PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT KETERBUKAAN DIRI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL SUAMI ISTRI DI DALAM KELUARGA Kab. Lampung Timur

(1)

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT KETERBUKAAN DIRI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

SUAMI ISTRI DI DALAM KELUARGA

(Studi Pada Pasangan Suami Istri Desa Suryamataram Kec. Marga Tiga Kab. Lampung Timur)

(Skripsi)

Oleh Kusnul Fitria

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT KETERBUKAAN DIRI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

SUAMI ISTRI DI DALAM KELUARGA

(Studi Pada Pasangan Suami Istri Desa Suryamataram Kec. Marga Tiga Kab. Lampung Timur)

Oleh Kusnul Fitria

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

Abstrac

The Influse Of Demograpy Factors to The Self-Disclosure Rate Of Spouses Interpersonal Communication in Family (Study On The Spouses in Suryamataram Village Marga Tiga, Subdistrict East Lampung Regency)

By Kusnul Fitria

Self-Disclosure is a the act of intentionally or willingly to reveal them selves, tell self information, provide self information, opinion, confidence, feeling, experience or even the problems guarded or kept secret to be revealed to the other in a they are so the other understand. Self-disclosure influences the rate of the effectiveness an activity communication especially interpersonal communication. Self-disclosure can be seen from the attitude as follows (1) act professional, (2) be objective, (3) understand yourself, (4) understanding people , (5) the attitude believe (6) apply the Self-disclosure in communication .

The problems in this research is whether factors demographic of sex , ethnic , age ,marriage age , education levels and family income has influence on the rate of Self-disclosure in communication interpersonal spouses in the family. This research use method explanatory with quantitative approach. This research aims to find out the influence demography factors between self-disclosure at husband and wife in interpersonal communication in family. This research use analysis of simple regresion linier for rasio data and chi square test for nominal data with significansi 5%. The sampling technique used is the techniq sampling kuota with 96 subjects.

The results of this study indicate that : (1) Based on the result analysis of simple regresion linier for demography factor like age, age marriage, education and incame had signifikan influence that is 78.1% and 21,9% influence by other factors not examined in this study. (2) The result of chi squre test for ethnic is 0,033, this result indicate that ethnic had influence self-discluser. (3) The result of chi squre test for gender is 0,166, this result indicate that gender not had influence self-disclouser.


(4)

ABSTRAK

Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri dalam Komunikasi Interpersonal Suami Istri di dalam Keluarga. (Studi Pada Pasangan Suami Istri Desa Suryamataram Kec. Marga Tiga Kab. Lampung

Timur) Oleh Kusnul Fitria

Keterbukaan diri merupakan suatu tindakan sengaja atau rela untuk mengungkapkan diri, menceritakan informasi diri, memberikan informasi diri, pendapat, keyakinan, perasaan, pengalaman atau bahkan masalah yang dijaga atau dirahasiakan untuk diungkapkan kepada orang lain secara apa adanya sehingga pihak lain memahaminya. Keterbukaan diri mempengaruhi tingkat efektifitas suatu kegiatan komunikasi terutama komunikasi interpersonal. Keterbukaan diri ditunjukan dengan adanya sikap sebagai berikut (1) bersikap profesional, (2) bersikap objektif, (3) memahami diri sendiri, (4) memahami orang lain, (5) adanya sikap percaya (6) menerapkan sikap terbuka dalam komunikasi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor demografi yang berupa jenis kelamin, etnis, usia, lama pernikahan, tingkat pendidikan dan pendapatan seseorang memiliki pengaruh terhadap tingkat keterbukaan diri dalam komunikasi interpersonal suami istri didalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor demografi terhadap keterbukaan diri pasangan suami istri pada komunikasi interpersonal didalam keluarga. Penelitian ini menggunakan metode eksplanasi dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana untuk data rasio dan uji chi square untuk data nominal dengan taraf signifikansi 5%. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling kuota, dengan jumlah subjek sebanyak 96 pasangan suami istri.

Hasil penelitian ini menujukan bahwa: (1) Hasil regresi linier untuk faktor demografi yang berupa usia, usai pernikahan, pendidikan dan pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 78,1%, dan sisanya sebesar 21,9% dipengaruhi faktor lain. (2) Nilai Asymp sig dari uji chi square untuk etnis adalah 0,033,ini menujukan bahwa etnis secara signifikan mempengaruhi keterbukaan diri seseorang. (3) Nilai Asymp Sig dari uji chi square untuk jenis kelamin adalah 0,166, ini menujukan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi keterbukaan diri seseorang.

Kata kunci: Faktor demografi, keterbukaan diri, komunikasi interpersonal suami istri


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya, Hubungan Tingkat Pendidikan

Tehadap Kualitas Hubungan Interpersonal Suami-Istri ... 10

Tabel 2.2 Perbedaan Sikap Terbuka dan Tertutup ... 31

Tabel 2.3 Karakteristik Sikap Terbuka Dari Dua Sisi ... 34

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 61

Tabe 3.2 Rentangan Skala Likert ... 69

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Penelitian ... 76

Tabel 5.2 Uji Validitas Kuisioner ... 78

Tabel 5.3.1Uji Reliabilitas Variabel X ... 82

Tabel 5.3.2 Uji Reliabilitas Variabel Y Istri ... 82

Tabel 5.3.2 Uji Reliabilitas Variabel Y Suami ... 83

Tabel 5.4.1.1 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pernyataan Sering Terjadi Kesalah Pahaman Ketika Suami Istri Berbicara disaat Sedang Marah Berdasarkan Jenis kelamin ... 84

Tabel 5.4.1.2 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pernyataan Sering Terjadi Kesalahpahaman Ketika Suami Istri Berbicara disaat Sedang Marah Berdasarkan Etnik ...85

Tabel 5.4.1.3 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pernyataan Sering Terjadi Kesalahpahaman Ketika Suami Istri Berbicara disaat Sedang Marah Berdasarkan usia ... 86

Tabel 5.4.1.4 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pernyataan Sering Terjadi Kesalahpahaman Ketika Suami Istri Berbicara disaat Sedang Marah Berdasarkan Lama pernikahan ... 86

Tabel 5.4.1.5 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pernyataan Sering Terjadi Kesalahpahaman Ketika Suami Istri Berbicara disaat Sedang Marah Berdasarkan pendidikan ... 87


(7)

Tabel 5.4.1.6 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pernyataan Sering Terjadi Kesalahpahaman Ketika Suami Istri Berbicara disaat

Sedang Marah Berdasarkan pendapatan ... 88 Tabel 5.4.2.1. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Meminta Bantuan

Orang Lain dalam Menyelesikan Masalah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 89 Tabel 5.4.2.2. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Meminta Bantuan

Orang Lain dalam Menyelesikan Masalah Berdasarkan Etnik ... 90 Tabel 5.4.2.3. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Meminta Bantuan

Orang Lain dalam Menyelesikan Masalah Berdasarkan Usia ... 91 Tabel 5.4.2.4. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Meminta Bantuan

Orang Lain dalam Menyelesikan Masalah Berdasarkan lama pernikahan ... 92 Tabel 5.4.2.5. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Meminta Bantuan

Orang Lain dalam Menyelesikan Masalah Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 93 Tabel 5.4.2.6. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Meminta Bantuan

Orang Lain dalam Menyelesikan Masalah Berdasarkan Pendapatan ... 94 Tabel 5.4.3.1. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menerima Saran

dan Kritik dari Pasangan Bedasarkan Jenis Kelamin ... 95 Tabel 5.4.3.2. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menerima Saran

dan Kritik dari Pasangan Bedasarkan Etnik ... 96 Tabel 5.4.3.3. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menerima Saran

dan Kritik dari Pasangan Bedasarkan Usia ... 97 Tabel 5.4.3.4. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menerima Saran

dan Kritik dari Pasangan Bedasarkan lama Pernikahan ... 98 Tabel 5.4.3.5. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menerima Saran


(8)

Tabel 5.4.3.1. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menerima Saran dan Kritik dari Pasangan Bedasarkan Pendapatan ... 100 Tabel 5.4.4.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Memberi Saran,

Namun Saran Tidak Membantu Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 101 Tabel 5.4.4.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Memberi Saran,

Namun Saran Tidak Membantu Berdasarkan

Etnik ... 102 Tabel 5.4.4.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Memberi Saran,

Namun Saran Tidak Membantu Berdasarkan

Usia ... 103 Tabel 5.4.4.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Memberi Saran,

Namun Saran Tidak Membantu Berdasarkan

lama Pernikahan ... 104 Tabel 5.4.4.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Memberi Saran,

Namun Saran Tidak Membantu Berdasarkan

Pendidikan ... 105 Tabel 5.4.4.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Memberi Saran,

Namun Saran Tidak Membantu Berdasarkan

Pendapatan ... 105 Tabel 5.5.1.1 Rekapitulasi jawaban pernyataan Kemauan Merubah

Pendapat berdasarkan Jenis Kelamin ... 107 Tabel 5.5.1.2 Rekapitulasi jawaban pernyataan Kemauan Merubah

Pendapat berdasarkan Etnik ... 108 Tabel 5.5.1.3 Rekapitulasi jawaban pernyataan Kemauan Merubah

Pendapat berdasarkan Usia ... 109 Tabel 5.5.1.4 Rekapitulasi jawaban pernyataan Kemauan Merubah

Pendapat berdasarkan lama Pernikahan ... 110 Tabel 5.5.1.5 Rekapitulasi jawaban pernyataan Kemauan Merubah

Pendapat berdasarkan Pendidikan ... 111 Tabel 5.5.1.6 Rekapitulasi jawaban pernyataan Kemauan Merubah


(9)

Tabel . 5.5.2.1. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menanyakan Apa yang Pasangan Sampaiakan Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 113 Tabel . 5.5.2.2. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menanyakan

Apa yang Pasangan Sampaiakan Berdasarkan Etnik ... 114 Tabel . 5.5.2.3. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menanyakan

Apa yang Pasangan Sampaiakan Berdasarkan Usia ... 115 Tabel . 5.5.2.4. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menanyakan

