Shella Pramudytha, Yeterina Nugrahanti dan Ari Budi Kristanto
323 yang signifikan untuk setiap bulannya sehingga mereka
mudah mengingat dan juga karena jumlah karyawan yang sedikit.
4.2.2 Pelaporan
Pelaporan yang dibuat Usaha Kecil di Semarang, antara lain :
Tabel 3 Pelaporan Yang Dibuat Pengelola
Laporan yang Dibuat Pengelola
Membuat Laporan Dagang
Jasa Manufaktur
Jumlah Jumlah Jumlah
Laporan Penjualaan 22
58 15
35 7
58 Laporan Pembelian
22 58
15 35
7 58
LabaRugi 9
20 2
17 Perubahan Ekuitas
4 10
2 17
Neraca 4
10 2
17
Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa tidak semua responden yang melakukan pencatatan
juga membuat laporan. Terbukti bahwa pada usaha dagang jumlah responden yang mencatat penjualan dan
pembelian berjumlah 35 responden hanya 22 responden 58 yang membuat laporan per periode
masing-masing. Penjualan dan pembelian yang dibuat laporan menggambarkan bahwa laporan yang mereka
buat mencerminkan tujuannya yaitu untuk keperluan internal manajemen dalam usaha mereka.
Pada usaha jasa jumlah responden yang mencatat penjualan ada 35 responden hanya 32
responden yang membuat pelaporan. Dari 23 responden yang mencatat pembelian hanya 14
responden yang membuat laporan per periode masing- masing karena usaha dikelola sendiri sehingga tidak
perlu membuat laporan, dari nota penjualan dan pembelian, kas masuk, juga kas keluar sudah tahu
apakah usahanya laba atau rugi.
Penjualan dan pembelian yang dibuat laporan menggambarkan bahwa laporan yang mereka buat
mencerminkan tujuannya yaitu untuk keperluan internal manajemen dalam usaha mereka. Responden
beranggapan bahwa pada laporan penjualan mereka melihat apakah usahanya telah mengalami kemajuan
dalam meningkatkan laba, omzet, dan assetnya untuk perkembangan usahanya, sedangakan laporan
pembelian dibuat untuk mengecek barang apa saja yang masih tersedia.
Dari 40 responden usaha jasa, yang membuat laporan LabaRugi, Perubahan Ekuitas, dan Neraca
hanya 4 responden 10. Selama ini para pengelola mengetahui adanya laba atau rugi diperoleh dari selisih
antara harga penjualan dan pembelian. Jika selisih dari harga penjualan dan pembelian positif menunjukan
laba, jika selisih dari harga penjualan dan pembelian negatif menunjukan rugi, kalau ada laba berarti modal
bertambah dan jika rugi maka modal berkurang, para pengelola tidak mempunyai neraca, tetapi mengetahui
kekayaan hanya pada kas dan laporan persediaan. Pada usaha Manufaktur dari 12 responden
yang mencatat penjualan dan pembelian ada 7 responden yang membuat laporan per periode masing-
masing. 5 responden lain tidak membuat karena beranggapan bahwa usaha dikelola sendiri sehingga
tidak perlu membuat laporan, dari nota penjualan dan pembelian, kas masuk, juga kas keluar sudah tahu
apakah usahanya laba atau rugi. Penjualan dan pembelian yang dibuat laporan menggambarkan bahwa
laporan yang mereka buat mencerminkan tujuannya yaitu untuk keperluan internal manajemen dalam usaha
mereka.
Dari 12 responden usaha manufaktur, yang membuat laporan LabaRugi, Perubahan Ekuitas, dan
Neraca hanya 2 responden 17. Selama ini para pengelola mengetahui adanya laba atau rugi diperoleh
dari selisih antara harga penjualan dan harga pembelian. Jika selisih dari harga penjualan dan pembelian positif
menunjukan laba, jika selisih dari harga penjualan dan pembelian negatif menunjukan rugi, kalau ada laba
berarti modal bertambah dan seandainya kalau rugi maka modal berkurang, para pengelola tidak
mempunyai neraca, tetapi mengetahui kekayaan hanya pada kas dan laporan persediaan.
Tabel 4 Tujuan Pembuatan Laporan
Tujuan Responden
Absolut
Manajemen 28 62
Kredit 0 0
Pajak 0 0
Manajemen dan Kredit 17
38
AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DI SEMARANG
324
Manajemen dan Pajak Manajemen, Kredit, dan Pajak
0 0 Total 45
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa tujuan pelaporan yang dibuat masih sangat sederhana yaitu untuk
pengelolaan usaha dan untuk keperluan manajemen usaha sendiri 30. Sedangkan untuk keperluan kredit
dan pajak 19. Hal ini juga disebabkan oleh kebutuhan akan akuntansi masih sangat minim terlihat
dari kebutuhan pelatihan akuntansi oleh pengelola usaha. Oleh sebab itu, periodisasi pelaporannya pun
dibuat setiap hari. Tujuan pelaporan selain yang ditampilkan di atas
adalah untuk peminjaman kredit tapi itu hanya untuk usaha yang mempunyai prospek penjualan yang tinggi
seperti toko mebel, toko kain, toko bangunan, toko roti, dan restoran.
Dokumen yang dibuat oleh Usaha Kecil di Semarang, antara lain:
Tabel 5 Dokumen yang Digunakan Pengelola Dari tabel diatas usaha dagang yang
menggunakan nota penjualan dan nota pembelian ada 19 responden 50 dan ada 13 responden 34 yang
hanya menggunakan nota pembelian. Usaha jasa yang mengunakan nota penjualan dan pembelian ada 14
responden 35 dan ada 3 responden 8 yang hanya menggunakan nota pembelian. Usaha
manufaktur yang mengunakan nota penjualan dan pembelian ada 11 responden 92. Nota penjualan ini
digunakan oleh pemilik usaha untuk mengetahui jumlah yang harus dibayar konsumen, bukti jika ada
kesalahan pembayaran dan mengetahui berapa kas yang diterima pada tiap transaksi. Nota pembelian
digunakan oleh pemilik usaha untuk mencatat persediaan yang telah dibeli dan mengetahui berapa
banyak kas yang keluar untuk perkembangan usahanya. 4.2.3 Sistem Pencatatan Responden
Untuk
mengetahui pencatatan
responden, maka penulis menanyakan apa pencatatan secara
komputerisasi atau manual yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 6 Sistem Pencatatan Responden
No Keterangan Jumlah
Responden Persentase
1 Komputerisasi 24
27 2 Manual
66 73
Total 90 100
Dilihat dari pencatatan responden, 74 responden menggunakan pencatatan secara manual
dan hanya 26 responden yang menggunakan sistem yang terkomputerisasi. Berdasarkan wawancara
penulis, responden masih menggunakan pencatatan secara manual karena penggunaan komputer yang
rumit dan usaha masih dikelola sendiri jadi cukup dengan menggunakan kalkulator.
Ada 23 responden 26 yang menggunakan sistem pencatatan terkomputerisasi. Pengelola yang
sistem pencatatannya terkomputerisasi memiliki latar belakang pendidikan diatas Sekolah Menengah
Pertama lihat lampiran 6. Para pengelola memiliki anggapan bahwa dengan menggunakan sistem
terkomputerisasi akan dapat mengurangi resiko kesalahan dalam perhitugan.
5. Penutup 5.1. Kesimpulan