STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
SKRIPSI
AULIA SHILVIANA
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN
PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
i
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN
PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program
Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2016
Oleh:
AULIA SHILVIANA
NIM: 201210410311037
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 144.0609.0449
Drs. Didik Hasmono, MS., Apt.
NIP: 195809111986011001
ii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN
PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal 4 Juni 2016
Oleh:
AULIA SHILVIANA
NIM: 201210410311037
Tim Penguji:
Penguji I
Penguji II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 144.0609.0449
Drs. Didik Hasmono, MS., Apt.
NIP: 195809111986011001
Penguji III
Penguji IV
Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt.
NIP: 1143110522
Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 114.07040450
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur atas segala nikmat Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena
berkat rahmat serta ridhonya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Penelitian dilakukan di RSU
Karsa Husada Batu)” sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan
terwujud apabila tidak ada bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari
berbagai pihak sehingga tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran
kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Kepala Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu, ibu Yohana, bapak
Wagiman dan seluruh staf Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang
telah mengizinkan, mengarahkan dan membimbing penulis untuk
melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
motivasi dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk selalu belajar
di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. selaku pembimbing I dan
Bapak Drs. Didik Hasmono, Apt., MS. selaku pembimbing II yang disela
kesibukan ibu dan bapak telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberikan arahan-arahan dan masukan yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
iv
6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,
Apt., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukanmasukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Ibu Dosen dan staf Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan
penulis banyak sekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.
8. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis pesembahkan untuk kedua
orang tua tercinta, bapak Ilham Subari dan Ibu Karyawati yang selalu
mendoakan dan mencurahkan segenap kasih sayang yang tak terbatas serta
memberi dukungan dan motivasi selama menempuh pendidikan.
9. Adik-adik tersayang Alifia Dwi Lestari dan Anugerah Affan Albari yang
selalu menemani, menghibur, dan mendoakan.
10. Andhika Wahyu Alfarizi yang telah berbagi dalam segala hal, selalu
memberi dukungan dan motivasi agar penulis tidak malas-malasan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Penghuni kontrakan sebelas Lulu, Oliq, Ria, Rizda, Wiwit, Wulan yang
telah menemani dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Farmasi Ana, Fani, Hafizah, Ivone, Nada,
Nadia, Novi, Noviar, Novi fach, Silmi, Pipit, Weny, Winda, Zainab,
Ikhsan, Defri dan seluruh rekan-rekan Farmasi 2012 yang telah memberi
warna selama 4 tahun masa perkuliahan.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi ppenelitian berikutnya, amin.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Malang, Mei 2016
Penulis
v
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai
dengan adanya hambatan aliran udara yang persisten bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversibel berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal
terhadap partikel atau gas berbahaya. Angka kematian akibat PPOK menduduki
peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia. Perubahan patofisiologis
pada PPOK yang terjadi secara luas mempengaruhi saluran udara besar dan kecil,
parenkim paru, dan pembuluh darah paru. Eksudat inflamasi yang mucul terjadi
akibat peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dan kelenjar mukus. Sekresi
lendir meningkat, dan motilitas silia terganggu, selain itu terjadi pula penebalan
otot polos dan jaringan ikat pada saluran udara. Peradangan kronis pada PPOK
merupakan hasil dari cedera berulang dan proses perbaikan yang mengarah
kepada terbentuknya jaringan parut dan fibrosis yang menyebabkan hambatan
aliran udara Gejala klinis PPOK berupa sesak nafas, batuk kronis yang disertai
peningkatan produksi mukus dan keterbatasan aktivitas fisik. Merokok merupakan
penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang, sementara sisanya
disebabkan oleh inhalasi partikel atau gas berbahaya lainnya, genetik dan
gangguan pertumbuhan paru.
Tujuan dari pengobatan untuk pasien dengan PPOK adalah mencegah
perkembangan penyakit, meringankan gejala, meningkatkan aktivitas fisik,
meningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati komplikasi, mencegah
dan mengobati eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian. Terapi
farmakologis yang diberikan pada pasien PPOK adalah bronkodilator,
kortikosteroid, terapi kombinasi bronkodilator dan
kortikosteroid, terapi
tambahan seperti mukolitik, antibiotik. Bronkodilator yaitu β2-agonis
adrenoreseptor, antikolinergik dan teofilin merupakan pokok dari pengobatan
gejala PPOK. Obat-obat tersebut dapat meningkatkan aliran udara terutama
dengan mengurangi kontraksi otot polos bronkial. Teofilin merupakan
bronkodilator golongan methilxantin yang juga memiliki efek penghambatan selsel inflamasi dan imunomodulator. Rentang teraupetik yang sempit membuat
insidensi efek samping lebih sering terjadi pada teofilin daripada bronkodilator
lainnya, selain itu interaksi dan variabilitas interpasien dalam hal persayaratan
dosis membuat teofilin kurang dipilih dalam terapi PPOK. Efek samping yang
paling sering adalah sakit kepala, mual, muntah, dan gastroesophageal reflux.
Namun teofilin dapat diberikan pada pasien yang tidak toleran dengan pemberian
β2-agonis adrenoreseptor dan antikolinergik atau dapat ditambahkan pada pasien
yang tidak mencapai respon yang optimal dengan inhalasi bronkodilator lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah Memahami pola terapi Teofilin meliputi
dosis, rute, aturan penggunaan dan bentuk sediaan pada terapi PPOK berkaitan
dengan data laboratorium dan data klinik pasien.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat
observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada sampel.
Rancangan penelitian dilakukan secara deskriptif dimana penelitian ini
vi
dimaksudkan untuk mendeskripsikan pola penggunaan Teofilin dengan
metode retrospektif (penelitian yang dilakukan dengan peninjauan ke belakang).
Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosa PPOK di Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu dengan data rekam medik kesehatan (RMK) lengkap meliputi
data terapi dengan Teofilin periode 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2016.
Hasil penelitian ini didapatkan 28 data RMK sebagai sampel dari total 113
populasi. Pasien PPOK laki-laki sebanyak 23 pasien (82%) dan perempuan 5
pasien (18%) dengan angka kejadian paling tinggi pada usia 70-79 tahun
sebanyak 11 pasien (49%) pada laki-laki dan 50-59 tahun 3 pasien (60%) pada
perempuan. Dari hasil spirometri didapatkan klasifikasi PPOK Ringan sebanyak 2
pasien (7%), PPOK parah 3 pasien (10%), PPOK sangat parah 2 pasien (7%) dan
sisanya tidak melampirkan hasil spirometri. Penggunaan Teofilin paliang banyak
adalah dalam bentuk sediaan Aminofilin 1x240 mg iv drip sebanyak 25 pasien
(79%). Penggunaan Aminofilin tunggal dengan dosis 1x240mg iv drip sebanyak 1
pasien (4%). Pola terapi bronkodilator pada PPOK paling banyak pada kombinasi
3 yaitu Aminofilin 1x240 mg iv drip dengan kombinasi dosis tetap Salbutamol
sulfat 2,5 mg dan Ipratropium 0,5 mg 3x1 nebul. Lama terapi Aminofilin
terbanyak adalah pada rentang 1-3 hari sebanyak 17 pasien (54%). Terapi
farmakologi lain pada PPOK yang paling banyak diberikan adalah antibiotik
sebanyak 42 pasien (20%). Terapi penggunaan Teofilin/Aminofilin pada pasien
PPOK terkait dosis, rute, aturan penggunaan dan bentuk sediaan telah sesuai
guideline.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGUJIAN ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
RINGKASAN ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................ Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.
1.3.1 Tujuan Umum ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.4.1 Bagi Rumah Sakit .................................. Error! Bookmark not defined.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ............................ Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi ...... Error! Bookmark not defined.
2.2 Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Bronkitis Kronik .................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Emfisema ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Epidemiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ......... Error! Bookmark not
defined.
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik .............. Error!
Bookmark not defined.
2.4.1 Etiologi................................................... Error! Bookmark not defined.
viii
2.4.2 Faktor Resiko ......................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.1 Asap Tembakau Lingkungan .......... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.2 Debu Kerja dan Bahan Kimia ......... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.3 Polusi Udara .................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.4 Defisiensi AAT ............................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.5 Hiperresponsif Paru ......................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.6 Gangguan Pertumbuhan Paru .......... Error! Bookmark not defined.
2.5 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik .......... Error! Bookmark not
defined.
2.6 Patologis dan Patogenesis Penyakit Paru Obstruktif Kronik ............... Error!
Bookmark not defined.
2.7 Gejala Klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik ......... Error! Bookmark not
defined.
2.8 Diagnosis dan Klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ................ Error!
Bookmark not defined.
2.8.1 Diagnosis ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.8.1.1 Gejala .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.8.1.2 Riwayat Kesehatan .......................... Error! Bookmark not defined.
2.8.1.4 Spirometri........................................ Error! Bookmark not defined.
2.8.1.5 Gas Darah Arteri ............................. Error! Bookmark not defined.
2.8.1.6 Radiologi ......................................... Error! Bookmark not defined.
2.8.2 Klasifikasi .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.9 Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ............ Error! Bookmark not
defined.
