Perbandingan Perbandingan T1 232010205 Full text

42 No No No No Jenis Jenis Jenis Jenis Resiko Resiko Resiko Resiko Potensi Potensi Potensi Potensi Return Return Return Return Contoh Contoh Contoh Contoh Produk Produk Produk Produk 1 Kas Rendah Rendah Tabungan, Deposito, Reksadana Pasar Uang 2 Obligasi Sedang Sedang ORI, Reksadana Pendapatan Tetap 3 Saham Tinggi Tinggi Saham, Reksadana Saham 4 Properti Sedang Sedang Tanah, Ruko, 5 Logam Mulia Sedang Sedang Emas Untuk dapat mengetahui dengan jelas strategi apa yang digunakan oleh masing- masing Dana Pensiun maka dapat dilihat dari alokasi investasi terhadap instrumen berupa saham dan reksanana. Selama periode 2008-2012 Dana Pensiun A memiliki alokasi yang lebih besar untuk saham dan reksadana jika dibandingkan dengan Dana Pensiun B dan Dana Pensiun C. Dana Pensiun B memiliki proporsi investasi saham dan reksadana yang lebih kecil daripada Dana Pensiun C. Maka dari itu ada kecenderungan bahwa Dana Pensiun A menerapkan strategi agresif, Dana Pensiun B strategi Konservatif, sedangkan Dana Pensiun C menerapkan strategi moderat. Penerapan sebuah strategi investasi tentu memiliki harapan dan pengaruh tersendiri terhadap pencapaian hasil investasi yang diukur dengan persentase perolehan ROI. Di bawah ini adalah perbandingan secara sederhan untuk melihat pengaruh penerapan strategi investasi terhadap perolehan hasil investasi ROI. Tabel Tabel Tabel Tabel 5. 5. 5.

5. Perbandingan Perbandingan

Perbandingan Perbandingan Strategi Strategi Strategi Strategi Investasi Investasi Investasi Investasi dengan dengan dengan dengan Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Perolehan Perolehan Perolehan Perolehan ROI ROI ROI ROI 43 Dana Dana Dana Dana Pensiun Pensiun Pensiun Pensiun Strategi Strategi Strategi Strategi Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Perolehan Perolehan Perolehan Perolehan ROI ROI ROI ROI Dana Pensiun A Agresif 9,40 Dana Pensiun B Konservatif 8,45 Dana Pensiun C Moderat 14,80 Sumber: Portofolio dan ROI Tiga Dana Pensiun Per 31 Desember 2008-2012 data diolah,2014 Dari perbandingan di atas maka dapat disimpulkan bahwa besarnya ROI tidak tergantung pada instrumen yang memiliki \resiko paling tinmggi saja seperti saham dan reksadana. Karena pada umumnya, saham dan reksadana yang memiliki resiko tinggi dinilai dapat memberikan return yang lebih besar daripada intrumen lain yang resikonya lebih kecil. Namun, berdasarkan perbandingan tersebut di atas, justru return terbesar diperoleh Dana Pensiun C yang menerapkan strategi moderat. Return Return Return Return On On On On Asset Asset Asset Asset ROA ROA ROA ROA ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan dari dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan total aktiva untuk menghasilkan laba. ROA tidak memiliki persentase tertentu sebagai target yang tertuang di dalam Arahan Investasi maupun aturan lainnya yang dinyatakan secara eksplisit. Meskipun demikian, masing-masing Dana Pensiun pada saat menentukan portofolio investasi sampai kepada hasil investasi yang diharapkan, turut pula memperhitungkan dan menetapkan harapan terhadap pencapaian ROA pada masa yang akan datang. Bagi Dana Pensiun, ROA memiliki arti yang hampir sama pentingnya dengan ROI, karena apabila hasil dari usaha investasi meningkat sehingga pendapatannya juga 44 meningkat, maka ada kemungkinan ROA nya juga meningkat tetapi tergantung pula pada total aktiva bersih yang menjadi pembagi dalam perhitungan persentase ROA. Berikut adalah hasil dari perhitungan ROA untuk masing-masing Dana Pensiun selama periode 2008-2012: Sumber:Laporan Aktiva Bersih Tiga Dana Pensiun Per 31 Desember 2008-2012 Dari hasil perhitungan lihat Lampiran 