UJI KINERJA ALAT PERAJANG SINGKONG TIPE HORIZONTAL TERHADAP TIGA PERLAKUAN POSISI MATA PISAU

(1)

TERHADAP TIGA PERLAKUAN POSISI MATA PISAU

Oleh

Ignatius Hendra Permana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

UJI KINERJA ALAT PERAJANG SINGKONG TIPE HORIZONTAL TERHADAP TIGA PERLAKUAN POSISI MATA PISAU

Oleh

IGNATIUS HENDRA PERMANA

Perajang singkong tipe horizontal merupakan alat yang telah diciptakan untuk mempermudah kerja produsen kripik serta meningkatkan kualitas hasil pengolahannya. Namun alat perajang tersebut memiliki tingkat kerusakan hasil rajangan mencapai 11,71 %. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai struktur komponennya, yaitu posisi sudut pemasangan mata pisau terhadap garis jari-jari piringan guna meningkatkan efek pengirisan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sudut pemasangan mata pisau pada alat perajang singkong tipe horizontal untuk mendapatkan hasil terbaik diantara 3 posisi pemasangan mata pisau (45°, 67,5°, 90°) terhadap jari-jari piringan perajang. Penelitian dilaksanakan pada Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen serta di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Langkah awal sebelum pengujian adalah melakukan modifikasi terhadap piringan perajang alat perajang singkong tipe horizontal. Pengujian alat perajang singkong tipe horizontal dengan penggerak motor listrik 1 Hp, 1492 rpm serta dilakukan 3 pengujian berat bahan yang dirajang yaitu 3 kg, 5 kg, dan 7 kg untuk setiap posisi sudut mata pisau. Parameter pengujian adalah ketebalan rata-rata dan persentase kerusakan hasil rajangan. Hasil pengujian menunjukan bahwa perlakuan


(3)

kapasitas perajangan 129 kg/jam. Ketebalan irisan untuk semua perlakuan telah memenuhi SNI yaitu ketebalan maksimal sebesar 1,5 mm dan hasil pengirisan terbaik adalah pada posisi pemasangan mata pisau 90°.

Keyword : Posisi mata pisau, singkong, perajang, perajang tipe horizontal, perajang singkong, mengiris.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Masalah ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Singkong ... 5

B. Rancang Bangun ... 7

C. Perajang Singkong... 8

D. Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal... 9

1. Komponen Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal ... 10

2. Mekanisme Kerja Alat ... 19

E. Elemen Transmisi Mesin ... 20

1. Motor Listrik... 20

2. Sabuk ... 21

3. Puli ... 22

4. Poros ... 23


(9)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

B. Alat dan Bahan... 26

C. Metode Penelitian ... 26

1. Pendekatan Desain ... 26

2. Proses Pembuatan Piringan dan Pisau Perajang Singkong ... 33

3. Pengujian ... 33

D. Pengamatan ... 34

1. Ketebalan Hasil Rajangan ... 34

2. Persentase Kerusakan Hasil Rajangan ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komponen-komponen yang Mengalami Perubahan ... 35

1. Besi As atau Poros ... 35

2. Piringan ... 37

3. Mata Pisau ... 39

B. Kriteria Hasil Rajangan ... 43

1. Ketebalan Irisan ... 43

2. Persentase Berat Kerusakan Hasil Rajangan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

VI. DAFTAR PUSTAKA……….………... 49 LAMPIRAN


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Data BPS tahun 2008 menyatakan bahwa pada tahun 1995 produksi singkong Indonesia mencapai 15,44 juta ton. Produksi singkong ini meningkat menjadi 19,98 juta ton pada tahun 2007 (Wikanastri H, 2012). Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi pasar antar daerah maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas untuk kebutuhan bahan baku

agroindustri, sehingga memungkinkan pengembangan agroindustri dengan skala usaha yang optimal (Ramadhani, 2006).

Melalui perancangan dan pengembangan produk, diharapkan akan dihasilkan inovasi produk baru yang mampu memberikan keunggulan tertentu di dalam mengatasi persaingan dengan produk kompetitor (Nofirza & Syahputra, 2012). Beberapa produk olahan dari singkong ini antara lain: keripik, kerupuk, dan kelanting. Salah satu upaya pengolahan lanjut yang sangat diminati oleh masyarakat adalah membuat singkong menjadi keripik (Makhiruddin, 2010).


(11)

Tahapan penting dalam proses produksi kripik singkong adalah perajangan singkong menjadi potongan tipis, sebelum penggorengan (Lutfi, dkk., 2010). Pembuatan keripik singkong skala industri rumah tangga pada umumnya dilakukan secara manual (pengirisan menggunakan pisau), sehingga hasilnya kurang optimal seperti ketebalan yang tidak merata dan kapasitas yang dihasilkan tidak maksimal. Oleh karena itu, diperlukan alat perajang singkong.

Penjualan alat perajang singkong saat ini telah banyak dengan berbagai jenis dan modifikasi seperti perajang singkong tipe manual, perajang singkong tipe vertikal dengan jumlah mata pisau yang berbeda-beda, dan perajang singkong tipe

horizontal. Perajang singkong tipe manual merupakan alat pengiris singkong dengan penggerak menggunakan tangan yang kemudian ditransfer melalui putaran engkol. Penggunaan alat ini kurang efektif, karena kapasitas hasil rajangan yang tidak maksimum, dan tenaga penggeraknya terbatas sesuai kemampuan

operatornya.

Perajang singkong tipe vertikal adalah alat perajang dimana posisi piringan perajang berputar secara vertikal, sedangkan sistem pengumpannya dilakukan secara horizontal. Kapasitas alat tergantung dari kecepatan motor listrik yang digunakan, namun pengumpanannya harus dibantu gaya tekan dari samping.

Alat perajang singkong tipe horizontal yang ada tergolong dalam mesin pengiris, karena sisi tajam pada mata pisau apabila ditarik garis lurus dengan sumbu piringan perajang tidak segaris. Rata-rata persentase berat kerusakan pada hasil rajangan adalah sebesar 11,71 % (Labonardo, 2010). Hasil rajangan tersebut dikarenakan kurang maksimalnya pengirisan.


(12)

3

B. Rumusan Permasalahan

Alat perajang singkong tipe horizontal yang telah ada saat ini dalam pengoperasiannya memiliki kekurangan pada hasil rajangan, dimana hasil

rajangan mengalami kerusakan hingga sebesar 11,71 %. Upaya mengoptimalkan hasil rajangan dilakukan dengan memodifikasi sudut pemasangan mata pisau hingga didapat kualitas hasil rajangan yang terbaik.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji sudut pemasangan mata pisau pada alat perajang singkong tipe horizontal untuk mendapatkan hasil terbaik diantara 3 posisi

pemasangan mata pisau (45°, 67,5°, 90°) terhadap garis jari-jari piringan perajang.

D. Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, seperti para produsen keripik singkong sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan hasil produksi keripik singkong pada tahap perajangan.


(13)

E. Batasan Masalah

Pengujian yang dilakukan adalah pada variasi sudut mata pisau terhadap garis jari-jari piringan perajang pada alat perajang singkong tipe horizontal.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Singkong

Singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain singkong, ubi kayu atau cassava. Klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan

Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji

Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup

Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta

Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil.

Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Singkong berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Varietas-varietas singkong unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4 (Prihatman, 2000).


(15)

Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang membesar, dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2 – 3 cm dan panjang 50 – 80 cm tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Bentuk fisik dan warna dari singkong disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Umbi singkong

Di Indonesia, singkong menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun singkong sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau dilingkungan pedesaan sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Seiring perkembangan teknologi, singkong dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.


(16)

7

Beberapa produk olahan dari singkong ini antara lain: keripik, kerupuk, dan kelanting. Salah satu produk olahan singkong yang banyak digemari masyarakat adalah keripik singkong karena proses pembuatannya mudah dan membutuhkan alat yang sederhana. Hal ini menyebabkan keripik singkong cocok digunakan sebagai usaha industri skala rumah tangga di pedesaan.

