Kebakaran hutan menimbulkan dampak terhadap tanah, salah satunya adalah mempengaruhi sifat biologi tanah yang terdiri dari fauna tanah, bakteri,
fungi, akar tanaman dan biji-bijian. Akibat dari kebakaran hutan langsung berpengaruh terhadap kehidupan fauna tanah yang ada di permukaan maupun di
dalam tanah. Kebakaran hutan dapat menyebabkan kematian, penurunan dan mempengaruhi perkembangan kelimpahan fauna tanah makroorganisme dan
mikroorganisme yang penting dalam ekosistem hutan untuk menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.
Fauna tanah yang mengalami penurunan atau bahkan habis terkena dampak kebakaran hutan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat kembali seperti
semula. Kondisi tanah setelah kebakaran dapat dikembalikan seperti kondisi tanah yang tingkat ketersediaan haranya mencukupi kebutuhan tanaman sangat
membutuhkan peran penting dari fauna tanah, oleh karena itu dibutuhkan data tentang pengaruh kebakaran hutan terhadap fauna tanah pada kondisi sebelum dan
sesudah terbakar.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perilaku api dan dampak yang ditimbulkan oleh pembakaran hutan terhadap fauna tanah pada lahan terbakar di
hutan sekunder.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan tentang perilaku api dan dampak pembakaran hutan terhadap fauna
tanah pada lahan terbakar di hutan sekunder.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk ancaman dan gangguan terhadap kelestarian hutan. Brown dan Davis 1973 menyebutkan bahwa
kebakaran hutan adalah fenomena alam yang merupakan peristiwa perubahan fisika dan kimia dari bahan bakar hutan akibat pemanasan peristiwa oksidasi
yang menghasilkan energi panas yang mempunyai sifat tidak tertekan dan bebas dalam geraka nnya free burning. Selain itu kebakaran hutan juga didefenisikan
sebagai suatu proses pembakaran yang menyebar secara bebas dengan mengkonsumsi bahan bakar alam hutan seperti serasah, rumput, humus, ranting-
ranting kayu mati, kayu, tiang, gulma, dedaunan, semak dan pohon-pohon segar. Terjadinya suatu proses kebakaran dipengaruhi oleh tiga elemen penting
yaitu tersedianya bahan bakar yang mudah terbakar, cukup panas yang digunakan oleh bahan bakar untuk menaikkan temperatur sampai ke titik penyalaan dan
cukup udara untuk mensuplai oksigen yang dibutuhkan untuk menjaga proses pembakaran dan menjaga persediaan panas untuk menyalakan bahan bakar yang
belum terbakar, kombinasi ketiga elemen tersebut biasa disebut dengan segitiga api atau fire triangle Clar and Chatten, 1954
Bahan bakar
Oksigen Sumber Panas Gambar 1. Segitiga Api Clar and Chatten, 1954
API
Menurut Brown dan Davis 1973, proses kebakaran merupakan reaksi kimia yang merupakan kebalikan dari proses fotosintesis. Dimana reaksinya
sebagai berikut:
Proses fotosintesis:
6CO
2
+ 6H
2
O + Energi Matahari C
6
H
12
O
6
+ 6O
2
Proses Pembakaran:
C
6
H
12
O
6
+ 6O
2
+ Sumber Panas 6CO
2
+ 6H
2
O + Energi Panas Selama proses kebakaran terdapat lima fase kebakaran DeBano et al.,1998
terdiri dari: 1. Pra -penyalaan Pre-Ignition
Pada fase ini bahan bakar mulai terpanaskan, kering dan mulai mengalami pelepasan uap air, CO
2
dan gas-gas yang mudah terbakar termasuk methane, methanol dan hidrogen pirolisis. Dalam proses ini terjadi perubahan reaksi yaitu
dari proses exothermic melepaskan panas menjadi endothermic memerlukan panas.
