ANALISIS FUNGSI RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN) DALAM MENGELOLA BENDA SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA (Studi Pada Kantor Rumah Penyimpanan Benda Sitnan Negara Kelas II Kota Metro)

ABSTRAK
ANALISIS FUNGSI RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA
(RUPBASAN) DALAM MENGELOLA BENDA SITAAN
DAN RAMPASAN NEGARA
(Studi Pada Kantor Rumah Penyimpanan Benda Sitnan Negara
Kelas II Kota Metro)
Oleh
IRAWAN SAPUTRA

Keberadaan benda sitaan dan rampasan negara tersebut menjadi suatu
permasalahan tersendiri bagi aparat penegak hukum, sebab berpotensi adanya
penyalahgunaan, penggelapan dan hilangnya barang bukti, penyalahgunaan
barang bukti yang telah disita seperti dijual oleh oknum aparat penegak hukum.
Oleh karena benda sitaan dan rampasan negara harus disimpan dalam Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1)
Bagaimanakah fungsi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II Kota
Metro dalam mengelola barang sitaan negara dan rampasan negara? (2)
Bagaimanakah tahapan pengelolaan barang sitaan negara dan rampasan negara
pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan
yuridis empiris. Responden penelitian adalah Kepala Rupbasan Ketas II A Kota

Metro, Kepala Urusan Penyimpanan, Kepala Urusan Pemeliharaan dan Dosen
Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila. Pengumpulan data dilakukan dengan studi
pustaka dan studi lapangan. Data dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh
kesimpulan penelitian.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: (1) Fungsi Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro dalam mengelola barang sitaan negara
dan rampasan Negara adalah melakukan pengadministrasian benda sitaan dan
barang rampasan negara, melakukan pemeliharaan dan mutasi benda sitaan dan
barang rampasan Negara, Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan dan
Melakukan urusan surat-menyurat dan kearsipan. (2) Tahapan Pengelolaan
Barang Sitaan Negara dan Rampasan Negara pada Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara Kelas II Kota Metro terdiri dari Penerimaan, Penelitian dan
Penilaian, Pendaftaran, Penyimpanan, Pemeliharaan, Pengeluaran dan
Penghapusan, Penyelamatan dan Pengamanan, pelaporan dan Pengeluaran Akhir

Irawan Saputra
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Koordinasi dalam pengelolaan barang sitaan
dan rampasan negara oleh aparat penegak hukum hendaknya semakin
ditingkatkan dan tidak dilakukan secara parsial, baik oleh Kepolisian, Kejaksaan
maupun Pengadilan, tetapi dilaksanakan secara terpadu di dalam Rupbasan. (2)

Pengawasan terhadap pengelolaan barang sitaan dan rampasan negara hendaknya
ditingkatkan dalam rangka mengantisipasi munculnya resiko terhadap keamanan
barang sitaan dan barang rampasan yang disimpan di dalam Rupbasan.
Kata Kunci: Fungsi Rupbasan, Sitaan, Rampasan

DAFTAR ISI
Halaman

I.

II.

III.

IV.

PENDAHULUAN ....................................................................................

1


A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Permasalaban dan Ruang Lingkup Penelitian .....................................

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................

8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ......................................................

9

E. Sistematika Penu1isan.........................................................................

14


TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

16

A. Pengertian Fungsi Lembaga ................................................................

16

B. Benda Sitaan Negara dan Benda Rampasan Negara ...........................

17

C. Penyimpanan Benda Sitaan Negara dan Benda Rainpasan Negara ....

20

D. Pengelolaan Barang Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara....

25


METODE PENELITIAN .......................................................................

28

A. Pendekatan Masalah ............................................................................

28

B. Sumber dan Jenis Data ........................................................................

28

C. Penentuan Populasi dan Sampel..........................................................

30

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................

31


E. Analisis Data .......................................................................................

32

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................

33

A. Karakteristik Responden .....................................................................

33

B. Fungsi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II
Kota Metro dalam Mengelola Barang Sitaan dan Barang
Rampasan Negara................................................................................

34

V.


C. Tahapan Pengelolaan Barang Sitaan dan Barang Rampasan
Negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
Kelas H Kota Metro ...........................................................................

51

PENUTUP ................................................................................................

69

A. Kesimpulan .........................................................................................

69

B. Saran ....................................................................................................

70

DAFTAR PUSTAKA


1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana
umum maupun pidana khusus, seperti kasus korupsi seringkali mengharuskan
penyidik untuk melakukan upaya paksa dalam bentuk penyitaan barang atau
benda yang dimiliki oleh tersangka karena akan dijadikan sebagai alat bukti.
Dalam konteks yang demikian dikenal istilah benda sitaan dan benda
rampasan Negara.

Benda sitaan negara menurut Pasal 1 Angka 4 PP No. 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana adalah benda yang
disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan. Sementara itu benda
rampasan Negara adalah barang bukti yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, dirampas untuk negara yang selajutnya dieksekusi dengan cara
dimusnahkan, dilelang untuk negara, diserahkan kepada instansi yang
ditetapkan untuk dimanfaatkan dan disimpan di Rupbasan untuk barang bukti

dalam perkara lain1.

1

Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia. Gramedia. Jakarta. 2003. hlm. 12

2

Keberadaan benda sitaan dan rampasan Negara tersebut menjadi suatu
permasalahan tersendiri bagi aparat penegak hukum, sebab berpotensi adanya
penyalahgunaan, penggelapan dan hilangnya barang bukti, penyalahgunaan
barang bukti yang telah disita seperti dijual oleh oknum aparat penegak
hukum.