2, pergerakan ROA yang diperoleh oleh masing-masing Dana Pensiun cukup berfluktuatif. Untuk tahun 2008, Dana Pensiun A memperoleh ROA dengan terkecil yaitu sebesar 3.00 dibandingkan dengan Dana Pensiun B dan Dana Pensiun C yang masing-masing sebesar 8.00 dan 6.00. Pada akhir periode 2008, Dana Pensiun B memperoleh ROA tertinggi sebesar 8.00, apabila 45 dibandingkan dengan Dana Pensiun A dan Dana Pensiun C yang masing-masing sebesar 3.00 dan 6.00. Pada kenyataannya, diperiode yang sama Dana Pensiun C yang memperoleh ROI tertinggi namun tidak sejalan dengan perolehan ROA nya, hal ini dapat disebabkan karena terdapat peningkatan aset atau peningkatan pada jumlah investasi pada Dana Pensiun C yang peningkatan bilangan pembaginya lebih besar daripada peningkatan hasil investasinya yang artinya total pendapatannya pun meningkat. Faktor lainnya dapat disebabkan karena, setiap Dana Pensiun memiliki total investasi yang berbeda-beda begitu pula dengan hasil investasinya. Sehingga menyebabkan total pendapatan maupun aset tersediannya juga berbeda-beda. Karena keunikan inilah, maka besarnya persentase rasio yang diperoleh tidak dapat serta merta menjadi pembanding yang bersifat mutlak terhadap evaluasi kinerja dari kegiatan investasi yang dilakukan. Pada akhir periode 2012, dua dari Dana Pensiun memperoleh persentase ROA yang sama besarnya yakni 7.00 yang diperoleh oleh Dana Pensiun A dan Dana Pensiun C. Sementara perolehan ROA tertinggi sebesar 8.00 oleh Dana Pensiun B. ROA yang diperoleh ketiga Dana Pensiun tidak trerpaut jauh berbeda, hanya selisih sebesar 1.00. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ukuran perolehan ROA, seperti keadaan makro ekonomi dan pengaruh atas kebijakan-kebijakan tertentu yang diberlakukan oleh masing-masing Dana Pensiun pada periode terkait. Indikator ROI dan ROA memang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini karena kaitannya dengan 46 pembahasan utama mengenai bentuk dan penyususnan portofolio yang dipilih oleh tiga Dana Pensiun yang ada di Salatiga. Apabila ROI yang diperoleh Dana Pensiun meningkat, maka diharapkan hasil usaha dari pengembangan kekayaannya juga meningkat, sehingga Asset sebagai lambang kekayaan sebuah Dana Pensiun juga diharapkan akan meningkat. Peningkatan jumlah aset atau kekayaan inilah yang digambarkan melalui peningkatan persente ROA nya. Oleh sebab itu, masing-masing Dana Pensiun berupaya sedemikan rupa pada setiap periode investasi agar dapai meningkatkan persentase ROI maupun ROA dengan cara menyusun portofolio investasi yang ideal yang dianggap memiliki potensi untuk dapat mengembangkan kekayaan yang dimiliki. Peningkatan ROA tentu memberikan dampak yang positif bagi pengembangan kekayaan atas aset yang telah diinvestasikan yang turut mempengaruhi penilaian kinerja pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengelola aset dan kekayaan yang diinvestasikan. Rasio Rasio Rasio Rasio Kecukupan Kecukupan Kecukupan Kecukupan Dana Dana Dana Dana RKD RKD RKD RKD Sebagai sebuah lembaga Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti, aspek pendanaan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pelaksanaan dan kelangsungan kegiatan Dana Pensiun. Secara umum disadari bahwa kecukupan pendanaan bagi Program Pensiun Manfaat Pasti adalah tanggungjawab Pendiri, Dana Pensiun dituntut untuk senantiasa dapat mengelola, menjaga, dan mengembangkan dana yang dipercayakan kepada Dana Pensiun. 