POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

.

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

Restiana

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(2)

ABSTRAK

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Restiana1), Agus Imron2), R Hanung Ismono2)

Provinsi Lampung merupakan produsen jagung ketiga di Indonesia. Mestinya kebutuhan jagung di Lampung sudah dapat terpenuhi oleh produksi jagung domestik, Namun kenyataannya masih banyak perusahaan pakan ternak di Provinsi Lampung yang verproduksi di bawah kapasitas optimumnya. Hal ini menunjukkan belum terpenuhinya kebutuhan jagung di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola distribuís dan saluran pemasaran jagung, serta menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

Penelitian ini dilakukan di 2 desa yaitu Desa Ruguk Kecamatan Ketapang dan Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar. Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyampaian jagung hingga berada ditangan konsumen, serta beberapa konsumen jagung. Penelitiaan ini menggunakan metode simple random sampling untuk petani dan snowball sampling untuk lembaga pemasaran, sehingga diperoleh 51 petani jagung, 12 pedagang dan 3 konsumen jagung sebagai responden. Penelitian ini menggunakan metode analisis margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2009.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 pola distribusi untuk jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Jagung di Kabupaten Lampung Selatan didistribusikan ke tiga konsumen yaitu peternakan ayam di Lampung, perusahaan pakan ternak Lampung dan perusahaan pakan ternak di luar Lampung. Produksi jagung yang didistribusikan ke luar Lampung sebesar 22,48 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Nilai RPM yang diperoleh belum merata dan elastisitas transmisi harganya sangat kecil yaitu hanya 0,446.

1) Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung 2) Dosen jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung


(3)

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Restiana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Pertanian

Pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian Unila

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(4)

Judul : Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan

Nama : Restiana

NPM : 0514021011

Jurusan/ Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Agus Imron, M.S. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. NIP 195908111987031003 NIP 196206231986031003

2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. NIP 196206231986031003


(5)

Mengesahkan

I. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Imron, M.S. : NIP 195908111987031003

Sekertaris : Dr. Ir. Hanung Ismono, M.S. : NIP 196206231986031003

Penguji

Bukan pembimbing : Ir. Eka Kasymir, M.S. : NIP 196306181988031003

II. Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(6)

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 16 juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Darmono dan Sriyani.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Darma Wanita Purnama Tunggal pada tahun 1994, menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1 Purnama Tunggal pada tahun 2000, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama di SLTP 1 Yapindo pada tahun 2003, dan menyelesaikan

pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahu n 2005.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada tahun 2005 melalui program PMDK . Penulis mengambil program studi Agribisnis jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada Universitas Lampung. Penulis melakukan praktek umum di Divisi Plantation PT. Sweet Indolampung Kecamatan Menggala

Kabupaten Tulang Bawang pada bulan juli- agustus 2008, dengan tema Manajemen Pengelolaan Usahatani Tebu di PT. Sweet Indolampung.


(7)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat serta kuasa-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian skripsi yang berjudul ― Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan‖ ini tepat pada waktunya.

Dengan selesainya laporan penelitian (skripsi) ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, antara lain:

1. Bapak Dr. Ir. Agus Imron, M.S, selaku Dosen Pembimbing pertama atas saran, nasehat serta bimbingan yang diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing kedua atas saran, nasehat serta bimbingan yang diberikan.

3. Bapak Ir. Eka Kasymir, M.S, selaku Pembahas atas saran dan kritik yang diberikan.

4. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertaniaan Universitas Lampung.


(8)

6. Bapak, Ibu serta adik tercinta dirumah yang merupakan sumber energi terbesar kedua setelah makanan, atas segala doa, dukungan mental, moral maupun material yang telah diberikan.

7. Bapak Alm. Darmono tercinta atas kerja keras serta semangat dan kebanggaan tersendiri yang telah diberikan yang tidak akan pernah saya lupakan,

8. Teman-Teman Sosek'05 tercinta, Ganis, Agey, Anggun, Dayang, Vita, Eni, Pie, Shinta, Yuli, Ninda, Dita, Ade, Oksa, Tio , Atey, Nining, Mbe, Fitri, Mita, Resi, Dela, Mary, Friska, Twe, April, Budi, Indro, Arif, Ari, Deni, Sutris, Niko, Koko, & Oki, atas semua dorongan motivasi, kritik, saran dan dukungan mental yang selalu diberikan kepada penulis.

9. Kakak- kakak tingkat, mba Arica, kak Fauzan, kak Ian, kak Eka, mba Yeni, dll yang sudah banyak membantu.

10. Mba Iin, mas Bo, mas Kardi atas bantuannya selama ini.

11. Teman-teman kosan Istiqomah tercinta, semoga kita selalu istiqomah.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat berharga. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan penelitian ... 8

C. Manfaat penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A. Tinjauan pustaka ... 9

1. Komoditas jagung ... 9

2. Tataniaga pemasaran ... 12

3. Efisiensi tataniaga/ pemasaran ... 17

B. Penelitian terdahulu ... 19

C. Kerangka pemikiran ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Konsep dasar dan batasan opersional ... 24

B Lokasi dan waktu penelitian ... 26

C. Metode pengumpulan data ... 28

D. Metode tahapan analisis ... 29

1. Saluran pemasaran ... ... 30

2. Analisis marjin pemasaran ... 30


(10)

IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 32

A. Lokasi penelitian ... 32

B. Kondisi topografi dan iklim ... 33

C. Keadaan demografi daerah ... 33

D. Sarana dan prasarana ... 35

E. Kondisi umum perdagangan ... 39

F. Kebijaksanaan pertanian ... 41

V.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Keadaan umum ... 42

1. Karakteristik petani jagung ... 42

2. Keadaan umum usahatani jagung ... 49

3. Karakteristik pedagang jagung ... 50

4. Konsumen ... 55

B. Analisis pola distribusi ... 55

C. Analisis sistem pemasaran ... 57

1. Karakteristik lembaga pemasaran ... 57

2. Keragaan pasar ... 59

a. Saluran pemasaran ... 59

b. Analisismargin pemasaran ... 68

c. Analisis elastisitas transmisi harga ... 85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A Kesimpulan... 88

B Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung nasional tahun

2007—2008 ... 2 2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun

2005—2008 ... 3 3. Produksi pabrik pakan di Propinsi Lampung tahun 2005--2006 ... 4 4. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung

tahun 2006--2007 di Provinsi Lampung ... 5 5. Perkembangan harga jagung pada tingkat produsen dan konsumen

di Provinsi Lampung tahun 2000--2008 ... 6 6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan

Menurut jenis kelamin tahun 2007... 34 7. Sebaran matapencaharian penduduk di Kabupaten Lampung

Selatan tahun 2007 ... 34 8. Sarana jalan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis

permukaan tahun 2007 ... 36 9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung tahun 2007... .. 37 10.Perkembangan koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung

Selatan ... . 38 11.Industri menengah dan besar di Kabupaten Lampung Selatan ... 40 12.Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan... .. 42 13.Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung

Selatan... ... 43 14.Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten


(12)

Tabel Halaman 15.Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung

di Kabupaten Lampung Selatan... ... 44 16.Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten

Lampung Selatan... 45 17.Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan

dalam usahatani dan pemasaran hasilnya... 47 18.Sebaran umur pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan... 50 19.Sebaran tingkat pendidikan pedagang jagung di Kabupaten

Lampung Selatan... ... 51 20.Sebaran pengalaman dagang pedagang jagung di Kabupaten

Lampung Selatan... ... 51 21.Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung

Selatan dalam usahanya ... 52 22.Alokasi jagung hasil usahatani di Kabupaten Lampung Selatan

berdasarkan tempat tahun 2009 ... 56 23.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran pertama di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 59 24.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedua di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 70 25.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketiga di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 71 26.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempat di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 72 27.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kelima di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 74 28.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keenam di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 75 29.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketujuh di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 76 30.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedelapan di


(13)

