STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)

SKRIPSI
DEFRY DWIKI YURISTIADI

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
MAKROLIDA PADA PASIEN EKSASERBASI
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA
PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum

Karsa Husada Batu)

SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2016

Oleh:

DEFRY DWIKI YURISTIADI
NIM : 201210410311221

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS.

NIP UMM: 144.0609.0449

Drs. Didik Hasmono, Apt., MS.
NIP: 195809111986011001

ii

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA
PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu)
SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal 14 Mei 2016

Oleh:

DEFRY DWIKI YURISTIADI
NIM: 201210410311221

Tim Penguji:

Penguji I

Penguji II

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 144.0609.0449

Drs. Didik Hasmono, Apt., MS.
NIP: 195809111986011001

Penguji III

Penguji IV

Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt.

NIP: 1143110522

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS.
NIP UMM: 114.07040450

iii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Syukur Alhamdulillah dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA
PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK) (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)”
untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program
Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai
pihak yang memberikan bimbingan, bantuan serta do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Drs. H. Fauzan, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Yoyok Bekti P., M.Kep., Sp.Kom. selaku dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Nailis Syifa’, S.farm., M.sc., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. Sebagai pembimbing I dan
Drs. Didik Hasmono, Apt., MS. Sebagai pembimbing II yang telah
tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu
meluangkan waktu maupun dorongan moral memberi arahan-arahan
terbaik kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
5. Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. dan Dra. Lilik Yusetyani, Apt.,
Sp.FRS. sebagai tim penguji yang memberikan saran, masukan, dan
kritik yang membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.
6. Program Studi Farmasi berserta seluruh staf pengajar Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan
mengajarkan ilmu pengetahuan selama saya mengikuti program
sarjana
7. Pegawai dan staf Tata Usaha Program Studi Farmasi Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah membantu saya dalam membuat
surat izin penelitian.
8. Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang berkenan menerima dan
mengizinkan saya untuk melakukan penelitian skripsi dibagian rekam
medik.
9. Komisi Etik Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah memberikan kelaiakan etik pada proposal saya sehingga dapat
melakukan penelitian skripsi.

iv

10. Orang tua saya Eko Wiyono, SH., M.Hum. dan Dra.Etty Sukaringtyas
yang telah mendidik dan selalu memberi semangat saya selama ini.
11. Novita Rahmania Putri yang selalu memberi semangat, dukungan, dan
do’a kepada saya.
12. Sahabat-sahabat saya : Brawijaya, Bima, Ridwan, Agung, Anjar dan
Pipit yang banyak memberi semangat dan saran kepada saya dalam
pengerjaan skripsi ini
13. Teman-teman skripsi klinis : Hafiz, Arisa, Ivon, Aulia, Iwang, Wayan,
Grendis, Ikhsan, Irsyan dan Novi terimakasih untuk kerjasamanya,

suka duka perjuangan kita, semangat, dukungan, masukan, kritikan
juga do’a. Tetap menjadi keluarga selamanya.
14. Teman-teman farmasi angkatan 2012 UMM terimakasih atas
persahabatan kita selama ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih
atas bantuan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah S.W.T membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan
Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang, Mei 2016

Defry Dwiki Yuristiadi

v

RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA PASIEN

EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)

Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) didefinisikan
sebagai kejadian akut dengan karakteristik perburukan gejala respirasi yang lebih
parah dari gejala normal PPOK dan biasanya akan mengganti pola pengobatan.
PPOK sendiri adalah penyakit progresif lambat melibatkan saluran udara atau
parenkim paru yang menghasilkan obstruksi aliran udara ditandai dengan
meningkatnya respon inflamasi kronis dalam saluran udara dan paru-paru oleh
partikel berbahaya atau gas. Patofisiologi PPOK terkait karakteristik hambatan
aliran udara pada PPOK disebabkan oleh hubungan antara obstruksi saluran napas
kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi
pada setiap individu. PPOK dapat diklasifisikan menjadi 4 jenis berdasarkan
tingkat keparahannya menggunakan tes spirometri yaitu ringan, sedang, parah dan
sangat parah. Pada tahap PPOK parah dan sangat parah mengindikasikan
eksaserbasi PPOK dengan peningkatan keparahan gejala. Gejala PPOK diawali
dengan batuk kronik dan produksi sputum yang dialami pasien selama beberapa
tahun sebelum berkembang ke gejala dispnea. Pemeriksaan fisik menunjukkan
hasil normal pada pasien yang berada pada tahap PPOK ringan. Bila keterbatasan
aliran udara menjadi parah, pasien dapat mengalami sianosis membran mukosa,

peningkatan laju respirasi istirahat, napas dangkal, dan penggunaan otot respirasi
pelengkap. Tujuan dari penatalaksanaan PPOK secara umum adalah untuk
mengurangi penurunan volume ekspirasi, mengurangi angka keparahan akut, dan
pengurangan tingkat kematian. Pada kasus eksaserbasi PPOK, obat yang
diberikan adalah oksigen, bronkodilator (ipratropium dan salbutamol),
kortikosteroid (prednison), dan antibiotik (azitromisin, seftriakson, levofloxacin).
Pemilihan terapi antibiotik sebaiknya didasarkan pada organisme yang paling
mungkin. Organisme yang paling umum untuk PPOK dengan eksaserbasi akut
adalah Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pneumonia,
dan Haemophilus parainfluenzae. Pada keadaan memburuk tanpa komplikasi,
terapi yang direkomendasikan adalah golongan makrolida, sefalosporin generasi
ketiga (ceftriaxon), atau doksisilin.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis profil penggunaan
obat dan pola penggunaan obat antibiotik makrolida pada pasien eksaserbasi
PPOK terkait dosis, rute pemberian, interval pemberian, efek samping, interaksi
obat, dan outcome terapi yang dikaitkan dengan data klinik dan laboratorium.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Karsa Husada Batu periode bulan
November 2014 hingga Januari 2016 dengan metode penelitian observasional
retrospektif, dengan penyajian data secara deskriptif. Kriteria inklusi meliputi
pasien rawat inap dengan diagnosis eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada

Batu, dengan data Rekam Medik Kesehatan (RMK) meliputi data terapi antibiotik
makrolida dan obat lain yang menyertai. Kriteria eksklusi pasien yaitu pasien
PPOK yang menerima antibiotik makrolida pada saat KRS.

vi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data RMK sebanyak 19 pasien
yang memenuhi kriteria inklusi dan 2 pasien dieksklusi dengan data demografi
jenis kelamin pasien eksaserbasi PPOK laki-laki sebesar 68% (13 pasien) dan
perempuan sebesar 32% (6 pasien), dimana jumlah terbanyak direntang usia 7180 tahun sebesar 53% (10 pasien). Sedangkan, untuk status pasien saat MRS
dengan diagnosa eksaserbasi PPOK yang terbanyak pada pasien dengan status
umum sebanyak 32% (6 pasien) dan status pasien JKN sebanyak 32% (6 pasien).
Terkait distribusi faktor resiko eksaserbasi PPOK diperoleh usia sebesar 50% (19
pasien), merokok 29% (11 orang), dan polusi 21% (8 pasien).
Pola penggunaan antibiotik makrolida yang paling banyak digunakan
adalah makrolida kombinasi (90%) yaitu kombinasi Azitromisin (1x500mg) po
dengan Ceftriaxone (2x1g) iv sebanyak 10 pasien (48%) dan makrolida tunggal
sebanyak 2 pasien (10%). Penggunaan dosis, rute, frekuensi dan lama pemberian
makrolida sudah sesuai dengan beberapa literatur .


7

ABSTRACT
THE STUDY OF MACROLIDE ANTIBIOTICS IN PATIENTS
EXACERBATIONS OF CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY
DISEASE (COPD)
(Research at Karsa Husada Batu Hospital)
Defry Dwiki 1, Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS2, Drs. Didik Hasmono, Apt., M.S3
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail : defrydwiki@yahoo.co.id

Background : Exacerbations of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
is the condition in which the respiratory is become worse more than normal
COPD symptom. The COPD patients might suffered from dyspnea and the
accretion of sputum volume or pus in the sputum. In the pharmacological
treatment of exacerbations, macrolide is the first choice antibiotics with the
mechanism of anti-inflammatory effects, a decrease in bacterial virulence, and
reduction of mucus hypersecretion.
Purpose : The purpose of this study is to analyze the used of the medicine and
the patterns of how the medicine used in COPD patients in terms of dosage, route
of injection, interval of injection, side effects, medicine interactions, and
therapeutic outcomes associated with clinical and laboratorical data.
Method : The method used in this study is observational retrospective with
descriptive data. The inclusion criteria includes the hospitalized patients with a
diagnosis of COPD exacerbations in Karsa Husada Batu Hospital. The data
includes in medication record macrolide antibiotic therapy and other medications.
The exclusion criteria is patients with COPD who received macrolide antibiotics
after hospitilized.
Results and Conclusions : The used pattern of the most widely used macrolide
antibiotics is macrolide combination (90%) contains the combination of
azithromycin (1x500mg) oral with Ceftriaxone (2x1g) iv as many as 10 patients
(48%) and single macrolides as much as 2 patients (10%). The use of the dose,
route, frequency and duration of administration macrolides are accordancely used
with some guidelines.
Keywords : Macrolides, COPD, Exacerbations .

8

ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA PASIEN
EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)
Defry Dwiki 1, Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS2, Drs. Didik Hasmono, Apt., M.S3
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail : defrydwiki@yahoo.co.id

Latar Belakang : Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah
perburukan respirasi yang lebih parah dari gejala normal PPOK. Pasien PPOK
yang memburuk dapat mengalami dispnea dan mengalami peningkatan volume
sputum atau peningkatan kandungan nanah pada sputum. Pada terapi farmakologi
eksaserbasi PPOK makrolida merupakan antibiotik First choice dengan
mekanisme efek antiinflamasi, penurunan virulensi bakteri, dan pengurangan
hipersekresi lendir.
Tujuan : Menganalisis profil penggunaan obat dan pola penggunaan obat
Antibiotik makrolida pada pasien PPOK terkait dosis, rute pemberian, interval
pemberian, efek samping, interaksi obat, dan outcome terapi yang dikaitkan
dengan data klinik dan laboratorium.
Metode : Observasional retrospektif, dengan penyajian data secara deskriptif.
Kriteria inklusi meliputi pasien rawat inap dengan diagnosis eksaserbasi PPOK di
RSU Karsa Husada Batu, dengan data RMK meliputi data terapi antibiotik
makrolida dan obat lain yang menyertai. Kriteria eksklusi pasien yaitu pasien
PPOK yang menerima antibiotik makrolida pada saat KRS.
Hasil dan Kesimpulan : Pola penggunaan antibiotik makrolida yang paling
banyak digunakan adalah makrolida kombinasi (90%) yaitu kombinasi
Azitromisin (1x500mg) po dengan Ceftriaxone (2x1g) iv sebanyak 10 pasien
(48%) dan makrolida tunggal sebanyak 2 pasien (10%). Penggunaan dosis, rute,
frekuensi dan lama pemberian makrolida sudah sesuai dengan beberapa literatur.
Kata Kunci : Makrolida, PPOK, Eksaserbasi.

9

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PENGUJIAN ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
RINGKASAN ......................................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................................................ 4
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronis ....................................................................... 6
2.1.1 Definisi .................................................................................................... 6

10

2.1.1.1 Bronkitis Kronik.........................................................................7
2.1.1.2 Emfisema ................................................................................... 7
2.1.2 Epidemiologi PPOK .............................................................................. 7
2.1.3 Faktor Risiko PPOK............................................................................... 8
2.1.4 Patofisiologi PPOK ................................................................................ 9
2.1.4.1 Hipersekresi Lendir dan Disfungsi Siliari ................................ 11
2.1.4.2 Keterbatasan Aliran Udara dan Hiperinflasi ............................ 11
2.1.4.3 Kelainan Pertukaran Gas .......................................................... 11
2.1.4.4 Hipertensi Pulmonal ................................................................. 11
2.1.5 Patogenesis PPOK................................................................................ 12
2.1.6 Klasifikasi PPOK ................................................................................. 13
2.2

Eksaserbasi PPOK ........................................................................................ 13
2.2.1 Definisi dan Epidemiologi .................................................................... 13
2.2.2 Patogen Pada Eksaserbasi PPOK .......................................................... 14
2.2.3 Komplikasi Eksaserbasi PPOK ............................................................. 15
2.2.3.1 Gagal Jantung ........................................................................... 15
2.2.3.2 Cor Pulmonale .......................................................................... 15
2.2.3.3 Osteoporosis ............................................................................. 15
2.2.3.4 Kanker Paru - paru .................................................................... 16
2.2.3.5 Ansietas dan Depresi ................................................................ 16
2.2.4 Diagnosis dan Tes Eksaserbasi PPOK .................................................. 17
2.2.4.1 Gejala Khas............................................................................... 17
2.2.4.2 Radiologi X-ray dan CT - Scan ................................................ 17
2.2.4.3 Biomarker ................................................................................. 18
2.2.4.4 Tes Spirometri .......................................................................... 18
2.2.5 Klasifikasi Eksaserbasi PPOK .............................................................. 19

11

2.3 Penatalaksanaan Terapi Eksaserbasi PPOK .................................................... 20
2.3.1 Terapi Farmakologi ............................................................................... 20
2.3.1.1 Terapi Oksigen ......................................................................... 21
2.3.1.2 Bronkodilator ............................................................................ 21
2.3.1.3 Kortikosteroid ........................................................................... 22
2.3.1.4 Antibiotik .................................................................................. 22
2.3.1.5 Antibiotik Golongan Makrolida................................................23
2.3.1.5.1 Eritromisin ................................................................. 27
2.3.1.5.2 Klaritromisin .............................................................. 28
2.3.1.5.3 Azitromisin ................................................................29
2.3.1.5.4 Spiramisin .................................................................. 32
2.3.1.5.5 Roksitromisin.............................................................33
2.3.1.6 Terapi Antibiotik Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi PPOK..33
2.3.2 Terapi Non Farmakologi.......................................................................35
2.3.2.1 Berhenti Merokok......................................................................35
2.3.2.2 Vaksinasi Influenza dan Pneumococcal....................................35
2.3.2.3 Rehabilitasi Paru .......................................................................35
2.3.2.4 Transplantasi Paru.....................................................................36
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................... 37
3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... 37
3.2 Kerangka Operasional ..................................................................................... 38
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 39
4.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................... 39
4.2 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 39
4.2.1 Populasi ................................................................................................. 39
4.2.2 Sampel................................................................................................... 39