Penanganan singkong setelah panen akan berpengaruh terhadap kualitas singkong yang dihasilkan. Singkong akan berubah warna menjadi coklat kebiruan bila tidak segera diolah akibat adanya aktifitas enzim poliphenolase yang terdapat dalam umbi. Reaksi akan dipercepat bila berkontaminasi dengan gas O2 dan umbi dalam keadaan terluka akibat pemotongan (Wargiono, 1979).

Proses pengolahan singkong menjadi keripik memang tampak sederhana. Berturut-turut dimulai dengan mencari singkong yang baik, lalu mengupasnya, mencuci hingga bersih, dan diiris-iris tipis dengan alat khusus yang disebut peret atau perajang, lalu digoreng hingga garing (Pascal, 2003). Keripik adalah jenis makanan yang sudah dikenal masyarakat Indonesia, baik yang bersifat tradisional maupun yang sudah berskala industri. Keripik disukai karena rasanya enak, renyah, dan tahan lama, selain itu praktis, mudah dibawa dan disimpan serta dapat dinikmati kapan saja (Arum, 2012).

B. Rancang Bangun

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Perancangan produk adalah sebuah proses yang berawal pada


(17)

diketemukannya kebutuhan manusia akan suatu produk sampai diselesaikannya gambar dan dokumen.

Rancang bangun berfungsi untuk menciptakan rencana teknis (technical plan) penyelesaian persoalan, meliputi analisis dan sintesis yang bukan sekedar menghitung dan menggambar, tetapi juga mengusahakan bagaimana

merencanakan produk yang siap dikomersilkan dan bagaimana produk tersebut dapat bertahan dipasaran.

C. Perajang Singkong

Mesin pengiris (slicer) adalah suatu alat yang dirancang untuk mengiris bahan baku menjadi bentuk tipis sesuai dengan ukuran yang diinginkan yang biasa dikenal dengan pengirisan (Widiantara, 2010). Pengirisan singkong pada proses pembuatan keripik singkong banyak dilakukan oleh masyarakat. Pengirisan singkong dalam jumlah besar dapat dipercepat dengan bantuan mesin sederhana perajang singkong.

Dilihat dari posisi piringan perajang, alat-mesin perajang singkong dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu tipe vertikal disajikan pada Gambar 2 dan tipe horizontal disajikan pada Gambar 3 (Badan Standardisasi Nasional, 2008)


(18)

9

Gambar 3. Perajang singkong tipe horizontal

Perajang singkong merupakan alat-mesin yang dilengkapi dengan pisau pengiris, lubang pemasukan, dan lubang pengeluaran hasil potongan. Perajang singkong berfungsi untuk mengiris singkong segar menjadi bentuk irisan dengan ketebalan tertentu yang digerakkan oleh motor penggerak. Pisau pengiris merupakan bagian alat-mesin yang berfungsi untuk mengiris singkong kearah potongan melintang dengan ketebalan tertentu (Badan Standardisasi Nasional, 2008).

Berdasarkan SNI 0838-2008 tentang mesin pengiris singkong, mesin pengiris singkong diklasifikasikan berdasarkan posisi pemotongan, yaitu tipe horizontal dan tipe vertikal. Alat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perajang singkong tipe horizontal.

D. Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal

Alat perajang singkong yang akan diuji adalah Alat perajang singkong tipe horizontal seperti yang terlihat pada Gambar 4. Alat ini memiliki spesifikasi sebagai berikut :

Nama : Perajang Singkong Tipe Horizontal


(19)

Kapasitas : 129 kg/jam

Penggerak : Motor listrik 1 Hp, 1492 rpm, 1 phase

Tebal irisan : Maksimum 1,5 mm

Jumlah mata pisau : 3 buah

Operator : 1 orang

Gambar 4. Alat perajang singkong tipe horizontal (Labonardo, 2010).

1. Komponen Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal

Alat perajang singkong ini terdiri dari beberapa komponen, di antaranya adalah corong pemasukan, penekan, piringan perajang dan mata pisau, corong pengeluaran, transmisi serta rangka.

a. Corong Pemasukan

Corong pemasukan ini memiliki 2 bagian (Gambar 5), yaitu lubang pemasukan dan penutup piringan. Lubang pemasukan terbuat dari pipa PVC berdiameter 8 cm dan panjang 10 cm direkatkan pada bagian


(20)

11

penutup piringan. Fungsinya sebagai lubang pemasukan singkong yang akan dirajang. Sedangkan penutup piringan terbuat dari fiber glass

transparan setebal 0,5 cm berfungsi untuk menutup piringan perajang guna pengamanan bagi operator terhadap mata pisau yang berotasi pada saat proses perajangan. Komponen penutup piringan ini memiliki dimensi 50 x 27 x 0,5 cm. Corong pemasukan dapat dibongkar pasang dengan mengaitkan pada rangka menggunakan mur dan baut, bertujuan agar mata pisau dan piringan perajang dapat dibersihkan (Labonardo, 2010).

Gambar 5. Corong pemasukan (Labonardo, 2010).

b. Penekan

Penekan merupakan tabung kosong terbuat dari besi, berfungsi untuk mendorong singkong pada saat bahan dimasukkan (Gambar 6). Penekan memiliki diameter 7 cm dan tinggi 15 cm. Bagian penekan yang dapat masuk ke dalam corong pemasukan sedalam 10 cm.

Penekan digunakan setiap kali bahan dimasukkan ke dalam corong pemasukan. Hasil pengujian menunjukan bahwa bagian penekan mampu

50 cm

27 cm

8 cm


(21)

merajang seluruh singkong setiap bahan yang dimasukkan (Labonardo, 2010).

Gambar 6. Penekan (Labonardo, 2010).

c. Piringan Perajang dan Mata Pisau Perajang

Piringan perajang berfungsi sebagai dudukan sekaligus memutar mata pisau, sedangkan pisau perajang berfungsi untuk mengiris singkong (Gambar 7). Piringan perajang memiliki diameter 30 cm dengan tebal 1 cm. Sisi piringan perajang tersebut memiliki 3 buah mata pisau dengan panjang 10 cm, lebar 4 cm, sedangkan mata pisau yang keluar dari piringan perajang sebesar 0,15 cm (Gambar 8).


(22)

13

Gambar 7. Dimensi piringan perajang dan mata pisau (Laboardo, 2010).

Gambar 8. Pola mata pisau (Labonardo, 2010). Mata pisau

Mata pisau Piringan


(23)

Piringan perajang berputar disebabkan oleh transmisi daya dari motor listrik yang disalurkan melalui puli dan V-belt dan diteruskan oleh besi poros atau as. Bahan dari piringan adalah besi, sedangkan mata pisau terbuat dari baja stainless. Besi as menempel secara permanen pada piringan (Gambar 9).

Gambar 9. Besi As sebelum modifikasi (Labonardo, 2010)

Sisi tajam pada mata pisau apabila ditarik garis lurus dengan poros tidak sejajar (Gambar 10), hal ini ditujukan agar fungsi dari mata pisau adalah sebagai pengiris. Jika sisi tajam mata pisau dengan poros sejajar, maka fungsinya adalah memotong sehingga dapat merusak irisan singkong.


(24)

15

Gambar 10. Sudut pengirisan alat (Labonardo, 2010).

d. Corong Pengeluaran

Bagian ini berfungsi sebagai penyalur hasil rajangan menuju wadah penampungan (Gambar 11). Bahan terbuat dari alumunium cor yang dicetak menjadi lembaran. Dimensi dari corong pengeluaran disajikan pada Gambar 12. Corong pengeluaran dibuat tertutup, sehingga bahan tidak langsung terlempar keluar dari corong pengeluaran.


