POLA DISTRIBUSI DAN PEMASARAN UBI KAYU DI KECAMATAN PANGGUL KABUPATEN TRENGGALEK

POLA DISTRIBUSI DAN PEMASARAN UBI KAYUDI KECAMATAN
PANGGUL KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh: PUJI LESTARI ( 04720016 )
Agribisnis
Dibuat: 2009-01-06 , dengan 3 file(s).

Keywords: Pola Distribusi, Pemasaran dan Ubi Kayu
Sektor pertanian memiliki peranan yang strategis dalam penyediaan pangan, penyerapan tenaga
kerja dan menyediakan bahan baku untuk industri. Indonesia mempunyai komoditas pertanian
yang sangat beragam. Salah satunya adalah ubi kayu, melalui diversifikasi pangan ubi kayu
dimanfaatkan sebagai substitusi karbohidrat untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras.
Ubi kayu juga digunakan untuk bahan baku industri. Suatu proses produksi memerlukan
distribusi. Aspek distribusi ubi kayu yang mencakup fungsi tempat dan waktu sangat penting
dalam upaya memperkuat ketahanan pangan. Pemerataan distribusi ubi kayu diharapkan mampu
memenuhi ketersediaan pangan di daerah yang defisit ubi kayu.
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis efisiensi saluran pemasaran ubi
kayu di Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek. 2) Untuk menganalisis peta distribusi ubi
kayu berdasarkan wilayah. 3) Untuk menganalisis peta distribusi ubi kayu berdasarkan segmen
pasar.
Penentuan wilayah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kecamatan Panggul
Kabupaten Trenggalek, karena Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu

daerah penghasil ubi kayu. Metode Accidental Sampling digunakan untuk menentukan jumlah
tengkulak yang dapat ditemukan pada waktu pengambilan data. Metode Snow Ball Sampling
menggunakan pendekatan komoditi digunakan untuk mengetahui saluran pemasaran dengan
metode pengambilan sampel dimulai dari sampel pertama (tengkulak), sampel berikutnya
diambil sesuai dengan saluran pemasaran yang ditentukan berdasarkan informasi dari sampel
pertama.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (pedagang ubi kayu) melalui
wawancara menggunakan kuisioner dan dilengkapi hasil observasi lapang untuk mengamati
proses pemasaran ubi kayu di daerah penelitian. Data sekunder adalah data pendukung penelitian
guna melengkapi data primer yang diperoleh dari BPS dan Kantor Kecamatan Panggul.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 3 saluran pemasaran ubi kayu di Kecamatan Panggul
Kabupaten Trenggalek, yaitu 1) Tengkulak – Grosir – Konsumen 2) Tengkulak – Pengumpul –
Grosir – Konsumen 3) Tengkulak – Konsumen.
Saluran pemasaran III dapat dikatakan efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan
saluran pemasaran II, karena saluran pemasarannya lebih pendek dan nilai margin pemasarannya
lebih kecil. Diharapkan dapat memberikan insentif bagi petani ubi kayu di Kecamatan Panggul
Kabupaten Trenggalek dalam mengembangkan produksinya.
Wilayah pemasaran ubi kayu yaitu Kecamatan Panggul dan luar Kabupaten Trenggalek
(Tulungagung dan Kediri). Pemasaran ubi kayu paling jauh adalah ke Kediri dan yang paling

dekat di Kecamatan Panggul. Data volume pemasaran ubi kayu dalam penelitian ini mencakup
4,25% dari keseluruhan produksi ubi kayu di Kecamatan Panggul pada tahun 2007. Volume
pemasaran ubi kayu terbesar yaitu ke wilayah luar Kabupaten Trenggalek (Kediri) sedangkan
volume pemasaran terkecil dipasarkan di Kecamatan Panggul.

Segmen pasar ubi kayu dari Kecamatan Panggul adalah industri, home industri dan rumah
tangga. Volume pemasaran ubi kayu terbesar yaitu ke segmen pasar industri sedangkan yang
paling sedikit dipasarkan ke segmen pasar home industri.
Pola volume pemasaran ubi kayu bulan Februari sampai Juli tahun 2008 di Kecamatan Panggul
mengalami fluktuasi. Volume pemasaran ubi kayu terbesar adalah pada bulan Maret, sedangkan
volume pemasaran ubi kayu terkecil adalah pada bulan Juli.

Farm sector has strategic role in preparing food, workforce, and raw material for industry.
Indonesia has various farm commodities. One of them is cassava, through food diversification,
cassava was used as carbohydrate substitution to reduce dependency to rice. Cassava also used
for industrial raw material. Production process needs distribution. Cassava distribution aspect
which included time and space is really important in order to strengthen the food tenacity.
Distribution of cassava was hoped to fulfill the food preparation in region which lack of cassava.
The research aimed to: 1) analysis the efficiency of marketing distribution line of cassava in
Panggul sub-district, Trenggalek residence; 2) analyzing distribution map of cassava according

to their region; 3) analyzing distribution map of cassava according to market-share.
The location was stated in purposive way, that was in Panggul sub-district Trenggalek residence,
since Panggul sub-district Trenggalek residence was one of the region which produced cassava.
Accidental Sampling method used to stated the retailer found in data collection. Snow ball
sampling using commodity approach used to find out the marketing line by sampling method
started from the first sample and the next sample was taken as the marketing line decided
according to the information of the first samples.
Data used in this research were primary and secondary data. Primary data was received directly
from the respondents (cassava’s seller) through interview, using questionnaire and completed
with field-observation to observe the marketing process of cassava in location. Secondary data
was supporting data to complete the primary data from BPS and sub-district central Office.
According to the research, there were three distribution line of cassava in Panggul sub-district
Trenggalek residence. They were: 1) broker – wholesaler – consumer; 2) broker – collector –
wholesaler – consumer; 3) broker – consumer.
Marketing line III could be stated efficient compared with marketing line I and marketing II,
since the marketing line shorter and the margin was smaller. It was hoped to give more intensive
for cassava farmer in Panggul sub-district Trenggalek residence in production development.
Marketing region of cassava were Panggul sub-district and outside Trenggalek residence
(Tulungagung and Kediri). The furthest Cassava marketing were to Kediri and the closest was
Panggul sub-district. Cassava marketing included 4.25% from the whole Panggul Sub-district in

2007. The largest Marketing volume was outside Trenggalek and the smallest was in Panggul
Sub-District.
Market segment from Panggul sub-district was home-industry and household. Marketing volume
of cassava was to industry marketing segment and the smallest marketed to the home-industry
segment.
Marketing Volume of cassava from February to July 2008 in Panggul sub-district has fluctuated.
The largest cassava volume were in March while the smallest Marketing volume was in June.