2.10 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik .. Error! Bookmark not
defined.
2.10.1 Terapi Farmakologis ............................ Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1 Bronkodilator ................................ Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.1 Beta2-adrenoreseptor Agonis . Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.2 Antimuskarinik ....................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3 Teofilin ................................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.1 Indikasi............................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.2 Mekanisme Kerja ............. Error! Bookmark not defined.
ix
2.10.1.1.3.3 Farmakokietik .................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.4 Dosis dan rute pemberian Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.5 Efek samping .................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.6 Nama DagangTeofilin dan Aminofilin di Indonesia
............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.2 Kortikosteroid ............................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.4 Mukolitik ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.5 Vaksin ........................................... Error! Bookmark not defined.
2.10.2 Terapi Non farmakologis ..................... Error! Bookmark not defined.
2.10.2.1 Terapi Oksigen .............................. Error! Bookmark not defined.
2.10.2.1 Berhenti Merokok ......................... Error! Bookmark not defined.
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............. Error! Bookmark not defined.
3.1 Bagan Alir Kerangka Konseptual ............... Error! Bookmark not defined.7
3.2 Kerangka Operasional Terapi pada Pasien PPOK....................................... 48
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 49
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 49
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................................... 49
4.2.1 Populasi................................................................................................. 49
4.2.2 Sampel .................................................................................................. 49
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ............................................................................. 49
4.2.4 Kriteria Data Eksklusi........................................................................... 49
4.3 Bahan Penelitian .......................................................................................... 49
4.4 Instrumen Penelitian .................................................................................... 50
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 50
4.6 Definisi Operasional .................................................................................... 50
4.8 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 50
4.9 Analisis Data ............................................................................................... 50
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 53
5.1 Jumlah Sampel Penelitian ........................................................................... 53
5.2 Data Demografi Pasien ................................................................................ 54
5.2.1 Jenis Kelamin........................................................................................ 54
5.2.3 Status Penjamin Biaya Pengobatan Pasien PPOK ................................ 55
x
5.3 Distribusi Klasifikasi PPOK ........................................................................ 55
5.4 Manajemen Terapi Pasien PPOK ................................................................ 55
5.4.1 Pola Terapi Bronkodilator pada Pasien PPOK ..................................... 55
5.4.2 Pola Penggunaan Teofilin dan Aminofilin pada Pasien PPOK ............ 56
5.4.3 Terapi Tunggal Aminofilin pada Pasien PPOK... Error! Bookmark not
defined.
5.4.4 Terapi Kombinasi Bronkodilator pada Pasien PPOK . Error! Bookmark
not defined.
5.4.5 Pola Switching Rute, Dosis dan Jenis Bronkodilator pada PPOK . Error!
Bookmark not defined.
5.4.6 Terapi Farmakologi Lain pada Pasien PPOK ....................................... 59
5.4.7 Lama Terapi Teofilin dan Aminofilin ... Error! Bookmark not defined.
5.5 Profil Komplikasi Penyakit pada Pasien PPOK ......... Error! Bookmark not
defined.
5.6 Lama Masuk Rumah Sakit Pasien PPOK..... Error! Bookmark not defined.
5.7 Kondisi KRS Pasien PPOK .......................... Error! Bookmark not defined.
BAB VI PEMBAHASAN..................................... Error! Bookmark not defined.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............ Error! Bookmark not defined.
7.1 Kesimpulan ................................................... Error! Bookmark not defined.
7.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN ......................................................................................................... 77
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1
Faktor resiko PPOK .............................................................
14
II.2
Skala sesak ...........................................................................
23
II.3
Klasifikasi keparahan keterbatasan aliran
udara pada PPOK .................................................................
25
II.4
Terapi farmakologi untuk PPOK stabil..................................
27
II.5
Perbandingan farmakokinetik agonis β2 dan
34
antimuskarinik .....................................................................
II.6
Interaksi beberapa obat dengan teofilin ...............................
II.7
Nama dagang, kandungan dan bentuk sediaan teofilin
40
di Indonesia .........................................................................
41
V.1
Status penjamin biaya pengobatan pasien ..........................
55
V.2
Distribusi klasifikasi PPOK .................................................
55
V.3
Pola terapi Bronkodilator pada pasien PPOK ......................
55
V.4
Pola penggunaan Teofilin dan Aminofilin pada
56
pasien PPOK ........................................................................
V.5
Terapi tunggal Aminofilin pada pasien PPOK ....................
56
V.6
Terapi Kombinasi Aminofilin dan Teofilin pada
56
Pasien PPOK ........................................................................
V.7
Pola Switching Rute, dosis, dab jenis Bronkodilator
57
pada pasien PPOK ...............................................................
V.8
Terapi farmakologi lain pada pasien PPOK ........................
59
V.9
Profil komplikasi penyakit pada pasien PPOK ....................
61
V.10
Kondisi KRS Pasien PPOK .................................................
62
xiv
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Sistem respirasi .....................................................................
5
2.2
Struktur bronkus ...................................................................
6
2.3
Struktur paru .........................................................................
7
2.4
Penampang melintang komponen struktur
alveolus .................................................................................
8
2.5
Sirkulasi pernapasan internal dan eksternal ..........................
9
2.6
Profil laju FEV1 pada perokok dan non perokok
Pada berbagai usia ................................................................
2.7
13
Remodelling saluran napas kecil pada
PPOK.....................................................................................
18
2.8
Patogenesis Emfisema ..........................................................
21
2.9
Patologis PPOK ....................................................................
22
2.10
Mekanisme kerja berbagai bronkodilator .............................
28
2.11
Struktur kimia agen agonis β2 adrenoreseptor.....................
29
2.12
Alogaritma terapi farmakologis PPOK.................................
35
2.13
Struktur kimia agen golongan metilxantin............................
36
2.14
Mekanisme aksi teofilin terhadap inhibisi PDE
Pada otot polos saluran udara...............................................
2.15
Mekanisme aksi teofilin terhadap aktivasi
Deasetil histon.......................................................................
5.1
37
38
Jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria
Inklusi ...................................................................................
53
5.2
Jenis kelamin ........................................................................
54
5.3
Distribusi usia pasien ............................................................
55
5.4
Lama terapi teofilin dan Aminofilin .....................................
61
5.5
Lama masuk rumah sakit pasien PPOK ...............................
61
xv
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Daftar Riwayat Hidup ..........................................................
77
2
Surat Pernyataan ..................................................................
78
3
Keterangan Kelaiakan Etik (Ethical Clearence)................
79
4
Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ...
80
5
LPD Pasien Rawat Inap PPOK ............................................
82
6
Tabel induk ..........................................................................
169
xvixiv
DAFTAR SINGKATAN
AAT
: Alpha-1 Antitrypsin
AMP
: Adenosine Monophosphate
BPH
: Benign Prostatic Hyperplasia
cAMP
: Cyclic Adenosine Monophosphate
CAP
: Community Acquired Pneumonia
COPD
: Chronic Obstructive Pulmonary Disease
CVA Infark
: Cerebro Vascular Accident
DCFC
: Decompensantio Cordis Functional Class
DLCO
: Diffusing capacity of the Lung for Carbon Monoxide
DM
: Diabetes Mellitus
DPI
: Dry Powder Inhaler
FDC
: Fix Dose Combination
FEV
: Force Expiration Volume
FVC
: Force Vital Capacity
GOLD
: Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
HT
: Hypertension
ICS
: Inhalation Corticosteroids
IGD
: Instalasi Gawat Darurat
IL
: Interleukin
IV
: Intravena
IVFD
: Intravenous Fluids Drip
LABAs
: Long Acting Beta Agonists
LED
: Laju Endap Darah
LT
: Leukotrien
MDI
: Metered-Dose Inhaler
mmHg
: Milimeter merkuri
xv
xvii
MMP
: Matriks Metalloproteinase
NS
: Normal Saline
PCO2
: Partial Pressure of Carbon dioxide
PDE
: Phosphodiesterase
PDPI
: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
PJK
: Penyakit Jantung Koroner
PO
: Peroral
PO2
: Partial Pressure of Oxygen
PPOK
: Penyakit Paru Obstruktif Kronik
RMK
: Rekam Medik Kesehatan
SaO2
: Saturation of Oxygen
SC
: Subcutan
SKRT
: Survei Kesehatan Rumah Tangga
TH
: Limfosit T-Helper
TNF-α
: Tumor Necrosis Factor
VA/Q
: Ventilation-Perfusion
WHO
: World Health Organitation
xvi
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Aaron, S. D., 2012. Management and Prevention of Exacerbation of COPD.
British Medical Journal, Vol. 349.
Afonso, S. M., Verhamme, M. C., Sturkenboom, J. M., & Bruselle, G.O. 2011.
COPD in the general population: Prevalence, incidence and survival.
Elsevier LTD, Vol. 105, pp 1872-1884.