Apa yang Pasangan Sampaiakan Berdasarkan lama

pernikahan ... 116 Tabel . 5.5.2.5. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menanyakan

Apa yang Pasangan Sampaiakan Berdasarkan

Pendidikan ... 117 Tabel . 5.5.2.6. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Menanyakan

Apa yang Pasangan Sampaiakan Berdasarkan

Pendapatan ... 118 Tabel 5.5.3.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Selalu Berpegang

Teguh pada Pendirian Berdasarka Jenis Kelamin ... 119 Tabel 5.5.3.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Selalu Berpegang

Teguh pada Pendirian Berdasarka Etnik ... 120 Tabel 5.5.3.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Selalu Berpegang

Teguh pada Pendirian Berdasarka Usia ... 121 Tabel 5.5.3.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Selalu Berpegang

Teguh pada Pendirian Berdasarka lama Pernikahan ... 122 Tabel 5.5.3.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Selalu Berpegang

Teguh pada Pendirian Berdasarka Pendidikan ... 123 Tabel 5.5.3.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Selalu Berpegang

Teguh pada Pendirian Berdasarka Pendapatan ... 124 Tabel 5.6.1.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekeurangan

dan Kelebihan Diri Menurut Jenis Kelamin ... 125 Tabel 5.6.1.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekeurangan


(10)

Tabel 5.6.1.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekeurangan

dan Kelebihan Diri Menurut Usia ... 127 Tabel 5.6.1.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekeurangan

dan Kelebihan Diri Menurut Lama Pernikahan ... 130 Tabel 5.6.1.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekeurangan

dan Kelebihan Diri Menurut Pendidikan... 131 Tabel 5.6.1.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekeurangan

dan Kelebihan Diri Menurut Pendapatan ... 132 Tabel 5. 6.2.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Sulit Menerima

Kekurangan Diri Menurut Jenis Kelamin ... 133 Tabel 5. 6.2.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Sulit Menerima

Kekurangan Diri Menurut Etnik ... 134 Tabel 5. 6.2.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Sulit Menerima

Kekurangan Diri Menurut Usia ... 135 Tabel 5. 6.2.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Sulit Menerima

Kekurangan Diri Menurut lama Pernikahan ... 136 Tabel 5. 6.2.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Sulit Menerima

Kekurangan Diri Menurut Pendidikan ... 137 Tabel 5. 6.2.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Sulit Menerima

Kekurangan Diri Menurut Pendapatan ... 138 Tabel 5.6.3.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengungkapkan

Kekurangan Diri Menurut Jenis Kelamin ... 139 Tabel 5.6.3.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengungkapkan

Kekurangan Diri Menurut Etnik ... 140 Tabel 5.6.3.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengungkapkan

Kekurangan Diri Menurut Usia ... 141 Tabel 5.6.3.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengungkapkan

Kekurangan Diri Menurut Lama Pernikahan ... 142 Tabel 5.6.3.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengungkapkan

Kekurangan Diri Menurut Pendidikan ... 143 Tabel 5.6.3.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengungkapkan

Kekuranag Diri Menurut Pendapatan ... 144 Tabel 5.7.1.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekurangan


(11)

dan Kelebihan Pasangan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 145 Tabel 5.7.1.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekurangan

dan Kelebihan Pasangan Berdasarkan Etnik ... 146 Tabel 5.7.1.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui Kekurangan

dan Kelebihan Pasangan Berdasarkan Usia ... 147 Tabel 5.7.1.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui

Kekurangan dan Kelebihan Pasangan Berdasarkan

Lama Pernikahan ... 148 Tabel 5.7.1.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui

Kekurangan dan Kelebihan Pasangan Berdasarkan

Pendidikan ... 149 Tabel 5.7.1.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mengetahui

Kekurangan dan Kelebihan Pasangan Berdasarkan

Pendapatan ... 150 Tabel 5. 7.2.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kesulitan Menerima

Kekurangan yang Dimiliki Pasangan Pasangan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 151 Tabel 5. 7.2.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kesulitan Menerima

Kekurangan yang Dimiliki Pasangan Pasangan Berdasarkan Etnik ... 152 Tabel 5. 7.2.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kesulitan Menerima

Kekurangan yang Dimiliki Pasangan Pasangan Berdasarkan Usia ... 153 Tabel 5. 7.2.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kesulitan Menerima

Kekurangan yang Dimiliki Pasangan Pasangan Berdasarkan Lama Pernikahan ... 154 Tabel 5. 7.2.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kesulitan Menerima

Kekurangan yang Dimiliki Pasangan Pasangan Berdasarkan Pendidikan ... 153 Tabel 5. 7.2.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kesulitan Menerima Kekurangan

yang Dimiliki Pasangan Pasangan Berdasarkan


(12)

Tabel 5.7.3.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Mengungkapkan Kelebihan dan Kekurangan Pasangan Berdasarkan

jenis kelamin ... 155 Tabel 5.7.3.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Mengungkapkan Kelebihan dan Kekurangan Pasangan Berdasarkan Etnik... 156 Tabel 5.7.3.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Mengungkapkan

Kelebihan dan Kekurangan Pasangan Berdasarkan Usia ... 157 Tabel 5.7.3.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Mengungkapkan

Kelebihan dan Kekurangan Pasangan Berdasarkan

Lama Pernikahan ... 158 Tabel 5.7.3.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Mengungkapkan

Kelebihan dan Kekurangan Pasangan Berdasarkan

Pendidikan ... 159 Tabel 5.7.3.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Mengungkapkan

Kelebihan dan Kekurangan Pasangan Berdasarkan

Pendapatan ... 160 Tabel 5.8.1.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kurang Percaya

Pada Pasangan Pasangan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 161 Tabel 5.8.1.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kurang Percaya

Pada Pasangan Pasangan Berdasarkan Etnik ... 162 Tabel 5.8.1.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kurang Percaya

Pada Pasangan Pasangan Berdasarkan Usia ... 163 Tabel 5.8.1.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kurang Percaya

Pada Pasangan Pasangan Berdasarkan Lama Pernikahan .... 164 Tabel 5.8.1.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kurang Percaya

Pada Pasangan Pasangan Berdasarkan pendidikan ... 165 Tabel 5.8.1.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Kurang Percaya

Pada Pasangan Pasangan Berdasarkan pendapatan ... 166 Tabel 5.8.2.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyerahkan Semua

Urusan Rumah Tangga kepada pasangan saya berdasarkan jenis kelamin ... 167 Tabel 5.8.2.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyerahkan Semua Urusan


(13)

Rumah Tangga kepada pasangan saya berdasarka Berdasarkan Etnik ... 168 Tabel 5.8.2.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyerahkan Semua

Urusan Rumah Tangga kepada pasangan saya berdasarkan Usia ... 169 Tabel 5.8.2. Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyerahkan Semua

Urusan Rumah Tangga kepada pasangan saya berdasarkan Lama Pernikahan ... 170 Tabel 5.8.2.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyerahkan Semua

Urusan Rumah Tangga kepada pasangan saya berdasarkan Pendidikan ... 171 Tabel 5.8.2.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyerahkan Semua

Urusan Rumah Tangga kepada pasangan saya berdasarkan Pendapatan ... 172 Tabel 5.8.3.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyelesaikan Masalah

Sendiri Berdasarkan Jenis Kelamin ... 173 Tabel 5.8.3.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyelesaikan Masalah

Sendiri Berdasarkan Etnik ... 174 Tabel 5.8.3.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyelesaikan Masalah

Sendiri Berdasarkan Usia ... 175 Tabel 5.8.3.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyelesaikan Masalah

Sendiri Berdasarkan Lama Pernikahan ... 176 Tabel 5.8.3.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyelesaikan Masalah

Sendiri Berdasarkan Pendidikan ... 177 Tabel 5.8.3.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Menyelesaikan Masalah

Sendiri Berdasarkan Pendapatan ... 178 Tabel 5.9 .1.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Menyampaikan

Pendapat Pada Pasangan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 179 Tabel 5.9 .1.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Menyampaikan

Pendapat Pada Pasangan Berdasarkan Etnik ... 180 Tabel 5.9 .1.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Menyampaikan


(14)

Tabel 5.9 .1.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Menyampaikan Pendapat Pada Pasangan Berdasarkan Lama Pernikahan ... 182 Tabel 5.9 .1.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Menyampaikan

Pendapat Pada Pasangan Berdasarkan Pendidikan... 183 Tabel 5.9 .1.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Tidak Mau Menyampaikan

Pendapat Pada Pasangan Berdasarkan Pendapatan ... 184 Tabel 5.9.2.1 Rekapitulasi Mau Meyempaikan Keinginan Pada Pasangan

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 185 Tabel 5.9.2.2 Rekapitulasi Mau Meyempaikan Keinginan Pada Pasangan

Berdasarkan Etnik ... 186 Tabel 5.9.2.3 Rekapitulasi Mau Meyempaikan Keinginan Pada Pasangan

Berdasarkan Usia ... 187 Tabel 5.9.2.4 Rekapitulasi Mau Meyempaikan Keinginan Pada Pasangan

Berdasarkan Lama Pernikahan ... 188 Tabel 5.9.2.5 Rekapitulasi Mau Meyempaikan Keinginan Pada Pasangan

Berdasarkan Pendidikan ... 189 Tabel 5.9.2.6 Rekapitulasi Mau Meyempaikan Keinginan Pada Pasangan

Berdasarkan Pendapata ... 190 Tabel 5.9.3.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Merasa Kesulitan Untuk

Menyampaikan Keinginan Pada Pasangan Jenis Kelamin ... 191 Tabel 5.9.3.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Merasa Kesulitan Untuk

Menyampaikan Keinginan Pada Pasangan Etnik ... 192 Tabel 5.9.3.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Merasa Kesulitan Untuk

Menyampaikan Keinginan Pada Pasangan Usia ... 193 Tabel 5.9.3.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Merasa Kesulitan Untuk

Menyampaikan Keinginan Pada Pasangan

lama Pernikahan ... 194 Tabel 5.9.3.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Merasa Kesulitan Untuk