Tabel Halaman 31.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesembilan di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 78 32.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesepuluh di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 80 33.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesebelas di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 81 34.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keduabelas di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 82 35.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketigabelas di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 83 36.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempatbelas di


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pohon industri jagung ... 11 2. Kerangka pemikiran pola distribusi dan efisiensi pemasaran

jagung di Kabupaten Lampung Selatan ... 23 3. Bagan utama saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung

Selatan ... 59 4. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan

yang berakhir di industri ternak ... 60 5. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan

yang berakhir di industri pakan ternak di Luar Lampung ... 61 6. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan

yang berakhir di industri pakan ternak di Lampung ... 64 7. Bagan alokasi jagung di Kabupaten Lampung Selatan ... 91


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman 37. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten

Lampung Selatan ... 92

38. Luas tanam dan produksi jagung di Kecamatan Ketapang ……… 92

39. Luas tanam jagung di Kecamatan Natar ... 93

40. Identitas responden petani ………. 94

41. Identitas responden pedagang ……… 96

42. Identitas responden konsumen ... 96

43. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung responden petani dalam HKP ... 97

44. Biaya produksi responden petani dalam satu musim tanam ... 99

45. Daftar kepemilikan modal petani jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………. 103

46. Daftar kepemilikan modal pedagang jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………. 104

47. Data volume, harga dan penerimaan responden petani ... 105

48. Data volume, harga dan penerimaan responden pedagang ... 106

49. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil .... 107

50. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar .... 107

51. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah ... 108

52. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada konsumen industri ... 108


(16)

Tabel Halaman 53. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen

langsung ... 108 54. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada

pedagang besar ... 109 55. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada

pedagang antar daerah ... 109 56. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada

pabrik pakan Lampung ... 109 57. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada

pabrik pakan Lampung ... 109 58. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada

pedagang antar daerah ... 110 59. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada

ternak ayam ... 110 60. Sebaran harga di tingkat harga konsumen dan harga di tingkat


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat utama selain gandum dan padi di beberapa Negara. Suhardi (2002) dalam bukunya Hutan dan Kebun sebagai Sumber Pangan Nasional mengungkapkan bahwa jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia. Suhardi dalam bukunya juga memaparkan bahwa jagung mengandung setidaknya 73.7gram karbohidrat dalam 100gram jagung pipilan kering, sedangkan beras kurang lebih mengandung 78.9gram karbohidrat dalam 100gram beras. Selain sebagai bahan pangan jagung juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan, industri makanan, industri biofuel dan industri lainnya. Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sehingga komoditas jagung mempunyai peran strategis dalam

perekonomian Indonesia.

Jagung yang memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia memerlukan perhatian khusus untuk menjaga ketersediaanya bagi pemenuhan kebutuhan nasional. Upaya menjaga ketersediaan jagung yang lebih intensif diperlukan menanggapi semakin meningkatnya kebutuhan jagung. Upaya peningkatan ketersediaan jagung dapat dilakukan secara intensifikasi, yaitu dimulai dari


(18)

daerah-daerah sentra penghasil jagung. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, tepatnya sentra produksi jagung ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pangsa produksi dan luas areal panen jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Nasional No Provinsi 2007

Luas Produksi Persent*) Lahan (ha) (ton) (%)

2008

Luas Produksi Persent*) Lahan (ha) (ton) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jawa Timur Jawa Tengah Lampung Sulawesi Selatan Sumatra Utara Jawa Barat NTT Gorontalo Daerah lainnya Jawa Luar Jawa Total

1.153.496 425.218 32.00 571.013 223.399 16.81

369.971 134.682 10.14

262.436 96.995 7.30 229.882 80.485 6.06 113.373 57.751 4.35 217.478 51.436 3.87 119.027 57.278 4.31 593.648 206.007 15.17 1.914.854 734.263 55.26 1.715.470 594.489 44.47 3.630.324 1.328.752 100.00

1.235.933 505.310 30.96 639.354 267.991 16.42

387.259 180.872 11.08

287.181 120.575 7.39 240.413 109.896 6.73 118.976 64.064 3.92 267.215 66.834 4.09 156.436 75.359 4.62 670.546 241.487 14.79 2.071.752 867.936 53.17 1.931.561 764.455 46.83 4.003.313 1.632.392 100.00

Sumber: BPS, Statistik Indonesia.

*) Persentasi produksi tiap daerah terhadap total produksi Indonesia

Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung. Sumbangsih Lampung dalam ketersediaan jagung

nasional sebesar 10.14persen dalam produksi jagung nasional pada tahun 2007 yang kemudian meningkat menjadi 11.08persen pada tahun berikutnya. Peningkatan produksi jagung di Propinsi Lampung didukung oleh kegiatan perluasan lahan jagung dan peningkatan produktivitas karena kondisi lahanya mendukung, dapat dilihat dari peningkatan luas lahan dan produksi pada table diatas, sehingga dalam upaya peningkatan ketersediaan jagung nasional Lampung merupakan salah satu daerah sentra yang memiliki peran strategis.


(19)

Produksi jagung di Provinsi Lampung pada beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari

pencapaian produksi jagung Provinsi Lampung yang mendekati sasaran yang direncanakan pemerintah daerah, bahkan pada tahun 2008 lalu produksi jagung yang dihasilkan mampu melebihi rencana yaitu sekitar 10.02 persen di atas sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.

Table 2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2005— 2008

No Tahun Sasaran (ton) Realisasi (ton) Pencapaian sasaran (%)

1 2 3 4 2005 2006 2007 2008 1.262.847 1.373.416 1.508.925 1.566.285 1.439.000 1.183.982 1.346.821 1.723.183 113.95 86.21 89.26 110.02 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2005—2008

Data di atas menunjukkan keberhasilan produksi jagung beberapa tahun terakhir. Produksi yang dihasilkan dari tahun ketahun menunjukkan perkembangan yang cukup baik, terjadi kenaikan produksi, dan jika dibandingkan dengan sasaran produksi yang ditetapkan pemerintah daerah selalu mampu mencapai hasil lebih dari 80 persen. Pada tahun 2008 lalu produksi yang dihasilkan mampu melebihi sasaran yang ditetapkan.

Produksi jagung yang cukup baik seperti ditunjukkan dalam tabel di atas

seharusnya sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam provinsi, tetapi data dari Dinas Peternakan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa beberapa perusahaan pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang. Belum tercapainya produksi pakan ternak pada kapasitas terpasang ini diduga karena kurangnya jagung sebagai bahan baku, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3


(20)

Tabel 3. Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006

No Nama Pabrik Kapasitas

Terpasang (ton)

Produksi Tahun (ton) Persentase penggunaan kapasitas(%)

2005 2006

2005 2006

1 PT. Japfa Compeed Indonesia

200.000,00 91.594,55 131.003,00 45.8 65.5

2 PT. Sentra Profeed Intermitra

168.000,00 42.905,00 47.460,00 25.54 28.25

3 PT. Vistagrain Corporation.

160.000,00 90.900,00 101.150,00 56.81 63.22 Sumber: Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006, Dinas Peternakan

Provinsi Lampung.

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan pakan ternak di Provinsi Lampung masih berproduksi jauh di bawah kapasitas optimum atau kapasitas terpasangnya. Produksi beberapa perusahaan pakan ternak hingga tahun 2006 lalu tidak lebih dari 60persen bahkan ada yang beroprasi dibawah 30persen. Keadaan ini menggambarkan bahwa perusahaan masih mengalami kendala

terutama dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk usahanya yang bersifat kontinyu. Selain itu, informasi dari Kantor Bea dan Cukai (BC) serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Lampung menyebutkankan bahwa impor jagung ke Lampung selama 10 bulan tahun 2007 mencapai

17,193ribu ton. Impor jagung tersebut digunakan untuk bahan baku dan mendukung kelancaran proses produksi, di antaranya industri pakan ternak.

Kondisi Lampung yang merupakan sentra produksi jagung dan produksinya yang semakin baik seharusnya mampu memenuhi kebutuhan di daerah, akan tetapi pada kenyataanya konsumen (pabrik pakan ternak) masih mengalami kekurangan dan mengandalkan import. Keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang alokasi produksi jagung di Provinsi Lampung.


(21)

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung sekaligus merupakan sentra produksi jagung ke-2 setelah Kabupaten Lampung Timur di Provinsi Lampung. Data terakhir hingga tahun 2007 lalu, Kabupaten Lampung Selatan menyumbang lebih dari seperempat produksi jagung di Provinsi Lampung atau sekitar 27.78 persen dari keseluruhan produksi jagung di Propinsi Lampung. Angka 27.78 persen merupakan angka yang cukup besar dan menandakan bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki peran serta potensi yang cukup besar dalam pengembangan usahatani jagung menunjang kegiatan swasembada jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung tahun 2006—2007 di Provinsi Lampung

No Kabupaten 2006 2007

Luas Produksi Prdktivts Pers*) (ha) (kw) (kw/ha) (%)

Luas Produksi Prktivts Pers*) (ha) (kw) (kw/ha) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung Metro Lampung

943 2.950 31.28 0.25 9.637 32.890 34.13 2.78

92.251 344.511 37.34 29.10

99.566 349.652 35.12 29.53 79.522 285.450 35.90 24.11 29.468 98.104 33.29 8.29 10.582 35.022 33.10 2.96 9.980 32.945 33.01 2.78 0 0 0.00 0.00 226 845 37.39 0.07 465 1.613 34.69 0.14

332.640 1.183.982 35.59 100.00

939 2.996 31.91 0.22 8.211 28.887 35.18 2.14

97.917 374.099 38.21 27.78

112.797 408.201 36.19 30.31 91.872 337.305 36.71 25.04 33.429 113.010 33.81 8.39 10.987 36.582 33.30 2.72 12.837 42.307 32.96 3.14 0 0 0.00 0.00 176 674 38.30 0.05 806 2.760 34.24 0.20

369.971 1.346.821 36.40 100.00 Sumber: Lampung Dalam Angka 2008, BPS.

*)Persentase produksi jagung tiap daerah terhadap total produksi jagung Lampung

Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi jagung kedua setelah Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung Selatan juga merupakan kabupaten yang lokasinya berbatasan dengan pelabuhan, sehingga akses komoditas jagung Kabupaten Lampung Selatan untuk keluar Lampung lebih mudah. Dengan demikian, untuk mengetahui bagaimana dan


(22)

kemana aliran hasil produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan perlu diadakan penelitian mengenai pola distribusi dari komoditas jagung tersebut.

Keberhasilan produksi jagung tidak memberikan dampak yang berarti bila tidak diimbangi dengan peningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani

dipengaruhi oleh produktivitas usahatani jagung dan harga dari komoditas jagung yang dihasilkan. Produktivitas usahatani jagung ditentukan oleh efisiensi produksi dalam usahatani. Sementara harga jagung yang diterima petani dipengaruhi oleh efisiensi pemasaran jagung yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, dari tahun ke tahun terlihat adanya peningkatan produksi jagung di Lampung, sementara untuk harga yang diterima oleh petani dari tahun ke tahun masih relative rendah. Perbedaan harga jagung yang diterima petani dan pabrik memiliki rentang yang cukup lebar menandakan masih belum efisiensinya pemasaran jagung yang terjadi, seperti terlihat pada Tabel 5.

Table 5. Perkembangan harga pada tingkat produsen dan konsumen di Provinsi Lampung tahun 2000—2008

No Tahun Harga di tingkat petani (KA 40%)

(Rp/ kg)

Harga di tingkat Pabrik (KA 40%)

(Rp/ kg) Selisih Harga Persent selisih (%)*) Pertumb uhan**) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 rata-rata 770 895 913 928 977 1062 1158 1325 1945 1863 1183.6 970 1179 1241 1168 1359 2040 1701 1945 2300 2182 1608.5 200 284 328 240 382 988 543 620 355 319 425.9 25.97 31.73 35.93 25.86 39.10 93.03 46.89 46.79 18.25 17.12 35.98 - 0.42 0.15 -0.27 0.59 1.59 -0.45 0.14 -0.43 -0.10

Sumber: Badan Pusat Statistik 2000--2009

*) Persentase selisih harga di tingkat petani dan pabrik terhadap harga petani **) Pertumbuhan selisih harga pada tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya


(23)

Harga jagung di tingkat petani dan pabrik menunjukkan perbedaan yang

berfluktuasi dari tahun ke tahun. Margin pemasaran yang merupakan selisih dari kedua harga tersebut cukup tinggi. Persentase selisih harga di tingkat petani dan konsumen memiliki nilai yang beragam dari 17,12—93,03 persen menunjukkan tingkat korelasi di kedua harga tersebut tidak stabil. Pada kolom pertumbuhan nilai positif menunjukkan terjadinya kenaikan harga dan nilai negative untuk keadaan penurunan harga. Nilai positif yang terjadi memiliki range cukup lebar (0,14—1,59). Data tersebut menggambarkan kenaikan harga di tingkat konsumen memiliki pengaruh yang sedikit terhadap perubahan harga di tingkat petani

(korelasi rendah). Rendahnya tingkat korelasi yang tergambar dari data tersebut dapat dijadikan salah satu indikasi belum efisienya saluran pemasaran.

Pencapaian sasaran produksi jagung yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dan kondisi pabrik pakan ternak yang masih beroprasi dibawah kapasitas optimumnya serta tingginya margin pemasaran jagung merupakan salah satu permasalahan jagung yang ada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, penelitian tentang pola distribusi dan efisiensi pemasaran jagung ini sangat diperlukan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengatasi permasalahan komoditas jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut

1. Bagaimanakah pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan?


(24)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah

1. Mengetahui pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

2. Menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

1. Petani, pedagang perantara dan konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam memasarkan jagung.

2. Instansi terkait, sebagai bahan informasi untuk pembuatan kebijakan yang terkait dengan masalah kinerja pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pembanding bagi penelitian selanjutnya mengenai pemasaran jagung.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Komoditas Jagung

Jagung merupakan tanaman yang dapat digolongkan dalam berbagai macam kelompok tanaman seperti,

a) Kelompok tanaman pangan, jika yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan pangan pokok.

b) Kelompok tanaman hortikultura, jika jagung yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai buah meja, sayuran dan obat-obatan, yang tergolong dalam

kelompok ini adalah jagung manis dan jagung muda yang belum berisi (soleng).

c) Kelompok tanaman perkebunan, jika tanaman tersebut diusahakan pada lahan yang luas disertai manajemen yang baik dan hasilnya digunakan sebagai bahan baku industri.

Jagung merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi cukup baik dan dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Menurut Najiyati (1992), manfaat tanaman jagung bisaa digunakan untuk tiga tujuan utama:


(26)

b) Makanan untuk ternak hewan dan unggas, terutama di negara-negara industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak dan

c) Sebagai bahan baku untuk banyak hasil-hasil industri.;

Tanaman jagung merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki nilai sisa selain bijinya yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bagian tanaman jagung lainya pun dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti halnya bentuk kerajinan maupun bahan bakar. Jagung memiliki banyak manfaat dan pilihan dalam

memanfaatkanya, usia memanenpun dapat merubah kegunaan dari jagung tersebut. Bonggol jagung dalam usia muda belum menghasilkan biji dimanfaatkan sebagai sayuran, sedangkan dalam usia lebih tua dapat dimanfaatkan sebagai buah meja dan pada usia tua dalam keadaan kering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri seperti industri pakan, industri biofuel dan sebagainya. Kegunaan jagung lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini.


(27)

Gambar 1. Pohon Industri Jagung Baby corn

Jagung muda

Jagung tua Daun dan batang

Kompos

Buah Jagung

Pakan ternak

Industri makanan Industi pakan

Industri lainnya

Kulit jagung

Kerajinan tangan Bahan bakar Tongkol

Biji Makanan jajanan

Tepung Jagung

Sayuran

Buah meja

Bahan bakar Industri biofuel


(28)

2. Tataniaga Pertanian (Marketing)

Pemasaran atau tataniaga merupakan rangkaian kegiatan pendistribusian suatu barang. Nasruddin dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian menyatakan bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan pemindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ketangan konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Saluran tataniaga adalah jalur yang dilalui komoditas dari titik produsen sampai titik konsumen terakhir. Hal yang dapat dipelajari dengan mengikuti saluran tataniaga suatu produk antara lain adalah:

a) Jumlah produk yang dijual petani kepada tengkulak atau langsung ke konsumen akhir atau ke pedagang besar

b) Peranan dari pelaku tataniaga termasuk peranan petani c) Tempat terjadinya informasi

Dalam Kegiatan pemasaran atau pendistribusian barang hingga sampai pada tangan konsumen terdapat berbagai kegiatan, diantaranya adalah kegiatan pembeliandan penjualan yang berarti pemindahan hak milik serta kegiatan pemindahan barang yang berkenaan dengan pengangkutan yang berarti pemindahan lokasi, seperti di paparkan oleh Nasruddin dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian, beliau menyebutkan bahwa fungsi dalam proses tataniaga adalah sebagai berikut:


(29)

a) Pembelian/ buying, merupakan suatu fungsi yang bersangkutan dengan pemindahan dan atau pemilikan sejumlah barang yang dimaksudkan sebagai persediaan produksi ataupun untuk mencukupi kebutuhan. b) Penjualan dan penyebaran, kegiatan-kegiatan untuk mencari dan atau

mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau yang telah dimiliki mendapatkan permintaan-permintaan pasar (para konsumen) yang cukup baik atau banyak, terutama mengenai kuantitasnya dan harganya yang cukup menguntungkan.

c) Pengangkutan dan transportasi, memindahkan suatu produk dari sumber penghasilannya ke pasar atau ke tempat konsumennya pada waktu yang tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan pasar atau konsumen.

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan pendistribusian barang hingga sampai pada tangan konsumen. Dalam kelancaran kegiatan tersebut terdapat peran dari lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang dimaksud adalah segala usaha yang berkaitan dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat, seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan agen-agen atau perusahaan dagang, perbankan, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan usaha pertanggungan dan lain sebagainya. Perusahaan dagang, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan usaha pertanggungan, kesemuaanya memegang peranan dalam penyampaian produk-produk itu ke pasar (konsumen) dengan menjamin

sampainya produk-produk itu ke tangan konsumen (pasar) tanpa ada kerusakan-kerusakan di samping waktu penyampaian yang tepat.


(30)

Kegiatan pemasaran yang merupakan pemindahan barang berdasarkan hak milik maupun lokasi pasti akan menimbulkan resiko dalam setiap kegiatannya terutama untuk barang-barang hasil pertanian yang mudah rusak. McCarthy dalam bukunya yang berjudul Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global,

mengemukakan bahwa resiko merupakan fungsi yang bersangkutan dengan kerugian. Resiko timbul apabila suatu kegiatan dalam tataniaga dilakukan tanpa mengetahui hasil-hasil yang akan diperoleh, atau dilakukan dengan kemungkinan bahwa hasilnya akan sebaliknya, maka karena itulah dengan pertimbangan, perhitungan dan perencanaan yang sematang-matangnya (mantap).

Macam resiko yang dihadapi: a) Resiko kepemilikan b) Resiko keuangan

c) Kerugian karena kecelakaan d) Kerugian karena perikatan e) Kerugian karena tatakerja

f) Kerugian karena pengaruh cuaca

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting, terutama berkaitan dengan harga hasil usahatani yang akan diperoleh bagi produsen serta upaya penyebaran suatu barang ke tempat lain yang membutuhkan. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting salah satunya bagi ketersedian barang ditempat lain yang membutuhkan, seperti ungkapan Kotler yang dikutip oleh Soekartawi dalam bukunya ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran itu penting, diantaranya adalah:


(31)

a) Jumlah produk yang dijual menurun,

b) Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun, c) Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen, d) Kompetisi yang semakin tajam,

e) Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan

Produk-produk hasil pertanian memiliki karakteristik yang berbada berkenaan dengan daya simpan atau tingkat kerusakannya maupun keadaan produsennya. Soekartawi (1991) pun menambahkan pentingnya pemasaran untuk komoditas pertanian bahwa untuk komoditas pertanian pemasaran terjadi bukan saja ditentukan oleh lima aspek tersebut tetapi juga aspek lain yaitu:

a) Kebutuhan yang mendesak,

b) Tingkat komersialisasi produsen (petani), c) Keadaan harga yang menguntungkan, d) Karena peraturan.

Pentingnya pemasaran dalam penyebaran barang dan kontribusinya dalam ketersediaan barang di suatu daerah merupakan hal yang sangat mendukung bagi kelancaran kegiatan ekonomi disuatu daerah. Kegiatan pemasaran disamping berperan dalam ketersediaan dan penyebaran barang juga berperan dalam perolehan harga yang lebih baik.

Dalam kegiatan pemasaran terdapat peran dari lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Pola yang dibentuk oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut disebut dengan rantai pemasaran. Dalam karyanya yang berjudul manajemen pemasaran Mursyid (1993) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya rantai


(32)

pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen sering dirugikan, yaitu sebagai berikut:

a) Pasar yang tidak bekerja secara sempurna, b) Lemahnya informasi pasar,

c) Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar,

d) Lemahnya posisi produsen )petani) untuk melakukan penawaran untuk mendapatkan harga yang baik,

e) Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun.

Manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan pemasaran terutama keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran menarik beberapa masyarakat yang akhirnya

menekuni kegiatan tersebut. Banyaknya lembaga pemasaran merupakan salah satu penyebab semakin panjangnya rantai pemasaran. Mursid (1993) mengemukakan beberapa faktor yang menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran

antaralain adalah

a) Jarak antara produsen ke konsumen, makin jauh maka makin panjang saluran pemasarannya,

b) Cepat lambatnya produk rusak, produk yang cepat rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek,

c) Skala produksi, semakin kecil skala produksi semakin panjang saluran pemasarannya,

d) Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung mampu memperpendek saluran,


(33)

f) Kemeruahan produk, biaya pemindahan tinggi saluran terpendek,

g) Nilai unit dari suatu produk, makin rendah nilai unit suatu produk semakin panjang saluran pemasarannya,

h) Bentuk pemakaian produk, produk yang dapat digunakan untuk berbagai bentuk pemakaian bisaanya saluran tataniaganya lebih rumit dan panjang, i) Struktur pasar, struktur pasar yang berbentuk monopoli bisaanya saluran

tataniaganya lebih pendek dibanding struktur pasar yang lain.

Panjangnya saluran pemasaran menimbulkan beberapa pengaruh diantaranya adalah tingginya margin pemasaran. Tingginya margin pemasaran

menggambarkan perbedaan harga yang tinggi antara harga ditingkat produsen dan harga pada tingkat konsumen. Keadaan tersebut dapat berarti dua kemungkinan yaitu produsen dirugikan karena harga yang diterima terlalu rendah karena ditekan atau konsumen dirugikan karena harga yang diterima terlalu tinggi karena margin dibebankan pada harga tersebut.

3. Efisiensi Tataniaga/ Pemasaran

Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut. Suatu kegiatan pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan efisiensi pemasaran. Efisiensi tataniaga merupakan salah satu ukuran untuk menilai kinerja pasar. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan rasio input-output.


(34)

Cara mengukur efisiensi tataniaga menurut Nasruddin (1996) dapat melalui: a) Margin tataniaga

b) Analisis syarat-syarat pasar bersaing sempurna c) Analisis keterpaduan pasar

d) Harga pada tingkat konsumen e) tersedianya fasilitas fisik tataniaga.

Cara yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan cara tersebut yaitu dengan melihat besarnya margin pemasaran dan rasio profit margin dari masing-masing lembaga pemasaran. Marjin tataniaga dirumuskan sebagai perbedaan antara harga yang diterima produsen dan harga yang diterima konsumen. Nasrudin (1996) dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi margin tataniaga adalah sebagai berikut:

a) Biaya tataniaga

b) Tingkat persaingan antara para pedagang

c) Strategi-strategi yang ditunjukkan oleh para pedagang d) Sikap para pedagang terhadap resiko

e) Banyaknya perantara yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa ke konsumen akhir.

Dalam penelitian ini yang diukur untuk menentukan margin pemasaran secara kuantitatif adalah biaya produksi, biaya pemasaran dan keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran. Sedangkan faktor lain digunakan dalam pmbahasan efisiensi pemasaran secara kualitatif.


(35)

B.Penelitian Terdahulu

Penelitian Fansuri tahun 2008 dengan metode SPC menghasilkan kesimpulan bahwa pemasaran jagung di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Mayoritas responden berada pada klasifikasi rendah atau banyak responden tidak melakukan yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian. Tetapi ada beberapa kelompok tani yang ketua kelompoknya mau mengkoordinir hasil panen anggotanya, kemudian mereka menjualnya pada pabrik besar dengan harga yang lebih mahal dari pada menjual kepada tengkulak.

Penelitian Irawan tahun 2005 menggunakan analisis margin, koefisien korelasi harg dan elastisitas transmisi harga menghasilkan kesimpulan bahwa

pemasaran jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur belum efisien hal ini dilihat dari perolehan margin pemasaran ditingkat petani yang lebih rendah dibandingkan dengan perolehan margin pemasaran yang diperoleh lembaga pemasaran yang lainnya. Petani menjual hasil usahataninya ke pedagang kecil yang sebelumnya memberikan modal untuk usahataninya, sehingga harga yang berlaku adalah harga yang ditentukan oleh pedagang kecil.

Penelitian Remonaldi tahun 2009 menghasilkan kesimpulan bahwa saluran pemasaran jagung di Kabupaten Tanggamus sebagian besar dari petani ke pedang pengumpul atau gudang silo, hal tersebut ditujukan untuk menghemat biaya pemasaran, selain itu hasil produksi yang dihasilkan petani relatif kecil sehingga tidak memungkinkan untuk dijual langsung ke pabrik pengolahan


(36)

jagung. Selanjutnya pedagang kecil atau gudang silo tersebut langsung menjual ke pedagang besar atau eksportir seperti PT. CPI (Caroen Phokhpan Indonesia).

Penelitian Susanto pada tahun 2007 menghasilkan kesimpulan bahwa

pemasaran jagung di Kecamatan Ketapang belum efisien ditunjukkan dengan nilai elastisitas transmisi harga yang masih di atas angka 1. Struktur pasar jagung di Kecamatan Ketapang berada dalam kondisi tidak sempurna, nilai koefisien korelasi harganya dibawah 1.

Penelitian Sadikin tahun 2000 menghasilkan kesimpulan bahwa harga jagung di tingkat petani lebih rendah dibanding dengan harga sosial yang seharusnya diterima, berkaitan dengan dua faktor klasik, yaitu (1) Lembaga pemasaran output belum berfungsi efektif dan tidak transparan, sehingga rantai pemasaran panjang dan biaya pemasaran tinggi, dan (2) Posisi tawar petani lemah

sehingga petani menjadi penerima harga yang masif dan sekaligus sangat ta'at terhadap kemauan dan keputusan pedagang. Timpangnya distribusi

regionalitas intensifikasi jagung antara daerah Jawa dan luar Jawa,sebab meskipun saat ini kontribusi produksi jagung luar Jawa terhadap produksi jagung nasional hanya sekitar 39 persen.


(37)

C. Kerangka Pemikiran

Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Lampung merupakan sentra produksi Jagung ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Propinsi Lampung.

Produksi dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung menunjukkan

perkembangan yang cukup baik bahkan pada tahun 2008 lalu. Produksi jagung Lampung dapat melebihi sasaran produksi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah atau dinas terkait. Sementaraitu, dilihat dari segi konsumsi perusahan pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih beroprasi di bawah kapasitas optimumnya dan salah satunya disebabkan oleh kurangnyan pasokan jagung sebagai bahan baku. Surplus dari produksi suatu komoditas seharusnya diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dalam wilayah tertentu, terutama untuk industri yang berperan sebagai konsumen terbesar yang menyerap komoditas tersebut. Terlebih lagi jika konsumen tersebut merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang sangat pokok. Seperti halnya industri pakan ternak yang berbahan baku jagung, hasil dari kegiatan pakan ternak tersebut adalah menghasilkan makanan untuk ternak. Apabila jumlahnya tidak tercukupi akan terjadi kelangkaan pakan, yang mengakibatkan harga pakan naik, dan jika harga pakan naik maka produksi daging ayam akan turun dan akhirnya berimbas pada menurunnya tingkat pemenuhan gizi pada masyarakat. Dengan demikian,


(38)

perlu dianalisis pola distribusi dan saluran pemasaran jagung untuk mengetahui kemana saja aliran komoditas jagung di kabupaten Lampung Selatan.

Panjang pendeknya saluran pemasaran dan siapa saja yang terlibat dalam saluran pemasaran menentukan bagaimana struktur pasar dan bagaimana struktur pasar yang terbentuk berpengaruh pada pembentukan harga barang. Tujuan dari usahatani jagung adalah memperoleh keuntungan yang maksimum bagi petani sebagai pelaku utama usahatani. Finansial usaha tani lebih

dipengaruhi oleh harga jual yang diterima petani, sedangkan tingkat harga yang diterima petani dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pemasaran dari komoditi yang dihasilkan.

Analisis margin pemasaran dan koefisien korelasi harga merupakan alat yang saling mendukung dan sering digunakan untuk menentukan efisiensi suatu pemasaran. Integrasi pasar dianalisis menggunakan elastisitas transmisi harga, terutama untuk melihat perubahan harga produk di tingkat produsen yang ditransmisikan ke harga konsumen.


(39)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan

Pola Distribusi ?

Jagung Dinamika jagung di Propinsi Lampung

Produksi dan Produktivitas

mampu melebihi sasaran Pemda

Konsumen mengeluh kekurarang suplay jagung

Usaha tani jagung

Efisiensi Pemasaran?

Biaya Produksi Harga

Output

Penerimaan

Keuntungan

Kinerja pasar

a. Saluran pemasaran b. Margin pemasaran

c. Elastisitas transmisi harga Produksi > Konsumsi tapi

konsumen masih merasa kekurangan suplay untuk konsumsi

Input Output

(produksi)


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk tentang variable yang akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis (data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian). Batasan operasional disusun dengan tujuan untuk membatasi ruang lingkup variabel yang digunakan serta untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari istilah yang digunakan dalam penelitian.

Distribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah proses pemindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain.

Pola distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alokasi suatu komoditas menurut kegunaan dan tempat.

Sistem pemasaran dalam penelitian ini ditinjau dari pendekatan serba lembaga

(institutional approach) yaitu pendekatan dari segi lembaga-lembaga atau organisasi yang terkait dalam hal pemasaran jagung.

Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga yang digunakan untuk menyampaikan komoditas jagung dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembelian,


(41)

Petani produsen adalah petani jagung yang termasuk dalam sampel penelitian.

Pengangkut adalah orang yang melakukan pengaturan secara bersama-sama dalam pengangkutan jagung.

Pedagang kecil adalah orang yang membeli jagung langsung dari petani produsen dan berada di desa dan kecamatan.

Pedagang besar adalah orang yang membeli jagung dari agen atau pedagang kecil di kabupaten.

Eksportir atau pedagang antar daerah adalah badan usaha yang melakukan pembelian jagung dari pedagang besar maupun dari pedagang kecil kecil yang berada di daerahnya dan menjual jagung ke luar daerah.

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, baik oleh petani maupun pedagang untuk memasarkan jagung sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya sortasi, greeding, packging, pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya penyusutan, dan biaya-biaya lainnya dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).

Harga beli adalah harga yang dibayar oleh masing-masing lembaga pemasaran dan konsumen untuk mendapatkan jagung, dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).

Pasar dalam hal ini adalah suatu tempat (lokasi) dimana terjadi transaksi jual beli jagung dan sebagai tempat terbentuknya harga.


(42)

Pemasaran dalam hal ini adalah keragaan dari kegiatan yang meliputi penyampaian jagung atau jasa-jasa yang diberikan dalam bisnis jagung.

Harga jual adalah harga yang berlaku untuk menjual jagung pada tiap lembaga

pemasaran dan konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).

Volume pembelian adalah jumlah produksi yang dibeli oleh lembaga-lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

Volume penjualan adalah jumlah produksi yang dijual oleh petani maupun lembaga-lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

Konsumen akhir adalah lembaga pemasaran terakhir yang membeli jagung.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Kecamatan Natar dan Ketapang. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan September--November 2009. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi jagung kedua setelah Lampung Timur. Sedangkan Kecamatan Ketapang dan Natar merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat ditabel 27—29 pada lampiran.

Jumlah sample ditentukan atas pertimbangan jumlah populasi dari masing-masing desa. Populasi penelitian adalah 446 petani jagung dari desa Tanjung Sari kecamatan Natar dan


(43)

589 petani jagung dari desa Ruguk Kecamatan Ketapang. Responden dipilih secara acak (Sample Random Sampling) berjumlah 51 petani dengan total 1035 Petani jagung di kedua kecamatan tersebut.

Penentuan jumlah sample mengacu pada Sugiarto (2003), dengan perhitungan sebagai barikut:

NZ2 S2 n =

Nd2 + Z2S2 Keterangan:

n = Jumlah Sample

N = Jumlah anggota dalam populasi Z = Derajat kepercayaan (1.96) S2 = Varian sample (5%)

d = Derajat Penyimpangan ( 5%)

n = 1035 * (1.645)2 * 0.05 1035 * (0.05)2 + (1.645)2 * 0.05

n = 140,037= 51 2,723

Untuk sample setiap kelompok ditentukan proporsional dengan menggunakan rumus Natsir (1988), yaitu:

ni = Ni * n N Keterangan:

ni = Jumlah sample Ni = Jumlah Anggota

N = Jumlah Anggota dalam Populasi n = Jumlah Sample secara keseluruhan


(44)

1035

Sample desa Ruguk = 589 * 51 = 29,0232 = 29 1035

Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran jagung di lokasi penelitian, menggunakan snowball sampling, cara pengambilan sample dengan teknik ini dilakukan secara berantai. Mulai dari ukuran yang terkecil makin lama makin besar. Dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan interview terhadap seorang responden petani, selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan calon responden berikutnya. Hal ini dilakukan sedemikian rupa sehingga didapat suatu rantai pemasaran.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui observasi, wawancara dan penyebaran angket atau kuisioner, sedangkan pengumpulan data

dilakukan dengan teknik sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer didapat melalui hasil wawancara langsung kepada responden berdasarkan atas daftar pertanyaan yang telah disusun. Responden dalam penelitian ini adalah para petani, pedagang kecil, pedagang besar, serta lembaga lain yang terlibat dalam saluran tataniaga jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan objek penelitian. Data sekunder tersebut antara lain didapat didapat dari Dinas Pertanian, Badan Pusat


(45)

Statistik, website Departemen Perdagangan Indonesia, skripsi peneliti terdahulu, jurnal penelitian dan literature yang berhubungan dengan topik penelitian.

Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: biaya produksi, jumlah produksi, nilai penjualan, volume penjualan, harga jual, harga beli, volume pembelian, biaya pemasaran, keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran, margin pemasaran, dan lembaga pemasaran. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan pada pengkajian pola distribusi, saluran

pemasaran dan jenis konsumen, keuntungan petani, dan distribusi keuntungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin pemasaran, korelasi harga dan

elastisitas transmisi harga.

D. Model Tahapan Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistic. Analisis deskriptif meliputi gambaran hasil pengamatan di lapangan untuk melihat pola distrbusi, struktur pasar, distribusi jagung beserta lembaga-lembaga yang terlibat. Analisis statistic digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran yang meliputi analisis margin pemasaran, koefisiensi harga dan elastisitas transmisi harga. Jenis model tahapan analisis yang dapat digunakan pada analisis pemasaran antara lain:


(46)

Kinerja pasar

a. Saluran pemasaran

Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif kualitatif, mulai dari tingkat produsen jagung melalui lembaga-lembaga pemasaran hingga sampai pada konsumen. Selain itu dilihat juga fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran jagung.

b. Analisis Margin Pemasaran

MP = Pr – Pf atau MP = ΣBi + ΣKi Keterangan:

MP = Margin pemasaran Pr = Harga tingkat pengecer Pf = Harga tingkat petani

ΣBi= Jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga – lembaga pemasaran (B1,B2,B3…..Bn)

ΣKi= Jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran (K1,K2,K3...Kn) Rasio profit marjin (RPM), RPM =

i i

bt

c. Analisis Elastisitas Transmisi Harga

Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat pasar lainnya. (Hasyim 2003 dalam Setiawan 2010)

Rumus elastisitas Transmisi Harga: Et = δPf x Pr

δPr Pf

Karena harga ditingkat produsen (Pf) linear terhadap harga ditingkat konsumen (Pr) atau secara matematis dituliskan sebagai berikut:


(47)

Keterangan:

Et = Elastisitas Transmisi harga a = intersep (titik potong) b = koeficien regresi atau slope

Pr = Harga rata-rata komoditas di tingkat konsumen Pf = Harga rata-rata komoditas di tingkat petani

Criteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim, 1994):

1. Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah bersaing sempurna, dan system tataniaga yang terjadi sudah efisien. 2. Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dari pada laju

perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopoli atau oligopoly dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga yang berlaku belum efisien.

3. Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada laju perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga yang berlaku belum efisien.


(48)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Kabupaten Lampung Selatan terbentuk pada tahun 1956 yang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 4 tahun 1956 tentang Pembentukan daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatra Selatan sebanyak 14 kabupaten yang diantaranya adalah Kabupaten Lampung Selatan. Saat ini Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari daerah tingkat II yang ada di Propinsi Lampung. Secara administrative Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 17 kecamatan dan salanjutnya terdiri dari 251 desa/ kelurahan (248 desa dan 3 kelurahan).

Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.109,74km2, dengan kantor pusat di Kota Kalianda yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur,

sebelah selatan dengan Selat Sunda, sebelah barat dengan Kabupaten Pesawaran dan sebelah timut dengan Laut Jawa.


(49)

B. Kondisi Topografi dan Iklim

Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari segi geologinya sebagian besar terdiri dari batuan endesit, ditutupi turfazam, pegunungan vulkanis muda serta dataran alluvial berawa-rawa dengan pohon bakau. Jenis tanah yang paling mendominasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah tanah latosol yang hampir menutupi seluruh wilayah barat dan sebagian besar dari bagian tengah, tanah podsolid yang tersebar pada wilayah bagian utara, tanah hidromorf yang tersebar pada wilayah bagian timur, serta tanah alluvial yang tersebar pada wilayah pantai bagian timur Kabupaten Lampung Selatan.

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak pada 105014’ -- 105045’ BT dan 5015’ -- 60 LS, sehingga wilayah Kabupaten Lampung Selatan tergolong dalam wilayah tropis. Kabupaten Lampung Selatan memiliki iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan rata-rata 161,8 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 13,1 hari/bulan. Rata-rata temperaturnya berselang antara 22,9oC--32,4oC, dengan kelembaban relative

56,8--93,1% dan tekanan udara 936,2--1008,1 Nbs.

C. Keadaan Demografi Daerah

Penduduk Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari perbandingan jeniskelamin penduduk jumlah pria dan wanita tidak berbeda jauh, berdasarkan proyeksi tahun 2007 berjumlah 923.002 jiwa yang terdiri dari 478.786 jiwa laki-laki dan 444.216 perempuan.


(50)

Tabel 6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut Jenis Kelamin Tahun 2007

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 478.786 51,87

2 Perempuan 444.216 48,13

3 Total 923.002 100,00

Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008

Table diatas menggambarkan perbandingan yang tidak berbeda jauh antara penduduk pria dan wanita, jumlah penduduk pria lebih banyak dengan selisih 34.570 jiwa atau sekitar 2.64 persen dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Lampung Selatan.

Matapencaharian yang dilakukan oleh penduduk di Kabupaten Lampung Selatan

umumnya bervariasi, lebih dari 50 persen penduduk didominasi dengan matapencaharian bidang hasil bumi seperti pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sebagian penduduk juga sudah mulai menjamah kegiatan perdagangan dan industri pengolahan yang turut mendorong kemajuan ekonomi daerah. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 11,

Tabel 7. Sebaran mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lampung Selatan

No Mata pencaharian Jumlah

(jiwa)

Persentase (%) 1 Pertanian, kehutanan,perburuan dan perikanan 339.290 59,52

2 Industri Pengolahan 54.829 9,62

3 Perdagangan 80.529 14,13

4 Jasa 35.917 6,30

5 Lainnya 59.492 10,44

total 570.057 100,00


(51)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan banyak memanfaatkan kegiatan berkenaan dengan hasil alam yang sudah diturun-temurunkan dari nenek moyang, dan juga merupakan penompang bagi kegiatan lainnya. Usaha perniagaan sepertinya sudah dilirik dan ditekuni hampir seperempat penduduk di Kabupaten Lampung Selatan, sebagian penduduk sudah memulai untuk mengembangkan industri pengolahan guna menampung berbagai hasil bumi

masyarakatnya, kemudian jasa dan jenis pekerjaan yang lainya.

D. Sarana dan Prasaran

Kesediaan sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam mendukung kegiatan dan aktifitas penduduk, keadaan sarana dan sarana yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan penduduk khususnya pertanian, selain itu keadaan sarana dan prasarana menunjukkan tingkat kesejahteraan dan keadaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.

Kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang sangat mendukung dilihat dari sarana dan prasarana diantaranya adalah wilayahnya yang dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera (tengah dan timur), terdapat bandar udara (Branti), termasuk kawasan industri (Tanjung bintang) serta terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni yang berperan sebagai salah satu pintu penghubung Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Jarak pelabuhan Bakauheni ke pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa yaitu + 30 km, dengan waktu tempuh kapal penyeberangan sekitar 2,5 jam.


(52)

Hal ini menunjukkan potensi besar dalam perdagangan di Kabupaten Lampung Selatan karena wilayahnya berdekatan dengan Pulau Jawa khususnya Jakarta, kota tersebut merupakan pusat perkembangan industri. Intensitas permintaan berbagai jenis barang di daerah tersebut cukup tinggi. Sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Lampung Selatan khususnya jalan dan angkutan sudah memadai, sebagaimana dapat dilihat pada Table 12,

Tabel 8. Sarana Jalan dan Angkutan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis permukaan tahun 2007

Keadaan Jalan

Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jumlah Jalan (km) Jenis permukaan:  Aspal  Kerikil  Tanah

 Tidak dirinci Angkutan Darat (unit)

 Truk

 Pick up

 Bus

 Angkutan desa

 Kendaraan tak umum

159,95 - - - 315,36 - - - 850,48 224,80 204,30 2,22 1325,79 224,80 204,30 2,22 657 274 60 197 2.071 Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008

Table diatas menunjukkan sarana dan prasarana berbentuk jalan dan angkutan di Kabupaten Lampung Selatan sudah memadai, sebagian besar jalan negara dan jalan propinsi sudah diaspal. Jalan kabupaten sebagian besar juga sudah diaspal hanya beberapa yang masih kerikil dan tanah yaitu sekitar kurang lebih 30persen. Keadaan tersebut menandakan bahwa kondisi jalan untuk perhubungan dan distribusi barang seharusnya tidak mendapat kendala berat.


(53)

Sarana dan prasarana lain diantaranya adalah silo jagung. Silo jagung yang dimaksud adalah silo jagung yang dikelola oleh beberapa gapoktan yang merupakan salah satu usaha pengembangan dan perbaikan penanganan pascapanen serta pemasaran jagung dilakukan melalui pengembangan alat pengering dan silo di setiap sentra produksi jagung. Pengembangan silo jagung diarahkan untuk mewujudkan sistem usaha agroindustri yang terpadu dengan gapoktan yang berperan sebagai pemasok jagung pipilan kering bermutu kepada industri pakan ternak atau pasar. Keberadaan silo jagung ditujukan untuk menampung hasil panen anggota kelompoknya meningkatkan mutu serta memperkuat posisi di pasar. Silo jagung di Propinsi Lampung sudah dikembangkan di beberapa daerah sentra produksi jagung dan salah satunya berada di Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung Tahun 2007

No. Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah

(unit)

Pelaksana (Gapoktan)

1 Lampung Selatan Ketapang Sumur 1 Sri Merta

2 Lampung Timur Bandar Sribhawono Bandar Agung 1 Harapan Jaya

3 Lampung Tengah Bandar Mataram Terbanggi Ilir 1 Sumber Tani

4 Tanggamus Sukoharjo Panggung Rejo 1 Maju Lestari

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampun g, 2007

Keberadaan silo jagung memberikan keuntungkan lebih bagi petani terutama dalam kegiatan pemasaran, sehingga petani jagung di daerah tersebut memiliki alternatif lebih banyak dalam memasarkan jagung, serta memperoleh kesempatan lebih untuk


(54)

Sarana lain yang juga penting adalah keberadaan koperasi sebagai lembaga penunjang dalam kegiatan permodalan dan pengadaan barang. Keberadaan koperasi dapat mendukung kelancaran perekonomian suatu daerah. Koperasi merupakan salah satu lembaga yang disarankan dikembangkan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan anggotanya. Koperasi terdiri dari beberapa jenis koprasi yang dibedakan berdarkan fungsi dan kegunaanya, seperti pada tabel berikut.

Tabel 10. Perkembangan Koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007-2008

No Jenis Koperasi Jumlah Koperasi

2007 2008

1 Koperasi unit desa 23 23

2 Koperasi pertanian 92 95

3 Koperasi simpan pinjam 6 6

4 Koperasi perkebunan 4 4

5 Koperasi peternakan 2 2

6 Koperasi perikanan 13 13

7 Koperasi perkreditan 10 10

8 Koperasi serba usaha 1 1

9 Koperasi pondok pesantren 30 33

10 Koperasi pedagang pasar 10 10

11 Primkopti 1 1

12 Koperasi pegawai RI 32 32

13 Koperasi TNI 3 3

14 Koperasi Pepabri 2 2

15 Koperasi industri 5 6

16 Koperasi wanita 10 12

17 Koperasi angkatan 3 3

18 Koperasi buruh 36 35

19 Koperasi jasa 15 15

20 Koperasi mahasiswa 1 1

21 Koperasi pedagang kaki lima 1 1

22 Koperasi jamu 1 1

23 Koperasi produksi 2 2

24 Koperasi konsumsi 1 1

25 Koperasi lainya 9 10

Jumlah 315 326

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan. Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS


(55)

Tabel diatas menunjukkan keberadaan koperasi di Kabupaten Lampung Selatan yang tergolong lengkap jenisnya dan banyak jumlahnya, sehingga dapat dikatakan mampu mendukung kelancaran perekonomian daerah Kabupaten Lampung Selatan. Koperasi yang paling dekat dengan petani diantaranya adalah koperasi unit desa, koperasi

pertanian serta koperasi simpan pinjam yang dapat membantu mereka yang bermasalah dalam permodalan dan pemasaran pada kegiatan pertanian.