Anonim, 2003. PDPI: Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Anonim, 2015. Pedoman Pengandalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Anonim, 2013. GOLD: Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management
and Prevention. http://www.goldcopd.org/. Diakses tanggal 14 September
2015.
Anonim, 2015. GOLD: Global Strategy for the Diagnosis, Management and
Prevention of COPD. http://www.goldcopd.org/. Diakses tanggal 14
September 2015.
Anonim, 2008. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Risk
esdas%202013.pdf. Diakses tanggal 30 oktober 2015.
Anonim, 2015. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), WHO
(World Health Organization). http://www.who.int/respiratory/copd/en/.
Diakses tanggal 15 September 2015.
Barnes P. J., 2013. Pulmonary Perspectives: Theophylline. American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, Vol. 188.
Bhattacharjee, M., Unii, B. G., Das, S., Baruah, P. K., Sharma, P., Gogoi, D.,
Deka, M., Wann, S. B., & Rao, P. G., 2012. Alpha 1 Antitrypsin: A CAseControl Study in Chronic Obstructive Pulmonary Disease. African
Journal of Biotechnology, Vol.11 pp. 207-215.
Brashier, B. B., & Kodgule, R., 2012. Risk Factors and Pathophisiology of Chroic
Obstructive Pulmonary Disease. Suplement Tojapi, Vol. 60.
Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. 2011. Goodman & Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed12th. New York: Mc GrawHill.
xvii
72
Chesnutt, M. S., & Prendergast, T. J., 2016. Pulmonary Disorder. In: Papadakis,
M. A., McPhee, S. J., & Rabow, M. W., (Eds.). Current Medical
Diagnosis and Treatment, Ed.55th, New York: McGraw-Hill Education.,
pp. 259-845.
Cripps, D., & Gibbs, K.P., 2012. Choric Obstructive Pulmonary Disease. In:
Walker, R., & Whittlesea, C., (Eds.). Clinical Pharmacy and
Therapeutics, Ed.5th, China: Elsevier., pp. 431-440.
Denden, S., Khelil, A. H., Knani, J., Lakhdar, R., Perrin, P., Lefranc, G., &
Chibani, J. B., 2010. Alpha-1 antitrypsin gene polymorphism in Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Genetics and Molecular
Biology,Vol. 33,1,23-26.
Devereux, G., Cotton, S., Barnes, P., Briggs, A., Bums, G., Chaudhuri, R.,
Chrystin, H., Davies, L.,
DeSoyza, A., Fielding, S., Gompretz, S.,
Haughney, J., Lee, A.J., McCormack, K., McPherson, G.,Morice, A.,
Norrie, J., Sullivan, A., Wilson, A., & Price, D., 2015. Use Of Low-Dose
Oral Theophylline As An Adjunct To Inhaled Corticosteroids In
Preventing Exacerbations Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease:
Study Protocol For A Randomised Controlled Trial., Bio Med Central,
DOI 10.1186/s13063-015-0782-2.
Diaz, P. T., & Knoell, D. L., 2013. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. In:
Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Ernst, M. E., Guglielmo, B. J., Jacobson,
P. A., Kradjan, W. A., & Williams, B.R., (Eds.). Applied Therapeutic
The Clinacal USe of drug, Ed. 10th, Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins., pp. 601-618.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G.R., Wells, B. G., & Posey, L.
M. (2011). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic approach 8th ed.
New York: Mc Graw-Hill Education.
Ghare, A. P., 2015. Comparative Study of Inhaled Salbutamol and Ipratropium
Bromide Combined With Salbutamol in Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Journal of Medical and Dental Science Research, Maharashtra:
Quest Journals., Vol. 2, pp 01-03.
Graaff, V. D., Alexander, M., Baker, F., Blem, L., & Burroughs, C. W. (2010).
Human Anatomy. New York: Mc Graw-Hill.
73xviii
74
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2015. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology, Ed.30th. Philadelphia: Elsevier. pp: 497-510.
Harrison, T. R., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Fauci, A. S. 2015.
Harrison's Principles of Internal Medicine, Ed. 19th. New York: Mc GrawHill Education.
Hwang, Y. I., Jones, S., Jung, K. S., & Park, S., 2011. Clinical Characteristic of
COPD patients Acorrding to BMI. American Jornal Respiratoryl, Vol.
1833 No. 2975.
Joshi, V. D., & Mendhurwar, S. J. 2010. Respiratory System, In: Physiology Prep
Manual for Undergraduates , Ed.4th, New Delhi: Elsevier. pp. 210-217.
Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (2015). Basic & Clinical Pharmacology (13th
ed.). New York: Mc Graw-Hill.
Khan, S., Jones, S., Claire, L., 2014. Theophylline Interactions. The
Pharmaceutical Journal, Vol. 293 No. 7818.
Ko, W. S., & Hui, D. S., 2011. Air Pollutan and Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Journal Of the Asian Pacific Society of Respirology,Vol.
10.1111. No. 395-401.
Martini, F. H., Timmons, M. J., & Tallitsch, R. B. 2012. The Respiratory System,
In: Human Anatomy, Ed.7th, Boston: Pearson Education. pp. 630-638.
Masna, I. A., Kusmana, D., & Antariksa, B., 2011. Pengaruh Inflamasi Sistemik
Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada Sistem Kardiovaskular. Journal
Indonesian Medical Association,Vol. 61.
Niewoehner, D. E., 2010. Outpatient Management of Severe COPD. The New
England Journal of Medicine,Vol. 362:15.
Oemiati, R., 2013. Kajian Epidemiologis Penyakit PAru Obstruktif Kronik
(PPOK). Media Litbangkes,Vol. 23. No. 2.
Ohar, J. A., Crater, G. D., Emmett, A., Ferro, T. J., Morris, A. N., Raphiou, I.,
Sriram,
P.
S.,
&
Dransfield,
M.
T.,
2015.
Fluticasone
Propionate/Salmeterol 250/50 µg Versus Salmeterol 50 µg After Chronic
Obstructive Pulmonary Disease Exaerbation. Respiratory Research,Vol.
15:105.
xix
75
Rabe, K. F., Hurd, S., & Anzueto, A., 2007. Global Strategy for the Diagnosis,
Mangement, and Prevention of COPD. American Journal Respiratory
Critical CAre Medicine ,Vol. 176. pp. 532-555.
Reilly, J. J., Silverman, E. K., Shapiro, S. D., 2010. Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. In: Loscalzo, J., Fauci, S.A., Kasper, D.L., Longo, D.
L., Braunwald, E., Hauser, S.L., & Jameson, J. L., (Eds.). Pulmonary and
Critical Care Medicine, Ed.18th, New York: McGraw-Hill Education.,
pp. 178-187.
Reilly, K. H., Gu, D., Duan, X., Wu, X., Chen, C. S., Huang, J., Kelly, T. N.,
Chen, J., Liu, X., Yu, L., Bazzano, L. A., & He, J., 2008. Risk Factor for
Chronic Obstructive Pulmonary Disease Mortality in Chinese Adult.
American Journal of Epidemiology,Vol. 167. No. 8.
Sherwood, L. 2015. The Respiratory System, In: Human Physiology From Cells
to Systems, Ed. 9th, Australia: Cengage Learning. pp: 445-460.
Shujaat,
A., Bajwa, A. A., & Cury, J. D., 2012. Pulmonary Hypentension
Secondery to COPD. Hindawi,Vol. 2012.
Sorheim, I. C., Johannessen, A., Gulsvik, A., Bakke, P. S., Silverman, E. K., &
DeMeo, D. L., 2010. Gender Differences In COPD: Are Women More
Susceptible to Smoking Effects Than Men?. British Medical journals,
Vol 65, pp 480-485
Sweetmen, S. C., 2009. Bronchodilators and Anti-Asthma Drugs, In: Martindale
the Complete Drug Reference, Ed. 36th, London: Pharmaceutical Press.
pp: 1140-1147.
Tan, W. C., & Tze, P. N., 2008. Chronic Obstruktive Pulmonary Disease in Asi,
where East meets West. Chest,Vol. 133. pp. 517-527.
Tashkin, D. P., & Ferguson, G. T., 2013. Combination Bronchodilator Therapy in
The Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Bio Med
Central, Vol. 14:49.
Tortora, G. J., & Derrickson, B., 2009. The Respiratory System. Principles of
Anatomy and Physiology Ed. 12th, Phoenix: John Wiley & Sons, Inc., pp.
195-205.
xx
76
Vestbo, J., Hurd, S. S., Agusti, G. A., Jones, P. W., Vogelmeier, C., Anzueto, A.,
Barnes P. J., Fabbri, L. M., Martinez, F. J., Nishimura, M., Stockley, R.
A., Sin, D. D., & Roisin, R. R., 2013. Global Strategy for the Diagnosis,
Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, Vol.
187.
Waller, D.G., Renwick, A.G., Hillier, K., 2010. Asthma and Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. Medical Pharmacology and Therapeutics, Ed. 3rd,
Edinburgh: Elsevier Ltd., pp. 195-205.