(25)

Gambar 12. Dimensi corong pengeluaran (Labonardo, 2010).

e. Transmisi

Transmisi berfungsi sebagai penggerak atau pemutar piringan perajang dengan motor listrik sebagai penggerak utamanya, sedangkan penyalur daya dari motor listrik terdiri dari puli, V-belt dan besi poros (Gambar 13). Motor listrik yang digunakan adalah 1 Hp, 1492 rpm (Gambar 14) dengan puli motor listrik berdiameter 5,6 cm, puli yang yang digerakkan

berdiameter 28 cm, dan V-belt yang digunakan adalah tipe A-43. Penyaluran tenaga dari motor listrik dihubungkan dengan besi poros berdiameter 1 inci dan panjang 40 cm. Dimensi sistem transmisi dapat dilihat pada Gambar 15.


(26)

17

Gambar 14. Motor listrik.

Gambar 15. Dimensi sistem transmisi alat (Labonardo, 2010).

f. Rangka

Rangka ini berfungsi sebagai dudukan seluruh bagian dan komponen alat perajang singkong tipe horizontal (Gambar 16). Bahan dari rangka yang digunakan merupakan profil besi siku ukuran 5 x 5 cm dengan panjang antara lain 45 cm sebanyak 12 buah, dan 70 cm sebanyak 4 buah. Dimensi rangka disajikan pada Gambar 17.


(27)

Gambar 16. Rangka alat.


(28)

19

2. Mekanisme Kerja Alat a. Sistem Pengumpanan

Pengumpanan bahan (singkong) dilakukan secara manual. Singkong yang telah dikupas, dimasukkan satu-persatu ke dalam corong pemasukan dan ditekan perlahan-lahan dengan tangan kemudian dilanjutkan dengan alat penekan jika sudah melewati batas atas corong pemasukan.

Singkong dengan diameter kurang dari setengah diameter corong

pemasukan akan mengalami perubahan posisi dari tegak menjadi miring. Hal ini dapat diatasi dengan merapatkan posisi singkong ke dinding corong pemasukan atau menambahkan jumlah singkong yang dimasukkan kedalam corong pemasukan.

b.Sistem Pengirisan

Sistem pengirisan pada alat perajang singkong ini mengalami 3 kali irisan tiap putaran dengan kecepatan linier pengirisan sebesar 5,492 m/s. Semakin cepat pengirisan maka semakin besar kapasitas perajangan, namun semakin besar pula persentase kerusakan hasil rajangan.

c. Sistem Pengeluaran Hasil

Singkong yang teriris, keluar melalui corong pengeluaran. Untuk memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan putaran piringan perajang maka posisi corong pemasukan diletakan pada sebelah kanan.


(29)

d.Sistem Transmisi

Alat perajang singkong ini memiliki putaran puli sebesar 298,4 rpm. Semakin cepat putaran piringan perajang maka semakin besar kapasitas yang diperoleh, namun jumlah kerusakan hasil irisan akan semakin besar. Putaran piringan perajang akan semakin cepat jika diameter puli

penggerak (motor listrik) diperbesar atau diameter puli perajang diperkecil. Nilai-nilai yang menyebabkan kapasitas perajangan

meningkat antara lain: memperkecil diameter piringan perajang atau puli piringan perajang, semakin banyaknya jumlah mata pisau perajang, memperbesar puli motor listrik, dan menambah jumlah lubang corong pemasukan (Labonardo, 2010).

E. Elemen Transmisi Mesin

Elemen dari sistem transmisi terdiri dari sabuk (belt), puli dan poros, yang

berfungsi untuk menghantarkan energi dari mesin ke as. Dimensi yang terpenting dalam perencanaan sabuk dan puli meliputi: diameter puli, panjang sabuk, dan karakter-karakter lainnya seperti : rasio kecepatan, kecepatan sudut, besarnya putaran, sudut kontak, jarak antar sumbu poros (Liembawan, 2007).

1. Motor Listrik

Motor listrik adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi gerak atau mekanik. Motor yang dipakai dalam pembuatan alat ini adalah jenis motor induksi fasa tunggal.


(30)

21

Motor induksi fasa tunggal adalah motor yang dapat menghasilkan suatu medan magnet apabila dihubungkan dengan sumber tegangan arus bolak-balik (Zuhal, 1991). Medan magnet ini berasal dari belitan (stator) setelah dialiri oleh arus bolak-balik, maka akan menggerakkan rotor sehingga menghasilkan suatu medan putar. Medan putar inilah yang pada dasarnya menjadi prinsip dari motor induksi. Motor induksi fasa tunggal banyak dipakai untuk keperluan motor kecil di dalam rumah tangga karena bentuknya yang sederhana dan harga yang relatif murah, seperti kipas angin, peniup, pompa, dan mesin pendingin (AC).

2. Sabuk

Sabuk (belt) dipakai untuk memindahkan daya antara 2 buah poros sejajar yang digerakkan dengan puli. Secara umum, sabuk dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan bentuk penampangnya (Gambar 18), yaitu flat belt, V-belt, dan circular belt. V-belt memiliki ukuran dan konstruksi seperti ditunjukkan pada Gambar 19 dan Gambar 20. V-belt terbuat dari karet dengan inti tenunan

tetoron atau semacamnya dan mempunyai penampang trapesium, V-belt

dibelitkan di sekeliling alur puli yang membentuk huruf V.

Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan

transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah, hal ini merupakan salah satu keunggulan V-belt dibandingkan dengan flat-belt. V-belt memiliki konstruksi yang hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan


(31)

arah putaran yang sama dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai,

V-belt bekerja lebih halus dan tak bersuara (Sularso, 2004)

Gambar 18. Jenis-jenis penampang sabuk

Gambar 19. Ukuran penampang V-belt

(Sumber: Gates Rubber Company)

Gambar 20. Konstruksi V-belt

3. Puli

Puli (pulley) dapat digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke poros yang lain melalui sistem transmisi penggerak berupa sabuk atau belt. Perputaran puli yang terjadi terus-menerus akan menimbulkan gaya sentrifugal


(32)

23

(centrifugal force) sehingga mengakibatkan peningkatan kekencangan pada sisi kencang/tight side (T1) dan sisi kendor/slack side (T2) (Sularso, 2000).

4. Poros

Poros adalah salah satu elemen mesin terpenting, dimana penggunaan poros antara lain adalah untuk meneruskan tenaga, poros penggerak klep (seperti cam shaft), poros penghubung dan sebagainya. Definisi poros adalah sesuai dengan penggunaan dan tujuan penggunaannya (Liembawan, 2007). Di bawah ini terdapat beberapa definisi dari poros:

Shaft, adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme lainnya.

Axle, adalah poros yang tetap tapi mekanismenya yang berputar pada poros tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung.

Spindle, adalah poros yang pendek, terdapat pada mesin perkakas dan sangat aman terhadap momen bending.

Line shaft(disebut juga “power transmission shaft”) adalah suatu poros

yang langsung berhubungan dengan mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya motor penggerak ke mekanisme tersebut.  Flexible shaft, adalah poros yang berfungsi memindahkan daya dari dua

mekanisme dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros lainnya, dimana daya yang dipindahkan relatif kecil.


(33)

F. Uji Kinerja Mesin

Parameter-parameter yang diperhitungkan dalam pengujian kinerja mesin antara lain: kapasitas teoritis, kapasitas lapang (pengirisan), efisiensi pengirisan, efisiensi waktu kerja mesin dan persentase hasil cacat (Diana, 2000). Kapasitas pengirisan atau disebut juga kapasitas lapang adalah kemampuan mesin menghasilkan irisan dengan ketebalan tertentu dalam satuan waktu. Sedangkan persentase cacat adalah penilaian hasil pengamatan yang meliputi ketebalan rata-rata hasil rajangan keragaman (standar deviasi) ketebalan hasil rajangan dan persentase hasil irisan. Pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase cacat adalah dengan mengambil contoh sebanyak 100 irisan hasil rajangan menurut SNI 01-0428-1989 tentang petunjuk pengambilan contoh padatan. Ukur ketebalan hasil rajangan singkong tersebut, hasil pengukuran ditabulasikan (Labonardo, 2010).