Ketentuan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam ayat (4) menentukan
bahwa benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk diedarkan,
dirampas untuk


dipergunakan bagi

kepentingan negara atau untuk

dimusnahkan. Termasuk dalam kategori barang sitaan yang dilarang untuk
diedarkan antara lain adalah minurnan keras, narkotika, psikotropika, senjata
dan bahan peledak, buku-buku atau gambar atau bentuk lain dan barangbarang yang masuk dalam kelompok pornografi.

KUHAP dalam konteksnya sebagai Hukum Acara, mengatur adanya upayaupaya

paksa

dalam

penyidikan

yaitu

penangkapan,


penahanan,

penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan surat. Mengenai penyitaan yang
menurut Pasal 1 butir 16 KUHAP dinyatakan bahwa penyitaan adalah
serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan
dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan,
dan peradilan. Benda yang dapat disita antara lain :

3

1) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian
diperoleh dan tindak pidana atau sebagian hasil dan tindak pidana.
2) Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana
atau mempersiapkannya.
3) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.
4) Yang dibuat khusus untuk melakukan tindak pidana.
5) Benda lain yang berhubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

Kelima benda tersebut dapat digunakan dan dikategorikan sebagai alat bukti dan
berfungsi dalam proses pemeriksaan suatu perkara pidana, sehingga dalam proses
mendapatkan alat bukti dan menyitanya serta menempatkan barang sitaan tersebut
diperlukan suatu tempat yang merupakan pusat penyimpanan segala macam
barang sitaan. Mengenai tempat penyimpanan benda sitaan negara sebagai barang
bukti di dalam perkara pidana, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) terdapat dalam Pasal 44 ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Benda Sitaan Negara disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
Negara”.
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) adalah tempat benda yang
disita oleh Negara untuk keperluan proses persidangan. Rupbasan dibawah
tanggung jawab Direktorat Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, yang
sejajar dengan Rutan dan Lapas. Kewenangan Rupbasan terdapat dalam Pasal 44
ayat (2) yang menyebutkan bahwa penyimpanan benda sitaan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang

4

berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda
tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga.

Fungsi Rupbasan menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor :
M.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Tata Kerja Rumah
Tahanan dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, adalah melakukan
penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan negara. Melakukan penyimpanan
benda sitaan negara dan barang rampasan negara berarti melakukan perbuatan
menyimpan atau menaruh di tempat yang aman supaya jangan rusak atau hilang
atau berkurang benda dan barang tersebut.

Fungsi Rupbasan sebagai upaya untuk menyelenggarakan tugas pokoknya adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan pengadministrasian benda sitaan dan barang rampasan negara;
b. Melakukan pemeliharaan dan mutasi benda sitaan dan barang rampasan
negara;
c. Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan
d. Melakukan urusan surat-menyurat dan kearsipan.

Tujuan pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan negara di Rupbasan
berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor E.2.UM.01.06 Tahun 1986
tanggal 17 Februari 1986 dan disempurnakan tanggal 7 Nopember 2002 Nomor
E.1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk
Teknis (Juknis) Rupbasan adalah untuk mengelola benda sitaan negara dan barang

5

rampasan negara, sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh yang berkepentingan
mudah dan cepat mendapatkannya. Melakukan pemeliharaan benda sitaan negara
dan barang rampasan negara berarti merawat benda dan barang tersebut agar tidak
rusak serta tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya sejak penerimaan sampai
dengan pengeluarannya.

Secara struktural dan organisatoris, Rupbasan dikelola oleh Depertemen
Kehakiman melalui Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Hal ini diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983. Rupbasan dipimpin oleh Kepala
Rupbasan yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri (Pasal 31 ayat (1) PP
Nomor 27 Tahun 1983) sehingga tanggungjawab fisik dan administrasi atas benda
sitaan ada pada Kepala Rupbasan (Pasal 30 ayat (3), Pasal 32 ayat (1) PP Nomor
27 tahun 1983). Pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan negara di
rumah penyimpanan benda sitaan Negara diatur oleh Menteri Kehakiman RI
dalam Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor M.05.UM.01.06 Tahun 1983.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa pendirian Rupbasan
didasari oleh Pasal 44 ayat (1) KUHAP dan juga PP No. 27 Tahun 1983 serta
Peraturan Menteri Kehakiman No. M.05.UM.0 1.06 Tahun 1983. Sehubungan
dengan apa yang disebut Rupbasan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana PP No.27 Tahun 1983 serta Peraturan Menteri Kehakiman
No. M.05.UM.01 .06 Tahun 1983, pada kenyataannya belum jelas mengenai
pengaturan pelaksanaannya. Untuk memperjelas pelaksanaannya, perlu diketahui
Mekanisme Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan

6

Negara di Rupbasan, sehingga kemudian hal itu diatur dalam SK Direktur
Jenderal Pemasyarakatan No. E1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang
Rampasan Negara di Rupbasan, sebagai penjabaran dan Peraturan Menteri
Kehakiman No. M.05.UM.01.06 Tahun 1983.
Upaya agar dalam Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang
Rampasan Negara di Rupbasan dapat berjalan sesuai fungsinya, memerlukan kerja
sama yang baik dan berbagai instansi yang berkaitan seperti Pengadilan,
Kepolisian dan Kejaksaan serta instansi lainnya untuk menyerahkan benda-benda
sitaan untuk disimpan di Rupbasan agar keamanannya dapat terjaga dan
terlindungi serta apabila dalam proses pengadilan putusan agar dikembalikan
maka dapat dikembalikan secara utuh tanpa cacat ataupun rusak. Masalah yang
terjadinya di lapangan kurangnya kerjasama dan koordinasi antara aparat penegak
hukum dalam penyerahan benda-benda sitaan dan rampasan untuk disimpan di
Rupbasan agar terjaga keamanannya.

Pada wilayah hukum Kota Metro terdapat suatu Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara, fungsi dan Perannya belum dapat dikatakan maksimal,
dikarenakan belum terciptanya suatu kebijakan fungsional yang menetapkan
bahwa diperlukannya Rupbasan dalam suatu proses peradilan perkara pidana
menyangkut dengan penyimpanan alat-alat bukti yang selama ini dicitra
masyarakat umum Rupbasan belum berfungsi dengan baik berkaitan dengan
penjagaan, penyimpanan, pengamanan, dan penyelamatan benda-benda sitaan.
Secara struktural dan fungsional, Rupbasan berada di bawah lingkungan

7

Departemen Kehakiman yang akan menjadi pusat penyimpanan segala macam
barang sitaan dan berbagai instansi.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka penulis akan melakukan
penelitian dan menuangkannya ke dalam Skripsi yang berjudul: “Analisis fungsi
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) dalam mengelola benda
sitaan dan rampasan negara” (Studi Pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
Negara Kelas II Kota Metro).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah fungsi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II
Kota Metro dalam mengelola barang sitaan negara dan rampasan negara?
b. Bagaimanakah tahapan pengelolaan barang sitaan negara dan rampasan negara
pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro?

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ilmu penelitian adalah hukum pidana, dengan kajian mengenai
fungsi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara dalam mengelola barang sitaan
negara dan rampasan negara dan tahapan pengelolaan barang sitaan negara dan
rampasan negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Ruang lingkup
lokasi penelitian ini adalah pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas
II Kota Metro dengan waktu penelitian yaitu tahun 2013.

8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui fungsi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II
Kota Metro dalam mengelola barang sitaan negara dan rampasan negara
b. Untuk mengetahui tahapan pengelolaan barang sitaan negara dan rampasan
negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro

2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara
praktis sebagai berikut :
a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya kajian ilmu
hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan fungsi Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro dalam mengelola barang sitaan
negara dan rampasan Negara

b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran
bagi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro dalam
meningkatkan kinerja di bidang pengelolaan barang sitaan negara dan
rampasan negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Selain itu

9

dapat berguna bagi pihak lain yang membutuhkan informasi mengenai
pengelolaan barang sitaan negara dan rampasan negara.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis merupakan abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau
dasar yang relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya
penelitian hukum2. Berdasarkan pengertian tersebut maka kerangka teoritis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Fungsi

Fungsi berasal dan kata dalam Bahasa Inggris function, yang berarti sesuatu
yang mengandung kegunaan atau manfaat. Fungsi suatu lembaga atau institusi
formal adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh
seseorang dalam kedudukannya di dalam organisasi untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Fungsi lembaga atau institusi
disusun sebagai pedoman atau haluan bagi organisasi tersebut dalam
melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan organisasi. Fungsi berkaitan erat
dengan wewenang, yaitu kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum
publik, atau secara yuridis wewenang adalah kemampuan bertindak yang

2

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1986. hlm.72

10

diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melakukan
hubungan-hubungan hukum.3

b. Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Rampasan Negara

Kata pengelolaan memiliki arti sebagai berikut :
(1) Proses, cara, perbuatan mengelola;
(2) Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang
lain;
(3) Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi;
(4) Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlihat dalam
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.4
Kata “pengelolaan” juga digunakan dalam naskah Peraturan Menteri
Kehakiman No. M.05.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pengelolaan
Benda Sitaan Negara (Basan) dan Barang Rampasan Negara (Baran) di
Rupbasan. Dalam peraturan tersebut telah ditetapkan mengenai pengelolaan
benda sitaan negara dan barang rampasan negara. Pertimbangan utama untuk
menerbitkan peraturan tadi adalah untuk mengatur secara jelas pengelolaan
benda sitaan yang meliputi tata cara penerimaan, penyelamatan, pengeluaran
dan sampai dengan pemusnahan barang rampasan negara.

3

Muammar Himawan. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta 2004. hlm. 32.
Kamus Besar Bahasa lndonesia,Tim Penyusun Kamus dan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta 2003. hlm. 231
4

11

Berdasarkan pengertian di atas maka arti “pengelolaan” adalah proses atau
kegiatan untuk mengatur sesuatu. Jadi jika dikaitkan dengan benda sitaan
negara dan barang rampasan negara yang ada di Rupbasan, kata pengelolaan
dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengatur tata cara
penerimaan,

penempatan,

pendaftaran,

pemeliharaan,

pengamanan,

penyelamatan dan pengeluaran benda sitaan negara sampai dengan
pelaksanaan pernusnahan barang rampasan negara. Benda sitaan adalah benda
yang disita oleh negara untuk keperluan proses peradilan (Pasal 1 butir 4 PP.
No. 27 Tahun 1983 jo PP No 58 Tahun 2010).5

Mengingat

bahwa untuk

mewujudkan terbentuknya

Rumah Tempat

Penyimpanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara memerlukan waktu yang
cukup lama, maka dalam penjelasan Pasal 44 Ayat (1) KUHAP disebutkan
bahwa selama belum ada Rumah Tempat Penyimpanan Benda Sitaan dan
Rampasan Negara ditempatkan yang bersangkutan, penyimpanan benda sitaan
tersebut dapat dilakukan di Kantor Kepolisian Negara Republik Indonesia, di
kantor Kejaksaan Negeri dan Kantor Pengadilan Negeri, di Bank Pemerintah
dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau tetap ditempat
semula benda sitaan.

Maksud dan tujuan disimpannya benda sitaan ditempat Rupbasan, tercantum
dan Pasal 27 Ayat (3) PP No. 27 Tahun 1983, yaitu untuk menjamin
keselamatan dan keamanannya. Selanjutnya Pasal 31 PP No. 27 Tahun 1983
5

Noor Kolim . Pokok-Pokok Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di
Rupbasan, Pusdiklat Pegawai Depertemen Hukum dan HAM RI. Jakarta 2005. hlm. 1-2

12

menyebutkan bahwa Rupbasan dipimpin oleh Kepala Rupbasan yang diangkat
dan di hentikan oleh Menteri (Ayat 1). Dalam melakukan tugasnya Kepala
Rupbasan dibantu oleh Wakil Kepala (Ayat 2). Menurut Pasal 26 PP
No. Tahun 1983, dimana setiap ibu kota Kabupaten/Kotamadya dibentuk
Rupbasan oleh Menteri (Ayat 1).

Pasal 44 Ayat (2) KUHAP rnenyebutkan penyimpanan benda sitaan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada
pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun bila
ketentuan tersebut di atas dihubungkan dengan Ayat (1) dan Pasal 44 KUHAP
yang menunjukkan Rupbasan sebagai tempat penyimpanan benda sitaan,
kelihatan bahwa selain pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan pidana, pejabat Rupbasan pun
bertanggung jawab atas benda sitaan tersebut.

2. Konseptual

Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan
dalam melaksanakan penelitian.6 Batasan pengertian dan istilah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Fungsi lembaga atau institusi disusun sebagai pedoman atau haluan bagi
organisasi tersebut dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan
organisasi. Fungsi berkaitan erat dengan wewenang, yaitu kemampuan untuk
6

Soerjono Soekanto. Op Cit. 1983. hlm 103

13

melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis wewenang
adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku serta melakukan hubungari-hubungan hukum.7
2. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) adalah tempat benda
yang disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan. Dalam Rupbasan
ditempatkan benda yang harus disimpan untuk keperluan barang bukti dalam
pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan termasuk barang yang dinyatakan dirampas berdasarkan putusan
hakim (Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana)
3. Pengelolaan adalah proses atau kegiatan untuk mengatur sesuatu dan jika
dikaitkan dengan benda sitaan negara dan barang rampasan negara yang ada di
Rupbasan, maka kata pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses atau
kegiatan untuk mengatur tata cara penerimaan, penempatan, pendaftaran,
pemeliharaan, pengamanan, penyelamatan dan pengeluaran benda sitaan
negara sampai dengan pelaksanaan pemusnahan barang rampasan negara.8
4. Benda sitaan Negara adalah benda yang disita oleh negara untuk keperluan
proses peradilan (Pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana).
5. Benda rampasan negara adalah barang bukti yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, dirampas untuk negara yang selajutnya dieksekusi dengan cara
dimusnahkan, dilelang untuk negara, diserahkan kepada instansi yang
7

Muammar Himawan. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta 2004. hlm. 32.
Noor Kolim. Pokok-Pokok Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di
Rupbasan, Pusdiklat Pegawai Depertemen Hukum dan HAM RI. Jakarta 2005. hlm. 1-2
8

14

ditetapkan untuk dimanfaatkan dan disimpan di Rupbasan untuk barang bukti
dalam perkara lain9.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disajikan ke dalam lima bab dengan sistematika penulisan skripsi
yaitu sebagai berikut :

I.

PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan penyusunan skripsi yang terdiri dari Latar
Belakang, Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Kerangka Teori dan Konseptual serta Sistematika Penulisan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang meliputi pengertian tentang fungsi,
benda sitaan dan benda rampasan negara, penyimpanan serta pengelolaan
benda sitaan dan benda rampasan negara oleh Rupbasan.

III. METODE PENELITIAN
Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari
Pendekatan Masalah, Sumber Data, Penentuan Populasi dan Sampel,
Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Analisis Data.

9

Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia. Gramedia. Jakarta. 2003. hlm. 12

15

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penyajian dan pembahasan data mengenai fungsi Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara dalam mengelola barang sitaan negara
dan rampasan negara dan tahapan pengelolaan barang sitaan negara dan
rampasan negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

V.

PENUTUP
Berisi kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis dan pembahasan
penelitian serta berbagai saran sesuai dengan permasalahan yang ditujukan
kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Fungsi Lembaga

Fungsi berasal dan kata dalam Bahasa Inggris function, yang berarti sesuatu yang
mengandung kegunaan atau manfaat. Fungsi suatu lembaga atau institusi formal
adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang
dalam kedudukannya di dalam organisasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing. Fungsi lembaga atau institusi disusun sebagai
pedoman atau haluan bagi organisasi tersebut dalam melaksanakan kegiatan dan
mencapai tujuan organisasi. Fungsi berkaitan erat dengan wewenang, yaitu
kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis
wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta melakukan hubungan-hubungan hukum.10

Secara organisasional fungsi berkaitan dengan wewenang yaitu kemampuan
yuridis yang didasarkan pada hukum publik. Terdapat wewenang diikatkan pula
hak dan kewajiban, yaitu agar wewenang tidak semata-mata diartikan sebagai hak
berdasarkan hukum publik, tetapi juga kewajiban sebagai hukum publik.

10

Muammar Himawan. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta 2004. hlm. 32.