Wecker, L., Crespo, L.M., Dunaway, G., Faingold, C., & Watts, S., 2010. Drug to
Treat Asthma and Chronic Obstructive Pulmonary Diseaase. Brody’s
Human Pharmacology: Molecular to Clinical Ed. 5th, Philadelphia:
Mosby Inc., pp.170-179.
Wedzicha, J. A., 2011.Choice of Bronchodilator Theraphy for Patients with
COPD. The New England Journal of Medicine,Vol. 364:12.
Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., & DiPiro, C.V. 2015. Choric
Obstructive Pulmonary Disease. Pharmacotherapy Handbook Ed. 9th,
New York: McGraw-Hill Education., pp. 835-845.
Wenzel, R. P., Fowler, A. A., & Edmond, M. B., 2012. Antibiotic Prevention of
Acute Exacerbation of COPD. The New England Journal of
Medicine,Vol. 367:340-7.
Uzun, S., 2014. Characterisation and Prevention of Exacerbations in Frequently
Exacerbating Patients with COPD. Oncogenesis, and Parasitic Tropical
Disease of The Lungs,Vol. 362:15.
Zangiabadi, A., DePasquale, C. G., & Sakjov, D., 2014. Pulmonary Hypertension
and Right Heart Dysfunction in Chronic Lung Disease. BioMed Research
International,Vol. 2014.
xxi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) adalah istilah yang mengacu pada dua penyakit paru
yang ditandai dengan adanya hambatan (obstruksi) aliran udara yang mengganggu
pernapasan normal (American Lung Association, 2013). Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2015 menjelasksan bahwa
hambatan aliran udara pada PPOK biasanya bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible yang berhubungan dengan respon inflamasi abnormal pada
jaringan paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. Adanya gejala sesak
nafas, berkurangnya kapasitas kerja dan kekambuhan yang sering kali berulang
menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita PPOK. Menurut National
Institute for Health and Clinical Excellence tahun 2010, diagnosis PPOK
ditentukan dengan adanya obstruksi aliran udara dengan rasio FEV1/FVC yaitu
kurang dari 0,7. Jika FEV1 adalah ≥80% diagnosis PPOK dapat dilakukan dengan
menilai adanya gejala pernafasan, misalnya sesak napas atau batuk yang muncul.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2012, PPOK
merupakan salah satu penyakit yang mengancam jiwa. Lebih dari 3 juta orang
meninggal karena PPOK pada tahun 2005 dan diprediksikan bahwa total kematian
PPOK akan meningkat 30% dalam 10 tahun. Di Amerika serikat PPOK
merupakan penyebab utama kematian ketiga setelah kanker dan penyakit jantung
(American Lung Association, 2013). Pada studi yang didasarkan pada model
estimasi prevalensi di 12 negara Asia-Pasifik, didapatkan rata-rata prevalensi
PPOK sedang sampai berat pada penderita umur lebih dan sama dengan 30 tahun
6,3%. Tingkat prevalensi bervariasi dari terkecil 3,5% (HongKong dan Singapura)
dan terbesar 6,7% (Vietnam) (Oemiati, 2013). Menurut Riset Kesehatan Dasar
2007, angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab
kematian di Indonesia (Kemenkes RI, 2008).
Perubahan
patofisiologis
pada
PPOK
yang
terjadi
secara
luas
mempengaruhi saluran udara besar dan kecil, parenkim paru, dan pembuluh darah
1
2
paru. Eksudat inflamasi yang mucul akibat peningkatan jumlah dan ukuran sel
goblet dan kelenjar mukus. Selain itu terjadi pula penebalan otot polos dan
jaringan ikat pada saluran udara. Peradangan kronis pada PPOK merupakan hasil
dari cedera berulang dan proses perbaikan yang mengarah kepada terbentuknya
jaringan parut dan fibrosis yang menyebabkan hambatan aliran udara (Wells et
al., 2015). Karakteristik keterbatasan aliran udara yang kronis dari PPOK
disebabkan oleh terjadinya penyempitan saluran nafas (bronkitis kronik) atau
kerusakan parenkim paru (emfisema) atau gabungan dari keduanya (GOLD,
2015). Baik bronkitis kronis dan emfisema menyebabkan batuk kronis dan sesak
napas. Gejala khas terjadi pada bronkitis kronis adalah peningkatan lendir yang
menyumbat saluran napas, sementara keterbatasan aktivitas merupakan gejala
umum dari emfisema (American Lung Association, 2013).
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang (PDPI, 2003). Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus
dan obstruksi jalan napas kronik. Berdasarkan penelitian Hwang et al dilaporkan
ada hubungan antara penurunan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
dengan jumlah, jenis dan lamanya merokok (Hwang et al., 2011). Faktor risiko
PPOK lainnya adalah paparan asap tembakau lingkungan, debu kerja, zat kima,
polusi udara, defisiensi α-1 antitripsin, hiperresponsif saluran nafas dan gangguan
pertumbuhan paru (Wecker et al., 2010).
Tujuan dari pengobatan untuk pasien dengan PPOK adalah mencegah
perkembangan penyakit, meringankan gejala, meningkatkan aktivitas fisik,
meningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati komplikasi, mencegah
dan mengobati eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian (Cripps and Gibbs,
2012). Berhenti merokok merupakan satu intervensi yang paling efektif untuk
mengurangi risiko dan menghentikan perkembangan penyakit PPOK (Dipiro et
al., 2011). Terapi farmakologis digunakan untuk mencegah dan mengendalikan
gejala, mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan eksaserbasi, meningkatkan
status kesehatan, dan meningkatkan aktivitas fisik (Rabe et al., 2007). Terapi
farmakologis yang diberikan pada pasien PPOK adalah bronkodilator,
kortikosteroid, terapi kombinasi bronkodilator & kortikosteroid, terapi tambahan
seperti mukolitik, antibiotik, i.v α1-antitripsin dan vaksin. Bronkodilator yaitu β2-
3
agonis adrenoreseptor, antikolinergik dan teofilin merupakan pokok dari
pengobatan gejala PPOK. Obat-obat tersebut dapat meningkatkan aliran udara
terutama dengan mengurangi kontraksi otot polos bronkial (Diaz and Knoell,
2013).
Teofilin
merupakan
golongan
methilxantin
yang
memiliki
efek
brokodilator, penghambatan sel-sel inflamasi dan imunomodulator (Barnes,
2011). Rentan teraupetik yang sempit membuat insidensi efek samping lebih
sering terjadi pada teofilin daripada bronkodilator lainnya, selain itu interaksi dan
variabilitas interpasien dalam hal persayaratan dosis membuat teofilin kurang
dipilih dalam terapi PPOK. Efek samping yang paling sering adalah sakit kepala,
mual, muntah, dan gastroesophageal reflux (Barnes, 2013). Studi kohort yang
dilakuakan oleh Lee et al menyimpulkan bahwa terapi PPOK dengan pemberian
teofilin tidak menunjukkan hasil yang baik terkait dengan perbaikan gejala dan
kualitas hidup pasien, melainkan meningkatkan risiko rawat inap, eksaserbasi, dan
sedikit kematian (Lee et al., 2009). Namun teofilin dapat diberikan pada pasien
yang tidak toleran dengan pemberian β2-agonis adrenoreseptor dan antikolinergik
atau dapat ditambahkan pada pasien yang tidak mencapai respon yang optimal
dengan inhalasi bronkodilator lain (Wells et al., 2015). Teofilin memperbaiki
tingkat dyspnea, aktivitas, dan fungsi paru pada banyak pasien dengan PPOK
stabil selain itu juga menghasilkan perbaikan dalam laju aliran ekspirasi dan
kapasitas vital pada pasien dengan tingkat PPOK sedang samapai berat (Chesnutt
and Prendergast, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan studi mengenai
penggunaan teofilin sebagai salah satu bronkodilator yang digunakan untuk terapi
pada pasien PPOK yang dilakukan di RSU Karsa Husada Batu karena sebelumnya
rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit khusus paru di wilayah
Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola terapi Teofilin meliputi dosis, rute, aturan penggunaan
dan bentuk sediaan berkaitan dengan data klinik dan data laboratorium pasien
PPOK?
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami pola penggunaan berbagai macam obat pada terapi PPOK
sebagai upaya untuk meningkatkan suatu mutu pelayan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Memahami pola terapi Teofilin pada pasien PPOK di RSU Karsa Husada
Batu meliputi dosis, rute dan aturan penggunaan berkaitan dengan data klinik dan
data laboratorium pasien.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
1. Bagi Rumah sakit sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan
baik klinis maupun farmasis terutama berkaitan dengan pelayanan
farmasi klinik.
2. Sebagai bahan masukan bagi Komite Medik dan Farmasi di RSU Karsa
Husada Batu.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
1. Memberikan informasi tentang pola penggunaan Teofilin sebagai terapi
PPOK sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan outcame
yang diperoleh pasien PPOK di RSU Karsa Husada Batu.
2. Memahami penatalaksanaan terapi pengobatan terhadap outcame pada
pasien PPOK sehingga farmasi dapat memberikan asuhan kefarmasian
dengan bekerja sama dengan klinis lainya.