Ketebalan rata-rata hasil rajangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

d = di

100

i=1

/100 (1)

Keterangan : d = ketebalan rata-rata hasil rajangan (mm).

di = ketebalan hasil rajangan pada pengukuran ke-i (mm).

Ambil dan timbang hasil rajangan, kemudian pisahkan rajangan singkong dengan klasifikasi irisan utuh (> 90% bagian), irisan setengah utuh (90 – 20% bagian), irisan rusak (kurang dari 20% bagian). Timbang berat rajangan yang rusak.


(34)

25

Persentase kerusakan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

%br =wbr

ws

× 100% (2)

Keterangan : %br = persentase rusak (%)

wbr = berat irisan berdasarkan klasifikasi (gr) ws = berat sampel (gr)


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium

Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah las listrik, mistar siku, jangka sorong, gerinda, bor listrik, tanggem, alat tulis, timbangan, dan lain-lain. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perajang singkong tipe horizontal yang akan dimodifikasi, serta Singkong yang telah dikupas kulitnya dengan jumlah total untuk seluruh pengujian adalah sebanyak ±45 kg guna dilakukan pengujian.

C. Metode Penelitian 1. Pendekatan Desain

Sebelum alat perajang singkong tipe horizontal ini digunakan akan dilakukan modifikasi yaitu pada piringan perajang serta mata pisau alat


(36)

27

perajang singkong tipe horizontal ini. Perubahan yang diterapkan adalah perubahan pada sudut persimpangan posisi mata pisau terhadap garis lurus jari-jari piringan perajang.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap untuk

mempermudah dan memperjelas arah penelitian, yaitu tahap perancangan (desain) alat, pembuatan atau perakitan alat, pengujian hasil rancangan, pengamatan, dan pengolahan data seperti disajikan pada Gambar 21 dan Gambar 22.

Gambar 21. Tahapan pelaksanaan penelitian

Mulai

Modifikasi perajang singkong

Pengupasan kulit Singkong hasil kupasan Pengujian Perajangan dengan posisi mata pisau 45o

Perajangan dengan posisi mata pisau 67,5o

Perajangan dengan posisi mata pisau 90o

Hasil rajangan


(37)

Gambar 22. Diagram alir modifikasi alat perajang singkong tipe horizontal

Perancangan dilakukan untuk mendesain awal alat yang akan dibuat dengan menggunakan program AutoCAD, kemudian dilanjutkan ketahap

pembuatan atau perakitan alat dibengkel khusus pembuatan alsintan. Setelah alat selesai dibuat, kemudian alat diuji coba dengan parameter-parameter pengujian yang selanjutnya dibahas dalam subbab pengujian alat. Sedangkan persiapan bahan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menyiapkan singkong yang telah dikupas kulitnya seberat ± 3 kg, 5 kg, dan 7 kg. Masing-masing ukuran disiapkan sebanyak 3 kali. Pengamatan dan pengolahan data dilakukan setelah alat diuji.


(38)

29

a) Kriteria Desain

Alat yang dirancang diharapkan sesuai dengan kriteria sebagai berikut : - Alat yang dirancang mampu menghasilkan ketebalan hasil irisan yaitu

antara 0,8 – 1,5 mm sesuai dengan SNI 01-4305-1996 tentang Keripik Singkong.

- Mata pisau yang bergerak pada piringan perajang berotasi secara horizontal.

- Alat perajang singkong tipe horizontal ini tergolong dalam alat mesin pengiris dan bahan yang dirajang teriris seluruhnya.

- Hasil rajangan akan tertampung di wadah penampungan.

b) Rancangan Fungsional

- Piringan perajang berfungsi sebagai dudukan mata pisau sekaligus memutar mata pisau untuk merajang, sedangkan mata pisau perajang berfungsi untuk mengiris singkong.

- Piringan perajang berputar disebabkan oleh transmisi daya dari motor listrik yang disalurkan melalui pulley dan v-belt dan diteruskan oleh besi poros.

- Bahan dari piringan perajang adalah besi cor, sedangkan mata pisau terbuat dari baja stainless sehingga terbebas dari karat.

- Pemasangan mata pisau dilakukan dengan menggunakan baut. Hal ini

dimaksudkan agar mata pisau dapat dilepas dari piringan ketika sudah terbilang tumpul (harus diasah).

- Posisi pemasangan mata pisau yang meliputi 45°, 67,5° dan 90° ini lebih besar dari sebelumnya yaitu 22° dimaksudkan untuk mengurangi


(39)

kerusakan terhadap bahan (singkong). Pembesaran sudut ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat

pengirisannya maka semakin rendah tingkat kerusakan pada bahan. Sehingga semakin besar sudut pemasangan mata pisau ini akan memperbesar tingkat gesekan (pengirisan) pisau terhadap bahan.

c) Rancangan Struktural

Piringan perajang memiliki diameter 30 cm dengan tebal 1 cm. Dimana sisi piringan perajang tersebut memiliki 3 buah mata pisau dengan lebar 4 cm, dan tebal mata pisau 1 cm, sedangkan mata pisau yang keluar dari piringan perajang 0,15 cm. Jenis piringan yang akan dibuat adalah piringan dengan pemasangan posisi mata pisau yang beragam meliputi 45°, 67,5° dan 90° melintang terhadap garis lurus jari-jari piringan seperti yang terlihat pada Gambar 23, 24, 25.

Persiapan dalam pengujian alat perajang singkong ini dimulai dengan perakitan komponen-komponen, yaitu :

1) Dengan memasang poros piringan pada kerangka

Pemasangan dilakukan dari arah atas kerangka melalui lubang poros pada corong pengeluaran dan dilakukan penyetelan posisi poros terhadap bearing serta pulley.

2) Pulley dipasang di antara bearing atas dan bearing bawah pada poros piringan.


(40)

31

3) Pemasangan piringan perajang dilakukan dari bagian atas kerangka tepat pada poros piringan dan dikunci dengan menggunakan baut setelah putaran piringan menjadi seimbang.

4) Corong pemasukan dan penutup piringan dipasang pada bagian paling atas dari kerangka mesin.

5) Motor penggerak dipasang pada kerangka bagian bawah tepat

berhadapan dengan pulley.

6) Untuk penggantian jenis piringan dilakukan pembongkaran corong

pemasukan dan penutup piringan, kemudian dapat dilakukan penggatian piringan.

: Bagiam tajam mata pisau : Jari-jari piringan

Satuan : cm


(41)

: Bagiam tajam mata pisau : Jari-jari piringan

Satuan : cm

Gambar 24. Pemasangan posisi mata pisau pada kemiringan 67,5°

: Bagiam tajam mata pisau : Jari-jari piringan

Satuan : cm


(42)

33

2. Proses Pembuatan Piringan dan Pisau Perajang Singkong

Pembuatan alat perajang singkong ini dimulai dengan pembuatan piringan yang terbuat dari besi cor yang dibentuk dengan ukuran diameter 30 cm dan tebal 1 cm. Pada piringan ini dibuat 3 (tiga) tempat dudukan mata pisau dan dibuat lubang sebagai tempat dudukan terhadap besi as yang disertai lubang mengelilingi dudukan besi as untuk pemasangan baut. Pembuatan piringan ini disertai dengan pembuatan besi as atau poros dengan ukuran 1 inch yaitu ukuran yang sesuai dengan tempat dudukan pada piringan. Selain itu, dilakukan pula pembuatan mata pisau sebanyak 3 mata pisau untuk setiap piringan.

Sedangkan perlengkapan alat perajang singkong yang lain meliputi kerangka, motor penggerak dan system transmisi, corong pemasukan dan pengeluaran serta penekan bahan menggunakan perlengkapan yang telah ada sebelumnya. Proses selanjutnya adalah dilakukan perakitan sesuai dengan rancangan struktural.

3. Pengujian

Pengujian dilakukan dengan 3 perlakuan berat bahan yang dirajang yaitu 3 kg, 5 kg, dan 7 kg untuk 1 (satu) jenis piringan dan mata pisau. Parameter dari pengujian adalah ketebalan rata-rata dan persentase kerusakan hasil rajangan.


(43)

D. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan adalah kualitas hasil rajangan yang meliputi ketebalan rata-rata hasil rajangan dan persentase kerusakan hasil rajangan.

1. Ketebalan Rata-rata hasil Rajangan

Ambil contoh sebanyak 100 irisan hasil rajangan menurut SNI 01-0428-1989 tentang petunjuk pengambilan contoh padatan. Ukur ketebalan hasil rajangan singkong tersebut, hasil pengukuran ditabulasikan. Ketebalan rata-rata hasil rajangan dihitung dengan Persamaan 1.

2. Persentase Kerusakan Hasil Rajangan

Ambil dan timbang hasil rajangan, kemudian pisahkan rajangan singkong yang rusak (kurang dari 20% bagian), timbang berat rajangan yang rusak. Persentase kerusakan dihitung dengan Persamaan 2.


(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka didapat kesimpulan antara lain:

1. Telah dihasilkan alat perajang singkong tipe pengiris dengan piringan berputar horizontal yang dapat menghasilkan kapasitas perajangan hingga 129 kg/jam dengan hasil irisan memenuhi SNI.

2. Hasil pengujian alat menunjukan bahwa posisi sudut mata pisau secara berturut-turut 45o, 67,5o, 90o diperoleh ketebalan rata-rata 1,085, 1,028, 0,947 serta persentase kerusakan 8,90%, 6,62%, 5,07%, dengan hasil terbaik pada posisi pisau 90o.

B. Saran

Dilakukan pengujian dengan ukuran diameter piringan perajang yang lebih besar sehingga dapat terlihat secara jela kerja pengirisan mata pisau serta lebih memungkinkan untuk menambahkan jumlah mata pisau untuk mendapatkan kapasitas perajangan yang lebih besar.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arum, A.P.Y. 2012. Pengaruh Waktu Dan Suhu Pada Pembuatan Keripik Melon Dengan Vaccum Frying. (Skripsi). Jurusan Teknik Industri

Universitas Diponegoro. Semarang. Hlm 1.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Mesin Pemotong Ubi Kayu. SNI 0838-2008. ICS 65.060.01. Jakarta. Hlm : 1-11.

Badan Standardisasi Nasional. 1996. KeripikSingkong. SNI01-4305-1996. Hlm :1 – 4.

Labonardo, M. 2010. Modifikasi alat perajang singkong Tipe horizontal. (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Lutfi, M, S. Setiawan dan W. A. Nugroho. 2010. Rancang Bangun Perajang Ubi Kayu Horizontal. Teknik Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal Rekayasa Mesin. 1(2) : 41 - 46

Makhiruddin. 2010. Lampung Produsen Terbesar Ubi Kayu. Lampung. 21 Juni

2010. http:\\www.tribunlampung.co.id\Home\Komoditi\Lampung Produsen

Terbesar Ubi Kayu.

Nofirza dan D. Syahputra. 2012. Perancangan Alat Pemotong Nenas yang Ergonomis untuk Meningkatkan Produktifitas. Jurnal Ilmiah Teknik IndustriUIN Riau.

Vol: 11 (1) – 50 hlm.

Pascal, S. 2003. Pembuatan Kripik Singkong di Lampung, Cermin Retak Dunia Usaha Rakyat. [26 Juni 2003]. 04 November 2009. Harian Kompas. Bandar Lampung.

Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Teknologi Tepat Guna Budidaya Pertanian. Sistem Informasi Manajemen

Pembangunan di Pedesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS. Jakarta. Hlm : 1/14 Ramadhani, D. 2006. Analisis Kinerja UKM Pengolahan Keripik Pisang di

Bandar Lampung dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment. Universitas Gunadharma. Depok. Hal : 3 – 4.


(46)

50

Sularso dan S. Kiyokatsu. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta. 352 hlm.

Wargiono, J. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Lembaga Pusat Penelitian. Bogor. Buletin Teknik. No.4. 36p.

Widiantara, T. 2010. Efisiensi Pengirisan Bawang Merah Dengan Variasi Sudut Kemiringan Pisau Pada Alat Pengiris Bawang Merah Tipe Pengiris Vertikal. Universitas mulawarman. Jurnal Teknologi Pertanian. 6(2): 60 – 64

Wikanastri H. 2012. Aplikasi Prosese Fermentasi Kulit Singkong Menggunakan Starter Asal Limbah Kubis Dan Sawi Pada Pembuatan Pakan Ternak Berpotensi Proboiotik. LPPM UNIMUS. Semarang. Hlm : 282 - 288 Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB. Bandung. 208 hlm.


(47)

(48)

PERHITUNGAN KETEBALAN RATA-RATA HASIL RAJANGAN

d = di

100

i=1

/100

1. Ketebalan 100 irisan singkong : 45o

Pengujian dengan 3 kg d=95,8/100 = 0,958 mm Pengujian dengan 5 kg d=98,3/100 = 0,983 mm Pengujian dengan 7 kg d=98,2/100 = 0,982 mm

2. Ketebalan 100 irisan singkong : 67,5o

Pengujian dengan 3 kg d=94,2/100 = 0, 942 mm Pengujian dengan 5 kg d=102,7/100 = 0, 102 mm Pengujian dengan 7 kg d=99,9/100 = 0, 999 mm

3. Ketebalan 100 irisan singkong : 90o

Pengujian dengan 3 kg d=86,1/100 = 0, 861 mm Pengujian dengan 5 kg d=97,2/100 = 0, 972 mm Pengujian dengan 7 kg d=98,2/100 = 0, 982 mm


(49)

1. 1,0 0,9 0,9 51. 0,8 0,8 1,2 2. 0,9 1,1 0,9 52. 1,0 1,0 0,9 3. 1,0 1 1,1 53. 1,1 0,9 0,9 4. 1,1 1,1 0,8 54. 0,7 0,9 1,0 5. 1,2 0,9 0,7 55. 1,0 1,3 0,9 6. 0,7 1,0 1,0 56. 0,7 1,0 1,0 7. 1,0 0,8 0,9 57. 0,9 1,2 1,0 8. 1,0 0,8 0,9 58. 1,1 0,7 1,3 9. 0,9 1,2 1,0 59. 1,0 1,0 0,9 10. 0,9 0,8 1,0 60. 0,8 0,9 1,0 11. 1,1 1,3 1,0 61. 0,8 1,0 1,1 12. 0,9 1,1 0,8 62. 1,0 1,0 1,0 13. 1,0 1,0 1,1 63. 1,1 0,9 1,1 14. 1,1 1,1 1,0 64. 0,7 1,0 0,9 15. 1,0 1,0 0,9 65. 1,0 1,1 0,9 16. 0,6 0,8 1,0 66. 0,7 1,3 1,2 17. 0,9 0,9 0,8 67. 0,9 1,2 1,3 18. 1,0 0,7 0,9 68. 1,1 1,1 0,8 19. 0,9 0,8 1,0 69. 1,0 1,0 1,1 20. 1,2 1,3 0,9 70. 0,8 1,3 1,0 21. 1,1 0,6 0,9 71. 1,3 1,0 1,0 22. 0,7 1,1 0,8 72. 0,9 0,9 1,0 23. 1,0 0,9 1,1 73. 0,8 1,0 0,9 24. 1,1 0,8 1,0 74. 0,8 1,0 1,1 25. 1,3 0,8 0,9 75. 0,9 1,1 1,0 26. 0,6 0,9 1,0 76. 0,7 1,3 1,2 27. 1,1 0,8 1,2 77. 0,9 0,9 0,9 28. 1,0 1,0 1,0 78. 1,2 1,0 0,9 29. 0,8 1,0 0,9 79. 1,1 1,1 1,2 30. 1,2 1,2 0,8 80. 0,9 1,3 1,0 31. 1,0 0,9 0,9 81. 1,0 1,0 1,0 32. 1,1 1,0 1,0 82. 0,9 0,8 1,0 33. 1,0 0,8 0,9 83. 0,8 1,0 0,9 34. 0,7 0,9 1,1 84. 1,0 0,7 0,8 35. 1,0 1,0 1,0 85. 1,3 1,2 1,0 36. 1,3 1,0 1,0 86. 0,9 1,2 1,2 37. 1,1 1,0 1,0 87. 0,9 0,9 0,8 38. 1,0 0,8 0,8 88. 1,0 1,0 0,8 39. 0,9 0,9 0,8 89. 1,1 1,2 1,1 40. 0,8 1,1 0,9 90. 1,2 0,8 0,9 41. 1,0 1,0 1,2 91. 1,2 0,9 0,9 42. 11,1 11,1 0,8 92. 1,1 1,3 1,0 43. 1,0 1,0 1,1 93. 1,0 1,1 1,0 44. 0,9 0,9 1,0 94. 0,8 1,0 1,2 45. 1,0 1,0 1,0 95. 0,9 1,0 0,8 46. 1,3 1,3 1,1 96. 1,0 1,3 0,9 47. 1,1 1,1 1,0 97. 1,0 0,9 0,8 48. 1,1 1,1 1,3 98. 1,1 1,2 1,0 49. 1,0 1,0 0,9 99. 1,0 1,0 1,2 50. 0,8 0,8 0,9 100. 1,2 1,2 1,3 Jumlah 95,8 98,3 98,2