47 Pendanaan menjadi begitu penting disebabkan karena pendanaan menentukan sampai dimana kesanggupan Dana Pensiun untuk dapat memenuhi dan mewujudkan tujuan pendiriannya, yakni: membayarkan Manfaat Pensiun sesuai dengan yang telah dijanjikan, dan kelangsungan dari Program Pensiun itu sendiri. Sebagai indikator untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana efektivitas atas kinerja Pendiri dalam mengelola sejumlah dana yang telah diinvestasika maka dapat dengan menggunakan salah satu dari rasio keuangan untuk investasi yakni Rasio Kecukupan Dana RKD. RKD menunjukkan seberapa besar kecukupan dana dan kemampuan lembaga Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya yakni membayarkan manfaat pensiun pada masa kini dan yang akan datang. Jika nilai RKD berada pada angka 100.00 atau lebih, sampai 120.00 maka terjadi overfunded , Pemberi Kerja Pendiri dapat tetap membayar Iuran Pensiun Normal, namun tidak lagi membayar Iuran Pensiun Tambahan. Apabila nilai RKD mencapai diatas 120.00 maka Pemberi Kerja Pendiri dapat mengurangi besarnya Iuran Normal. Sedangkan, jika nilai RKD kurang dari 100.00 maka terjadi underfunded , dimana terdapat defisit kekayaan sehingga timbul kewajiban Pemberi Kerja Pendiri untuk membayar iuran tambahan atas defisit tersebut disamping tetap membayar iuran normal. 48 Berikut adalah perolehan RKD dari masing-masing Dana Pensiun selama periode 2008-2012: Sumber: Laporan Aktuaria Tiga Dana Pensiun Per 31 Desember 2008-2012 Berdasarkan data di atas dan perhitungan yang dilakukan lihat Lampiran 3, maka dapat dilihat persentase atas RKD yang diperoleh oleh tiga Dana Pensiun. Dari ketiga Dana Pensiun tersebut, Dana Pensiun A memperoleh RKD tertingginya pada akhir periode 2008 yakni sebesar 139.00 peringkat I. Jika RKD 100 berarti kewajiban aktuaria melebihi kekayaan bersihnya, maka pemberi kerja wajib untuk menutup defisit tersebut dengan cara memberikan iuran tambahan. Meskipun Dana Pensiun A tidak menerima iuran tambahan dari Pemberi Kerja, namun tetap di wajibkan untuk membayarkan iuran pemberi kerja apabila RKD yang 49 diperoleh berada pada rentang nilai 100-120. Dana Pensiun C pernah memperoleh RKD terendahnya pada akhir periode 2011. Karena Dana Pensiun C selalu mengalami defisit selama lima periode terakhir maka menjadi suatu kewajiban bagi pemberi kerja untuk memberikan iuran tambahan di setiap periodenya. Bagi peserta sendiri meskipun program pensiun dengan manfaat pasti memberikan jaminan kepada mereka atas pembayaran manfaat, kondisi ini tidak mustahil akan menimbulkan rasa kurang aman yang selanjutnya dapat berpengaruh pula pada produktivitas kerja. Sebaliknya, apabila dana pensiun mencapai kondisi kecukupan dana atau RKD=100, bahkan surplus atau RKD 100 maka tidak akan ada iuran tambahan. Dari tiga Dana Pensiun, Dana Pensiun A dan Dana Pensiun C rata-rata perolehan RKD menunjukkan keadaan surplus, yakni RKD 100 yang masing-masing sama dengan 131.00 dan 101.00. Untuk Dana Pensiun yang memperoleh RKD sama dengan atau di atas 100, selain tidak membutuhkan iuran tambahan dari pemberi kerja, juga memiliki buffer untuk berjaga-jaga terhadap resiko investasi atau hal-hal yang berkaitan dengan perhitungan kewajiban antara lain seperti adanya peningkatan gaji yang menyeluruh dan besar, serta perubahan struktur demografi dari peserta dana pensiun. Nilai ekstrem tertinggi untuk persentase RKD diperoleh oleh Dana Pensiun A pada akhir periode 2008, yakni sebesar 140.00. Pada periode selanjutnya perolehan RKD dari Dana Pensiun A mengalami penurunan, namun hal tersebut tidak menjadi masalah yang serius karena Dana Pensiun A tetap memperoleh RKD 100 pada setiap periode. Oleh karena itu, apabila diadakan suatu pengukuran terhadap kualitas pendanaan dari tiga Dana Pensiun tersebut baik atau tidak, selain dilihat dari 50 kemampuan pengelolaan dan pengembangan kekayaannya ROI dan ROA, maka dapat pula diketahui dari perbandingan atas RKD dengan melihat termasuk