2. Penyalaan Flaming Proses pirolisis melaju dan mempercepat oksidasi dari gas-gas yang mudah
terbakar. Gas-gas yang mudah terbakar dan uap air mengakibatkan pirolisis meningkat disekitar bahan bakar termasuk oksigen dan pembakaran terjadi selama
tahap ini. Api mulai menyala dan dapat merembet dengan cepat akibat hembusan angin dan gas-gas yang pada tahap flaming mudah terbakar menandai penyalaan
bahan bakar. 3. Pembaraan Smoldering
Pada fase ini mempunyai dua zona, yaitu 1 zona pirolisis dengan berkembangnya hasil-hasil pembakaran dan 2 zona arang dengan pelepasan hasil
pembakaran yang tidak terlihat. Laju penjalaran api mulai menurun karena bahan bakar tidak dapat mensuplai gas-gas yang dapat terbakar. Panas yang dilepaskan
menurun dan suhunya pun menurun menyebabkan gas-gas lebih banyak berkondensasi ke dalam asap.
4. Pemijaran Glowing Fase ini merupakan fase akhir dari Smoldering. Bila suatu kebakaran
mencapai fase glowing, sebagian dari gas -gas yang mudah menguap akan hilang dan oksigen mengadakan kontak langsung dengan permukaan dari bahan bakar
yang mengarang. Hasil dari fase ini adalah CO, CO
2
, dan abu sisa pembakaran. 5. Padam Extinction
Suatu kebakaran akhirnya berhenti bila semua bahan bakar yang te rsedia telah dikonsumsi atau ketika panas yang dihasilkan dari oksidasi tidak mampu
lagi untuk menguapkan air yang berasal dari bahan bakar. Panas yang diserap oleh bahan bakar, udara sekitar atau bahan inorganik akan mempercepat proses
kematian api. Ada tiga tahap dalam proses kebakaran pada pohon Chandler et al., 1983
yaitu: 1. Penyerapan panas endoterm, dimana bahan bakar menyerap panas sampai
mencapai titik bakar. 2. Peningkatan suhu yang disertai penguapan air dan hancurnya molekul pada
jaringan pohon serta melepaskan kandungannya yang mudah terbakar. 3. Pelepasan panas eksoterm, dimana bahan bakar selulosa terbakar dan
melepaskan panas serta uap air dari pembakaran. Kebakaran hutan terbagi menjadi tiga tipe berdasarkan perbedaan cara
penjalaran dan posisi api di tanah Brown and Davis, 1973: 1. Kebakaran bawah ground fire
Merupakan kebakaran yang mengkonsumsi bahan bakar berupa material organik di bawah permukaan tanah hutan seperti bahan organik yang membusuk,
humus, gambut dan lapisan tanah bagian atas. Kebakaran ini sangat sulit dideteksi dan penjalaran api lambat sekali karena tidak dipengaruhi oleh kecepatan angin
serta ditandai dengan adanya asap putih yang keluar dari bawah permukaan tanah. Arah kebakaran bawah adalah kesegala arah sehingga kebakaran bawah berbentuk
lingkaran. 2. Kebakaran permukaan surface fire
Kebakaran yang mengkonsumsi bahan bakar yang ada di lantai hutan yaitu di bawah tajuk pohon dan di atas permukaan tanah berupa serasah dan tumbuhan
bawah. Kebakaran ini sering terjadi di tegakan hutan alam dan sekunder dan tidak pada hutan rawa gambut. Kemudian kebakaran ini juga dapat menjalar pada
vegetasi yang lebih tinggi dan penjalarannya dimulai dari permukaan lantai hutan. Penjalaran api berbentuk lonjong atau clips karena dipengaruhi oleh angin.
3. Kebakaran atas crown fire Kebakaran atas disebut juga dengan kebakaran tajuk. Kebakaran atas ini
menjalar dari satu tajuk pohon ke tajuk pohon lainnya dengan cara mengkonsumsi bahan bakar yang ada di tajuk pohon tersebut berupa daun, cangkang, biji dan
ranting bagian atas pohon.
B. Perilaku Api dan Faktor yang Mempengaruhi