12

4.2.3 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 39
4.2.4 Kriteria Eksklusi ............................................................................... 39
4.3 Bahan Penelitian.............................................................................................. 40
4.4 Instrumen Penelitian........................................................................................ 40
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 40
4.6 Definisi Operasional Penelitian....................................................................... 40
4.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 41
4.8 Analisis Data ................................................................................................... 41
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 42
5.1 Demografi Pasien ............................................................................................ 43
5.1.1 Jenis Kelamin ........................................................................................ 43
5.1.2 Usia ....................................................................................................... 43
5.1.3 Status ..................................................................................................... 43
5.2 Faktor Resiko .................................................................................................. 44
5.3 Diagnosa Penyerta Eksaserbasi PPOK ........................................................... 44
5.4 Terapi Farmakologi Selain Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi PPOK .........45
5.5 Profil Switching Penggunaan Antibiotik ......................................................... 47
5.6 Lama Penggunaan Antibiotik Makrolida ........................................................ 48
5.7 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) Pasien ...................................................... 48
5.8 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien.................................................... 48
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 49
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 64
7.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 64
7.2 Saran ................................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN .......................................................................................................... 70

13

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

II.1

Klasifikasi PPOK

13

II.2

Patogen Pada Eksaserbasi PPOK

14

II.3

Klasifikasi Eksaserbasi PPOK

19

II.4

Patogen Dan Antibiotik Eksaserbasi PPOK

23

II.5

Dosis Dan Sediaan Antibiotik Makrolida di Indonesia

24

V.1

Jenis Kelamin Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima

43

Terapi Makrolida
V.2

Usia Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi

43

Makrolida
V.3

Status Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi

44

Makrolida
V.4

Faktor Risiko Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima

44

Terapi Makrolida
V.5

Diagnosa Penyerta Pasien Eksaserbasi PPOK Yang

45

Menerima Terapi Makrolida
V.6

Terapi Farmakologi
Eksaserbasi PPOK

Selain

Makrolida

Pada

Pasien

45

V.7

Penggunaan Antibiotik Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi

46

PPOK
V.8

Pola Pengunaan Antibiotik Makrolida Tunggal Dan

46

Kombinasi Pada Pasien Eksaserbasi PPOK
V.9

Profil Switching Penggunaan Antibiotik Pada Pasien

47

Eksaserbasi PPOK
V.10

Lama Penggunaan Antibiotika Makrolida Pada Pasien

48

Eksaserbasi PPOK
V.11

Lama MRS Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima

48

Terapi Makrolida
V.12

Kondisi KRS Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima
Terapi Makrolida

14

48

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1

Paru – Paru dengan PPOK

6

2.2

Respon Sel Terhadap Asap Rokok

8

2.3

FEV Pada PPOK

10

2.4

Patogenesis PPOK

12

2.5

CT-Scan Pasien PPOK

17

2.6

Penatalaksanaan Eksaserbasi PPOK

20

2.7

Struktur Kimia Eritromisin

27

2.8

Struktur Kimia Klaritromisin

28

2.9

Strukur Kimia Azitromisin

29

2.10

Mekanisme Kerja Azitromisin

30

2.11

Struktur Kimia Spiramisin

32

2.11

Struktur Kimia Roksitromisin

33

3.1

Kerangka Konseptual

37

3.2

Kerangka Operasional Terapi Eksaserbasi PPOK

38

5.1

Skema Inklusi Dan Eksklusi Penelitian Pada

42

Pasien Eksaserbasi PPOK

15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1

Daftar Riwayat Hidup ..........................................................

70

2

Surat Pernyataan ..................................................................

71

3

Lembar Kelaikan Etik.........................................................

72

4

Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboraturium...

73

5

Tabel Induk ..........................................................................

74

6

LPD Pasien Rawat Inap Eksaserbasi PPOK........................

87

16

DAFTAR SINGKATAN

ALA

: American Lung Association

COPD

: Chronic Obstructive Pulmonary Disease

CRP

: C- reactive protein

CT-scan

: Computed Tomography scan

DM

: Diabetes Mellitus

EKG

: Elektrokardiografi

FEV1

: Forced Expiratory Volume

FVC

: Forced Vital Capacity

g

: Gram

GOLD

: Global Initiative for Chronic Lung Disease

H2O2

:

IL-8

: interleukin-8

Iv

: Intravena

KRS

: Keluar Rumah Sakit

LED

: Laju Endap Darah

mg

: Miligram

MMP

: Matriks Metealo Proteinase

MRS

: Masuk Rumah Sakit

NT-proBNP

: N-Terminal Pro-Tipe B

PPOK

: Penyakit Paru Obstruktif Kronis

ProCT

: Prokalsitonin

RHF

: Right Heart Failure

RSU

: Rumah Sakit Umum

TLRs

: Toll like receptors

VEP1

: Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama

WHO

: World Health Organization

Hydrogen Peroxide

17

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmacists Association (2007) Drug Information of Handbook 17th
Edition . Lexi-Comp, Inc.
American Lung Association (ALA). (2013) Trends in COPD (Chronic Bronchitis
and Emphysema): Morbidity and Mortality, American Epidemiology and
Statistics Unit Research and Health Education Division.
Antus, B. et al. (2013) Pharmacotherapy of Chronic Obstructive Pulmonary
Disease: A Clinical Review, Hindawi Publishing Corporation ISRN
Pulmonology Volume 2013.
Anderson, B., Conner, K., Dunn, C., Kerestes, G., Lim, K.,dkk, et al. (2013)
Diagnosis and Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD), FDA MedWatch.
Basnet, S & Arya, B, et al. (2013) Acute Exacerbation of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease, Nepal : Department of Clinical Pharmacology,
Chitwan Medical College.
Barr, R., Bluemke, D., Ahmed, F., Carr, J., Enright, J., dkk, et al. (2010) Percent
Emphysema, Airflow Obstruction, and Impaired Left Ventricular Filling,
The New England Journal of Medicine.
Brashier, B & Kodgule, R, et al. (2012) Risk Factors and Pathophysiology of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), SUPPLEMENT TO
JAPI VOL 60.
Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman & Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics (12th ed.). New York: Mc GrawHill.
Burstow, P. (2011) An Outcomes Strategy for Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) and Asthma in England, Department of Health
England.
Brill, S., Law, M., El-Emir, E., Allinson, P.,dkk, et al. (2015) Effects of different
antibiotic classes on airway bacteria in stable COPD using culture and
molecular techniques: a randomised controlled trial National Heart and
Lung Institute, London : Imperial College.
Chick, A., Grant, P., Han, M., Harrison, M., Picken, E, et al. (2012) Chronic
Obstructive Pulmonary Disease, Taubman Medical Library.
Chodijah, S., Nugroho, A., Padelaki, K, et al.(2013) Hubungan Kadar Gula Darah
Puasa Dengan Jumlah Leukosit Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan

18

Sepsis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi.
Cosio, M., Saetta, M.,Agusti, A., et al. (2009) Immunologic Aspects of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease, The New England Journal of Medicine.
Decramer , M ., Vetsbo , J .,& David , S. (2013) Pocket Guide to COPD
Diagnosis, Management, and Prevention. Global Initiative for Chronic
obstructive Lung disease 2013 inc.
Dipiro, J.T., Albert, R., Matzke, G., Posey, M. (2011) Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach (8th ed), The McGraw-Hill Companies.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., & Dipiro, C. V. (2015).
Pharmacotherapy Handbook (9th ed.), New York : Mc Graw-Hill
Education.
Gunawan, S., Setiabudy, R., Nafrialdi., Elysabeth. (2007) Farmakologi dan
Terapi Edisi ke – 5. Balai penerbit FKUI : Jakarta.
Gupta, D., Agarwal, S., Aggarwal, S., Maturu, V.N. (2014) Guidelines for
Diagnosis and Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease:
Joint Recommendations of Indian Chest Society and National College of
Chest Physicians (India), Indian Chest Society and National College of
Chest Physicians (India).
Hadjiliadis,
D.
(2015)
Chronic
obstructive
pulmonary
disease.
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000091.htm, US library
medicine, diakses tanggal : 7 Desember 2015.
Han, N., Tayob, Susan, M., Dransfield, M, et al. (2014) Predictors of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease Exacerbation Reduction in Response to
Daily Azithromycin Therapy, American Journal of Respiratory and
Critical Care Medicine Volume 189 Number 12.
Harrison, T. R., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Fauci, A. S.
(2015). Harrison's Principles of Internal Medicine (19th ed.), New York:
Mc Graw-Hill Education.
Jong., Y, Steven., M, Hans., P, Dirkje., S, et al. (2007) Oral or IV Prednisolone
in the Treatment of COPD Exacerbations, American College of Chest
Physicians
Kasim, F. (2013) ISO Indonesia Vol 47 , Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Katzung, B.B., Trevor, A., & Susan, M. (2011) Basic & Clinical Pharmacology
Twelfth edition , The McGraw-Hill Companies Inc.

19

Katzung, B.G., & Trevor, A. J. (2015). Basic & Clinical Pharmacology (13th ed),
New York: Mc Graw-Hill.
Kryfti., Bartziokas, K., Andriana, I., Papaioannou., Alexis, P., Konstantinos, K,
et al. (2013) Clinical effectiveness of macrolides in diseases of the
airways: beyond the antimicrobial effects, Department of Respiratory
Medicine Athens.
Larson, B., Archer, M., Steinvoort, C., Oderda, G, et al. (2014) Macrolides Drug
Class Review, Final report, University of Utah College of Pharmacy.
Liam, C .(2009) Clinical Practice Guideline : Management of Chronic Pulmonary
Disease . Medical development divsion of Malaysia.
Liao, Y., Chen, J., Chung, W., Chien, J, et al. (2015) Efficacy of a respiratory
rehabilitation exercise training package in hospitalized elderly patients
with acute exacerbation of COPD: a randomized control trial,
Dovepress : International Journal of COPD.
Lin, C., Chen, Y., liang., Lin, M, et al. (2015) Prevalence, risk factors, and healthrelated quality of life of osteoporosis in patients with COPD at a
community hospital in Taiwan. Dovepress International Journal of
COPD.
Liu, W., Kuo, H., Lia, T, et al. (2015) low bone mineral density in COPD patients
with osteoporosis is related to low daily physical activity and high
COPD assessment test scores. Dovepress International Journal of
COPD.
Khobragade, A., Sadiq, B., Patel, Rupesh, R., Pophale, et al. (2012) Analgesic and
Anti-inflammatory Activity of Roxithromycin and Erythromycin, Alone
and in Combination with Ibuprofen: An Animal Study. IOSR Journal of
Pharmacy Vol. 1, pp. 015-021
Magnussen, Bernd., D, Rodriguez., R, Kirsten., A, et al. (2014) Withdrawal of
Inhaled Glucocorticoids and Exacerbations of COPD, The New England
Journal of Medicine
Marta, N., Azizman, F., Saad,et al. (2014) Identifikasi Bakteri pada Sputum
Pasien PPOK Eksaserbasi Akut Di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau. JOM FK Volume 1 No.2 Oktober 2014
Maurer, J., Rebbapragada, V., Borson, S, et al (2010) Anxiety and Depression in
COPD. NIH Public Access Author Manuscript.

20

Ni, W., Shao, X., Cai, X., Wei, C., Cui, W, et al. (2015) Prophylactic Use of
Macrolide Antibiotics for the Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease Exacerbation : A MetaAnalysis, The National Natural
Science Foundation of China.
Niewoehner, D (2010) Outpatient Management of Severe COPD, The new
england journal of medicine.
Nofa, H., Chan, Y., Basyar, M., Khairsyaf, O, et al. (2015) Pengaruh Azitromisin
pada COPD Assesment Test (CAT) pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Stabil, Padang : Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUP Dr. M. Djamil.
Pomares, X., Montón, C., Espasa, M., Gallego, M, et al. (2011) Long-term
azithromycin therapy in patients with severe COPD and repeated
exacerbations, Dovepress International Journal of COPD.
Qaseem, A., Timothy, J., Weinberger, S., & Hanania, M, et al. (2011) Diagnosis
and Management of Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A
Clinical Practice Guideline Update from the American College of
Physicians, American College of Chest Physicians, American Thoracic
Society, and European Respiratory Society. Ann Intern Med Clinical
Guideline.
Reilly, J, et al. (2015) Stepping Down Therapy in COPD, The new england
journal of medicine.
Riskesdas (2013) Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI .
Sethi, S., & Murphy, T., et al (2008) Infection in the Pathogenesis and Course of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease, The new england journal of
medicine.
Sethi, S., Anzueto , A., Miravitlles, M., Arvis, P, et al. (2015) Determinants of
bacteriological outcomes in exacerbations of chronic obstructive
pulmonary disease, New York : Division of Pulmonary Critical Care and
Sleep Medicine University at Buffalo.
Sevim, U. (2014) Characterisation and Prevention of Exacerbations in
Frequently Exacerbating Patients with COPD, Thesis, Rotterdam :
Erasmus Universiteiy Rotterdam.
Siddiqi, A & Sethi, S, et al. (2008) Optimizing antibiotic selection in treating
COPD exacerbations, Dovepress : International Journal of COPD.