didalam kelompok mana kualitas atas pendanaan Dana Pensiun tersebut. Dana Pensiun A dan Dana Pensiun B dengan rata-rata RKD masing-masing sebesar 131.00 dan 101.00 termasuk dalam kelompok pendanaan kualitas tingkat pertama. Pendanaannya berada dalam keadaan dana terpenuhi kekayaan tidak kurang dari kewajiban aktuaria, dengan kata lain rasio kekayaan terhadap kewajiban aktuaria atau RKD di atas 100. Sementara itu, Dana Pensiun C yang rata-rata RKD sebesar 86.00, dan termasuk dalam kelompok pendanaan dengan kualitas tingkat ketiga. Hal ini disebabkan karena kekayaannya kurang dari kewajiban solvabilitas, dengan kata lain rasio pendanaannya dibawah atau kurang dari 100. Sehingga selama periode 2008-2012, hanya Dana Pensiun C yang setiap periodenya mendapatkan iuran tambahan yang diberikan oleh Pemberi Kerja agar dapat menutupi keadaan defisit tersebut. Dana Pensiun A belum pernah mengalami keadaan defisit selama periode 2008-2012 sehingga Pemberi Kerja tidak perlu memberikan iuran tambahan, begitu pula dengan Dana Pensiun C meskipun pernah mengalami keadaan defisit pada periode 2012 dengan RKD sebesar 98.00, namun hal tersebut tidak membuat Dana Pensiun B kehilangan performanya yang dianggap memiliki kualitas pendaan yang baik, hal ini dikarenakan apabila didasarkan pada rata-rata RKD, maka Dana Pensiun B tetap termasuk dalam kualitas pendanaan tingkat pertama. 51 KESIMPULAN KESIMPULAN KESIMPULAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bagian-bagian sebelumnya, hasil dari analisis terhadap Portofolio Investasi Dana Pensiun Studi Kasus Pada Tiga Dana Pensiun Di Salatiga per 31 Desember periode 2008-2012 dapat disimpulkan, sebagai berikut: 1. Alokasi aset yang tersedia untuk investasi sebagian besar ditempatkan pada instrumen yang berasal dari pasar uang yang berupa Deposito Berjangka dan Obligasi yang memiliki proporsi yang dominan dibandingkan dengan proporsi yang dimiliki instrumen investasi lain dalam portofolio investasi yang dibentuk oleh tiga Dana Pensiun per 31 Desember 2008-2012. Proporsi dari Deposito Berjangka dan Obligasi yang mendominasi bentuk dari portofolio investasi belum melampaui batasan investasi yang telah ditetapkan oleh Pendiri melalui Arahan Investasi masing-masing Dana Pensiun. Deposito Berjangka menjadi pilihan investasi karena dinilai memiliki resiko yang cukup kecil dan dapat memberikan return yang dianggap cukup stabil dan pasti meskipun jumlahnya tidak sebesar apabila diinvestasikan pada instrumen yang berisiko besar seperti saham. 2. Berdasarkan perbandingan antara strategi investasi yang diterapkan terhadap hasil yang diperoleh, maka daapat disimpulkan bahwa alokasi investasi yang besar pada instrumen berisiko tinggi dapat memberikan hasil yang terbesar pula. Karena berdasarkan rata-rata hasil investasi diperoleh Dana Pensiun C 52 menempati urutan pertama dengan hasil terbesar sedangkan Dana Pensiun C menerapkan strategi moderat yang berada ditengah-tengah antara agresif dan konservatif. 3. Pada Akhir periode 2008, tiga Dana Pensiun belum dapat memenuhi ROI yang telah ditargetkan sesuai dengan Arahan Investasi. Mulai dari awal periode 2009 sampai dengan akhir periode 2012, pergerakan dari ROI yang diperoleh masing- masing Dana Pensiun dapat dikatakan mengalami pertumbuhan yang baik seiring dengan kondisi tingkat suku bunga Deposito Berjangka yang semakin membaik. Walaupun tiga Dana Pensiun ini memiliki kemiripan dalam memilih komponen penyusun utama dari portofolio investasinya, yakni Deposito Berjangka dan Obligasi, namun imbal hasilnya tetap berbeda sehingga ROI nya juga berbeda. Pergerakan ROI dari tiap Dana Pensiun juga bersifat fluktuatif. 