a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit akan mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada peiode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya . Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan
run test. Run test digunakan sebagai bagian dari statistik nonparametric dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika
antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Model regresi dikatakan random atau acak jika nilai signifikansi
lebih dari 0,05 maka model regresi tidak terjadi autokorelasi.
3.5.3. Regresi berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh beberapa variabel bebas
independen terhadap beberapa variabel terikat dependen. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ED = β0 + β1TA+ β2ROE + β3LEV+ β4EP +β4MED + e
Dalam hal ini: ED = Environmental Disclosure
TA = Total Asset ROE = Return on Equity
LEV = Leverange EP = Environmental Performance Kinerja Lingkungan
MED = Liputan Media e = Error
β = Constanta β0 – β4 = Regression Coefisien
3.5.4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis terdiri dari tiga bagian yaitu uji statistik F, uji statistik t, dan uji koefisien determinasi R2.
1. Uji Statistik F
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Pengujian ini menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat:
a. Bila F hitung F tabel maka H
diterima dan ditolak H
a
, artinya bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen; b.
Bila F hitung F tabel, maka H ditolak dan menerima H
a
artinya bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai signifikan F pada tingkat α yang digunakan penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5.
Analisis ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi 0,05 dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jika signifikansi F 0,05 maka Ho ditolak yang berarti variabel-variabel
independent secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen; b.
Jika signifikansi F 0,05 maka Ho diterima yang berarti variable independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Uji Statistik t
Uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji statistik t dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi koefisien variabel independen dalam
memprediksi variabel dependen. Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 α=5. Penerimaan dan penolakan hipotesis akan dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut : a.
Jika nilai signifikansi sig lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak.
b. Jika niali signifikansi sig lebih kecil atau sama dengan 0,05 maka hipotesis tidak
dapat ditolak 3.
Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi R
2
berkisar antara 0 R
2
1. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen . Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R
2
pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R
2
pada saat mengevaluasi model regresi terbaik.
Adjusted R
2
dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R
2
negatif, maka dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R
2
= 1, maka adjusted R
2
= 1 sedangkan jika nilai R
2
= 0, maka adjusted R
2
= 1-k k-n. Jika K 1, maka adjusted R
2
akan bernilai negatif .
96
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kinerja lingkungan dan liputan media terhadap environmental
disclosure. sehingga dapat diperoleh bukti empiris bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kinerja lingkungan dan liputan media terhadap
environmenta disclosure. Maka disusunlah masing-masing hipotesis untuk membuktikannya, Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan, kesimpulan dari
penelitian ini adalah : 1.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tehadap environmental disclosure.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa variabel profitabilitas
berpengaruh terhadap environmental disclosure.. 3.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure.
4. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa variabel kinerja
lingkungan berpengaruh terhadap environmental disclosure. 5.
Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukan bahwa variabel liputan media berpengaruh terhadap environmental disclosure.