagai tokoh yang memiliki kesaktian dan berwatak mulia, 91 setia, adil dan bijaksana sehingga setelah beliau meninggal dianggap sebagai penunggu atau dalam kepercayaan jawa disebut dhanyang. Tata cara akan berziarah ke petilasan Ratu Kalinyamat, adalah sebagai berikut : 1. Peziarah terlebih dahulu membawa bunga untuk keperluan ziarah. 2. Mendaftarkan diri atau mengisi buku tamu kepada penjaga, dengan sedikit memberi uang seikhlasnya untuk dana pemeliharaan petilasan. 3. Kemudian menuju ke sungai Gajahan yang terdapat di dekat petilasan untuk keperluan, bersuci, mandi, berwudhu atau hanya seedar mencuci muka. 4. Kemudian masuki kependapa dan menghadap juru kunci, menyerahkan kembang kemudian meminta ijin masuk ke makam atau minta ditemani oleh juru kunci. 5. Setelah berada di dalam makam, terserah apa yang menjadi niat dan keinginannya. Kemudian memohon pertolongan kepada Tuhan YME agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam berusaha dan mndapatkan rezeki yang halal dan barokah. Karena kebanyakan peziarah adalah pedagang supaya perdagangannya lancar. 6. Setelah keluar dari makam dapat langsung pulang atau membawa air dari sumber air sungai Gajahan untuk keperluan kesembuhan dan kecantikan pada wanita. 92

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN