Membangun Paradigma Holistik-Ekologis Filsafat Lingkungan Hidup
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pada kenikmatan, foya-foya, berpesta pora; gaya hidup yang mementingkan materi; gaya hidup yang konsumtif; dan gaya hidup yang mementingkan diri
sendiri. Oleh karena itu hal ini sejalan dengan gagasan Emil Salim yang mengatakan proses pembangunan dengan pengembangan lingkungan tidak cukup
mengatur hanya pengelolaan sumber alam secara bertanggung jawab, tetapi harus dilengkapi dengan langkah usaha pengembangan konsumsi dan pola hidup yang
wajar sesuai porsi dengan daya dukung alam yang menopang sambung sinambung untuk jangka panjang.
56
Akan tetapi menurut Arne Naess, perubahan pola dan gaya hidup itu tidak
hanya dilakukan
oleh masing-masing
individu tetapi
keseluruhan masyarakat. Pola dan gaya hidup itu harus melembaga dan menjadi budaya baru
bagi masyarakat modern yaitu budaya ramah lingkungan hidup atau yang kerap diistilahkan Capra sebagai masyarakat berkelanjutan sustainable society.
57
Masyarakat berkelanjutan
yang dikehendaki
Capra adalah
masyarakat berkelanjutan yang berpolakan dan bersumberkan model ekosistem berkelanjutan
seperti komunitas tumbuhan, binatang dan mikroorganisme yang berkelanjutan. Dari komunitas tersebut manusia belajar untuk saling terkait satu sama lain dalam
satu mata rantai kehidupan yang saling menunjang atau lebih tepatnya menganut prinsip-prinsip ekologi. Selanjutnya manusia perlu merevitalisasi, membangun
dan menata kembali komunitas-komunitas masyarakat dengan model komunitas ekologis yang berkelanjutan seperti dalam komunitas pendidikan, komunitas
bisnis dan komunitas politik agar prinsip-prinsip ekologi dapat diimplementasikan
56
Ibid., 125-126.
57
Arne Naess, Ecology, community and Lifestyle Cambridge: Cambridge Univ. Press, 1993 dalam A. Sonny Keraf, Filsafat Lingkungan Hidup Yogyakarta: Kanisius, 2014, 126.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dalam komunitas-komunitas
tersebut sebagai
prinsip-prinsip pendidikan,
manajemen, industri, teknologi, struktur sosial dan politik. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan, untuk menjaga, melindungi lingkungan
hidup.
58
Sejalan dengan pemikiran David W. Orr, seorang pakar pendidikan Amerika, menambahkan bahwasannya tujuan ecoliteracy dibangun berdasarkan
pengakuan bahwa gangguan ekosistem mencerminkan gangguan pemikiran seseorang atau suatu lembaga, sehingga gangguan ekosistem tersebut menjadi titik
perhatian bagi lembaga-lembaga yang berkepentingan kemudian agar mereka serius dalam menanggapi masalah tersebut dan berusaha untuk mencari solusinya.
Dalam hal ini, krisis ekologi didalamnya mencakup tentang krisis pendidikan, karena pendidikan berkaitan dengan pendidikan lingkungan.
59
Hal tersebut dikarenakan manusia tidak bisa terpisahkan dengan alam, karena manusia adalah
bagian dari alam dan lingkungan itu sendiri. Dengan pemahaman ecoliteracy yang dimiliki maka secara alami akan
menggeser persepsi selama ini, bahwa kebutuhan untuk melindungi ekosistem bukan hanya dalam hal keyakinan yang dipegang oleh seseorang yang telah
berkomitmen terhadap kepedulian lingkungan, akan tetapi hal ini adalah sebuah sistem keharusan yang memang harus dipertahankan untuk kelanjutan kehidupan
manusia. Hal inilah yang dinilai akan menjadi prioritas dalam prinsip dasar pemikiran serta tindakan dalam masyarakat berkelanjutan. Ecoliteracy ini dapat
melibatkan berbagai banyak bidang, karena lingkungan tidak hanya berkutat pada
58
Eko Handoko dkk, Studi Masyarak at Indonesia Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015, 151.
59
Badrud Tamam, “Peningkatan Ecoliteracy, 5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
satu bidang melainkan menyeluruh pada segi apapun yang ada disekitar manusia. Seperti halnya dalam bidang pendidikan, ecoliteracy ini bisa dinampakkan dalam
hal pembelajaran terhadap siswa-siswa untuk selalu peduli terhadap lingkungan. Seperti penulis kutip dari artikel Koran Pikiran Rakyat tulisan Riyan
Rosal Yosma
Oktapyanto yang
mengungkapkan pemikirannya
mengenai ecoliteracy bahwa ecoliteracy sebagai suatu gerakan yang dibutuhkan untuk
menciptakan kepekaan terhadap pelestarian lingkungan sekitar. Ecoliteracy sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik khususnya di tingkat pendidikan