21

Tudorache, E., Oancea, E., Avram., Mladinescu, O.M., Petrescu, L., Timar, B, et
al. (2015) Balance impairment and systemic inflammation in chronic
obstructive pulmonary disease, Dovepress : International Journal of
COPD.
Turkish Thoracic Society. (2009) Antibiotic Treatment In Acute Bronchitis and
Exacerbations of COPD and Bronchiectasis Short Version (Handbook) in
English, Turkey : Oran-Ankara.
Vetsbo, J., Hurd, S., Agusti, A., Jones, P. (2011) Global Strategy for the
Diagnosis, Management and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease . Gold executive summary.
Waye , C, et al. (2013) The Role of Prophylactic Antibiotics in COPD: Does It
Have a PULSE Or Should We TORCH the Evidence?, San Antonio :
Department of Pharmacy South Texas Veterans Health Care System.
Wenzel, R., Fowler, A.A., Edmond, M, et al. (2012) Antibiotic Prevention of
Acute Exacerbations of COPD, The new england journal of medicine.
Wedzicha, J et al (2015) Choice of Bronchodilator Therapy for Patients with
COPD, The new england journal of medicine.
Weitzenblum, E ., Chaouat, A, et al .(2009) Cor Pulmonale, Strasbourg: Chron
Respir Dis University Hospital.
World Health Organization (2015) Chronic obstructive pulmonary disease
(COPD). www.who.int/mediacentre/factsheets. diakses : 7 november
2015.
Xiuqing, M., Junchang, C., Jing, W., Yan, W., Qiuhong, F, et al. (2015)
Multicentre investigation of pathogenic bacteria and antibiotic resistance
genes in Chinese patients with acute exacerbation of chronic obstructive
pulmonary disease . Journal of International Medical Research 2015, Vol.
43(5) 699–710.
Yulinah, E ., Andrajati , R ., Sigit, J., Adnyana ,I ., & Kusnandar.(2013) ISO
Farmakoterapi Buku I. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Yeo, B. (2014) MIMS Petunjuk dan Konsultasi, Jakarta : PT Buana Ilmu Populer.
Yusanti, M., Chan, Y., Basyar, M., Susanty, S., et al. (2015) Perubahan Kadar
C-Reactive Protein dengan Pemberian Azitromisin 250 mg Selang Hari
pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil, Padang : Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Rumah Sakit Umum Pusat M.Djamil.

22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau sering disebut juga chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) merupakan penyebab kesakitan dan
kematian yang cukup sering di dunia. Menurut WHO tahun 2011 PPOK
menduduki peringkat kelima sebagai penyebab utama kematian di dunia dan
diperkirakan pada tahun 2020 penyakit ini akan menempati peringkat ketiga
karena peningkatan tingkat merokok dan perubahan demografis di banyak negara.
Menurut Global Initiative for Chronic Lung Disease tahun 2011 PPOK
merupakan penyakit yang menempati urutan ke-4 penyebab kematian di Amerika
Serikat dan merupakan satu-satunya penyakit kronis. Menurut Department of
Health England tahun 2010 merokok merupakan penyebab 80-90 % kasus PPOK.
Prevalensi PPOK di Asia Tenggara diperkirakan sebesar 6,3% dengan
prevalensi tertinggi ada di negara Vietnam (6,7%) dan RRC (6,5%) (Yusanti et
al., 2015). Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien PPOK dengan
prevalensi 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah
perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok.
Mortalitas PPOK lebih tinggi pada laki-laki dan akan meningkat pada kelompok
umur > 45 tahun. Hal ini bisa dihubungkan bahwa penurunan fungsi respirasi
pada umur 30-40 tahun (Riskesdas, 2013).
PPOK adalah penyakit progresif lambat melibatkan saluran udara atau
parenkim paru yang menghasilkan obstruksi aliran udara ditandai dengan
meningkatnya respon inflamasi kronis dalam saluran udara dan paru-paru oleh
partikel berbahaya atau gas (Basnet et al., 2013). Patofisiologi PPOK terkait
karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh hubungan antara
obstruksi saluran napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim
(emfisema) yang bervariasi pada setiap individu. Keterbatasan aliran udara secara
progresif menyebabkan tekanan paru – paru arteri akan meningkat yaitu pada
bagian

ventrikel

kemudian mengalami

hipertrofi

lalu

mengembang di

beberapa aliran udara ekspirasi pasien PPOK sehingga menyebabkan obstruksi
(Antus et al., 2013).
Etiologi PPOK berasal dari tiga faktor risiko yaitu faktor host, faktor
perokok dan faktor lingkungan. Faktor host berkaitan dengan usia dan defisiensi α
1 antritripsin, faktor perokok dan lingkungan berkaitan dengan polutan yang
berasal dari luar tubuh. Partikel polutan yang dihirup oleh individu
mengakibatkan peradangan dan cedera sel sehingga meningkatkan risiko terkena
PPOK (Dipiro, 2011). PPOK dapat diklasifisikan menjadi 4 jenis berdasarkan
tingkat keparahannya menggunakan tes spirometri yaitu ringan, sedang, parah dan
sangat parah. Pada tahap PPOK parah dan sangat parah mengindikasikan
eksaserbasi PPOK dengan peningkatan keparahan gejala (GOLD, 2013).
Manifestasi klinis dari PPOK terdiri dari gagal jantung, cor pulmonale dan
osteoporosis. Penyebabnya adalah hipoksemia pada aliran darah paru sehingga
menyebabkan beberapa gangguan terkait aliran darah di paru- paru dan di jantung
lalu menyebabkan manifestasi klinik yang lain seperti cor polmunale dan
osteoporosis (Barr et al., 2015).
Gejala PPOK diawali dengan batuk kronik dan produksi sputum yang
dialami pasien selama beberapa tahun sebelum berkembang ke gejala dispnea.
Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil normal pada pasien yang berada pada tahap
PPOK ringan. Bila keterbatasan aliran udara menjadi parah, pasien dapat
mengalami sianosis membran mukosa, peningkatan laju respirasi istirahat, napas
dangkal, dan penggunaan otot respirasi pelengkap. Pasien PPOK yang memburuk
dapat mengalami dispnea yang lebih parah akan mengalami peningkatan volume
sputum atau peningkatan kandungan nanah pada sputum. Tanda umum lain dari
PPOK yang memburuk termasuk dada terasa sempit, peningkatan kebutuhan
bronkodilator, tidak enak badan, lelah, dan penurunan toleransi fisik (Yulinah ,
2013).
Tujuan dari penatalaksanaan PPOK secara umum adalah untuk mengurangi
penurunan volume ekspirasi, mengurangi angka keparahan akut, dan pengurangan
tingkat kematian (Yulinah, 2013). Apabila terjadi penurunan volume ekspirasi,
maka dipastikan terjadi eksaserbasi yaitu perburukan kondisi penyakit yang
bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi harian

