Transisi Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air

3.4. Transisi Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air

Berbagai mekanisme yang telah diungkapkan diatas, menunjukkan bahwa alokasi sumberdaya air tidaklah semudah seperti komoditi atau input lainnya. Alokasi sumberdaya air yang dilakukan di DI Jatiluhur tidak mengikuti salah satu mekanisme diatas tetapi merupakan kombinasi dari beberapa mekanisme alokasi. Hal ini disebabkan sektor pengguna air yang tidak dapat dikategorikan sebagai ”pembeli murni”, begitu juga PJT II yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai pengelola bukanlah ”penjual murni”. Mekanisme alokasi sumberdaya air DI Jatiluhur merupakan kombinasi antara mekanisme berbasis komunal dan publik untuk sektor pertanian, dan berbasis pasar untuk sektor non pertanian. Situasi di DI Jatiluhur hampir mirip dengan situasi pasar air irigasi yang terjadi di Amerika Baratdaya yang dikemukan oleh Randall 1981. Ekonomi sumberdaya termasuk sumberdaya air, seringkali menghadapi situasi pasar tidak sempurna, tanpa keseimbangan harga dan masalah keseimbangan dinamik yang kompleks, yang menyulitkan analisa. Namun banyak juga masalah sumberdaya yang berhasil diselesaikan dengan menggunakan model demand, supply, dan keseimbangan pasar yang sederhana, salah satunya masalah air irigasi di Amerika Baratdaya Randall, 1987. Suplai air irigasi digambarkan sebagai garis vertikal, dimana suplainya dianggap inelastis sempurna yang tidak berubah karena perubahan harga pada selang waktu tertentu. Garis suplai air irigasi yang vertikal sangat tergantung pada curah hujan, run-off sungai, kapasitas saluran, evaporasi dan perembesan serta kapasitas penampungan air waduk, dengan asumsi suplai air irigasi yang inelastis ini terjadi pada jangka pendek. Ketika penambahan sarana penyimpanan dibangun, maka kurva suplai air irigasi akan bergeser ke kanan sesuai dengan sarana yang ditambahkan. Pergeseran terjadi hanya pada awal pembangunan waduk sampai dengan selesainya, namun setelah waduk beroperasi kurva suplai air irigasi tidak akan bergeser lagi. Permintaan air di wilayah ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yakni pertanian dan urban. Permintaan air urban terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan wilayah perkotaan yang pesat, dan wilayah perkotaan ini mengandalkan air dari sistem sungai yang ada sama seperti pertanian. Pemukiman dan industri memberikan valuasi air lebih tinggi dari pada pertanian menyebabkan terjadinya kompetisi dengan pertanian. D U D A S O S K G P 1 P Q U Q 1 U Q 1 A Q A Q B A D C E Volume Q Harga D G Gambar 4. Transisi Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air Misalkan, D A menggambarkan permintaan air pertanian, D U permintaan air urban serta D G merupakan permintaan agregat keduanya dan air yang tersedia sebanyak Q . Jika mekanisme alokasinya dengan sistem antrian dan petani memiliki hak pemanfaatan lebih dulu senior right , harga air untuk pertanian sama dengan nol, dengan konsumsi sebesar A Q . Konsumsi untuk urban merupakan sisa dari sektor pertanian sebayak A Q-Q atau sebesar U 0-Q . Ketika perdagangan antar sektor dalam kelompok urban diperbolehkan, harga untuk urban ditetapkan sebesar P . Pada posisi awal, surplus petani sebesar P A Q 0 dan surplus yang diperoleh urban sama dengan GF u Q 0. Pemilik sumberdaya air memiliki surplus sebesar P F u Q 0 dengat net surplus sebesar P FG.Jika trading antara dua pengguna pertanian dan urban diperbolehkan sistem pasar, harga akan turun dari P menjadi P 1 , yang merupakan keseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat. Konsumsi untuk urban sebesar U 1 Q dan konsumsi untuk pertanian sebesar A 1 Q . Manfaat bersih yang diperoleh pertanian sebesar CD A Q , sedangkan yang diperoleh urban sebesar FAB. Dampak akibat adanya trading sebesar FAB+ CD A Q . Ternyata transisi ke sistem pasar akan memperbaiki kesejahteraan publik. 3.5. Valuasi Penggunaan Air 3.5.1. Valuasi Air Pertanian