2. Melindungi dan merawat dengan merendam kaki dalam air selama 20 menit, gosok bagian kulit yang menebal dengan batu gosok, kemudian
oles dengan minyak untuk menjaga kelembaban P2 Kusta, 2006: 104. • Untuk kaki yang mati rasa
1. Memeriksa dengan teliti apakah ada lukamemar yang kecil sekalipun 2. Melindungi kaki dengan menggunakan alas kaki. Memilih alas kaki yang
tepat yaitu empuk di bagian dalam, keras bagian luar agar tak tertembus benda tajam, dan ada tali belakang agar tak mudah lepas.
3. Merawat dan mengistirahatkan kaki jangan diinjakkan sampai sembuh P2 Kusta, 2006: 105.
• Untuk luka borok Luka sebenarnyan dapat sembuh sendiri bila diistirahatkan selama beberapa
minggu. Perawatan yang tepat ialah dengan mencuci luka dengan sabun, rendam kaki dalam air selama 20-30 menit, gosok bagian pinggiran luka yang menebal
dengan batu, setelah itu beri minyak pada bagian yang tidak luka, lalu balut dan istirahatkan. Jangan diinjak saat berjalan P2 Kusta, 2006: 106.
2.8 Pencegahan Penyakit Kusta
Pemerintah talah merencanakan beberapa upaya yang diharapkan dapat mencegah terjadinya penyakit kusta, mengingat penyebaran penyakit kusta
mengalami peningkatan jumlah kasus. Upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit kusta dapat dilakukan dengan :
1. Pengobatan MDT pada penderita kusta
2. Vaksinasi Bacillus Calmette Guerin BCG pada orang yang kontak serumah dengan penderita kusta
3. Isolasi terhadap penderita kusta P2 Kusta, 2006: 11
2.9 Kecacatan Kusta
Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena cacatnya. Cacat kusta yang terjadi akibat gangguan fungsi syaraf pada mata, tangan, atau kaki.
2.9.1 Proses Terjadinya Cacat Kusta Fungsi syaraf ada 3 macam:
1 Fungsi syaraf motorik memberikan kekuatan pada otot 2 Fungsi sensorik memberi rasa raba
3 Fungsi otonom mengurus kelenjar keringat dan kelenjar minyak Terjadinya cacat tergantung dari fungsi syaraf, serta syaraf mana yang rusak.
Kecacatan pada kusta dapat terjadi lewat 2 proses: 1. Infiltrasi langsung M. leprae ke susunan syaraf tepi dan organ misalnya mata
dan hidung. 2. Melalui reaksi kusta
Sesuai patogenesisnya, susunan syaraf yang terkena akibat penyakit ini adalah susunan syaraf perifer, khususnya beberapa syaraf berikut: syaraf facialis, radialis,
ulnaris, medianus, poplitea lateralis peroneus communis dan tibia posterior. Kerusakan fungsi sensoris, motoris maupun otonom dari syaraf-syaraf tersebut
secara spesifik memperlihatkan gambaran kecacatan yang khas. Kerusakan syaraf akan mengakibatkan cacat pada tempat tertentu P2Kusta, 2006: 94.
2.9.2 Tingkat Cacat Menurut WHO Kecacatan merupakan istilah yang luas maknanya mencakup setiap
kerusakan, pembatasan aktivitas yang mengenal seseorang. Setiap kasus baru yang ditemukan harus dicatat tingkat cacatnya karena menunjukkan kondisi
penderita saat diagnosis ditegakkan. Tingkat cacat juga digunakan untuk menilai kualitas penangan pencegahan
cacat yang dilakukan oleh petugas. Fungsi lain dari tingkat cacat adalah untuk menilai kualitas penemuan dengan melihat proporsi cacat diantara penderita baru.
2.10 Faktor yang Berhubungan Dengan Perawatan Diri