AULIA SHILVIANA
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN
PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
i
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN
PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program
Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2016
Oleh:
AULIA SHILVIANA
NIM: 201210410311037
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 144.0609.0449
Drs. Didik Hasmono, MS., Apt.
NIP: 195809111986011001
ii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN
PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal 4 Juni 2016
Oleh:
AULIA SHILVIANA
NIM: 201210410311037
Tim Penguji:
Penguji I
Penguji II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 144.0609.0449
Drs. Didik Hasmono, MS., Apt.
NIP: 195809111986011001
Penguji III
Penguji IV
Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt.
NIP: 1143110522
Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 114.07040450
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur atas segala nikmat Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena
berkat rahmat serta ridhonya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Penelitian dilakukan di RSU
Karsa Husada Batu)” sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan
terwujud apabila tidak ada bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari
berbagai pihak sehingga tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran
kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Kepala Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu, ibu Yohana, bapak
Wagiman dan seluruh staf Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang
telah mengizinkan, mengarahkan dan membimbing penulis untuk
melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
motivasi dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk selalu belajar
di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. selaku pembimbing I dan
Bapak Drs. Didik Hasmono, Apt., MS. selaku pembimbing II yang disela
kesibukan ibu dan bapak telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberikan arahan-arahan dan masukan yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
iv
6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,
Apt., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukanmasukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Ibu Dosen dan staf Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan
penulis banyak sekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.
8. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis pesembahkan untuk kedua
orang tua tercinta, bapak Ilham Subari dan Ibu Karyawati yang selalu
mendoakan dan mencurahkan segenap kasih sayang yang tak terbatas serta
memberi dukungan dan motivasi selama menempuh pendidikan.
9. Adik-adik tersayang Alifia Dwi Lestari dan Anugerah Affan Albari yang
selalu menemani, menghibur, dan mendoakan.
10. Andhika Wahyu Alfarizi yang telah berbagi dalam segala hal, selalu
memberi dukungan dan motivasi agar penulis tidak malas-malasan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Penghuni kontrakan sebelas Lulu, Oliq, Ria, Rizda, Wiwit, Wulan yang
telah menemani dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Farmasi Ana, Fani, Hafizah, Ivone, Nada,
Nadia, Novi, Noviar, Novi fach, Silmi, Pipit, Weny, Winda, Zainab,
Ikhsan, Defri dan seluruh rekan-rekan Farmasi 2012 yang telah memberi
warna selama 4 tahun masa perkuliahan.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi ppenelitian berikutnya, amin.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Malang, Mei 2016
Penulis
v
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai
dengan adanya hambatan aliran udara yang persisten bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversibel berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal
terhadap partikel atau gas berbahaya. Angka kematian akibat PPOK menduduki
peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia. Perubahan patofisiologis
pada PPOK yang terjadi secara luas mempengaruhi saluran udara besar dan kecil,
parenkim paru, dan pembuluh darah paru. Eksudat inflamasi yang mucul terjadi
akibat peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dan kelenjar mukus. Sekresi
lendir meningkat, dan motilitas silia terganggu, selain itu terjadi pula penebalan
otot polos dan jaringan ikat pada saluran udara. Peradangan kronis pada PPOK
merupakan hasil dari cedera berulang dan proses perbaikan yang mengarah
kepada terbentuknya jaringan parut dan fibrosis yang menyebabkan hambatan
aliran udara Gejala klinis PPOK berupa sesak nafas, batuk kronis yang disertai
peningkatan produksi mukus dan keterbatasan aktivitas fisik. Merokok merupakan
penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang, sementara sisanya
disebabkan oleh inhalasi partikel atau gas berbahaya lainnya, genetik dan
gangguan pertumbuhan paru.
Tujuan dari pengobatan untuk pasien dengan PPOK adalah mencegah
perkembangan penyakit, meringankan gejala, meningkatkan aktivitas fisik,
meningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati komplikasi, mencegah
dan mengobati eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian. Terapi
farmakologis yang diberikan pada pasien PPOK adalah bronkodilator,
kortikosteroid, terapi kombinasi bronkodilator dan
kortikosteroid, terapi
tambahan seperti mukolitik, antibiotik. Bronkodilator yaitu β2-agonis
adrenoreseptor, antikolinergik dan teofilin merupakan pokok dari pengobatan
gejala PPOK. Obat-obat tersebut dapat meningkatkan aliran udara terutama
dengan mengurangi kontraksi otot polos bronkial. Teofilin merupakan
bronkodilator golongan methilxantin yang juga memiliki efek penghambatan selsel inflamasi dan imunomodulator. Rentang teraupetik yang sempit membuat
insidensi efek samping lebih sering terjadi pada teofilin daripada bronkodilator
lainnya, selain itu interaksi dan variabilitas interpasien dalam hal persayaratan
dosis membuat teofilin kurang dipilih dalam terapi PPOK. Efek samping yang
paling sering adalah sakit kepala, mual, muntah, dan gastroesophageal reflux.
Namun teofilin dapat diberikan pada pasien yang tidak toleran dengan pemberian
β2-agonis adrenoreseptor dan antikolinergik atau dapat ditambahkan pada pasien
yang tidak mencapai respon yang optimal dengan inhalasi bronkodilator lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah Memahami pola terapi Teofilin meliputi
dosis, rute, aturan penggunaan dan bentuk sediaan pada terapi PPOK berkaitan
dengan data laboratorium dan data klinik pasien.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat
observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada sampel.
Rancangan penelitian dilakukan secara deskriptif dimana penelitian ini
vi
dimaksudkan untuk mendeskripsikan pola penggunaan Teofilin dengan
metode retrospektif (penelitian yang dilakukan dengan peninjauan ke belakang).
Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosa PPOK di Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu dengan data rekam medik kesehatan (RMK) lengkap meliputi
data terapi dengan Teofilin periode 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2016.
Hasil penelitian ini didapatkan 28 data RMK sebagai sampel dari total 113
populasi. Pasien PPOK laki-laki sebanyak 23 pasien (82%) dan perempuan 5
pasien (18%) dengan angka kejadian paling tinggi pada usia 70-79 tahun
sebanyak 11 pasien (49%) pada laki-laki dan 50-59 tahun 3 pasien (60%) pada
perempuan. Dari hasil spirometri didapatkan klasifikasi PPOK Ringan sebanyak 2
pasien (7%), PPOK parah 3 pasien (10%), PPOK sangat parah 2 pasien (7%) dan
sisanya tidak melampirkan hasil spirometri. Penggunaan Teofilin paliang banyak
adalah dalam bentuk sediaan Aminofilin 1x240 mg iv drip sebanyak 25 pasien
(79%). Penggunaan Aminofilin tunggal dengan dosis 1x240mg iv drip sebanyak 1
pasien (4%). Pola terapi bronkodilator pada PPOK paling banyak pada kombinasi
3 yaitu Aminofilin 1x240 mg iv drip dengan kombinasi dosis tetap Salbutamol
sulfat 2,5 mg dan Ipratropium 0,5 mg 3x1 nebul. Lama terapi Aminofilin
terbanyak adalah pada rentang 1-3 hari sebanyak 17 pasien (54%). Terapi
farmakologi lain pada PPOK yang paling banyak diberikan adalah antibiotik
sebanyak 42 pasien (20%). Terapi penggunaan Teofilin/Aminofilin pada pasien
PPOK terkait dosis, rute, aturan penggunaan dan bentuk sediaan telah sesuai
guideline.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGUJIAN ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
RINGKASAN ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................ Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.
1.3.1 Tujuan Umum ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.4.1 Bagi Rumah Sakit .................................. Error! Bookmark not defined.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ............................ Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi ...... Error! Bookmark not defined.
2.2 Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Bronkitis Kronik .................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Emfisema ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Epidemiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ......... Error! Bookmark not
defined.
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik .............. Error!
Bookmark not defined.
2.4.1 Etiologi................................................... Error! Bookmark not defined.
viii
2.4.2 Faktor Resiko ......................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.1 Asap Tembakau Lingkungan .......... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.2 Debu Kerja dan Bahan Kimia ......... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.3 Polusi Udara .................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.4 Defisiensi AAT ............................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.5 Hiperresponsif Paru ......................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2.6 Gangguan Pertumbuhan Paru .......... Error! Bookmark not defined.
2.5 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik .......... Error! Bookmark not
defined.
2.6 Patologis dan Patogenesis Penyakit Paru Obstruktif Kronik ............... Error!
Bookmark not defined.
2.7 Gejala Klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik ......... Error! Bookmark not
defined.
2.8 Diagnosis dan Klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ................ Error!
Bookmark not defined.
2.8.1 Diagnosis ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.8.1.1 Gejala .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.8.1.2 Riwayat Kesehatan .......................... Error! Bookmark not defined.
2.8.1.4 Spirometri........................................ Error! Bookmark not defined.
2.8.1.5 Gas Darah Arteri ............................. Error! Bookmark not defined.
2.8.1.6 Radiologi ......................................... Error! Bookmark not defined.
2.8.2 Klasifikasi .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.9 Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ............ Error! Bookmark not
defined.
2.10 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik .. Error! Bookmark not
defined.
2.10.1 Terapi Farmakologis ............................ Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1 Bronkodilator ................................ Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.1 Beta2-adrenoreseptor Agonis . Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.2 Antimuskarinik ....................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3 Teofilin ................................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.1 Indikasi............................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.2 Mekanisme Kerja ............. Error! Bookmark not defined.
ix
2.10.1.1.3.3 Farmakokietik .................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.4 Dosis dan rute pemberian Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.5 Efek samping .................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.1.3.6 Nama DagangTeofilin dan Aminofilin di Indonesia
............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.10.1.2 Kortikosteroid ............................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.4 Mukolitik ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.10.1.5 Vaksin ........................................... Error! Bookmark not defined.
2.10.2 Terapi Non farmakologis ..................... Error! Bookmark not defined.
2.10.2.1 Terapi Oksigen .............................. Error! Bookmark not defined.
2.10.2.1 Berhenti Merokok ......................... Error! Bookmark not defined.
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............. Error! Bookmark not defined.
3.1 Bagan Alir Kerangka Konseptual ............... Error! Bookmark not defined.7
3.2 Kerangka Operasional Terapi pada Pasien PPOK....................................... 48
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 49
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 49
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................................... 49
4.2.1 Populasi................................................................................................. 49
4.2.2 Sampel .................................................................................................. 49
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ............................................................................. 49
4.2.4 Kriteria Data Eksklusi........................................................................... 49
4.3 Bahan Penelitian .......................................................................................... 49
4.4 Instrumen Penelitian .................................................................................... 50
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 50
4.6 Definisi Operasional .................................................................................... 50
4.8 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 50
4.9 Analisis Data ............................................................................................... 50
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 53
5.1 Jumlah Sampel Penelitian ........................................................................... 53
5.2 Data Demografi Pasien ................................................................................ 54
5.2.1 Jenis Kelamin........................................................................................ 54
5.2.3 Status Penjamin Biaya Pengobatan Pasien PPOK ................................ 55
x
5.3 Distribusi Klasifikasi PPOK ........................................................................ 55
5.4 Manajemen Terapi Pasien PPOK ................................................................ 55
5.4.1 Pola Terapi Bronkodilator pada Pasien PPOK ..................................... 55
5.4.2 Pola Penggunaan Teofilin dan Aminofilin pada Pasien PPOK ............ 56
5.4.3 Terapi Tunggal Aminofilin pada Pasien PPOK... Error! Bookmark not
defined.
5.4.4 Terapi Kombinasi Bronkodilator pada Pasien PPOK . Error! Bookmark
not defined.
5.4.5 Pola Switching Rute, Dosis dan Jenis Bronkodilator pada PPOK . Error!
Bookmark not defined.
5.4.6 Terapi Farmakologi Lain pada Pasien PPOK ....................................... 59
5.4.7 Lama Terapi Teofilin dan Aminofilin ... Error! Bookmark not defined.
5.5 Profil Komplikasi Penyakit pada Pasien PPOK ......... Error! Bookmark not
defined.
5.6 Lama Masuk Rumah Sakit Pasien PPOK..... Error! Bookmark not defined.
5.7 Kondisi KRS Pasien PPOK .......................... Error! Bookmark not defined.
BAB VI PEMBAHASAN..................................... Error! Bookmark not defined.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............ Error! Bookmark not defined.
7.1 Kesimpulan ................................................... Error! Bookmark not defined.
7.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN ......................................................................................................... 77
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1
Faktor resiko PPOK .............................................................
14
II.2
Skala sesak ...........................................................................
23
II.3
Klasifikasi keparahan keterbatasan aliran
udara pada PPOK .................................................................
25
II.4
Terapi farmakologi untuk PPOK stabil..................................
27
II.5
Perbandingan farmakokinetik agonis β2 dan
34
antimuskarinik .....................................................................
II.6
Interaksi beberapa obat dengan teofilin ...............................
II.7
Nama dagang, kandungan dan bentuk sediaan teofilin
40
di Indonesia .........................................................................
41
V.1
Status penjamin biaya pengobatan pasien ..........................
55
V.2
Distribusi klasifikasi PPOK .................................................
55
V.3
Pola terapi Bronkodilator pada pasien PPOK ......................
55
V.4
Pola penggunaan Teofilin dan Aminofilin pada
56
pasien PPOK ........................................................................
V.5
Terapi tunggal Aminofilin pada pasien PPOK ....................
56
V.6
Terapi Kombinasi Aminofilin dan Teofilin pada
56
Pasien PPOK ........................................................................
V.7
Pola Switching Rute, dosis, dab jenis Bronkodilator
57
pada pasien PPOK ...............................................................
V.8
Terapi farmakologi lain pada pasien PPOK ........................
59
V.9
Profil komplikasi penyakit pada pasien PPOK ....................
61
V.10
Kondisi KRS Pasien PPOK .................................................
62
xiv
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Sistem respirasi .....................................................................
5
2.2
Struktur bronkus ...................................................................
6
2.3
Struktur paru .........................................................................
7
2.4
Penampang melintang komponen struktur
alveolus .................................................................................
8
2.5
Sirkulasi pernapasan internal dan eksternal ..........................
9
2.6
Profil laju FEV1 pada perokok dan non perokok
Pada berbagai usia ................................................................
2.7
13
Remodelling saluran napas kecil pada
PPOK.....................................................................................
18
2.8
Patogenesis Emfisema ..........................................................
21
2.9
Patologis PPOK ....................................................................
22
2.10
Mekanisme kerja berbagai bronkodilator .............................
28
2.11
Struktur kimia agen agonis β2 adrenoreseptor.....................
29
2.12
Alogaritma terapi farmakologis PPOK.................................
35
2.13
Struktur kimia agen golongan metilxantin............................
36
2.14
Mekanisme aksi teofilin terhadap inhibisi PDE
Pada otot polos saluran udara...............................................
2.15
Mekanisme aksi teofilin terhadap aktivasi
Deasetil histon.......................................................................
5.1
37
38
Jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria
Inklusi ...................................................................................
53
5.2
Jenis kelamin ........................................................................
54
5.3
Distribusi usia pasien ............................................................
55
5.4
Lama terapi teofilin dan Aminofilin .....................................
61
5.5
Lama masuk rumah sakit pasien PPOK ...............................
61
xv
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Daftar Riwayat Hidup ..........................................................
77
2
Surat Pernyataan ..................................................................
78
3
Keterangan Kelaiakan Etik (Ethical Clearence)................
79
4
Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ...
80
5
LPD Pasien Rawat Inap PPOK ............................................
82
6
Tabel induk ..........................................................................
169
xvixiv
DAFTAR SINGKATAN
AAT
: Alpha-1 Antitrypsin
AMP
: Adenosine Monophosphate
BPH
: Benign Prostatic Hyperplasia
cAMP
: Cyclic Adenosine Monophosphate
CAP
: Community Acquired Pneumonia
COPD
: Chronic Obstructive Pulmonary Disease
CVA Infark
: Cerebro Vascular Accident
DCFC
: Decompensantio Cordis Functional Class
DLCO
: Diffusing capacity of the Lung for Carbon Monoxide
DM
: Diabetes Mellitus
DPI
: Dry Powder Inhaler
FDC
: Fix Dose Combination
FEV
: Force Expiration Volume
FVC
: Force Vital Capacity
GOLD
: Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
HT
: Hypertension
ICS
: Inhalation Corticosteroids
IGD
: Instalasi Gawat Darurat
IL
: Interleukin
IV
: Intravena
IVFD
: Intravenous Fluids Drip
LABAs
: Long Acting Beta Agonists
LED
: Laju Endap Darah
LT
: Leukotrien
MDI
: Metered-Dose Inhaler
mmHg
: Milimeter merkuri
xv
xvii
MMP
: Matriks Metalloproteinase
NS
: Normal Saline
PCO2
: Partial Pressure of Carbon dioxide
PDE
: Phosphodiesterase
PDPI
: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
PJK
: Penyakit Jantung Koroner
PO
: Peroral
PO2
: Partial Pressure of Oxygen
PPOK
: Penyakit Paru Obstruktif Kronik
RMK
: Rekam Medik Kesehatan
SaO2
: Saturation of Oxygen
SC
: Subcutan
SKRT
: Survei Kesehatan Rumah Tangga
TH
: Limfosit T-Helper
TNF-α
: Tumor Necrosis Factor
VA/Q
: Ventilation-Perfusion
WHO
: World Health Organitation
xvi
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Aaron, S. D., 2012. Management and Prevention of Exacerbation of COPD.
British Medical Journal, Vol. 349.
Afonso, S. M., Verhamme, M. C., Sturkenboom, J. M., & Bruselle, G.O. 2011.
COPD in the general population: Prevalence, incidence and survival.
Elsevier LTD, Vol. 105, pp 1872-1884.