4. Perbedaan atas besar kecilnya ROA yang diperoleh masing-masing Dana Pensiun dapat disebabkan karena imbal hasil yang diperoleh sebagai salah satu sumber pendapatan tidak sama besarnya kemudian total aset yang tersedia dari masing-masing Dana Pensiun tentu berbeda, karena itu tidak semua Dana Pensiun dapat memperoleh ROA yang besar pada setiap akhir periode investasi. 5. Berdasarkan data RKD yang diperoleh, Dana Pensiun A dan Dana Pensiun B secara keseluruhan tergolong dalam peringkat I karena rata-rata RKD 100 , meskipun di periode tertentu RKD yang diperoleh kurang dari 100, sehingga Pemberi Kerja tidak diwajibkan untuk membayarkan Iuran Tambahan meskipun 53 untuk Dana pensiun A tetap diwajibkan membayar Iuran Pekerja apabila RKD dalam rentang nilai 100-120. Hanya Dana Pensiun C yang setiap akhir periode RKD100, yang berarti Pemberi kerja diwajibkan untuk membayarkan Iuran Tambahan agar dapat menutup defisit dana untuk membayarkan manfaat pensiun bagi peserta pensiun. Oleh sebab itu, dana Pensiun tergolong dalam kualitas pendanaan tingkat II. 6. Secara keseluruhan, berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan terhadap Portofolio Investasi yang disusun oleh masing-masing Dana Pensiun, serta analisis terhadap perolehan ROI, ROA dan RKD sebagai indikator yang mencerminkan kondisi keuangan dan evaluasi kinerja, dapat diketahui bahwa setiap Dana Pensiun memiliki karakteristik dan keunikannya tersendiri. Karena adanya karakteristik dan keunikan dari masing-masing Dana Pensiun, menyebabkan tidak dapat dibandingkan bagaimana baik atau buruknya kinerja dari usaha investasi yang dilakukan hanya berdasarkan bentuk Portofolio dan besar kecilnya nilai dari rasio-rasio yang diperoleh. data-data dan hasil penelitian yang telah dilakukan tidak dapat menjadi alat mutlak untuk dapat membandingkan keefektifan dan efisiensi dari kinerja. Tetapi hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dapat mencapai kinerja yang lebih baik lagi bagi masing-masing Dana Pensiun. 54 Keterbatasan Keterbatasan Keterbatasan Keterbatasan Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan sebagai berikut: 1. Peneliti tidak dapat memperoleh semua informasi secara terperinci karena alasan privacy dari beberapa Dana Pensiun yang menjadi objek dalam penelitian ini. Maka dari itu data-data yang sebenarnya diperlukan tidak didapatkan secara utuh melainkan hanya berupa informasi lisan dari pihak Dana Pensiun. 2. Setiap Dana Pensiun memiliki karakteristiknya serta keunikannya tersendiri dikarenakan berbedanya Arahan Investasi dari masing-masing Dana Pensiun, sehingga walaupun tersedia data-data bentuk portofolio investasi yang dibentuk serta hasil perhitungan dari indikator dari rasio-rasio yang dapat menjadi cerminan keadaan dan kondisi kegiatan investasi, tetap saja tidak dapat menjadi alat pembanding yang bersifat mutlak untuk dapat menentukan apakah kinerja dari kegiatan investasi telah benar-benar terbukti efektif dan efisien. Maka dari itu, penelitian ini hanya dapat memberikan analisis terhadap keputusan investasi yang telah diambil dan dampaknya terhadap pergerakan ROI, ROA dan RKD. 55 3. Tidak semua Dana Pensiun menyediakan nilai dari ROI, ROA dan RKD dalam setiap data yang diberikan sehingga terdapat beberapa jenis rasio yang dihitung oleh peneliti berdasarkan KMK, sehingga ada kemungkinan menimbulkan ketidakpastian terhadap keabsahan dari hasil perhitungan. Saran Saran Saran Saran Bagi Bagi Bagi Bagi Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Yang Yang Yang Yang Akan Akan Akan Akan Datang Datang Datang Datang Perlu adanya kajian secara lebih mendalam terhadap karakteristik dan keunikan dari masing-masing Dana Pensiun sehingga melalui Portofolio Investasi dan indikator rasio-rasio