Menyampaikan Keinginan Pada Pasangan Pendidikan ... 195 Tabel 5.9.3.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Merasa Kesulitan Untuk

Menyampaikan Keinginan Pada Pasangan Pendapatan ... 196 Tabel 5.9.4.1 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengatakan Pasangan


(15)

Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 197

Tabel 5.9.4.2 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengatakan Kesalahan Pasangan Berdasarkan Etnik ... 198

Tabel 5.9.4.3 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengatakan Kesalahan Pasangan Berdasarkan usia. ... 199

Tabel 5.9.4.4 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengatakan Pasangan Berdasarkan Lama Pernikahan ... 200

Tabel 5.9.4.5 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengatakan Kesalahan Pasangan Berdasarkan Pendidikan ... 201

Tabel 5.9.4.6 Rekapitulasi Jawaban Pernyataan Mau Mengatakan Kesalahan Pasangan Berdasarkan Pendapatan. ... 202

Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Chi-Square Tests Untuk Etnik ... 204

Tabel 5.11 Hasil Perhitungan Chi-Square Tests Untuk Jenis Kelami ... 204

Tabel 5.12 Hasil Uji Regresi Linier ... 205


(16)

(17)

Banda! Lampung,YUTSRPNEA SURATPERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Kusnul Fitria

NPM : 1116031064

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Alamat : Dusun IIITRRT02/03, Desa Suryamataram Kec. Marga Tiga, Kab. Lampung Timur

No.Hp : 082281199688

Dengan ini menyatakan, bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pasangan Suami Istri Dalam Komunikasi Interpersonal Didalam Keluarga (Studi Pada Pasangan Suami Istri Desa Suryamataram Kec.Marga Tiga, Kab.Lampung Timur) adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat, bukan milik orang lain ataupun dibuatkan oleh orang lain. Apabila dikemudian hari hasil penelitian skripsi saya, ada pihak-pihak yang merasa keberatan maka saya akan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku dan siap untuk dicabut gelar akademik saya.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dalam tekanan pihak manapun.

. -Knsnul FitriaPNMI NPM.I116031064


(18)

~;\/ fr-4(- ~vutsrqnmljigfedaWVUSQPONMJIFDB '3v!f.MU~,Q~I(IDt\~lnM~~SeIWW;'1l&~ft~,1O~O~

-~::~~~~~::~ :~~~~1rum-

tsrlkifVNMKJI

s'lfK~r3!~~~Mil~f),tfN'

'"ltmJ' ~i8tf}tmlJ i\\t;!G ~)t,,\rklV\JV'itif it'if>

SVjJS~ii1fli_1JmIM'I'~g'i\Bs;jftf,qjrJt~ttld'i'tr~t\f~'::Fd':~BP4~Piij~)Nn,3t<fV'I iN'

SV1)S\~0~j8:;WfW6ittmistlM¥llS~i~~qi~itDiaJ:WFf"\fldV'fil

[Nr


(19)

MOTO

“Strong people don’t put other down they

lift them up”

(MICHEL P. WATSON)

Learning is a journey, not a

race

(anonim).

IF THE PAST IS ALWAYS TENSE, THAN THE FUTURE IS PERFECT

(Hitam Putih)

Jadilah diri mu sendiri, namun ketika kau menjadi diri mu dan

itu kurang baik, maka perbaharuilah diri mu agar menjadi lebih

baik.

(kusnul)


(20)

Persem

bahan…

Bapak Suyanto dan ibu Tutik,

Masa lalu yang sulit membuat kita belajar arti perjuangan dan

kesabaran. Kesulitan membuat kita hidup terpisah. Dulu dan

kini bapak dan ibu yang berjuang keras untuk

membahagiakan kami, maka di masa depan izinkanlah kami

membahagiakan bapak dan ibu.

Ayuk dan Adik,

Terimakasih banyak atas dukungan kalian, meskipun kita

sering berbeda pemikiran , selalu berdebat dan cekcok

namun itulah yang menjadikan kita rindu ketik jauh.

Sahabat,

Aku memang tidak punya kisah cinta yang romantis dan

puitis, namun aku punya kisah persahabatan bersama yang

manis bersama kalian dan ketika orang mendengar kisah ku

bersama kalian pasti rasa iri yang mereka dapatkan. Mari

kita berpisah dan bertemu kembali dalam kondisi yang lebih

baik.


(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Kusnul Fitria. Penulis dilahirkan di Suryamataram pada tanggal 03 Maret 1993. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara anak dari pasangan Bapak Suyanto dan Ibu Tutik Hidayah. Pendidikan formal yang pernah di tempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Suryamataram selama tujuh tahun dan diselesaikan pada tahun 2005. Selanjutnya penulis menempu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama PGRI 1 Suryamataram yang berhasil diselesaikan selama 3 tahun pada tahun 2008. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Metro berhasil diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Melalui Jalur SNPTN (Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri) Undangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, penulis aktif di HMJ Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang Research and development dan di LPM Republica.

Pada bulan Januari 2014 penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Balairejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Badan Statistik Provinsi Lampung pada bidang Statistik Sosial dan Kehumasan selama 45 Hari.


(22)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi Interpersonal Suami Istri Di Dalam Keluarga ( Studi Pada Pasangan Suami Istri Desa Suryamataram Kec. Marga Tiga, Kab. Lampung Timur)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT. Atas segala kebesaran, kuasa, ridho dan petunjuk serta kesehatan yang selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW, atas cahaya kebenaran yang disampaikan kepada kami.

2. Kepada Ibuku tercinta Ibu Tutik Hidayah, bu kau adalah sosok wanita terhebat yang pernah saya miliki yang senantiasa berdoa bagi kesuksesan disetiap langkah anak-anaknya, yang tiada henti mencurahkan kasih dan sayangnya kepadaku. Ucapan terimakasih tidak akan cukup untuk membalas semua perjuangan, pengorbanan, cinta dan kasih sayang mu kepada ku bu. Semoga kedepannya kita bisa hidup bersama selayaknya keluarga dan bisa hidup dengan bahagia. Bapak suyanto seorang laki-laki tangguh, kuat, sabar dan penuh dengan pengertian ucapan terimakasih tidak akan cukup untuk semua yang telah bapak lakukan untuk ku. Aku berjanji aku akan membuat kehidupan keluarga kita menjadi keluarga yang tidak lagi di remehkan oleh orang lain dan akan membahagiakan bapak dan ibu di hari tua ibu dan bapak. Amin


(23)

3. Untuk kakak ku Yayuk Hidayah dan adik ku M. Sam Sudin. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan berkah dalam hidup kita. Terima kasih atas doa dan dukunganya. Semoga di masa depan kita bisa membahagiakan ibu dan bapak ya. Mari bersama-sama merubah masa depan kita.

4. Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta, Pembimbing Akademik.

6. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si selaku Pembimbing, terimakasih atas bimbingannya selama ini.

7. Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Pembahas, terimakasih atas kritik sarannya yang membangun dan terimakasih untuk pengalaman-pengalaman yang telah ibu berikan selama ini.

8. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung terutama pada Jurusan Ilmu Komunikasi antara lain, Pak Sarwoko, Pak Firman, Pak Agung, Pak Andy Chorry, Pak Rudi, Pak Cahyono, Pak Riza, Ibu Dhanik, Ibu Nanda, Ibu Ana, Ibu Andi Windah, Ibu Wulan, Ibu Bangun dan Ibu Hestin yang telah memberikan ilmu selama masa kuliah.

9. Untuk sahabat ku tercinta Theresia, Herdianai, Dian Ertah, Vio dan Arya Reza terimakasih kalian telah mau menjadi sahabat ku. Terimakasih atas pengertian, perhatian, nasehat dan semuanya yang telah kalian berikan kepada ku. Kita akan tetep bersahat meskipun kita hidup di jalan kita masing-asing. Mari menggapai puncak gunung dengan jalan kita masing masing, dan mari bertemu kembali di kehidupan yang lebih baik.


(24)

10. Anak Komsebelas, Jaya selaku bapaknya anak-anak komunikasi 2011, Wiwin, Nita, Prita, Mifta, Hamham, Alif, Amoy, Imel, Hana, Shaela, Hilda, Ivona, Widya, Venta, Anggi, Okta, Fadhila, Ida Putri, Hesti, Pipit, Mayang, Fajriati, Linda, Devi, Nita, Mizani, Pije, Ami, Lidya, Malani,Khairunisa, Noviatusa’adiah, Rizal, Imam, Manda, Calvien, Novian, Fajri, Aji Cahya, Ricky, Riksa, Metal, Satya, Bobi, Dimas, Nanang, Sahid, Memeng, Ade, Fikri, Reza, Peppy, Ridho, Arif, Arief, Teddy, Prayoga, Sigit, Adiguna, Sakti, Fahri, Gusti, Gigih, Hestu, Arta, Duta, Dede, Akbar, Irwin, Ilman, Bowo, Riski, Bayu, Yazid, Fajar, Gunawan, Eko, . 11. Buat anak kosan Mba iwing, mba Eni, Mba evi, Mba yunita, Mba Nora, Mba yuni,

nining, yeni, Uci, marista, isma dan semua anak kosan terimakasih atas nasehat, dan perhatiannya.

12. Seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Ilmu Komunikasi terimakasih atas arahan dan bantuannya selama ini.