(50)

2. Ketebalan 100 irisan singkong : 67,5o

w 3 kg 5 kg 7 kg w 3 kg 5 kg 7kg

(mm) (mm)

1. 1,1 0,9 1,0 51. 0,9 1,1 1,0 2. 1,2 1 0,9 52. 1,1 0,9 1,0 3. 1,0 1,2 1,1 53. 0,9 1,2 1,1 4. 0,7 1,1 0,8 54. 0,6 0,9 1,1 5. 1,0 1,1 1,0 55. 1,0 1,0 1,0 6. 1,2 1,1 1,2 56. 0,9 1,2 0,8 7. 1,1 0,9 1,0 57. 1,1 1,1 0,9 8. 0,9 0,9 0,9 58. 1,0 1,1 1,0 9. 1,0 1,2 1,0 59. 1,0 1,1 0,9 10. 0,9 1,1 1,1 60. 0,9 1,1 0,9 11. 0,7 0,9 0,8 61. 1,0 1,0 0,8 12. 1,1 1,2 0,9 62. 1,0 1,0 1,1 13. 0,9 1,5 1,2 63. 0,8 1,0 0,9 14. 0,7 1,1 1,1 64. 1,3 1,2 1,2 15. 1,1 1,1 1,0 65. 1,0 1,0 1,0 16. 0,9 1,1 0,9 66. 1,1 1,1 0,9 17. 0,9 0,9 1,1 67. 0,7 1,1 1,1 18. 0,8 0,9 1,1 68. 1,2 1,2 1,2 19. 0,9 1,2 1,0 69. 1,1 1,1 0,8 20. 1,0 1,1 1,2 70. 1,0 1,1 1,1 21. 0,8 1,0 0,9 71. 0,8 0,9 0,9 22. 1,0 0,9 0,9 72. 1,0 1,0 1,0 23. 1,0 1,0 1,0 73. 1,2 0,8 0,8 24. 0,6 1,2 1,0 74. 1,3 0,6 1,2 25. 1,1 1,0 1,1 75. 1,1 1,0 1,0 26. 1,0 0,8 0,9 76. 0,7 0,9 1,0 27. 1,2 1,0 1,0 77. 1,2 1,2 1,0 28. 0,9 1,1 0,9 78. 0,6 1,0 0,9 29. 1,0 1,2 1,1 79. 1,0 1,1 0,8 30. 0,8 1,0 1,3 80. 0,9 0,9 1,1 31. 0,6 1,1 1,1 81. 0,9 1,1 0,9 32. 0,9 1,0 1,0 82. 1,0 1,0 1,1 33. 0,8 1,1 1,1 83. 0,9 0,7 0,8 34. 0,6 1,2 1,1 84. 1,0 0,7 1,2 35. 0,6 1,0 1,0 85. 0,8 0,7 1,0 36. 1,1 1,0 1,0 86. 1,2 0,9 0,7 37. 0,9 0,9 1,0 87. 1,1 1,1 0,7 38. 1,0 1,1 0,9 88. 0,6 1,1 1,2 39. 1,0 1,2 0,8 89. 0,9 1,0 1,0 40. 1,0 1,0 1,2 90. 0,8 0,8 1,0 41. 1,1 1,2 1,0 91. 1,0 1,0 1,0 42. 0,8 1,1 1,0 92. 1,0 1,0 1,1 43. 0,6 1,1 1,0 93. 0,9 0,7 0,7 44. 1,1 1,0 1,1 94. 1,0 1,1 1,0 45. 1,1 1,0 1,2 95. 1,0 1,1 1,0 46. 0,9 1,2 0,8 96. 1,2 0,9 1,2 47. 1,0 1,0 1,1 97. 0,8 1,2 1,0 48. 1,0 1,0 0,9 98. 0,7 0,9 1,1 49. 0,9 1,1 0,9 99. 1,1 1,0 1,0 50. 1,1 1,0 1,1 100. 0,8 0,8 1,0 Jumlah 94,2 102,7 99,9


(51)

(mm) (mm)

1. 1,0 1,1 0,9 51. 0,9 1,0 0,8 2. 0,8 1,0 0,8 52. 0,7 0,8 0,9 3. 0,8 0,6 1,0 53. 0,7 1,3 0,9 4. 0,9 0,9 0,9 54. 0,4 1,0 1,1 5. 0,4 1,1 1,2 55. 1,0 0,7 1,0 6. 0,9 1,0 0,9 56. 0,8 1,0 0,7 7. 1,0 0,7 0,7 57. 1,0 0,7 1,1 8. 0,9 1,2 1,2 58. 0,8 1,0 1,3 9. 0,5 1,1 0,8 59. 1,0 1,2 1,0 10. 0,8 1,0 0,9 60. 0,8 0,9 0,9 11. 1,0 0,9 0,9 61. 0,9 1,0 1,2 12. 0,8 1,0 1,0 62. 0,8 0,8 0,9 13. 1,1 0,9 1,1 63. 1,0 1,2 0,8 14. 0,7 1,0 0,9 64. 0,4 1,0 1,2 15. 0,7 1,1 1,1 65. 0,9 0,7 1,2 16. 1,0 1,0 1,0 66. 0,6 1,0 1,2 17. 1,2 0,8 0,8 67. 1,2 0,9 1,1 18. 1,1 1,2 0,9 68. 1,2 1,0 0,9 19. 0,8 1,1 0,9 69. 1,1 0,6 1,0 20. 0,8 1,0 0,9 70. 0,3 1,1 0,8 21. 1,0 0,9 1,0 71. 0,8 0,9 1,1 22. 1,0 1,1 0,7 72. 0,8 1,0 1,0 23. 0,9 1,1 0,9 73. 0,5 1,0 0,8 24. 0,3 1,0 0,9 74. 0,5 0,9 0,8 25. 1,0 1,1 1,2 75. 0,7 0,8 0,8 26. 1,0 0,7 1,0 76. 1,2 0,9 1,1 27. 1,0 0,8 0,8 77. 0,6 0,9 0,8 28. 0,8 1,2 0,9 78. 1,1 1,0 1,3 29. 1,0 0,8 0,8 79. 1,0 0,8 1,0 30. 1,0 1,0 1,2 80. 0,9 1,2 0,8 31. 0,9 1,2 1,0 81. 0,5 0,8 1,1 32. 0,8 1,1 1,2 82. 1,1 1,0 1,0 33. 0,7 1,1 1,0 83. 0,8 0,7 1,0 34. 0,5 1,0 1,0 84. 0,6 0,8 1,1 35. 1,0 1,2 1,1 85. 0,7 0,8 0,8 36. 0,9 1,1 1,0 86. 0,9 1,3 1,1 37. 0,6 1,0 0,9 87. 1,0 1,3 0,8 38. 0,6 1,0 1,3 88. 1,1 0,9 1,0 39. 0,8 0,8 1,1 89. 1,2 0,8 0,8 40. 1,0 0,9 1,2 90. 0,9 0,8 0,9 41. 1,0 0,7 1,0 91. 1,0 1,0 0,7 42. 0,6 0,8 0,9 92. 1,1 1,0 1,2 43. 1,2 1,3 1,0 93. 1,0 0,7 1,2 44. 0,3 0,9 1,1 94. 0,5 0,9 0,7 45. 1,0 1,2 1,0 95. 0,4 1,0 1,0 46. 1,1 0,9 0,8 96. 1,2 1,3 1,1 47. 1,3 1,0 1,0 97. 1,0 1,3 1,2 48. 1,1 1,0 1,3 98. 0,9 0,8 1,0 49. 0,9 0,7 1,1 99. 1,2 1,0 0,9 50. 0,9 1,1 0,9 100. 1,0 1,3 1,0 Jumlah 86,1 97,2 98,2