Anonim, 2003. PDPI: Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Anonim, 2015. Pedoman Pengandalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Anonim, 2013. GOLD: Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management
and Prevention. http://www.goldcopd.org/. Diakses tanggal 14 September
2015.
Anonim, 2015. GOLD: Global Strategy for the Diagnosis, Management and
Prevention of COPD. http://www.goldcopd.org/. Diakses tanggal 14
September 2015.
Anonim, 2008. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Risk
esdas%202013.pdf. Diakses tanggal 30 oktober 2015.
Anonim, 2015. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), WHO
(World Health Organization). http://www.who.int/respiratory/copd/en/.
Diakses tanggal 15 September 2015.
Barnes P. J., 2013. Pulmonary Perspectives: Theophylline. American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, Vol. 188.
Bhattacharjee, M., Unii, B. G., Das, S., Baruah, P. K., Sharma, P., Gogoi, D.,
Deka, M., Wann, S. B., & Rao, P. G., 2012. Alpha 1 Antitrypsin: A CAseControl Study in Chronic Obstructive Pulmonary Disease. African
Journal of Biotechnology, Vol.11 pp. 207-215.
Brashier, B. B., & Kodgule, R., 2012. Risk Factors and Pathophisiology of Chroic
Obstructive Pulmonary Disease. Suplement Tojapi, Vol. 60.
Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. 2011. Goodman & Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed12th. New York: Mc GrawHill.
xvii
72
Chesnutt, M. S., & Prendergast, T. J., 2016. Pulmonary Disorder. In: Papadakis,
M. A., McPhee, S. J., & Rabow, M. W., (Eds.). Current Medical
Diagnosis and Treatment, Ed.55th, New York: McGraw-Hill Education.,
pp. 259-845.
Cripps, D., & Gibbs, K.P., 2012. Choric Obstructive Pulmonary Disease. In:
Walker, R., & Whittlesea, C., (Eds.). Clinical Pharmacy and
Therapeutics, Ed.5th, China: Elsevier., pp. 431-440.
Denden, S., Khelil, A. H., Knani, J., Lakhdar, R., Perrin, P., Lefranc, G., &
Chibani, J. B., 2010. Alpha-1 antitrypsin gene polymorphism in Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Genetics and Molecular
Biology,Vol. 33,1,23-26.
Devereux, G., Cotton, S., Barnes, P., Briggs, A., Bums, G., Chaudhuri, R.,
Chrystin, H., Davies, L.,
DeSoyza, A., Fielding, S., Gompretz, S.,
Haughney, J., Lee, A.J., McCormack, K., McPherson, G.,Morice, A.,
Norrie, J., Sullivan, A., Wilson, A., & Price, D., 2015. Use Of Low-Dose
Oral Theophylline As An Adjunct To Inhaled Corticosteroids In
Preventing Exacerbations Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease:
Study Protocol For A Randomised Controlled Trial., Bio Med Central,
DOI 10.1186/s13063-015-0782-2.
Diaz, P. T., & Knoell, D. L., 2013. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. In:
Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Ernst, M. E., Guglielmo, B. J., Jacobson,
P. A., Kradjan, W. A., & Williams, B.R., (Eds.). Applied Therapeutic
The Clinacal USe of drug, Ed. 10th, Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins., pp. 601-618.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G.R., Wells, B. G., & Posey, L.
M. (2011). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic approach 8th ed.
New York: Mc Graw-Hill Education.
Ghare, A. P., 2015. Comparative Study of Inhaled Salbutamol and Ipratropium
Bromide Combined With Salbutamol in Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Journal of Medical and Dental Science Research, Maharashtra:
Quest Journals., Vol. 2, pp 01-03.
Graaff, V. D., Alexander, M., Baker, F., Blem, L., & Burroughs, C. W. (2010).
Human Anatomy. New York: Mc Graw-Hill.
73xviii
74
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2015. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology, Ed.30th. Philadelphia: Elsevier. pp: 497-510.
Harrison, T. R., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Fauci, A. S. 2015.
Harrison's Principles of Internal Medicine, Ed. 19th. New York: Mc GrawHill Education.
Hwang, Y. I., Jones, S., Jung, K. S., & Park, S., 2011. Clinical Characteristic of
COPD patients Acorrding to BMI. American Jornal Respiratoryl, Vol.
1833 No. 2975.
Joshi, V. D., & Mendhurwar, S. J. 2010. Respiratory System, In: Physiology Prep
Manual for Undergraduates , Ed.4th, New Delhi: Elsevier. pp. 210-217.
Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (2015). Basic & Clinical Pharmacology (13th
ed.). New York: Mc Graw-Hill.
Khan, S., Jones, S., Claire, L., 2014. Theophylline Interactions. The
Pharmaceutical Journal, Vol. 293 No. 7818.
Ko, W. S., & Hui, D. S., 2011. Air Pollutan and Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Journal Of the Asian Pacific Society of Respirology,Vol.
10.1111. No. 395-401.
Martini, F. H., Timmons, M. J., & Tallitsch, R. B. 2012. The Respiratory System,
In: Human Anatomy, Ed.7th, Boston: Pearson Education. pp. 630-638.
Masna, I. A., Kusmana, D., & Antariksa, B., 2011. Pengaruh Inflamasi Sistemik
Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada Sistem Kardiovaskular. Journal
Indonesian Medical Association,Vol. 61.
Niewoehner, D. E., 2010. Outpatient Management of Severe COPD. The New
England Journal of Medicine,Vol. 362:15.
Oemiati, R., 2013. Kajian Epidemiologis Penyakit PAru Obstruktif Kronik
(PPOK). Media Litbangkes,Vol. 23. No. 2.
Ohar, J. A., Crater, G. D., Emmett, A., Ferro, T. J., Morris, A. N., Raphiou, I.,
Sriram,
P.
S.,
&
Dransfield,
M.
T.,
2015.
Fluticasone
Propionate/Salmeterol 250/50 µg Versus Salmeterol 50 µg After Chronic
Obstructive Pulmonary Disease Exaerbation. Respiratory Research,Vol.
15:105.
xix
75
Rabe, K. F., Hurd, S., & Anzueto, A., 2007. Global Strategy for the Diagnosis,
Mangement, and Prevention of COPD. American Journal Respiratory
Critical CAre Medicine ,Vol. 176. pp. 532-555.
Reilly, J. J., Silverman, E. K., Shapiro, S. D., 2010. Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. In: Loscalzo, J., Fauci, S.A., Kasper, D.L., Longo, D.
L., Braunwald, E., Hauser, S.L., & Jameson, J. L., (Eds.). Pulmonary and
Critical Care Medicine, Ed.18th, New York: McGraw-Hill Education.,
pp. 178-187.
Reilly, K. H., Gu, D., Duan, X., Wu, X., Chen, C. S., Huang, J., Kelly, T. N.,
Chen, J., Liu, X., Yu, L., Bazzano, L. A., & He, J., 2008. Risk Factor for
Chronic Obstructive Pulmonary Disease Mortality in Chinese Adult.
American Journal of Epidemiology,Vol. 167. No. 8.
Sherwood, L. 2015. The Respiratory System, In: Human Physiology From Cells
to Systems, Ed. 9th, Australia: Cengage Learning. pp: 445-460.
Shujaat,
A., Bajwa, A. A., & Cury, J. D., 2012. Pulmonary Hypentension
Secondery to COPD. Hindawi,Vol. 2012.
Sorheim, I. C., Johannessen, A., Gulsvik, A., Bakke, P. S., Silverman, E. K., &
DeMeo, D. L., 2010. Gender Differences In COPD: Are Women More
Susceptible to Smoking Effects Than Men?. British Medical journals,
Vol 65, pp 480-485
Sweetmen, S. C., 2009. Bronchodilators and Anti-Asthma Drugs, In: Martindale
the Complete Drug Reference, Ed. 36th, London: Pharmaceutical Press.
pp: 1140-1147.
Tan, W. C., & Tze, P. N., 2008. Chronic Obstruktive Pulmonary Disease in Asi,
where East meets West. Chest,Vol. 133. pp. 517-527.
Tashkin, D. P., & Ferguson, G. T., 2013. Combination Bronchodilator Therapy in
The Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Bio Med
Central, Vol. 14:49.
Tortora, G. J., & Derrickson, B., 2009. The Respiratory System. Principles of
Anatomy and Physiology Ed. 12th, Phoenix: John Wiley & Sons, Inc., pp.
195-205.
xx
76
Vestbo, J., Hurd, S. S., Agusti, G. A., Jones, P. W., Vogelmeier, C., Anzueto, A.,
Barnes P. J., Fabbri, L. M., Martinez, F. J., Nishimura, M., Stockley, R.
A., Sin, D. D., & Roisin, R. R., 2013. Global Strategy for the Diagnosis,
Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, Vol.
187.
Waller, D.G., Renwick, A.G., Hillier, K., 2010. Asthma and Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. Medical Pharmacology and Therapeutics, Ed. 3rd,
Edinburgh: Elsevier Ltd., pp. 195-205.