Seluruh pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas seluruh ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi saya ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 23 Desember 2015

Penulis,


(25)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dan Masalah ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Identifikasi Masalah ... 7 D. Tujuan Penelitian... 7 E. Manfaat Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu... 9 B. Faktor Demografi Pada Diri Individu... 10

1) Pengertian Faktor Demografi ... 10 2) Komponen- Komponen Faktor Demografi ... 11 a) Jenis Kelamin ... 11 b) Agama ... 11 c) Etnik/Suku... 12 d) Pendidikan... 13 e) Pekerjaan ... 15 f) Pendapatan ... 15 g) Usia ... 16 h) Lamanya Pernikahan ... 17 C. Komunikasi Dan Komunikasi Interpersonal... 17 1) Pengertian Komunikasi ... 18 2) Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 18 3) Tujuan Komunikasi Interpersonal... 21 D. Pernikahan... 23 1) Pengertian Pernikahan... 23 2) Alasan Pernikahan... 24 3) Perkawianan Antar Etnik ... 25 E. Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi Suami Istri ... 27

1) Pengertian Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi

Suami Istri ... 27 1) Keterbukaan Diri ... 27 2) Komunikasi Suami Istri... 28 2) Karakteristik Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi

Interpersonal Suami Istri ... 30 3) Aspek Keterbukaan Diri... 37


(26)

4) Fungsi Keterbukaan Diri ... 41 5) Faktor-Faktor Yang Mempengeruhi Keterbukaan Diri... 44 F. Komunikasi Dalam Keluarga ... 48 G. Kerangka Pikir Penelitian ... 50 H. Hipotesis Penelitian ... 53

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ... 55 B. Variabel Penelitian ... 56 a. Variabel Bebas (X)... 56 b. Variabel Terikat (Y)... 56 C. Definisi Konsep Penelitian ... 57 a. Faktor Demografi ... 57 b. Keterbukaan diri dalam komunikasi interpersonal ... 59 D. Definisi Oprasional ... 60 E. Populasi Dan Sampel ... 64 a. Populiasi... 64 b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 65 F. Teknik Pengumpulan Data... 66 G. Teknik Pengolahan Data ... 67 H. Skala data dan penentuan skor ... 68 I. Teknik Pengujian Instrumen ... 69 a. Uji Validitas ... 72 b. Uji Reliabilitas ... 70 J. Teknik Analisis Data... 71 K. Teknik Pengujian Hipotesis ... 72

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK ENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 73 B. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 74

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Karakterstik Objek Penelitian ... 76 a. Gambaran Umum Karakteristik Responden Penelitian ... 76 b. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 78 a) Validitas ... 78 b) Reliabilitas ... 81 c. Tabel Tunggal ... 83 d. Hasil Perhitungan Chisquare... 202 e. Hasil Perhitungan Regresi Linier ... 205 f. Hipotesis Penelitian ... 207 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 210

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 219 B. Saran... 220 DAFTAR PUSTAKA


(27)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara agama dan sosial antara pria dan wanita. Dalam perkawinan terdapat hak dan kewajiban, hubungan seksual secara sah, hak untuk memiliki dan membesarkan anak secara legal untuk meneruskan garis keturunan serta membangun suatu divisi pekerjaan antara suami istri. Setiap individu tentunya menginginkan perkawinan yang berjalan dengan baik, tanpa adanya masalah dan menikah untuk sekali seumur hidupnya.

Kehidupan rumah tangga memang tidak pernah lepas dari konflik. Beberapa hal yang seringkali menimbulkan konflik dalam kehidupan rumah tangga diantaranya adalah masalah penghasilan, tidak adanya kehadiran seorang anak selama bertahun-tahun menikah, kehadiran mertua dalam kehidupan rumah tangga, perbedaan keyakinan antara suami dan istri, kehadiran pihak ketiga, banyaknya perbedaan yang terjadi selama menikah (Djamarah, 2014: 16). Maka dari itu untuk menghindari atau menyelesaikan konflik dan untuk menyatukan suatu tujuan awal dari perkawinan, perlu adanya saling pengertian ,saling percaya, saling terbuka, saling jujur satu sama lain dan komunikasi yang lancar, sehingga baik suami maupun istri dapat merasakan


(28)

2

suatu keharmonisan dan kebahagiaan dalam berumah tangga. Hal tersebut harus benar-benar disadari oleh kedua belah pihak yaitu suami dan istri. Perkawinan yang harmonis dapat diciptakan dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi pada pasangan suami istri. Hal tersebut mampu menumbuhkan kemampuan dalam diri pasangan untuk melihat hal yang benar dan tidak benar. Jika tidak ada keterbukaan dalam berkomunikasi pada pasangan maka akan menyebabkan permasalahan dalam perkawinan, seperti kesalahpahaman, kecurigaan dan hilangnya rasa kepercayaan antar pasangan yang dapat menyebabkan perceraian. Selain itu, kebekuan komunikasi dalam rumah tangga merupakan “bom waktu” yang siap meledak kapan saja. Jika kebekuan komunikasi tidak cepat dipecahkan maka seiring bartambahnya waktu akan terjadi kristalisasi persepsi yang keliru. Hal tersebut dapat dihindari dengan melakukan keterbukaan terlebih dahulu agar pasangannya juga melakukan efek balik dengan keterbukaan tersebut. Keterbukaan antar pasangan memudahkan mengetahui keadaan pasangannya dan menghapus rasa curiga (Takariawan, 2011:6).

Keterbukaan diri berarti memberikan informasi diri kepada orang lain tentang perasaan yang dialami, apa yang dirasakan dan disaksikan. Informasi tersebut dapat berbentuk keyakinan, pendapat, perasaan, motivasi, pikiran, tanggapan saat berkomunikasi dan reaksi-reaksi terhadap sesuatu dan biasanya bersifat sangat personal atau pribadi serta tidak mudah diungkapkan kepada orang lain. Untuk dapat mengunggkapkan tentang infomasi-informasi diri hal yang perlu ada adalah rasa saling percaya antara satu sama lain.


(29)

3

Keterbukaan dalam pernikahan sangat berkaitan dengan 2 hal yaitu pertama berkaitan erat dengan kepercayaan, jadi kalau kita tahu pasangan kita terbuka kepada kita, level kepercayaan juga akan meningkat. Kedua, keterbukaan sangat berkaitan dengan berapa dewasa atau matangnya hubungan kita. Maksud saya hubungan yang dangkal seringkali juga diikuti dengan ketertutupan, tapi keterbukaan yang tuntas menunjukkan hubungan ini adalah hubungan yang matang karena masing-masing pihak bisa menerima pasangannya dengan baik (http://www.telaga.org/audio/keterbukaan).

Tidak semua orang bisa melakukan keterbukaan diri dengan mudah, hal ini dikarenakan manusai sebagai individu hasil konstruksi sosia tentulah memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan ini seringkali disebut dengan faktor personal atau demografi yang dimiliki seorang individu. Jenis kelamin, agama, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan yang dimiliki, pendapatan yang diperoleh setiap bualan, dan usia pernikahan merupakan faktor demografi pada individu.

Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis kelamin. Umumnya, pria kurang terbuka ketimbang wanita. Judy Pearson (dalam DeVito, 2003: 45) berpendapat bahwa peran seks(sex role)dan bukan jenis kelamin dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini. Dindia (dalam Hargie, 2004: 12) menyimpulkan

bahwa “wanita mengungkapkan lebih dari laki-laki. Bagaimanapun,

perbedaan jenis kelamin dalam pengungkapan diri sangat kecil dan diatur

oleh seseorang yang sedang mengungkapan diri”. Kowalski (dalam Hargie,


(30)

laki-4

laki cenderung lebih waspada dalam isi dari pengungkapan diri mereka, perempuan lebih dekat memantau target mereka". Dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari, dapat dilihat bahwa perempuan dapat lebih terbuka secara konsisten jika dibandingkan dengan pria, sehingga menimbulkan prasangka bahwa pengungkapan diri (self-disclosure) itu juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Keterbukaan atau pengungkapan diri yang berbeda juga di tunjukan pada individu yang memiliki kebudayaan atau etnik yang berbeda. Dalam kehidupan perkawinan antar etnik juga tidak mudah untuk dijalani karena perkawinan antar etnik bukan hanya menyatukan dua individu menjadi satu, namun juga dua kebudayaan menjadi satu. Individu dengan kebudayaan yang berbeda ini, menjadikan kebudayaannya sebagai dasar ia berkomunikasi dan membuka diri pada pasangannya. Sehingga, keterbukaan akan sulit didapat karena perbedaan anturan dari masing-masing kebudayaan. Pada pasangan yang memiliki dengan latar belakang kebudayaan yang sama lebih bisa terbuka jika dibandingkan dengan orang yang berbeda budaya. Hal ini dikarenakan pada pasangan yang berbeda budaya ada perbedaan nilai dan norma yang dianut. Selain nilai dan norma, masih adanya sikap stereotype, prejudice dan sikap etnosentrisme pun menjadi salah satu penyebabnya.

Kemauan seseorang dalam pengungkapan diri juga dipengaruhi oleh usia yang dimiliki seseorang. Seseorang dengan usia yang semakin matang, maka keterbukaan dirinya juga akan semakin besar. Sebaliknya pada usia muda, orang akan cenderung lebih tertutup. Dalam perkawinan, usia pasangan dan


(31)

5

lamanya menikah pun juga mempengaruhi keterbukaan dan cara berkomunikasi. Ada perbedaan cara berkomunikasi antara pasangan yang berusia 20 tahunan dan pasangan berusia 40 tahunan. Komunikasi dan keterbukaan diri pada usia 0-5 tahun yang merupakan awal masa perkawinan, tentu saja akan berbeda dengan usia perkawinan yang berusia 20 tahun. Perbedaasn ini dikarenakan lamanya hidup bersama atau kedekatan antara keduanya (Devito: 2006:56).

Berdasarkan hasil pra-riset yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mewawancarai beberapa pasangan suami istri, mereka mengungkapkan bahwa keterbukaan dalam hubungan interpersonal memang ada, namun tidak semua hal dikatakan karena khawatir jika semua hal di ungkapkan akan timbu konflik atau permasalahan. Selain itu, dikhawatirkan masalah yang awalnya tidak besar menajdi lebih besar lagi. Hal-hal yang paling sering diungkapkan biasanya mengenai masalah keuangan, permasalahan anak, mengenai kehidupan masa depan keluarga, dan sedikit tentang masa lalu. Hal yang jarang diungkapkan adalah masalah pekerjaan, kebiasaan atau perilaku pasangan dan mengenai permasalahan seksual.