(52)

PERHITUNGAN RATA-RATA BERAT KERUSAKAN HASIL RAJANGAN

%br =wbr

ws × 100%

1. Kerusakan Hasil Rajangan Pada Modifikasi Sudut 45° Perlakuan Rusak (kg)

3 kg 0,266

5 kg 0,434

7 kg 0,656

3 kg : %br =0,266

3 × 100% = 8.8 %

5 kg : %br =0,434

5 × 100% = 8.6 %

7 kg : %br =0,656

7 × 100% = 9.3 % Rata-rata % Wbr rusak = (8,8 + 8,6 + 9,3)%/3 = 8.9 % 2. Kerusakan Hasil Rajangan Pada Modifikasi Sudut 45°

Perlakuan Rusak (kg)

3 kg 0,258

5 kg 0,268

7 kg 0,413

3 kg : %br =0,258

3 × 100% = 8.6 %

5 kg : %br =0,268

5 × 100% = 5.36 %

7 kg : %br =0,413

7 × 100% = 5.9 %


(53)

3 kg 0,160

5 kg 0,273

7 kg 0,310

3 kg : %br =0,160

3 × 100% = 5,33 %

5 kg : %br =0,273

5 × 100% = 5,46 %

7 kg : %br =0,310

7 × 100% = 4,42 % Rata-rata % Wbr rusak = (5,33+ 5,46 + 4,42)%/3 = 5,07 %


(54)

PERHITUNGAN PANJANG MATA PISAU YANG MENGIRIS

SINGKONG

(BF) : Panjang mata pisau yang melewati corong pemasukan (mengiris singkong).

(AB) : Jarak terjauh mata pisau terhadap pusat piringan  (14 cm untuk semua sudut pemasangan mata pisau) (AE) : Jarak terdekat mata pisau terhadap pusat piringan

(5 cm untuk semua sudut pemasangan mata pisau)

θ : Sudut pemasangan mata pisau.

(AF) : Jarak terdekat mata pisau yang melewati corong pemasukan

terhadap pusat piringan  (6 cm untuk semua sudut pemasangan mata pisau)

Satuan : cm

(BF) = AB 2− (AE) sin� 2 − ( AF 2− (AE) sin� 2)

(BF) = 14 2− 5 sin� 2 − ( 6 2− 5 sin� 2)

Sudut 45 O

(BF) = 14 2− 5 sin� 2 − ( 6 2− 5 sin� 2)

(BF) = 14 2− 5 sin 45 2 − ( 6 2− 5 sin 45 2)

(BF) = 196− 12,5 − ( 36− 12,5)

(BF) = 183,5 − ( 23,5)

(BF) = 13,54− 4,84


(55)

(BF) = 14 2− 5 sin 67,5 2 − ( 6 2− 5 sin 67,5 2)

(BF) = 196− 21,33 − ( 36− 21,33)

(BF) = 174,67 − ( 14,67)

(BF) = 13,21− 4,82

(BF) = ,�

Sudut 90 O

(BF) = 14 2− 5 sin� 2 − ( 6 2− 5 sin� 2)

(BF) = 14 2− 5 sin 90 2 − ( 6 2− 5 sin 90 2)

(BF) = 196− 25 − ( 36− 25)

(BF) = 171 − ( 11)

(BF) = 13,07− 3,31


(1)

2.

Ketebalan 100 irisan singkong : 67,5

o

w

3 kg

5 kg

7 kg

w

3 kg

5 kg

7kg

(mm)

(mm)

1. 1,1 0,9 1,0 51. 0,9 1,1 1,0

2. 1,2 1 0,9 52. 1,1 0,9 1,0

3. 1,0 1,2 1,1 53. 0,9 1,2 1,1

4. 0,7 1,1 0,8 54. 0,6 0,9 1,1

5. 1,0 1,1 1,0 55. 1,0 1,0 1,0

6. 1,2 1,1 1,2 56. 0,9 1,2 0,8

7. 1,1 0,9 1,0 57. 1,1 1,1 0,9

8. 0,9 0,9 0,9 58. 1,0 1,1 1,0

9. 1,0 1,2 1,0 59. 1,0 1,1 0,9

10. 0,9 1,1 1,1 60. 0,9 1,1 0,9

11. 0,7 0,9 0,8 61. 1,0 1,0 0,8

12. 1,1 1,2 0,9 62. 1,0 1,0 1,1

13. 0,9 1,5 1,2 63. 0,8 1,0 0,9

14. 0,7 1,1 1,1 64. 1,3 1,2 1,2

15. 1,1 1,1 1,0 65. 1,0 1,0 1,0

16. 0,9 1,1 0,9 66. 1,1 1,1 0,9

17. 0,9 0,9 1,1 67. 0,7 1,1 1,1

18. 0,8 0,9 1,1 68. 1,2 1,2 1,2

19. 0,9 1,2 1,0 69. 1,1 1,1 0,8

20. 1,0 1,1 1,2 70. 1,0 1,1 1,1

21. 0,8 1,0 0,9 71. 0,8 0,9 0,9

22. 1,0 0,9 0,9 72. 1,0 1,0 1,0

23. 1,0 1,0 1,0 73. 1,2 0,8 0,8

24. 0,6 1,2 1,0 74. 1,3 0,6 1,2

25. 1,1 1,0 1,1 75. 1,1 1,0 1,0

26. 1,0 0,8 0,9 76. 0,7 0,9 1,0

27. 1,2 1,0 1,0 77. 1,2 1,2 1,0

28. 0,9 1,1 0,9 78. 0,6 1,0 0,9

29. 1,0 1,2 1,1 79. 1,0 1,1 0,8

30. 0,8 1,0 1,3 80. 0,9 0,9 1,1

31. 0,6 1,1 1,1 81. 0,9 1,1 0,9

32. 0,9 1,0 1,0 82. 1,0 1,0 1,1

33. 0,8 1,1 1,1 83. 0,9 0,7 0,8

34. 0,6 1,2 1,1 84. 1,0 0,7 1,2

35. 0,6 1,0 1,0 85. 0,8 0,7 1,0

36. 1,1 1,0 1,0 86. 1,2 0,9 0,7

37. 0,9 0,9 1,0 87. 1,1 1,1 0,7

38. 1,0 1,1 0,9 88. 0,6 1,1 1,2

39. 1,0 1,2 0,8 89. 0,9 1,0 1,0

40. 1,0 1,0 1,2 90. 0,8 0,8 1,0

41. 1,1 1,2 1,0 91. 1,0 1,0 1,0

42. 0,8 1,1 1,0 92. 1,0 1,0 1,1

43. 0,6 1,1 1,0 93. 0,9 0,7 0,7

44. 1,1 1,0 1,1 94. 1,0 1,1 1,0

45. 1,1 1,0 1,2 95. 1,0 1,1 1,0

46. 0,9 1,2 0,8 96. 1,2 0,9 1,2

47. 1,0 1,0 1,1 97. 0,8 1,2 1,0

48. 1,0 1,0 0,9 98. 0,7 0,9 1,1

49. 0,9 1,1 0,9 99. 1,1 1,0 1,0

50. 1,1 1,0 1,1 100. 0,8 0,8 1,0


(2)

3.