Wecker, L., Crespo, L.M., Dunaway, G., Faingold, C., & Watts, S., 2010. Drug to
Treat Asthma and Chronic Obstructive Pulmonary Diseaase. Brody’s
Human Pharmacology: Molecular to Clinical Ed. 5th, Philadelphia:
Mosby Inc., pp.170-179.
Wedzicha, J. A., 2011.Choice of Bronchodilator Theraphy for Patients with
COPD. The New England Journal of Medicine,Vol. 364:12.
Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., & DiPiro, C.V. 2015. Choric
Obstructive Pulmonary Disease. Pharmacotherapy Handbook Ed. 9th,
New York: McGraw-Hill Education., pp. 835-845.
Wenzel, R. P., Fowler, A. A., & Edmond, M. B., 2012. Antibiotic Prevention of
Acute Exacerbation of COPD. The New England Journal of
Medicine,Vol. 367:340-7.
Uzun, S., 2014. Characterisation and Prevention of Exacerbations in Frequently
Exacerbating Patients with COPD. Oncogenesis, and Parasitic Tropical
Disease of The Lungs,Vol. 362:15.
Zangiabadi, A., DePasquale, C. G., & Sakjov, D., 2014. Pulmonary Hypertension
and Right Heart Dysfunction in Chronic Lung Disease. BioMed Research
International,Vol. 2014.
xxi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) adalah istilah yang mengacu pada dua penyakit paru
yang ditandai dengan adanya hambatan (obstruksi) aliran udara yang mengganggu
pernapasan normal (American Lung Association, 2013). Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2015 menjelasksan bahwa
hambatan aliran udara pada PPOK biasanya bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible yang berhubungan dengan respon inflamasi abnormal pada
jaringan paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. Adanya gejala sesak
nafas, berkurangnya kapasitas kerja dan kekambuhan yang sering kali berulang
menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita PPOK. Menurut National
Institute for Health and Clinical Excellence tahun 2010, diagnosis PPOK
ditentukan dengan adanya obstruksi aliran udara dengan rasio FEV1/FVC yaitu
kurang dari 0,7. Jika FEV1 adalah ≥80% diagnosis PPOK dapat dilakukan dengan
menilai adanya gejala pernafasan, misalnya sesak napas atau batuk yang muncul.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2012, PPOK
merupakan salah satu penyakit yang mengancam jiwa. Lebih dari 3 juta orang
meninggal karena PPOK pada tahun 2005 dan diprediksikan bahwa total kematian
PPOK akan meningkat 30% dalam 10 tahun. Di Amerika serikat PPOK
merupakan penyebab utama kematian ketiga setelah kanker dan penyakit jantung
(American Lung Association, 2013). Pada studi yang didasarkan pada model
estimasi prevalensi di 12 negara Asia-Pasifik, didapatkan rata-rata prevalensi
PPOK sedang sampai berat pada penderita umur lebih dan sama dengan 30 tahun
6,3%. Tingkat prevalensi bervariasi dari terkecil 3,5% (HongKong dan Singapura)
dan terbesar 6,7% (Vietnam) (Oemiati, 2013). Menurut Riset Kesehatan Dasar
2007, angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab
kematian di Indonesia (Kemenkes RI, 2008).
Perubahan
patofisiologis
pada
PPOK
yang
terjadi
secara
luas
mempengaruhi saluran udara besar dan kecil, parenkim paru, dan pembuluh darah
1
2
paru. Eksudat inflamasi yang mucul akibat peningkatan jumlah dan ukuran sel
goblet dan kelenjar mukus. Selain itu terjadi pula penebalan otot polos dan
jaringan ikat pada saluran udara. Peradangan kronis pada PPOK merupakan hasil
dari cedera berulang dan proses perbaikan yang mengarah kepada terbentuknya
jaringan parut dan fibrosis yang menyebabkan hambatan aliran udara (Wells et
al., 2015). Karakteristik keterbatasan aliran udara yang kronis dari PPOK
disebabkan oleh terjadinya penyempitan saluran nafas (bronkitis kronik) atau
kerusakan parenkim paru (emfisema) atau gabungan dari keduanya (GOLD,
2015). Baik bronkitis kronis dan emfisema menyebabkan batuk kronis dan sesak
napas. Gejala khas terjadi pada bronkitis kronis adalah peningkatan lendir yang
menyumbat saluran napas, sementara keterbatasan aktivitas merupakan gejala
umum dari emfisema (American Lung Association, 2013).
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang (PDPI, 2003). Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus
dan obstruksi jalan napas kronik. Berdasarkan penelitian Hwang et al dilaporkan
ada hubungan antara penurunan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
dengan jumlah, jenis dan lamanya merokok (Hwang et al., 2011). Faktor risiko
PPOK lainnya adalah paparan asap tembakau lingkungan, debu kerja, zat kima,
polusi udara, defisiensi α-1 antitripsin, hiperresponsif saluran nafas dan gangguan
pertumbuhan paru (Wecker et al., 2010).
Tujuan dari pengobatan untuk pasien dengan PPOK adalah mencegah
perkembangan penyakit, meringankan gejala, meningkatkan aktivitas fisik,
meningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati komplikasi, mencegah
dan mengobati eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian (Cripps and Gibbs,
2012). Berhenti merokok merupakan satu intervensi yang paling efektif untuk
mengurangi risiko dan menghentikan perkembangan penyakit PPOK (Dipiro et
al., 2011). Terapi farmakologis digunakan untuk mencegah dan mengendalikan
gejala, mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan eksaserbasi, meningkatkan
status kesehatan, dan meningkatkan aktivitas fisik (Rabe et al., 2007). Terapi
farmakologis yang diberikan pada pasien PPOK adalah bronkodilator,
kortikosteroid, terapi kombinasi bronkodilator & kortikosteroid, terapi tambahan
seperti mukolitik, antibiotik, i.v α1-antitripsin dan vaksin. Bronkodilator yaitu β2-
3
agonis adrenoreseptor, antikolinergik dan teofilin merupakan pokok dari
pengobatan gejala PPOK. Obat-obat tersebut dapat meningkatkan aliran udara
terutama dengan mengurangi kontraksi otot polos bronkial (Diaz and Knoell,
2013).
Teofilin
merupakan
golongan
methilxantin
yang
memiliki
efek
brokodilator, penghambatan sel-sel inflamasi dan imunomodulator (Barnes,
2011). Rentan teraupetik yang sempit membuat insidensi efek samping lebih
sering terjadi pada teofilin daripada bronkodilator lainnya, selain itu interaksi dan
variabilitas interpasien dalam hal persayaratan dosis membuat teofilin kurang
dipilih dalam terapi PPOK. Efek samping yang paling sering adalah sakit kepala,
mual, muntah, dan gastroesophageal reflux (Barnes, 2013). Studi kohort yang
dilakuakan oleh Lee et al menyimpulkan bahwa terapi PPOK dengan pemberian
teofilin tidak menunjukkan hasil yang baik terkait dengan perbaikan gejala dan
kualitas hidup pasien, melainkan meningkatkan risiko rawat inap, eksaserbasi, dan
sedikit kematian (Lee et al., 2009). Namun teofilin dapat diberikan pada pasien
yang tidak toleran dengan pemberian β2-agonis adrenoreseptor dan antikolinergik
atau dapat ditambahkan pada pasien yang tidak mencapai respon yang optimal
dengan inhalasi bronkodilator lain (Wells et al., 2015). Teofilin memperbaiki
tingkat dyspnea, aktivitas, dan fungsi paru pada banyak pasien dengan PPOK
stabil selain itu juga menghasilkan perbaikan dalam laju aliran ekspirasi dan
kapasitas vital pada pasien dengan tingkat PPOK sedang samapai berat (Chesnutt
and Prendergast, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan studi mengenai
penggunaan teofilin sebagai salah satu bronkodilator yang digunakan untuk terapi
pada pasien PPOK yang dilakukan di RSU Karsa Husada Batu karena sebelumnya
rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit khusus paru di wilayah
Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola terapi Teofilin meliputi dosis, rute, aturan penggunaan
dan bentuk sediaan berkaitan dengan data klinik dan data laboratorium pasien
PPOK?
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami pola penggunaan berbagai macam obat pada terapi PPOK
sebagai upaya untuk meningkatkan suatu mutu pelayan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Memahami pola terapi Teofilin pada pasien PPOK di RSU Karsa Husada
Batu meliputi dosis, rute dan aturan penggunaan berkaitan dengan data klinik dan
data laboratorium pasien.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
1. Bagi Rumah sakit sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan
baik klinis maupun farmasis terutama berkaitan dengan pelayanan
farmasi klinik.
2. Sebagai bahan masukan bagi Komite Medik dan Farmasi di RSU Karsa
Husada Batu.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
1. Memberikan informasi tentang pola penggunaan Teofilin sebagai terapi
PPOK sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan outcame
yang diperoleh pasien PPOK di RSU Karsa Husada Batu.
2. Memahami penatalaksanaan terapi pengobatan terhadap outcame pada
pasien PPOK sehingga farmasi dapat memberikan asuhan kefarmasian
dengan bekerja sama dengan klinis lainya.