Berdasarkan femomena bahwa dalam melakukan siakap keterbukaan diri seseorang tidak dapat melakukan dengan mudah. Ada banyak hal yang membuat seseorang memilih terbuka atau tertutup pada orang lain. Salah satunya adalah faktor personal atau demografi yang dimiliki seseorang yang berupa usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan, pekerjaan dan usia pernikahan sangat mempengaruhi tingkat keterbukaan dalam komunikasi interpersonalnya, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul


(32)

6

Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri dalam Komunikasi Interpersonal Suami Istri di Dalam Keluarga”

Penelitian ini, dilakukan di Desa Suryamataram Kec. Marga Tiga Kab. Lampung Timur. Peneliti memilih Desa Suryamataram Kec. Marga Tiga Kab. Lampung Timur sebagai lokasi penelitian dikarenakan di Desa ini rata-rata pasangan suami istri menikah pada usia muda di usia 17, 18 dan 19 tahun. Menikah pada usia muda dan belum memiliki penghasilan dan pekerjaan yang pasti namun pasangan suami istri di desa ini bisa mempertahankan pernikahannya dengan baik dan minimnya tingkat perceraian di desa ini. Pada usia muda seorang individu susah untuk memiliki konsekuensi dimana dalam rumah tangga konsekuensi ini sangat di butuhkan. Selain tidak adanya konsekuensi, permasalahan ekonomi atau minimnya ekonomi yang berakibat pada kurangnya nafkah juga menjadi penyebab utama perceraian pada pasangan suami istri yang menikah di usia muda (www.seksualitas.net). Namun, kondisi yang berbeda terjadi di Desa Suryamataram, dimana pasangan menikah di usia muda dengan penghasilan yang minim namun tetap bisa mempertahankan kehidupan rumah tangganya.

Selain itu, yang menjadi alasan peneliti memilih lokasi ini adalah tempat tinggal pasangan yang dimana banyak pasangan suami istri yang tinggal di desa ini kebanyakan terpisah. Misalnya saja salah satu pasangan menjadi TKI dan berkebuh di daerah lain. Banyak pasangan yang hidup terpisah manun tingkat perceraian di desa ini sangat minim. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui tingkat keterbukaan pasangan suami istri di desa ini.


(33)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah diatas, rumusan masalah

pada penelitiana ini adalah “ Apakah faktor demografi pada diri individu

mempengaruhi tingkat keterbukaan diri dalam komunikasi interpersonal suami istri ?”.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jabarkan sebelumnya, maka identifikasi masalah yang ditetapkan adalah : .

a. Banyak pasangan yang menikah pada usia muda dan belum memiliki penghasilan secara tetap namun tingkat perceraian di Desa Suryamataram sangat minim.

b. Secara umum keterbukaan pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor demografinya seperti jenis kelamin, usia, lamanya pernikahan, pekerjaan dan penghasilan. Apakah hal ini juga berlaku dalam komunikasi antara suami dan istri di dalam keluarga.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain :

a. Untuk mengetahui pengaruh faktor demograf terhadap tingkat keterbukaan dalam komunikasi interpersonal suami istri dalam

b. Untuk mengetahui faktor demografi mana saja yang berpengaruh terhadap tingkat keterbukaan dalam komunikasi interpersonal suami istri didalam keluarga.


(34)

8

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah: a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam memberikan gambaran mengenai keterbukaan diri dalam komunikasi interpersonal suami istri yang memiliki latar belakang demografi yang berbeda. b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian lain, terutama penelitian yang berhubungan dengan keterbukaan diri dalam hubungan interpersonal suami istri dengan latar belakang demografi yang berbeda. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bawa perbedaan demografi yang dimiliki pasangan suami istri, bukanlah halangan untuk membuka diri saat berkomunikasi.


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat diperlukan sebagai referensi dan tolak ukur untuk penelitian. Penelitian terdahulu juga digunakan untuk mempermudah penelitian. Iksan (1996: 15) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian: teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100 ) Berikut merupakan ringkasan tinjauan penelitian terdahulu :


(36)

10

Table 2.1 Penelitian Sebelumnya,Hubungan Tingkat Pendidikan Tehadap Kualitas Hubungan Interpersonal Suami-Istri

1 .

Judul Hubungan Tingkat Pendidikan Tehadap Kualitas Hubungan Interpersonal Suami-Istri

Penulis

CN Pratiwi Harianto

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung 2010

Hasil Menurut hasil penelitian ini, semakin tinggi tingkat pendidikan suami-istri, maka semakin tinggi pula hubungan interpersonal diantara keduanya. Selain tingkat pendidikan, ada variabel lain yang mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal yaitu lingkungan, lama pernikahan usia dan pendapatan. Kualitas hubungan interpersonal yang telah diuji melalui lima indikator, keterbukaan, empati, sikap positif, sikap mendukung dan kesetaraan, kesetaraan memiliki nilai yang paling tinggi. Indikator yang masih sangat kurang adalah empati, terutama poin memahami perasaan dan keiningan pasangan. Hal ini dapat disebabkan oleh kepribadian yang kurang peka terhdap situasi dan perbedaan prinsip dan pola pikir.

Perbandingan Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini hanya berdasarkan pada tingkat pendidikan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan berfokus pada faktor demografi. Pada penelitian ini mencari kualitas komunikasi, pada penelitian yang dilakukan akan mencari tingkat keterbukaan pasangan suami istri.

Konstribusi Penelitian

Penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya yang membahas mengenai komunikasi interpersonal suami istri didalam keluarga karena penelitian ini juga membahas mengenai suami istri. Selain itu, penelitian ini juga bisa menjadi dasar untuk melihat keterbukaan diri dilihat dari perbedaan pendidikan yang dimiliki suami istri.

B. Faktor Demografi Pada Individu 1. Pengertian Faktor Demografi

Faktor demografi adalah komponen sosial yang berhubungan dengan individu yang pada akhirnya akan menghasilkan perubahan dan perbedaan pada setiap individu (Adioetom, 2010: 23). Faktor demografi ini terdiri dari berbagai unsur yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Faktor demografi ini terdiri dari etnis, jenis kelamin, usia, usia perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan setiap bulannya.


(37)

11

2. Komponen-Komponen Demografi a. Jenis Kelamin

Pengertian jenis kelamin (sex) sebenarnya merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis, yang melekat pada manusia. Jenis laki-laki dan perempuan secara permanen melekat pada diri manusia dan sering disebut pemberian atau ketentuan Tuhan (Ashaf, 2009:85). Berbicara jenis kelamin, maka akan muncul istilah Gender. Gender sebenarnya merupakan konsep suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial maupun kultural. Selain itu, konsep gener juga didapat dari perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat lain.

Kelas-kelas masyarakat yang ada didalamnya pun menjadi acuan tumbuhnya konsep gender. Semua yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, berubah dari waktu ke waktu, berbeda dari satu tempat ketempat lain, setara dari satu kelas ke kelas lain, itulah yang disebut konsepgender(Fakih dalam Ashaf, 2009: 87).

b. Agama

Agama merupakan ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (KBBI, 2002:15). Menururt Durkheim (dalam Murdiyatmoko, 2011: 56) agama merupakan sistem kepercayaan beserta parktiknya, serta berkenaan dengan hal-hal sakral yang menyatukan


(38)

12

pengikutnya dalam suatu komunitas moral. Menurutnya, agama berisi tentang :

1) Sesuatu yang dianggap sakral, melebihi duniawi dan menimbulkan rasa kagum tentang hal yang dianggap sakral;

2) Sekumpulan kepercayaan yang dianggap sakral;

3) Penegasan kepercayaan dengan memaksimalkan ritual, yaitu aktifitas agama;

4) Sekumpulan kepercayaan yang diikuti dalam ritual yang sama. Bagi Masyarakat indonesia, bisa memilh agama menurut kepercayaannya sendiri seperti yang dijamin oleh UUD 1945 pada pasal 29 ayat 2 yang

berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya itu”. Agama yang diakui di Indonesia ada

6 yakni Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu.

c. Etnik atau suku

Bruce J. Cohen (dalam Murdiyatmoko, 2011: 33) menyebutkan bahwa etnis dibedakan oleh karakteristik budaya yang dimiliki oleh para anggotanya. Karakteristik ini meliputi kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, sejarah, geografis dan hubungan kekerabatan. Sebuah kelompok etnik pertama kali diidentifikasi melalui hubungan darah. Apakah seseorang tergabung dalam suatu kelompok etnik tertentu ataukah tidak tergantung apakah orang itu memiliki hubungan darah dengan kelompok etnik itu atau tidak.


(39)

13

Meskipun seseorang mengadopsi semua nilai-nilai dan tradisi suatu etnik tertentu tetapi jika ia tidak memiliki hubungan darah dengan anggota kelompok etnik itu, maka ia tidak bisa digolongkan anggota kelompok etnik tersebut. Seorang Batak akan tetap menjadi anggota etnik Batak meskipun dalam kesehariannya sangat ‘Jawa’. Orang Jawa memiliki perbendaharaan kata untuk hal ini, yakni ‘durung jawa’ (belum menjadi

orang Jawa yang semestinya) untuk orang-orang yang tidak menerapkan nilai-nilai Jawa dalam keseharian mereka. Dan menganggap orang dari etnik lain yang menerapkan nilai-nilai Jawa sebagai ‘njawani’ (berlaku

seperti orang Jawa). Meskipun demikian orang itu tetap tidak dianggap sebagai orang Jawa.

Antara satu etnik dengan etnik lainnya kadang-kadang juga terdapat kemiripan bahasa. Kesamaan bahasa itu dimungkinkan karena etnik-etnik tersebut memiliki kesamaan sejarah tradisi kuno yang mewariskan tradisi yang mirip dan juga bahasa yang mirip pula. Seperti misalnya bahasa jawa memiliki banyak kemiripan dengan bahasa bali, lalu bahasa minang mirip dengan bahasa banjar, dan lainnya.

d. Pendidikan

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan merupakan langkah awal seorang manusia untuk memperbaiki kehidupannya. Pendidikan pada seseorang akan mempengaruhi caranya dalam berinteraksi. Hal ini disebabkan karena


(40)

14

pendidikan memberikan pengatahuan yang berdasarkan pemikiran rasional, sehingga dapat merubah sikap dan pandangannya.