17

Wewenang tidak diartikan kuasa an sich, oleh karena itu, dalam menjalankan hak
berdasarkan hukum publik selalu terikat kewajiban berdasarkan hukum publik
tidak tertulis (asas umum) pemerintahan yang baik. Kewenangan dalam hal ini
dibedakan menjadi :
a. Pemberian wewenang: pemberian hak kepada, dan pembebanan kewajiban
terhadap badan (atribusi/mandat);
b. Pelaksanaan wewenang: menjalankan hak dan kewajiban publik yang berarti
mempersiapkan dan mengambil keputusan;
c. Akibat hukum dan pelaksanaan wewenang: seluruh hak dan atau kewajiban
yang terletak rakyat/burger, kelompok rakyat dan badan11

B. Benda Sitaan Negara dan Benda Rampasan Negara

Penyitaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menyita atau pengambilan
milik pribadi oleh pemerintah tanpa ganti rugi. Proses penegakan hukum
mengesahkan adanya suatu tindakan berupa penyitaan. Penyitaan adalah tindakan
hukum berupa pengambil alihan dan penguasaan untuk sementara waktu barangbarang dan tangan seseorang atau kelompok untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan.12

Setelah melakukan penyitaan atas benda yang dilakukan dalam tindak pidana,
maka benda tesebut harus diamankan oleh penyidik dengan menepakan dalam
suatu tempat khusus untuk menyimpan benda sitaan negara. Benda sitaan negara
11

Prajudi Admosudirjo. Teori Kewenangan. PT. Rineka Cipta Jakarta. 2001. hlm. 48
Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Melalui Sarana Teknik dan Sarana Hukum, Ghalia
Indonesia, Jakarta 1986, hlm.122
12

18

adalah benda yang disita oleh penyidik, penuntut umum atau pejabat yang karena
jabatannya mempunyai wewenang untuk menyita barang guna keperluan barang
bukti dalam proses peradilan.

Barang sitaan adalah barang bukti yang teiah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dirampas untuk negara yang selajutnya dieksekusi dengan cara:
a. Dimusnahkan.
b. Dibakar sampai habis.
c. Ditenggelamkan ke dasar laut sehingga tidak bisa diambil lagi.
d. Ditanam di dalam tanah.
e. Dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi.
f. Dilelang untuk Negara.
g. Diserahkan kepada instansi yang ditetapkan untuk dimanfaatkan.
h. Disimpan di Rupbasan untuk barang bukti dalam perkara lain13
Pasal 1 butir 16 KUHAP mengatur bahwa “penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya
benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penunjukkan dan peradilan.”

Berdasarkan ketentuan di atas, maka pengambilan-alihan barang dilakukan
dengan cara serah terima dari tersita kepada penyidik. Selain memberikan tanda
terima barang sitaan, penyidik harus meminta tersita membubuhkan tanda

13

Basmanizar, Penyelamtan dan Pengamanan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan
Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Rajawali Press. Jakarta. 1997.hlm 43-44

19

tangannya di dalam berita acara penyitaan. Berita acara itu wajib dibuat penyidik
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 8 Ayat (1) KUHAP j0.
Pasal 75 Ayat (1) huruf f KUHAP.

Tindakan penyitaan disahkan oleh undang-undang guna kepentingan acara pidana
namun tidak boleh dilakukan dengan semena-mena tetapi dengan cara-cara yang
telah ditetapkan atau ditentukan oleh undang-undang, tidak dibenarkan tindakan
yang dapat melanggar hak asasi manusia. Tujuan penyitaan adalah untuk
kepentingan pembuktian” terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka sidang
pengadilan. Dapat dipastikan bahwa tanpa barang bukti perkara tidak dapat
diajukan ke sidang pengadilan, oleh karena itu agar perkara lengkap dan sempuma
dengan barang bukti, maka penyidik melakukan penyitaan untuk dipergunakan
sebagai barang bukti dalam penyidikan, penuntutan dan dalam pemeriksaan
persidangan pengadilan.

Jenis-jenis benda yang dapat dikenakan penyitaan adalah:
1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruhnya atau sebagian
diduga diperoleh dan tindak pidana atau sebagai hasil dan tindak pidana (Pasal
39 Ayat (l) huruf a KUHAP).
2. Paket atau surat atau benda yang pengangkutannya atan pengirimannya
dilakukan oleh Kantor Pos atau Telekomunikasi, Jawatan atau Perusahaan
Komunikasi atau Pengangkutan sepanjang paket, surat atau benda tersebut
diperuntukkan bagi tersangka atau yang berasal dan padanya (Pasal 41
KUHAP).

20

3. Surat atau tulisan lain dan mereka yang berkewajiban menurut undang-undang
untuk merahasiakannya sepanjang tidak menyangkut rahasia negara (Pasal 43
KUHAP).
4. Benda terlarang seperti senjata api tanpa ijin, bahan peledak, bahan kimia
tertentu, narkoba buku atau majalah dan film porno dan uang palsu.14

Benda rampasan negara adalah barang bukti yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, dirampas untuk negara yang selajutnya dieksekusi dengan cara
dimusnahkan, dilelang untuk negara, diserahkan kepada instansi yang ditetapkan
untuk dimanfaatkan dan disimpan di Rupbasan untuk barang bukti dalam perkara
lain15.

C. Penyimpanan Benda Sitaan Negara dan Benda Rampasan Negara

Berdasarkan Pasal 44 KUHAP benda sitaan disimpan dalam Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara atau disingkat Rupbasan. Rupbasan adalah satu-satunya
tempat penyimpanan segala macam benda sitaan yang diperlukan sebagai barang
bukti dalam proses peradilan termasuk barang yang dinyatakan dirampas
berdasarkan putusan hakim dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh
siapapun juga.16

14

Ratna Nuru Alfiah, Benda Sitaan dan Rampasan Negara, Rineka Cipta, Jakarta 2001,

hlm.74
15

Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalarn Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia. Gramedia. Jakarta. 2003. Hlm. 12
16
Basmanizar, Penyelamatan dan Pengamanan Benda Sitaan Negara dan Barang
Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Rajawali Press. Jakarta.
1997.hlm 43-44