Ketebalan 100 irisan singkong : 90

o

w

3 kg

5 kg

7 kg

w

3 kg

5 kg

7kg

(mm)

(mm)

1. 1,0 1,1 0,9 51. 0,9 1,0 0,8

2. 0,8 1,0 0,8 52. 0,7 0,8 0,9

3. 0,8 0,6 1,0 53. 0,7 1,3 0,9

4. 0,9 0,9 0,9 54. 0,4 1,0 1,1

5. 0,4 1,1 1,2 55. 1,0 0,7 1,0

6. 0,9 1,0 0,9 56. 0,8 1,0 0,7

7. 1,0 0,7 0,7 57. 1,0 0,7 1,1

8. 0,9 1,2 1,2 58. 0,8 1,0 1,3

9. 0,5 1,1 0,8 59. 1,0 1,2 1,0

10. 0,8 1,0 0,9 60. 0,8 0,9 0,9

11. 1,0 0,9 0,9 61. 0,9 1,0 1,2

12. 0,8 1,0 1,0 62. 0,8 0,8 0,9

13. 1,1 0,9 1,1 63. 1,0 1,2 0,8

14. 0,7 1,0 0,9 64. 0,4 1,0 1,2

15. 0,7 1,1 1,1 65. 0,9 0,7 1,2

16. 1,0 1,0 1,0 66. 0,6 1,0 1,2

17. 1,2 0,8 0,8 67. 1,2 0,9 1,1

18. 1,1 1,2 0,9 68. 1,2 1,0 0,9

19. 0,8 1,1 0,9 69. 1,1 0,6 1,0

20. 0,8 1,0 0,9 70. 0,3 1,1 0,8

21. 1,0 0,9 1,0 71. 0,8 0,9 1,1

22. 1,0 1,1 0,7 72. 0,8 1,0 1,0

23. 0,9 1,1 0,9 73. 0,5 1,0 0,8

24. 0,3 1,0 0,9 74. 0,5 0,9 0,8

25. 1,0 1,1 1,2 75. 0,7 0,8 0,8

26. 1,0 0,7 1,0 76. 1,2 0,9 1,1

27. 1,0 0,8 0,8 77. 0,6 0,9 0,8

28. 0,8 1,2 0,9 78. 1,1 1,0 1,3

29. 1,0 0,8 0,8 79. 1,0 0,8 1,0

30. 1,0 1,0 1,2 80. 0,9 1,2 0,8

31. 0,9 1,2 1,0 81. 0,5 0,8 1,1

32. 0,8 1,1 1,2 82. 1,1 1,0 1,0

33. 0,7 1,1 1,0 83. 0,8 0,7 1,0

34. 0,5 1,0 1,0 84. 0,6 0,8 1,1

35. 1,0 1,2 1,1 85. 0,7 0,8 0,8

36. 0,9 1,1 1,0 86. 0,9 1,3 1,1

37. 0,6 1,0 0,9 87. 1,0 1,3 0,8

38. 0,6 1,0 1,3 88. 1,1 0,9 1,0

39. 0,8 0,8 1,1 89. 1,2 0,8 0,8

40. 1,0 0,9 1,2 90. 0,9 0,8 0,9

41. 1,0 0,7 1,0 91. 1,0 1,0 0,7

42. 0,6 0,8 0,9 92. 1,1 1,0 1,2

43. 1,2 1,3 1,0 93. 1,0 0,7 1,2

44. 0,3 0,9 1,1 94. 0,5 0,9 0,7

45. 1,0 1,2 1,0 95. 0,4 1,0 1,0

46. 1,1 0,9 0,8 96. 1,2 1,3 1,1

47. 1,3 1,0 1,0 97. 1,0 1,3 1,2

48. 1,1 1,0 1,3 98. 0,9 0,8 1,0

49. 0,9 0,7 1,1 99. 1,2 1,0 0,9

50. 0,9 1,1 0,9 100. 1,0 1,3 1,0


(3)

PERHITUNGAN RATA-RATA BERAT KERUSAKAN HASIL RAJANGAN

%br =

w

br

w

s

× 100%

1.

Kerusakan Hasil Rajangan Pada Modifikasi Sudut 45°

Perlakuan

Rusak (kg)

3 kg

0,266

5 kg

0,434

7 kg

0,656

3 kg : %br =

0,266

3

× 100% = 8.8 %

5 kg : %br =

0,434

5

× 100% = 8.6 %

7 kg : %br =

0,656

7

× 100% = 9.3 %

Rata-rata % Wbr rusak

= (8,8 + 8,6 + 9,3)%/3 = 8.9 %

2.

Kerusakan Hasil Rajangan Pada Modifikasi Sudut 45°

Perlakuan

Rusak (kg)

3 kg

0,258

5 kg

0,268

7 kg

0,413

3 kg : %br =

0,258

3

× 100% = 8.6 %

5 kg : %br =

0,268

5

× 100% = 5.36 %

7 kg : %br =

0,413

7

× 100% = 5.9 %


(4)

3.

Kerusakan Hasil Rajangan Pada Modifikasi Sudut 45°

Perlakuan

Rusak (kg)

3 kg

0,160

5 kg

0,273

7 kg

0,310

3 kg : %br =

0,160

3

× 100% = 5,33 %

5 kg : %br =

0,273

5

× 100% = 5,46 %

7 kg : %br =

0,310

7

× 100% = 4,42 %


(5)

PERHITUNGAN PANJANG MATA PISAU YANG MENGIRIS

SINGKONG

(BF)

: Panjang mata pisau yang melewati corong pemasukan (mengiris singkong).

(AB)

: Jarak terjauh mata pisau terhadap pusat piringan

(14 cm untuk semua sudut pemasangan mata pisau)

(AE) : Jarak terdekat mata pisau terhadap pusat piringan

(5 cm untuk semua sudut pemasangan mata pisau)

θ

: Sudut pemasangan mata pisau.

(AF)

: Jarak terdekat mata pisau yang melewati corong pemasukan

terhadap pusat piringan

(6 cm untuk semua sudut pemasangan

mata pisau)

Satuan : cm

(BF) =

AB

2

(AE) sin

2

(

AF

2

(AE) sin

2

)

(BF) =

14

2

5 sin

2

(

6

2

5 sin

2

)

Sudut 45

O

(BF) =

14

2

5 sin

2

(

6

2

5 sin

2

)

(BF) =

14

2

5 sin 45

2

(

6

2

5 sin 45

2

)

(BF) =

196

12,5

(

36

12,5)

(BF) =

183,5

(

23,5)

(BF) = 13,54

4,84


(6)

Sudut 67,5

O

(BF) =

14

2

5 sin

2

(

6

2

5 sin

2

)

(BF) =

14

2

5 sin 67,5

2

(

6

2

5 sin 67,5

2

)

(BF) =

196

21,33

(

36

21,33)

(BF) =

174,67

(

14,67)

(BF) = 13,21

4,82

(BF) =

,

Sudut 90

O

(BF) =

14

2

5 sin

2

(

6

2

5 sin

2

)

(BF) =

14

2

5 sin 90

2

(

6

2

5 sin 90

2

)

(BF) =

196

25

(

36

25)

(BF) =

171

(

11)

(BF) = 13,07

3,31

(BF) =

,