Pendidikan dapat merubah sumberdaya manusia baik secara kognitif, afeksi maupun psikomotif agar bisa berperilaku sesuai dengan harapan-harapan. Kurangnya pengetahun pada diri seseorang secara otomatis akan mempengaruhi pola pikirnya. Selain pola pikir, tingkat pendidikan juga akan mempengaruhinya dalam mengontrol emosinya.

Tingkat pendidikan yang ada di Indonesia antara lain: 1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MT),atau bentuk lain yang sederajat. 2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasahaliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasahaliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan


(41)

15

diploma, sarjana, magister dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi ini dimaksudkan agar peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengambangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

e. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2003: 24), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan. Ada banyak jenis pekerjaan mulai dari pekerjaan yang bergerak dibidang jasa, jual beli ataupun bidang lain. Namun, pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat adalah Pegawai Negri Sipil (PNS) seperti guru, Polisi dan TNI, wiraswasta, karyawan, pedagang, petani dan buruh.

f. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007:23) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.


(42)

16

Pendapatan yang dimaksud dalam Penelitian ini adalah penghasilan yang di terima orang tua dalam bentuk uang dari hasil kerja baik secara formal maupun informal dalam kurun waktu satu bulan. Berdasarkan penggolongan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (2013) pendapatan penduduk digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3,500,000,00 per bulan

2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2,500,000,00 s/d Rp. 3,500.000,00 per bulan

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara Rp. 1,500,000 s/d Rp. 2,500 000,00 per bulan

4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.1,500,000,00 per bulan kebawah.

g. Usia

Lamanya waktu seorang individu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang. Usia terbagi menjadi dua jenis yaitu usia biologis dan usia mental. Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu


(43)

17

tahun. Adapun kategori usia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) usia dikategorikan sebagi berikut:

Tabel 2.2 Kategori Usia

No Kategori Usia Rentangan Usia

1 Masa Balita 0-5

2 Masa Kanak-Kanak 5-11

3 Masa Remaja Awal 12-16

4 Masa Remaja Akhir 17-25

5 Masa Dewasa Awal 26-35

6 Masa Dewasa Akhir 36-45

7 Masa Lansia Awal 46-55

8 Masa Lansia Akhir 56-65

9 Masa Manula 65-Sampai Atas

Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 h. Lamanya Pernikahan

Lamanya pernikahan adalah usia lamanya seorang laki-laki dan perempuan membina rumah tangga. Usia pernikahan ini dihitung mulai dari pengucapan ijab qobul, pemberkatan atau janji suci di ucapkan. Setiap tahunnya pasangan suami istri akan memperingati pertambahan usia perkawinan mereka.

C. Komunikasi Dan Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah persyaratan dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia kan hampa dan tidak akan ada kehidupan jika tidak ada komunikasi dalam kehidupan manusia. Tidak ada komunikasi berarti tidak ada interkasi antar manusia baik interaksi secara perorangan, kelompok ataupun organisasi. Interaksi antara dua orang dapat terjadi


(44)

18

bila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Komunikasi secara

etimologis berasal dari bahasa latin yakni “communication” yang berasal

dari kata “communis”. Kata communis berarti sama makna, yaitu sama

makna mengenai suatu hal. Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti proses penyampian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain (Onong 2003: 27).

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut Sendjana (1999:78), ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan komunikasi interpersoal yaitu:

a) Perspektif komponensial

Perspektif ini melihat komunikasi interpersonal dari komponen-komponen yang ada. Komunikasi interpersonal dalam perspektif ini diartikan sebagai proses pengiriman dan menerima pesan-pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang, dengan berbagai umpan balik dan efek.

b) Perspektif pengembangan

Proses komunikasi interpersonal dilihat dari proses pengebangannya. Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifatimpersonalmeningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu komunkasi dikatakan interpersonal bila berdasarkan pada: (a) data psikologi, (b) pemgetahuan yang dimiliki, dan (c) aturan-aturan yang sitentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.


(45)

19

c) Perspektif relasional

Definisi komunikasi interpersonal yang dilihat dari hubungan diatara dua orang. Komunikasi interpersonal merupakan suatu tindakan pertukaran, menyampaikan dan menerima pesan secara langsung. Sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah informasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi. Setelah terjadi kesamaan pemahaman, maka akan timbul umpan balik atau respon.

Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Komunikasi interpresonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004:5) Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek yaitu:

a) Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus.

b) Komunikasi interpersonal merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan yang berupa informasi-informasi dan kemudian mendapatkan secara timbal balik.

c) Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, kesamaan pemahaman makna antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam proses


(46)

20

komunikasiini merupakan tujuan utama dari komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau sutu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok. Dalam komunikasi interpersonal, biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :

a) Komunikator relatif cukup mengenal komunikan dan sebaliknya,

b) Pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur,

c) Umpan balik (feedback) dapat diterima secara langsung.

Dalam tatanan komunikasi interpersonal, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan sehingga dapat dikatakan bahwa peran antara komunikator dan komunikan itu setara. Menurut Miller (dalam Devito 2006:114) komunikasi interpersonal dapat dilihat dari tiga tingkatan analisis:

a) Analisis tingkat kultural, bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain paling tidak mempunyai kesamaan kultural.

b) Analisis tingak sosiologis, yaitu komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikasi terhadap pesan yang disampaikan berdasarkan keanggotaan kelompok yang mempunyai aturan-aturan yang bernilai.

c) Analisis tingkat psikologis, komunikator ataupun komunikan mampu memprediksi kejiwaan lawannya.


(47)

21

3. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan-tujuan komunikasi interpersonal ini tidak harus dilakukan secara sadar ataupuan dengan suatu maksud,tujuan ini juga bisa dilakukan tanpa sadar ataupuan, tanpa maksud tertentu. Menurut Sendjaja (1999:89) beberapa tujuan dari komunikasi interpersonal :

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara yang dapat kita gunakan untuk mengenal diri kita sendiri adalah dengan cara berkomunikasi interpersonal. Dengan membeocarakan tentang diri kita kepada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

Melalui komunikasi interpersonal kita juga belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu, melalui komunikasi interpersonal kita juga akan mengatahui nilai, sikap dan perilaku orang lain serta kita dapat memprediksi tindakan orang lain.

b. Mengetahui dunia luar

Komunikasi interpersonal juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian orang lain. Banyak informasi yang kita miliki berasal dari interaksi dengan orang lain.


(48)

22

Manusia diciptakan sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dengan orang lain. Hal ini dikarenakan kita ingin merasa dicintai, disayangi dan disukai oleh orang lain.

d. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi interpersonal seringkali kita mengubah sikap dan perilaku oerang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba makna baru, membeli suatu barang, mendengarkan musik tertentu dan banyak hal lainnya. Intnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi interpersonal.

e. Membantu

Psikiater, psikolog dan ahli terapis meruapakan beberapa contoh profesi yang bisa membantu orang lain. Tugas untuk membantu orang lain sebagaian besar dilakukan melalui komunikasi interpersonal. Demikian pula, ketika kita memberikan beberapa nasehat kepada teman, saudara atau kepada orang yang sedang tertimpa masalah. Tujuan-tujuan komunikasi interpersonal diatas, dapat kita lihat dari dua perspektif, yaitu:

a) Tujuan uang dilihat sebagai motivasi atau alasan mengapa seseorang terlibat dalam komunikasi.

b) Tujuan yang dilihat sebagai hasil atau efek dari komunikasi interpersonal.


(49)

23

D. Pernikahan

1) Pengertian Pernikahan

Di Indonesia, agar hubungan pria dan wanita diakui secara hukum maka pernikahan diatur dalam suatu undang-undang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” (UU RI Nomor 1

Tahun 1974 Pasal 1 tentang Pernikahan). Menurut UU RI di atas definisi pernikahan tidak hanya bersatunya pria dan wanita secara lahir namun juga secara batin. Pernikahan di Indonesia juga mempunyai nilai yang luhur karena dilandasi nilai keT uhanan pada proses pembentukannya.

Strong, DeVault, dan Cohen (2008: 56) mendefinisikan pernikahan sebagai pengakuan secara hukum penyatuan antara dua orang, umumnya laki-laki dan perempuan, yang mana mereka bersatu secara seksual, bergabung dalam keuangan, dan mungkin melahirkan, mengadopsi, atau membesarkan anak. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah hubungan antara wanita dan pria yang membuat sebuah komitmen personal dan legal untuk hidup sebagai suami dan istri dengan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai pasangan yang telah menikah, dimana didalamnya terdapat hubungan


(50)

24

seksual, keinginan mempunyai anak dan menetapkan pembagian tugas antara suami istri.

2) Alasan Menikah

Alasan yang melatar belakangi seseorang memutuskan untuk menikah dan melangsungkan perkawinan adalah: (a) Komitmen untuk dapat memiliki seseorang secara sepenuhnya, (b) Memberikan dukungan secara emosional yang diekspresikan dengan kasih sayang, kepercayaan, dan hubungan keintiman, (c) Komitmen untuk bersama, (d) Adanya rasa cinta, (e) Ingin meraih kebahagiaan, dan (f) Adanya dasar legitimasi seksual dan memperoleh keturunan. Adapun tanggung jawab perkawinan yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami dan istri adalah kejujuran dan saling tergantung, berbagi pekerjaan dan tanggung jawab, saling terbuka dan transparan akan rencana dan perolehan penghasilan, saling mendukung ide dan simpati, berbicara dan mendengarkan, kesukarelaan dan keikhlasan, dan saling memuaskan baik secara fisik, seksual maupun batin.

Dariyo (2003:76) menyatakan bahwa terdapat beberapa motivasi seseorang untuk menikah, yakni :

a. Motif cinta

Cinta dan komitmen merupakan dasar utama pasangan untuk menikah. Banyak pasangan yang melangsungkan pernikahan karena memiliki kecocokan dan kesamaan minat.