21

Penyimpanan benda sitaan tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
tanggung jawabnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk
dipergunakan oleh siapapun. Gagasan dasar tentang amanah undang-undang untuk
membentuk lembaga baru seperti Rupbasan adalah untuk tetap terpeliharanya
benda yang disita dalam satu kesatuan unit. Kebijakan ini akan memudahkan
dalam pemeliharaan dan ada pejabat tertentu yang bertanggung jawab secara fisik
terhadap benda sitaan tersebut. Sehingga dengan pengelolaan dan pemeliharaan
oleh Rupbasan kondisi atau keadaan benda sitaan tetap utuh dan sama seperti pada
saat benda itu disita. Keutuhan benda sitaan sangat diperlukan bukan hanya untuk
keperluan pembuktian pada saat proses peradilan, sehingga para saksi tetap
dengan mudah mengenali benda sitaan tersebut sama seperti pada saat dilakukan
tindak pidana atau ketika benda itu disita untuk dijadikan sebagai barang bukti,
melainkan juga dimaksudkan untuk melindungi hak milik tersangka dan terutama
sekali hak milik pihak yang menjadi korban tindak pidana maupun pihak lain
yang mungkin terkait dengan tindak pidana.

Upaya paksa termasuk menyita sesuatu benda dan seseorang harus ditentukan
secara limitatif dituliskan dalam undang-undang. Selama masih dalam proses
peradilan, benda sitaan harus disimpan, dipelihara dan dijaga keselamatan dan
keamanannya di dalam Rupbasan. Selama berada di Rupbasan tanggung jawab
secara fisik atas benda sitaan ada di tangan Kepala Rupbasan dan tanggung jawab
secara yuridis berada di tangan pejabat yang berwenang sesuai tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan.

22

Benda sitaan adalah benda yang disita oleh negara untuk keperluan proses
peradilan (Pasal 1. butir 4 PP. No. 27 Tahun 1983). Mengingat bahwa untuk
mewujudkan terbentuknya Runiah Tempat Penyimpanan Benda Sitaan dan
Rampasan Negara memerlukan waktu yang cukup lama, maka dalam penjelasan
Pasal 44 Ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa selama belum ada Rumah Tempat
Penyimpanan

Benda

Sitaan

dan

Rampasan

Negara

ditempatkan

yang

bersangkutan, penyimpanan benda sitaan tersebut dapat dilakukan di Kantor
Kepolisian Negara, di kantor Kejaksaan Negeri dan Kantor Pengadilan Negeri, di
Bank Pemerintah dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau
tetap ditempat semula benda sitaan.

Maksud dan tujuan disimpannya benda sitaan ditempat Rupbasan, tercantum dan
Pasal 27 Ayat (3) PP No. 27 Tahun 1983, yaitu untuk menjamin keselamatan dan
keamanannya. Selanjutnya Pasal 31 PP No. 27 Tahun 1983 menyebutkan bahwa
Rupbasan dipimpin oleh Kepala Rupbasan yang diangkat dan di hentikan oleh
Menteri (Ayat 1). Dalam melakukan tugasnya Kepala Rupbasan di bantu oleh
Wakil Kepala (Ayat 2). Menurut Pasal 26 PP No. Tahun 1983, dimana setiap ibu
kota Kabupaten/ Kotamadya dibentuk Rupbasan oleh Menteri (Ayat 1).

Pembentukan Rupbasan di luar tempat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
apabila dipandang perlu merupakan Cabang Rupbasan (Ayat 2) Kepala Cabang
Rupbasan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri (Ayat 3). Dalam Pasal 44 Ayat
(2) KUHAP disebutkan penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya dan tanggung jawab ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan

23

tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk
dipergunakan oleh siapapun bila ketentuan tersebut di atas dihubungkan dengan
Ayat (1) dan Pasal 44 KUHAP yang menunjukkan Rupbasan sebagai tempat
penyimpanan benda sitaan, kelihatan bahwa selain pejabat yang berwenang sesüai
dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan pidana, pejabat Rupbasan pun
bertanggung jawab atas benda sitaan tersebut.

Pejabat sebagaimana peraturan pelaksanaan dan Pasal 44 KUHAP, Pasal 30 PP
No. 27 Tahun 1983 mengatur tentang tanggung jawab secara yuridis atas benda
sitaan tersebut berada pada pejabat sesuai dengan tingkat pemeriksaan (Ayat 1).
Misalnya, dalam tingkat penyidikan, yang bertanggung jawab secara yuridis atas
benda sitaan tersebut adalah penyidik yang menangani perkaranya. Tanggung
jawab secara fisik atas benda sitaan tersebut ada pada Kepala Rupbasan (Ayat 2).
Selanjutnya Pasal 32 PP No. 1983 menyebutkan pula perihal tanggung jawab
Rupbasan secara fisik atas benda sitaan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 30
Ayat (3) Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas administrasi benda sitaan.
Kepala Rupbasan tiap tahun membuat laporan kepada Menteri mengenai benda
sitaan. Tembusan laporan disampaikan kepada Kepala Kepolisian Republik
Indonesia, Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung.

Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04.PR.03 Tahun 1985 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara Bab II Rupbasan Bagian Pertama, Kedudukan, Tugas,
Fungsi dan Klasifakasi Pasal 27 menyatakan bahwa Rupbasan adalah unit

24

pelaksana teknis di bidang penyimpanan benda sitaan negara dan barang
rampasan negara yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman RI. Memperhatikan dasar
pelaksanaan penyimpanan benda sitaan tersebut diatas, maka Rupbasan memiliki
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
1. Tugas Pokok yakni melaksanakan penyimpanan Benda Sitaan Negara dan
Barang Rampasan Negara
2. Fungsi:
a. Melaksanakan pengadministrasian Benda Sitaan Negara dan Barang
Rampasan Negara;
b. Melakukan pemeliharaan dan mutasi Benda Sitaan Negara dan Barang
Rampasan Negara;
c. Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan;

Selain fungsi-fungsi yang tersebut di atas Rupbasan juga disebut sebagai fungsi
kelembagaan, yaitu salah satu unsur institusi hukum pada proses peradilan pidana
terpadu (Criminal Justice System) sebagai tempat penyimpanan barang sitaan di
Rupbasan juga sebagai fungsi profesi penegak hukum karena memiliki tugas
pokok dan fungsi tersendiri diantara jajaran penegak hukum yang ada, mengelola
barang sitaan agar terjamin keutuhannya dan siap diberikan untuk alat bukti pada
proses peradilan. Rupbasan berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang sitaan.
Rupbasan

yang

berfungsi

profesi

adalah

melakukan

pengelolaan

dan

pemeliharaan sehingga terjamin keutuhan barang sitaan yang didasarkan pada

25

jenis, mutu dan jumlah sesuai dengan karakteristik, serta sifat dan masing-masing
benda sitaan.

Proses penyimpanan barang sitaan negara seharusnya dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang
sesuai

dengan

tingkat

pemeriksaan

dalam

proses

peradilan,

karena

mempertimbangkan alasan mempertimbangkan keefektifan dalam hal jarak,
waktu, administrasi, serta menjamin keutuhan barang sitaan, maka menurut
penulis, alangkah baiknya: apabila penyimpanan barang sitaan negara sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Rupbasan.

D. Pengelolaan Barang Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan

Benda-benda yang harus disimpan di Rupbasan diatur dalam Pasal 27 Peraturan
Pemerintah Tahun 1983 jo. Pasal 1 butir 1 Peraturan Menteri Kehakiman RI
Nomor M.05.UM.0l .06 Tahun 1983 yang menyatakan bahwa di dalam Rupbasan
ditempatkan benda yang harus disimpan untuk keperluan barang bukti dalam
pemeriksaan pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan, termasuk barang yang dinyatakan dirampas berdasarkan keputusan
Hakim17.

Pasal 27 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 mengatur bahwa
dalam hal benda sitaan sebagaimana dimaksud Ayat (1) tidak mungkin dapat
disimpan dalam Rupbasan maka cara penyimpanan benda sitaan tersebut
17

Noor Kolim. Pokok-Pokok Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di
Rupbasan. Pusdiklat Pegawai Depertemen Hukum dan HAM RI. Jakarta 2005. hlm. 6

26

diserahkan kepada Kepala Rupbasan. Barang atau benda yang tidak mungkin
disimpan dalam Rupbasan seperti barang yang mudah rusak, kapal laut. Dan
ketentuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Rupbasan bukan hanya
tempat untuk menyimpan benda-benda sitaan, melainkan termasuk pula tempat
penyimpanan barang-barang yang dinyatakan dirampas untuk negara berdasarkan
keputusan pengadilan.
Pejabat Rupbasan dalam menempatkan benda sitaan negara harus memperhatikan
hal- hal sebagaimana tersebut pada Pasal 1 butir 1 Peraturan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Nomor M. 05-UM.01.06 Tahun 1983, yakni:
1. Butir 2, Penempatan benda sitaan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 butir 1 harus diatur sedemikian rupa sehingga dalam waktu cepat dapat
diketemukan serta harus terjamin keamanannya
2. Butir 3, Penyimpanan benda sitaan negara dilakukan berdasarkan sifat, jenis
dan tingkat pemeriksaan;
3. Butir 4, Kepala Rupbasan wajib memperlihatkan penyimpanan benda sitaan
negara yang bersifat khusus, misalnya benda sitaan negara yang berharga,
cepat rusak dan buruk atau berbahaya dan lain-lain yang dianggap perlu;
4. Butir 5, Dalam hal benda sitaan negara yang tersebut dalam Ayat 2 tidak
mungkin dapat disimpan pada Rupbasan, maka penyimpanan dapat
dikuasakan kepada instansi atau benda atau organisasi yang berwewenang atau
kegiatannya bersesuaian sebagai tempat penyimpanan benda sitaan tersebut;

27

5. Butir 6, Dalam hal pemberian kuasa sebagaimana dimaksud dalam Ayat 5
tidak dapat dilakukan, maka dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 45
KUHAP

Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara berazaskan kepada:
a. Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Pengayoman dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
c. Peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.
d. Praduga tak bersalah untuk menjamin keutuhan barang bukti.

Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara adalah tugas Rupbasan
selaku Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan dan perneriksaan dalam sidang pengadilan sehingga dapat menunjang
proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, mengandung aspek
pelayanan, pengamanan, pemeliharaan agar keutuhan barang bukti tetap terjamin.
Pengelolaan Barang Sitaan (basan) dan barang rampasan (baran) di Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara adalah suatu rangkaian kegiatan yang
merupakan suatu sistem dimulai sejak proses penerimaan sampai pada
pengeluaran Basan dan Baran. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi Penerimaan,
penelitian, penilaian, pendaftaran dan penyimpanan Basan dan Baran,
pemeliharaan Basan dan Baran, Pemutasian Basan dan Baran, Pengeluaran dan
Penghapusan Basan dan Baran serta Penyelamatan dan Pengamanan Basan dan
Baran.