normal dan mengharuskan perubahan dalam pengobatan yang biasa diberikan
pada pasien PPOK (Anderson et al., 2013).
Pengobatan eksaserbasi PPOK sangat tergantung pada beratnya penyakit.
Obat-obat yang diberikan bertujuan memperkecil atau menghilangkan keluhan
dan gejala serta mencegah komplikasi. Pada kasus eksaserbasi PPOK, obat yang
diberikan

adalah

oksigen,

bronkodilator

(ipratropium

dan

salbutamol),

kortikosteroid (prednison), dan antibiotik
(azitromisin, ceftriaxon, levofloxacin) (Gupta et al., 2014). Antibiotik hanya
diberikan kepada pasien yang mengalami tanda gejala yang telah nampak seperti
peningkatan dispnea, peningkatan volume sputum dan peningkatan kandungan
nanah sputum. Peningkatan keparahan gejala ini sering disebut dengan
eksaserbasi PPOK (Lin et al., 2015).
Pemilihan terapi antibiotik sebaiknya didasarkan pada organisme yang
paling mungkin. Organisme yang paling umum untuk PPOK dengan eksaserbasi
akut adalah Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus
pneumonia, dan Haemophilus parainfluenzae (Sethi et al., 2015). Pada keadaan
memburuk tanpa komplikasi, terapi antibiotik yang direkomendasikan adalah
golongan makrolida, sefalosporin generasi ketiga (ceftriaxon), atau doksisilin
(GOLD, 2013).
Suatu tinjauan sistematis studi terkontrol plasebo telah menunjukkan bahwa
antibiotik golongan makrolida mengurangi risiko kematian jangka pendek PPOK
sebesar 77%, dengan kegagalan pengobatan sebesar 53%. Ulasan ini mendukung
antibiotik golongan makrolida perlu diberikan kepada

pasien PPOK dengan

eksaserbasi (Han et al., 2014).
Suatu penelitian oleh Kryfti et al pada tahun 2013 dipilih 1142 relawan
lalu diberi setiap hari 250 mg azitromisin selama 1 tahun terbukti mengurangi
frekuensi eksaserbasi akut PPOK. Sebanyak 570 pasien menerima azitromisin
dan 572 pasien mendapat plasebo. Hasil penelitian menunjukkan kelompok yang
diberi azitromisin meningkatkan kecepatan pengurangan keparahan pasien
eksaserbasi PPOK sebesar 92 hari (174 hari pada kelompok plasebo dan 266 hari
pada kelompok azitromisin).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai pola penggunaan antibiotik golongan makrolida pada pasien eksaserbasi
PPOK agar pasien mendapatkan pengobatan yang optimal dan rasional demi
tercapainya kualitas hidup yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di RSU Karsa Husada Batu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana profil penggunaan obat antibiotik golongan makrolida pada pasien
eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari profil penggunaan obat antibiotik golongan makrolida pada
pasien eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu untuk mendapatkan profil
pengobatan yang rasional.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempelajari pola penggunaan obat pada pasien eksaserbasi PPOK di RSU
Karsa Husada Batu.
2. Mempelajari terapi antibiotik golongan makrolida terkait dosis yang
diberikan, rute pemberian, interval pemberian, frekuensi pemberian dan
lama penggunaan terapi yang dikaitkan dengan data klinik dan
laboratorium pasien eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien eksaserbasi
PPOK sehingga farmasis dapat meningkatkan kualitas asuhan kefarmasian
dan bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lain.
2. Melalui penelitian ini, hasilnya dapat menjadi sumber informasi kepada
para praktisi kesehatan serta dapat digunakan sebagai acuan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang berbeda.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan baik bagi klinisi
maupun farmasis terutama pada pelayanan farmasi klinik
2. Sebagai bahan masukan bagi Komite Medik Farmasi dan Terapi dalam
merekomendasikan penggunaan obat antibiotik golongan makrolida RSU
Karsa Husada Batu.