(51)

25

b. Motif untuk memperoleh legitimasi terhadap pemenuhan kebutuhan biologis. Dengan menikah mereka dianggap tidak melanggar aturan dan norma masyarakat jika ingin melakukan hubungan seksual.

c. Untuk memperoleh legitimasi status anak. Anak yang lahir dari hubungan antar laki-laki dan wanita yang terikat dalam lembaga perkawinan akan memperoleh pengakuan yang sah dihadapan ajaran agama maupun hukum negara.

d. Merasa siap secara mental. Keadaan siap untuk menikah akan membawa pasangan untuk menikah sesegera mungkin.

e. Peran Usia dalam Pernikahan. Usia adalah salah satu hal yang memiliki peran besar dalam pernikahan, sebagaimana yang disampaikan Walgito (dalam Dewi, 2013:5) mengenai beberapa kaitan usia pasangan dalam keluarga yang terbentuk sebagai akibat dari pernikahan.

3) Perkawinan Antar Etnik

Proses penyatuan dalam perkawinan akan lebih sulit jika berada dalam konteks perkawinan campuran. Menurut Cohen (dalam Hariyono, 1993:31) perkawinan campuran dimaksudkan sebagai sebuah perkawinan yang berlangsung antara individu dalam kelompok etnis yang berbeda, atau dengan istilah lain disebut amalgamasi. Amalgamasi ini merupakan peristiwa bertemunya sepasang suami isteri yang berlainan etnis, yang sama-sama bermaksud membentuk suatu rumah tangga (keluarga)


(52)

26

berdasarkan kasih sayang, yang disahkan secara resmi dengan upacara tertentu.

Menurut Hariyono (1993:40), perkawinan campuran dikatakan sebagai puncak dari bentuk asimilasi, yang diistilahkan sebagai asimilasi perkawinan. Asimilasi perkawinan memberi pengertian tentang bersatunya jiwa, kepribadian, sifat dan perilaku dari dua insan (yang berlawanan jenis kelamin) yang memiliki perbedaan etnis. Segala apa yang ada pada pasangan hidupnya, dengan segala latar belakang yang berbeda dapat diterima untuk kemudian berjalan bersama- sama secara serasi menjadi teman hidup untuk selamanya dalam satu wadah rumah tangga yang sama.

Dugan Romano (dalam Mia, 2006:8) dalam penelitiannya mengenai perkawinan antaretnis, atau antarbudaya, mengidentifikasikan empat kelompok dalam tipe perkawinan antaretnis tersebut, yaitu patuh/tunduk, kompromi, eliminasi dan konsensus. Perkawinan dalam tipe patuh, individu bersedia menerima budaya pasangannya. Dan tipe inilah yang sering dijumpai dalam pasangan yang menikah antarbudaya, banyak diantaranya yang berhasil. Tipe perkawinan kedua, yaitu kompromi, lebih bermakna negatif. Hal ini dikarenakan salah satu akan mengorbankan kepentingannya, prinsip-prinsipnya demi pasangannya. Tipe eliminasi, berarti pasangan perkawinan antarbudaya tidak mau mengakui budaya masing-masing, sehingga pasangan ini dapat dikatakan sangat miskin budaya. Tipe terakhir, konsensus, memuat


(53)

27

persetujuan dan kesepakatan dalam perkawinan antarbudaya, sehingga tidak ada nilai-nilai yang disembunyikan.

E. Keterbukaan Diri dalam Komunikasi Interpersonal Suami Istri 1. Pengertian Keterbukaan Diri dalam Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Keterbukaan Diri

Kehidupan manusia keterbukaan diri merupakan alat terpenting untuk kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya keterbukaan diri maka manusia akan mengalami hambatan dalam berkomunikasi. dengan keterbukaan diri keakaraban seorang individu dengan orang lain akan semakin erat. Untuk dapat memberikan menganai keterbukaan diri, berikut pengertian dari keterbukaan diri.

Raven & Rubin (dalam Dayakisni, 2009: 81) menyatakan dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi, maka akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya mengharapkan orang lain memperlakukan sama seperti memperlakukan mereka.

Devito (2003:64) mengemukakan bahwa keterbukaan diri adalah jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Menurut Morton (dalam Dayaksin, 2009:81) mengemukakan bahwa keterbukaan diri merpakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang


(54)

28

lain. Informasi dalam keterbukaan diri bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan beberapa fakta tentang dirinya sendiri untuk di berikan kepada orang lain. Sedangkan evaluatif, individu mengungkapkan perasaanya lebih dalam.

Kedalaman dalam sikap terbuka tergantung dalam situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Situasi yang menyenangkan dan perasaan aman dapat membangkitkan orang untuk lebih membuka diri. Selain itu, adanya rasa percaya dan timbal balik dari lawan bicara menjadikan seseorang cenderung memberikan reaksi yang sepadan (Raven & Rubin dalam Dayakisni, 2009:82).

Dari beberapa pendapat mengenai keterbukaan diri diatas, maka dapat diambil kesimpulan bawasannya keterbukaan diri adalah suatu tindakan sengaja atau rela untuk mengungkapkan diri, menceritakan informasi diri, memberikan informasi diri, pendapat, keyakinan, perasaan, pengalaman atau bahkan masalah yang dijaga atau dirahasiakan untuk diungkapkan kepada orang lain secara apa adanya sehingga pihak lain memahaminya.

b. Komunikasi Antara Suami Istri

Manusia pada dasarnya memiliki naluri untuk hidup bersama manusia lainnya dalam bentuk keluarga. Dalam keluarga terutama antara suami dan istri, sangat diperlukan komunikasi didalamnya agar tercipta hubungan yang harmonis. Dalam berkomunikasi, pada dasarnya manusia tidak bisa langsung mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Untuk bisa mengungkapkan masalah atau informasi,


(55)

29

selain keakraban keterbukaan juga dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang sosialnya.

Komunikasi antara suami istri dalam kehidupan rumah tangga sangatlah penting agar tugas dan fungsi suami dan istri dalam keluarga bisa berjalan dengan baik dan berfungsi secara optimal. Agar komunikasi antar suami istri ini berjalan dengan baik, tentu sangat dibutuhkan tanggapan atau respon dan pendapat saat komunikasi berlangsung. Tanggapan atau respon itu nantinya akan digunakan untuk memperbaiki diri sehingga sikap yang buruk bisa dihindari. Keterbukaan diri dalam komunikasi suami istri sangatlah penting karena keterbukaan diri akan menjadikan komunikasi menjadi lebih efektif.

Keterbukaan diri dalam komunikasi antara suami dan istri adalah kegiatan berbagi informasi tentang pernyataan apa yang di sangka, dikira tentang sesuatu (orang atau peristiwa) yang tidak didasarkan pada fakta pembuktian, akan tetapi berdasarkan pada apa yang dilihat seperti benar atau salah dari suami kepada istri atau sebaliknya. Komunikasi antara suami dan istri ini mempunyai tujuan dan keinginan yang sama.


(56)

30

2. Karakteristik Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi Interpersonal Suami Istri

Lutft (dalam Mulyana 2000: 19) menggambarkan beberapa ciri keterbukaan diri yang tepat. Lima ciri terpentng adalah sebagai berikut: a) Merupakan fungsi dari suatu hubungan yang sedang berlangsung, b) Dilakukan oleh kedua belah pihak,

c) Disesuaikan dengan keadaan yang berlangsung,

d) Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada diri dan orang lain yang terlibat,

e) Ada peningkatan dalam penyikapan, sedikit demi sedikit.

Disaat terjadi interaksi dengan orang lain maka dibutuhkan adanya sikap saling terbuka agar terjadi komunikasi yang efektif, terutama pada suami isteri. Menurut Brook dan Emmert (dalam Rakhmat, 2009:136-137) menjelaskan karakteristik orang bersikap terbuka dikontraskan dengan orang yang bersikap tertutup (dogmatis) yang dijelaskan dalam tabel sebagi berikut:


(57)

31

Tabel 2.3Perbedaan Sikap Terbuka dan Tertutup

Sikap Terbuka Sikap Tertutup

1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan kata dan keajengan logika. 2. Membedakan dengan

mudah melihat nuansa 3. Berorientasi pada isi 4. Mencari informasi dari

berbagi sumber 5. Lebih bersifat

profesional dan mau mengubah sikapnya 6. Mencari pengertian

pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan.

1. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi

2. Berfikir simplitis

3. Berorientasi pada sumber pesan buka isi pesan 4. Mencari informasi tentang

kepercayaan orang lain dari sumbernya pribadi

5. Memengang teguh kepercayaan secara kaku 6. Menolek,mengabaikan,

mendistorasi pesan yang tidak konsisten dengan

kepercayaannya.

Sumber : Brook dan Emmert ( dalam Rakhmat, 2009:136-137)

Berdasarkan karakteristik orang yang bersikap terbuka atau tertutup pada tabel diatas, dalam penelitian ini karekteristik orang yang bersikap terbuka atau tertutup adalah sebagai berikut (Brook dan Emmert ( dalam Rakhmat, 2009:138) :

a) Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan logika. Orang yang memiliki sikap terbuka dapat menilai pesan yang diterima secara logis (dapat diterima oleh akal) dan menilai pesan atau informasi yang diterima secara objektif atau tidak berdasrkan argumentasinya sendiri.

b) Mampu membedakan dengan mudah dan melihat manusia. Orang yang bersikap terbuka memiliki kemampuan untuk melihat perbedaan dari informasi atau pesan yang disampaikan kepadanya, tidak langsung menyalahkan atau memberi


(58)

32

informasi yang diterima tetapi melakukan penyelidikan terlebih dahulu tentang informasi yang disampaikan. Orang yang memiliki sikap terbuka bisa memahami situasi dan kondisi yang tepat bagi mereka untuk membuka diri atau tidak.

c) Beroerientasi pada isi pesan, bagi orang yang bersifat terbuka

akan melihat informasi yang diberikan mengenai “apa” yang diinformasikan, daripada “siap” yang menyampaikan informasi

tersebut.

d) Berusaha mencari informasi dari berbagai sumber, orang yang memiliki sikap terbuka akan menerima saran dan kritik dari orang lain untuk memperbaiki kekurangan dalam dirinya. Selain itu, orang yang memiliki sikap terbuka akan mencari informasi dari sumber-sumber yang lain sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dan membantu menyelesaikan masalahnya.

e) Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah keyakinan. Orang yang bersikap terbuka tidak akan bersikeras atau kaku terhadap apa yang dianggapnya benar. Ia akan bersedia mengubah pendapat atau keyakinannya jika memang tidak sesuai dengan naiai dan kebenaran. Bersifat provisional berarti seseorang bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. f) Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan


(59)

33

masukan atau pendapat dari orang lain untuk menemukan kebenaran. Selain itu, apabila menemukan benturan terhadap keyakinan, orang yang bersikap terbuka akan dapat menerima hal tersebut. Sedangkan penjelasan tentang karakteristik orang yang bersifat tertutup atau dogamtis adalah sebagai berikut: 1) Meniai pesan berdasarkan motif-motif peribadi.