yang diperoleh dapat menjadi alat untuk membandingkan apakah keputusan investasi dalam menentukan bentuk dan proporsi Portofolio Investasi yang dimiliki memang benar-benar sudah tepat dan ideal serta dapat memberikan imbal hasil sesuai dengan yang diharapkan. Implikasi Implikasi Implikasi Implikasi Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka ada beberapa implikasi yang perlu diperhatikan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini memberikan analisis yang dapat menjadi masukan bagi tiga Dana Pensiun yang ada di Salatiga mengenai portofolio investasi seperti apa yang ideal yang seharusnya dibentuk oleh masing-masing Dana Pensiun sesuai dengan Arahan Investasi dean Batasan Investasi menyangkut Instrumen apa saja dan berapa besar proporsi yang diperkenankan. Secara praktis, hendaknya masing-masing Dana Pensiun tidak hanya terfokus pada instrumen Deposito Berjangka dan Obligasi saja. Walaupun berdasarkan hasil 56 analisis dan data mengungkapkan bahwa, imbal hasil yang diperoleh cukup stabil dan secara keseluruhan dapat memenuhi harapan para Pemberi Kerja maupun Peserta, namun tetap saja sesuai dengan prinsip investasi “ high risk high return”, hasil investasi dari intrumen investasi yang low risk, return nya juga tertentu. Deposito Berjangka dan Obligasi maupun investasi tabungan lainnya memang layak menjadi pilihan dan sesuai dengan prinsip konservatif Dana Pensiun dalam menjalankan kegiatan investasinnya, tetapi tidak ada salahnya jika mencoba untuk memberikan proporsi yang sedikit lebih besar untuk intrumen investasi lainnya misalnya dari produk pasar modal. 57 DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA Francis, Jack., Investment: Analysis and Management , 5th Edition, McGraw-Hill Inc., Singapore, 1991. Husnan, S. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat, Cetakan Pertama. Yogyakarta : UUP AMP YKPN Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisis Ketiga. Yogyakarta : BPEE UGM. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 510KMK.062002. Laporan Tahunan Dana Pensiun 2006, Edisi Khusus 15 Tahun Dana Pensiun 1992- 2007. Pendahuluan Pedoman Tata Kelola DP – Keputusan ketua Bapepam LK No. KEP 136BL2006. 58 Peraturan Menteri Keuangan No. 19PMK.0102012 tetntang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan No. 199PMK.0102008 tentang Investasi Dana Pensiun. Pratomo, Eko.,dkk, Panduan Praktis Investasi Bagi Dana Pensiun , BNP Paribas : 2013. Rodoni, Ahmad dan Othman Yong. Analisis Investasi dan Teori Portofolio. Murai Kencana. Jakarta, 2003. Sentanoe Kertonegoro, Analisa dan Manajemen Investasi, Widya Press Jakarta, 1995 Tandelilin, Eduardus, Dr., Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, 2001. Undang-Undang, Peraturan Menteri Keuangan, Ketetapan Menteri Keuangan tentang Investasi Dana Pensiun, Arahan Investasi dan Ketetapan Perpajakan Terhadap Investasi. 59 DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP Penulis dilahirkan di kota Palangkaraya Kalimantan Tengah pada tanggal 07 September 1992 dari ayah yang bernama Kukuh Tri Wibowo dan ibu bernama Rait Tampung Maseh. Penulis merupakan anak Sulung dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Menteng 6 Palangkaraya dan lulus pada tahun 2004. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Palangkaraya dan tamat pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Katolik Santo Petrus Kanisius Palangkaraya dan lulus pada tahun 2010. Setelah tamat SMA, penulis hijrah ke propinsi Jawa Tengah dan diterima di Fakultas Ekonomika Dan Bisnis FEB Program Studi Akuntansi Satya Wacana dan Tamat bulan Mei 2014. 60 Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran 1. 1. 1.

1. Hasil Hasil