Artinya:”Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk Al- Qur’an dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. Qs. At-Taubah:33
72
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah
kedalaman penghayatan
keagamaan seseorang
dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dengan
memenuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan keikhlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga, dengan penghayatan keagamaan dan
kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakkan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci.
2. Dimensi-dimensi Religius
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika
seseorang melakukan perilaku ritual beribadah, tetapi juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan akhir. Bukan hanya yang
berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tetapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam diri seseorang. Karena
itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Religiusitas sering dimaknai sebagai dimensi yang dikenal
dengan keyakinan dan di praktekkan dengan ritual dan bertendensi pada
72
Yayasan Penelenggara Penerjemah Al- Qur’an, Semarang: Al-Waah, 2004, h. 259
sikap baik atau juga bisa disebut akhlak. Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam
bentuk ibadah ritual saja, tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk
beragama secara menyeluruh pula.
73
Menurut Glock Stark dalam buku Psikologi Terapan Mengupas Dinamika Kehidupan Umat Manusia ada lima macam
dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan ideologis, dimensi peribadatan atau praktik agama ritualistik, dimensi penghayatan
eksperensial, dimensi
pengalaman konsekuensial,
dimensi pengetahuan agama intelektual.
74
a. Dimensi Keyakinan Ideologis
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religis berpegang teguh pada sudut pandang teologis tertentu dan
meyakini doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan
tetap taat. Di dalam agama Islam dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akhidah Islam yakni menunjukkan pada
seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan
dogmatic.
Di dalam keberIslaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para
73
Djamaluddin Anclok dan Fuat Nashori Suroso,
Psikologi Agama,
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005, h. 76-77
74
Djamaluddin Anclok dan Mohammad Asmai,
Psikologi Terapan Mengupas Dinamika Kehidupan Umat Manusia,
Yogyakarta: Darussalam, 2004, h. 59
malaikat, Nabi atau Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka serta qadha’ dan qadar.
75
b. Dimensi Praktik Agama Ritualistik
Dimensi keberagamaan yang berkaitan dengan sejumlah perilak disebut dengan dimensi ritualistik. Yang dimaksd dengan
perilaku disini bukanlah perilaku umum yang dipengaruhi. Keimanan seseorang, melainkan mengacu pada perilaku-perilaku
khusus yang ditetapkan oleh agama.
76
Dimensi praktik agama atau syi’ah menyangkut pelaksanaan sholat, puasa, zakat, haji, membaca
Al- Qur’an, do’a, zikir, ibadah qurban, I’tikaf dimasjid pada bulan
puasa, dan sebagainya. Beberapa hal di atas termasuk ‘ubudiyah yaitu pengabdian ritual sebagaimana diperintahkan dan diatur di
dalam Al- Qur’an dan sunnah.
77
c. Dimensi Penghayatan Eksperensial
Dimensi eksperensial berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama. Psikologi menamainya
religious experiences.
78
Dimensi pengalaman berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan
sensasi-sensasi yang dialami seseorang.
79
Di dalam ajaran agama Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab
75
Zulkarnain,
Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam,
Bengkulu: Pustaka Pelajar, 2008, h. 27
76
Jalaludiun Rahmat, Psikologi Agama Sebuah Pengantar,…, h. 45
77
Zulkarnain,
Transformasi Nilai-
nilai Pendidikan Islam,…, h. 28
78
Jalaludiun Rahmat, Psikologi Agama Sebuah Pengantar,…, h. 45
79
Muhaimin, et All.,
Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di
Sekolah,…, h. 293
takarrub
dengan Allah, perasaan doa-doa sering terkabul, perasaan tentram atau bahagia karena menumbuhkan Allah,
perasaan bertawakal atau pasrah diri secara positif kepada Allah, perasaan khusu’ ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan
tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al- Qur’an perasaan
bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah.
80
d. Dimensi Pengalaman Konsekuensial
Konsekuensi komitmen beragama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan diatas. Pengalaman ini mengacu
pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek pengalaman dan pengetahuan dari hari kehari. Dalam Islam
pengalaman disejajarkan agamanya yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain.
81
Dimensi pengalaman menunjukkan pada seberapa muslim berperilaku yang
dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu- individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain.
Dalam kebeIslaman, dimensi ini meliputi suka menolong, bekerjasama,
berderma, mensejahterakan
dan menumbuh
kembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan, menjaga amanah,
tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum-minuman yang memabukkan, memasuki norma-norma
80
Djamaluddin Anclok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Agama,…, h. 82
81
Ibid, h. 80-81
Islam dalam perilaku sosial, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya.
82
e. Dimensi Pengetahuan Agama Intelektual
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal pengetahuan
mengenai dasar-dasar keyakinan ritus-ritus kitab suci dan tradisi- tradisi. Dimensi pengetahuan atau ilm dalam Islam menunjuk
kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran-ajaran
pokok dari agama sebagaimana termuat dalam kitab suci Al- Qur’an.
83
Menurut Glok dan Strak kelima dimensi religiusitas tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dimensi-dimensi tersebut harus
saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk religiusitas. Apabila hanya berlaku sebagian maka dapat dikatakan seseorang
memiliki religiusitas yang rendah, artinya individu belum mampu menginternalisasikan dalam perilakunya. Tidak ada satu
penelitianpun yang menyatakan bahwa kelima kelima dimensi ini muncul secara bersamaan, begitu pula bahwa antara satu dimensi
dengan dimensi lainnya terdapat hubungan dan keterkaitan meskipun secara umum seseorang dikatakan memiliki agama bila
ia menunjukkan indikator ritual dan ideologis saja.
82
Muhaimin, et All.,
Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di
Sekolah,…, h. 298
83
Muhaimin, et All.,
Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di
Sekolah,…, h. 293
3. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Religius Remaja