Orang yang mempunyai sikap tertutup menailai pesan berdasarkan desakan dari dalam dirinya. Rokeach (dalam Rahmat, 2007:137) mengemukakan bahwa desakan tersebuat berupa kebiasaan, kepercayaan, petunjuk perseptual, motif ego irasional, hasrat berkuasa, dan kebutuhan membesarkan diri.

2) Berpikir simplistis, artinya berpikir hitam-putih.

Orang yang bersikap tertutup hanya memandang sesuatu dari benar dan salahnya saja, tidak setengah benar atau setengah salah sehingga tidak mau tahu dengen kondisi yang melatar belakangi suatu hal.

3) Berdasarkan lebih banyak pada sumber pesan daripada pesan. Orang yang bersifat tertutup lebih

mempertimbangkan “siapa “ yang menyampaikan pesan

buka“apa” pesan yang disampaikan.

4) Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumber sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain.


(60)

34

Orang yang tertutup mempercayai sumber mereka sendiri. Mereka tidakakan meneliti tentang sesuatu atau orang lain. 5) Secara kukuh mempertahankan dan memegang teguh sisitemkepercayaannya. Orang yang tertutup menerima kepercayaan secara mutlak, yakni memagang teguh dan mempertahankan setiap jengkal dari wulayah kepercayaannya sampai titik penghabisan.

6) Menolak, mengabaikan, mendistorsi dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan sisitem kepercayaannya. Orang yang tertutup tidak tahan hidup dalam kondisi inkonsisten. Ia menghindari kontradiksi atau benturan gagasan. Informasi yang tidak konsisiten dengan desakan dari dalam dirinya akanditolak, didistorsi atau tidak dihaiaruak.

Keterbukaan diri yang baik, tidak hanya dilakukan oleh salah satu pihak saja namun dilakukan oleh kedua belah pihak, sehingga, keterbukaan memiliki dua sisi yaitu terbuka kepada orang lain dan bersikap terbuka bagi orang lain. Berikut ini adalah gambaran karakteristik keterbukaan diri jika dilihat dari dua sisi


(1)

✂ ✄

sekolah menengah pertama (SMP). Untuk keadaan laki-lakinya hampir serupa biasnya mereka setelah lulus SMA langsung memutuskan untuk menikah.

Tingkat perceraian, Desa Suryamataram sangat sedikit dari tahun 2010 sampai 2015 hanya ada 5 pasangan sumi istri yang memutuskan untuk bercerai. Secara demografi, pasangan sumi istri yang ada di Desa Suryamataram ini bisa dikatakan memiliki pendidikan menengah ke bawah hanya beberapa yang lulus perguruan tinggi. Selain itu, untuk usia menikah rata-rata penduduk desa suryamataram menikah di usia 18 sampai 30 tahun dengan usia pernikahan di bawah 20 tahun.


(2)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan sebagi berikut:

a. Pada penelitian ini terdapat dua jenis data untuk variabel X yaitu data nominal dan rasio. Usia, lamanya pernikahan, pendidikan dan pendapatan adalah data yang termasuk jenis data rasio. Sedangkan untuk jenis kelamin dan etnik merupakan jenis data nominal.

b. Uji regresi linier sederhan digunakan pada variabel X yang berupa data rasio (usia, lamanya pernikahan, pendidikan dan pendapatan). Dari uji regresi linier yang telah di lakukan, didipat hasil bahwa faktor demografi yang berupa usia, lamanya pernikahan, pendapatan an pendidikan memiliki pengaruh terhadap keterbukaan diri sebesar 78,1% .

c. Pengujian data untuk jenis kelamin data nominal dilakukan dengan uji chi square. Hasil dari pengujian chi square adalah sebagai berikut:

a) Etnik, secara signifikan mempengaruhi keterbukanan diri seseorang yang dimana dari uji chi square nilai Asymp sig adalah


(3)

☎ ☎0

0,033 . Nilai Asymp < 0,05 yang berarti etnik mempangaruhi keterbukaan diri.

b) Untuk uji chi square pada jenis kelamin, didapat hasil nilai Asymp Sig adalah 0,166 atau dengan kata lain nilai Asymp > 0,05. Nilai itu berarti jenis kelamin tidak mempengaruhi keterbukanan diri pada pasangan suami istri.

B. Saran

a. Saran bagi pasangan suami istri

a) Bagi pasangan suami istri, harus lebih bisa terbuka agar bahtra rumah tangga bisa berjalan awat dan harmonis.

b) Melakukan keterbukaan diri mamang tidak mudah, namun secara perlahan keterbukaan harus dilakukan dan keterbukaan harus dilakukan dengan dasar kejujuran.

b. Saran bagi peneliti selanjutnya

1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan bisa meneliti hubungan atau perbedaan hubungan antara suami istri yang hidup bersama dengan yang hidup berbeda tempat tinggal atau jarak jauh.

2. Jika pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif diharapkan bagi peneliti selanjutnya menggunakan metode penelitian kualitatif agar data yang diperoleh lebih banyak dan lebih rinci, sehingga dapat mengungkap lebih pasti tentang hubungan antara suami dan istri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adioetomo, Sri Moertiningsih dan Omas Bulan Samosir. 2010. Dasar-Dasar Demografi (Edisi 2).Salemba. Jakarta.

Atkinson, et. al. 1983. Pengantar Psikologi. EdisiKedelapan. Jilid 1. Editor Agus Dharma. Jakarta. Erlangga.

Aw, Suranto. 2011.Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu. Yogyakarta. Azwar, S. 2004.Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Budyatna,Muhammad dan Leila Mona Ganiem. 2011.Teori Komunikasi Antarpribadi. Kencana. Bandung.

Bungin,M. Burhan. 2005.Metode Penelitian Kuantitatif.Kencana. Jakarta.

Depdikbud. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendiikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu.

Djamara, Syaful Bahar.2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. Rineka Cipta. Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 2000.Ilmu, Teori, Filsafat Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Hargie, Owen. 2004. Skilled Interpersonal Communication: Research, Theory And Practice. Routledge. New York.

Josep, A. De Vito.1996.Komunikasi Antarmanusia. Proffesional Book. Jakarta Kartono, 1992. Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Psikologi Wanita Jilid 2.

Bandung. CVMandor Maju.

Kountur, Ronny. 2009.Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis.PPM.Jakarta

Kriyanto, Rachmat.2012.Teknik Prktis Riset Komunikasi. Kencana. Jakarta Liliweri, Alo. 1997.Komunikasi Antarpribadi. PT Citra Aditya. Bandung.


(5)

Littlejohn, Stephen W. 2009. Teri Komunikasi Edisi 9. Salemba Humanika. Jakarta

Masyhuri, M. Zainuddin. 2008. Manajemen Penelitian. Jakarta. PT. Rieneka Cipta

Morissan dan Andy Corry. 2011.Teori komunikasi. Ghalia. Jakarta.

Murdiyatmoko, Janu. 2011.Sosiologi memahami Dan Mengkaji Masyarakat. Grafindo Media Pratama. Bandung

Noller,P. &Fitzpatrick,M.1993.Communicationin Family Relationship.New York : Prentice Hall.

Notoatmodjo, soekidjo.2003.Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB Press. Bogor

Rakhmat,Jalaluddin. 2009.Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung Sarwono, Jonathan. 2012.Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Bandung.

Graha Ilmu

Singarimbun,Masri dan Sofian Effendi..1995. Metode Penelitian Survi. PT Pustaka LP3ES. Jakarta

Singgih, Santoso. 2014.Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta.Gramedia. Soerjono Soekanto, 2002.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta Suciati, 2015. Komunikasi Interpersonal sebuah Tinjauan Psikologi dan

prespektif Islam.Buku Litera. Yogyakarta.

Surya, Mohammad. 2001. Bina keluarga. CV Aneka Ilmu. Semarang

Sugiyono. 2014.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.Bandung:

Supratiknya. Augustinus. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Kanisius. Yogyakarta.


(6)

Sumber Jurnal :

Dewi,nyoman Riana dan Hilda Sudhana. 2013.Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Pasutri Dengan Keharmonisan Dalam Pernikahan. Jurnal Psikologi, 2013, Vol.1, No,22-31. Universitas Udayana.

Prabowo, Mia Retno, 2006. Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan yang Berlatar Belakang Etnis Batak Dan Etnis Jawa. Jurnal Psikologi. Universitas Gunadarma.

Pujistuti, reny Dyah. Sri Lestari. 2008. Dinamika Psikologi Terjadinya Perceraian Pada perempuan bercerai. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan.

Sumber Skripsi:

Haryanto, CN Pratiwi. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan Taerhadap Kualitas Komunikasi Inaterpersonal Suami Istri. Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Sumber internet :

Gunadi,Paul.2011.Keterbukaan/dalam/Pernikahan.http://www.telaga.org/audio/ke terbukaan dalam .pernikahan. diakses pada 30 november 2015. Pukul 20.33 wib.

http://lgbtindonesia.org/main/?p=34 diakses tanggal 5 Desember 2014

http://a-research.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=10753 diakses tanggal 12 Desember 2014

http://lampung.bps.go.id diakses tanggal 9 Desember 2014 https://books.google.co.id diakses tanggal 13 desember 214