28

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan
untuk memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan
atau kajian ilmu hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk
memperoleh kejelasan dan pemahaman dan permasalahan penelitian berdasarkan
realitas yang ada atau studi kasus18.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dan lapangan
penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan responden, untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

18

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1986. hlm.32

29

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dan berbagai sumber
hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder
dalam penelitian ini, terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer bersumber dari:
(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 J0. Undang-Undang Nomor 73
Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
(3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Republik Indonesia.
(4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder dapat bersumber dan bahan-bahan hukum yang
melengkapi hukum primer dan peraturan perundang-undangan lain yang
sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, di antaranya adalah:
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

30

(2) Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04.PR.03 Tahun 1985
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara
(3) Surat

Keputusan

Direktur

Jenderal

Pemasyarakatan

No.

E1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang
Rampasan Negara di Rupbasan
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier dapat bersumber dan berbagai bahan seperti teori/
pendapat para ahli dalam berbagai literatur/buku hukum, dokumentasi,
kamus hukum dan sumber dan internet.

C. Narasumber Penelitian

Dalam menganalisi data diperlukan pendapat beberapa narasumber penelitian,
oleh karena itu ditentukan narasumber dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kepala Rupbasan Kelas II A Kota Metro

1 Orang

2. Kepala Urusan Penyimpanan

1 Orang

3. Kepala Urusan Pemeliharaan

1 Orang

4. Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila

1 Orang +

Jumlah

4 Orang

31

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi
lapangan sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan serangkaian
kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dan buku-buku
literatur serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait dengan permasalahan.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan
wawancara (interview) kepada responden penelitian sebagai usaha
mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah
diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan
data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti
dalam penelitian ini.

32

b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompokkelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang
benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.
c. Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berbubungan
dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok
bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara
sistematis, jelas dan terperinci

yang kemudian diinterpretasikan untuk

memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode
induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan
yang bersifat umum sesual dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

69

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Fungsi Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro dalam
mengelola barang sitaan negara dan rampasan Negara adalah melakukan
pengadministrasian benda sitaan dan barang rampasan Negara seperti halnya
mengurus surat-surat dan meneliti barang sitaan yang masuk pada Rupbasan
Kelas II Kota Metro, melakukan pemeliharaan benda sitaan dan barang rampasan
Negara seperti halnya menjaga keutuhan barang bukti guna kepentingan proses
peradilan pidana dan memperhatikan Basan dan Baran yang memerlukan
pemeliharaan khusus,Melakukan pengamanan dan pengelolaan Rupbasan seperti
halnya memelihara, mengawasi, dan menjaga barang-barang inventaris Rupbasan
dengan diadakannya sistim penjagaan 1x24 jam oleh petugas Rupbasan Kelas II
Kota Metro.
2.Tahapan Pengelolaan Barang Sitaan Negara dan Rampasan Negara pada Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas II Kota Metro terdiri dari Penerimaan,
Penelitian dan Penilaian, Pendaftaran, Penyimpanan, Pemeliharaan, Pengeluaran
dan Penghapusan, Penyelamatan dan Pengamanan, pelaporan dan Pengeluaran

70

Akhir. Jika terjadi peristiwa yang luar biasa, segera dilaporkan kepada Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Direktur Jenderal
Pemasyarakatan dan instansi-instansi yang berkepentingan melalui telepon atau
dengan cara lain dan kemudian segera disusuli dengan laporan lengkap secara
tertulis

71

B. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi dalam pengelolaan barang sitaan dan rampasan negara oleh aparat
penegak hukum hendaknya semakin ditingkatkan dan tidak dilakukan secara
parsial, baik oleh Kepolisian, Kejaksaan maupun Pengadilan, tetapi
dilaksanakan secara terpadu di dalam Rupbasan.
2. Pengawasan terhadap pengelolaan barang sitaan dan rampasan negara
hendaknya ditingkatkan dalam rangka mengantisipasi munculnya resiko
terhadap keamanan barang sitaan dan barang rampasan yang disimpan di
dalam Rupbasan.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Alfiah, Ratna Nurul. 2001. Benda Sitaan dan Rampasan Negara, Rineka Cipta,
Jakarta
Basmanizar, 1997. Penyelamatan dan Pengamanan Benda Sitaan Negara dan
Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.
Rajawali Press. Jakarta.
Hamzah, Andi. 1986. Pengusutan Perkara Melalui Sarana Teknik dan Sarana
Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.
__________ 2000.Hukum Acara Pidana Indonesia.

Dokumen yang terkait

UPAYA HUKUM PEMILIK BENDA SITAAN ATAS KERUSAKAN AKIBAT KESALAHAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN PADA RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN)

0 18 24

ANALISIS PENANGANAN BENDA SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA (Studi di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Kelas I Bandar Lampung)

2 19 76

TINJAUAN TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN NEGARA DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DI RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN) SURAKARTA

2 18 106

DILEMA PENYIMPANAN BENDA SITAAN DI RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN) Dilema Penyimpanan Benda Sitaan Di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) (Studi Kasus Di RUPBASAN Kelas I Surakarta, RUPBASAN Kelas II Wonogiri Dan POLRES Sura

0 1 13

PENDAHULUAN Dilema Penyimpanan Benda Sitaan Di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) (Studi Kasus Di RUPBASAN Kelas I Surakarta, RUPBASAN Kelas II Wonogiri Dan POLRES Surakarta).

2 2 14

FUNGSI DAN PERANAN RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA FUNGSI DAN PERANAN RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA (Tinjauan Yuridis Empris Fungsi dan Peranan RUPBASAN Kelas

0 0 13

PENDAHULUAN FUNGSI DAN PERANAN RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA (Tinjauan Yuridis Empris Fungsi dan Peranan RUPBASAN Kelas I Surakarta).

0 0 16

Undangan Pembuktian Pembangunan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Pangkalpinang

0 0 1

PERLIDUNGAN BENDA SITAAN NEGARA DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

0 0 13

SKRIPSI STATUS BARANG BUKTI DALAM RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA

0 0 12