E. Kondisi Umum Perdagangan dan Perindustrian

Kondisi perdagangan dan perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan adanya aktifitas beberapa lembaga pemasaran dan industri. Lembaga pemasaran yang dimaksud antara lain adalah para pedagang pada berbagai tingkatan dan kategori, diantaranya:

1. pedagang kecil, mereka yang mengumpulkan hasil usahatani petani dari daerahnya atau beberapa desa yang lokasinya tidak jauh dari desanya, yang kemudian dijual kepada pedagang yang lebih besar.

2. pedagang besar, mereka melakukan pembelian atau pencarian jagung lebih dari berbagai kecamatan bahkan sampai keluar kabupaten, sifatnya continue. 3. pedagang antar daerah, mereka melakukan pembelian dari beberapa tempat di

propinsi Lampung, kemudian melakukan beberapa perlakuan seperti pengopenan untuk memperoleh jagung dengan mutu yang baik dan memperpanjang daya simpannya. Jagung yang telah dikumpulkan dijual ke beberapa konsumen industri yang ada di luar daerah Lampung.


(56)

Kondisi perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan aktivitas beberapa industri. Kemajuan di bidang industri membawa dampak pada perbaikan ekonomi dilihat dari semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya hasil bumi.

Beberapa industri merupakan konsumen dari beberapa komoditas pertanian, yang berarti semakin terjaminya pasar untuk produk pertanian. Kondisi industri menengah dan besar di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 11. Industri Menengah dan Besar di Kabupten Lampung Selatan 2008

No Jenis Usaha Jumlah

Usaha

Kapasitan Produksi

Satuan

1 Minuman ringan 1 25900000 Liter

2 Es balok 2 65000 Ton

3 Nata de koko 1 2100000 Kaleng

4 Tepung kelapa 1 3600 Ton

5 Minyak kelapa 1 600 Ton

6 Tapioka 1 1732000 Ton

7 Palet gaplek 1 25000 Ton

8 Pakan ternak 1 216 Ton

9 Pakan udang 1 155 Ton

10 Sortase kopi/jagung/lada 1 28430 Ton

11 Mie instan 1 123840 Bungkus

12 Kacang atom 1 300000 Ton

13 Rempah-rempah 1 100000 Ton

14 Pengolahan udang 1 100000 Ton

15 Pengolahan kayu 5 16750 M3

16 Furnitur dari kayu 2 45090 Unit

17 Karoseri 1 290 Unit

18 Particle board 1 22000 M3

19 Kotak kertas/karton 1 500 Ton

20 Cor beton 1 50000 Buah

21 Bantalan beton 1 150000 Buah

22 Mie kering 1 7500 Ton

23 Sabut kelapa 2 14000 Ton

24 Genteng beton 1 1000000 Buah

25 Genteng glazur 1 450000 Buah

26 Batu andesit 7 245000 M3

27 Produk alumunium 2 1500000 Buah

28 Perbengkelan 7 10000 Unit

29 Kopi bubuk 1 75 Ton

30 Kertas budaya 1 150 Ton

31 Arang batok 2 150 Ton

32 ART dari plastik 1 600 Ton


(57)

Tabel 11. Lanjutan

No Jenis Usaha Jumlah

Usaha

Kapasitan Produksi

Satuan

34 Industri sabun deterjen 1 100 Ton

35 Lampung post 1 1440000 Eksemplar

36 Pengeringan jagung 4 8000 Ton

37 Peleburan accu 1 300 Ton

38 Carbon aktif 1 2500 Ton

39 Reparasi kapal 1 1200 Unit

40 Kerupuk 1 100 Ton

41 Briket batu bara 1 12000 Ton

jumlah 65 35464146

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan. Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS

Industri menengah dan besar pada tabel diatas menunjukkan aktivitas dari kegiatan perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan. Beberapa industri merupakan konsumen dari hasil pertanian, diantaranya jagung. Industri pengolahan jagung yang ada di

kabupaten Lampung Selatan sudah beragam dan mulai berkembang diantaranya industri pakan ternak dan pakan udang berskala menengah, pengeringan jagung dan sortasi jagung.

F. Kebijaksanaan Pertanian

Kebijakan pemerintah tentang jagung diantaranya adalah berbagai kebijakan dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas tanaman, seperti pemberian bantuan dan penyuluhan. Sementara dibidang pemasaranya salah satunya adalah penetapan Harga Minimum Regional (HMR) jagung di Propinsi Lampung yaitu 1600/kg pada kadar air 40% dengan SK No6/186/III.09/HK/09. Penetapan HMR ini berdasarkan kesepakatan bersama industri pakan ternak dan petani jagung di Lampung pada rapat Koordinasi Masyarakat Agribisnis Jagung Lampung pada tanggal 2 Februari 2009.


(58)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. Karakteristik Petani a. Umur Petani

Umur dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas. Rata-rata petani yang menjadi responden berusia 35—54 tahun. Usia tersebut tergolong usia cukup produktif dimana pada usia tersebut petani masih dapat melakukan kegiatan usahatani dengan maksimal, distribusi umur petani didaerah penellitian, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan No Golongan umur (th) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 5--19 0 0.00

2 20--34 14 27.45

3 35--54 34 66.67

4 >54 3 5.88

Rata-rata 40.73 - -

Jumlah 51 100.00

tabel diatas menunjukkan bahwa petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong usia produktif dengan persentase usia produktif 66.67 persen dari keseluruhan responden petani jagung, sehingga diharapkan hasil usahatani yang dilakukan merupakan hasil yang maksimum. Rata-rata usia petani jagung adalah 40.73 tahun yang masih tergolong dalam usia produktif.


(59)

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi kreatifitas dan kemampuan sumberdaya manusia dalam menerima inovasi. Bagi petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mudah menerima inovasi sedangkan petani dengan tingkat pendidikan rendah cenderung introvert.

Tabel 13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 39 76.47

2 SMP 7 13.73

3 SMA 1 1.96

4 Diploma/ Sarjana 4 7.84

Jumlah 51 100.00

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata memiliki pendidikan terakhir yang dimiliki petani adalah SD dengan presentasi 76.47 persen dari keseluruhan responden petani yang diteliti, sehingga sebagian besar petani memiliki tingkat pendidika yang masih rendah serta termasuk kaku dengan inovasi dan hanya mengandalkan pengalaman usahatani yang diturunkan oleh orang tuanya.

c. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangga. Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan didominasi dengan petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang sedikit yaitu kurang dari sama dengan tiga, keluarga yang dimaksud adalah keluarga kecil atau mereka yang anak-anaknya sudah mapan atau sudah bekerja sendiri. Sebagaimana dapat dilihat pada Table 14,


(60)

Tabel 14. Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan

No Tingkat

pendidikan

Tanggungan Keluarga (orang)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Keluarga Kecil <=3 25 49.00

2 Keluarga Sedang 4--5 17 33.33

3 Keluarga Besar >5 9 17.65

Jumlah 51 100.00

Berdasarkan table diatas sebagian besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong keluarga kecil dengan jumlah tanggungan keluarganya kurang dari atau sama dengan 3, dimana dalam keluarga itu kepala keluarga hanya membiayai hidup istri dan 2 anak, sehingga pengeluaran rumah tangganya masih ringan.

d. Pengalaman Usahatani Jagung

Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan usahatani, semakin lama dan banyak pengalaman yang dimiliki semakin matang pengetahuan dan kecakapan petani dalam mengelola usaha taninya. Sebagian besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan adalah petani baru yang memiliki pengalaman usahatani selama kurang dari 5 tahun, umumnya mereka baru mencoba dan masih merupakan kegiatan sampingan. Petani di Kabupaten Lampung Selatan juga tidak sedikit pula yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 11 tahun berusahatani jagung. Sebagaimana dapat dilihat pada Table 15,

Tabel 15. Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan

No Pengalaman Usahatani (th) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 <5 25 49.02

2 5--10 10 19.61

3 >11 16 31.37

Rata-rata 8.5


(61)

Berdasarkan tabel diatas beberapa petani jagung memiliki pengalaman usahatani jagung kurang dari 5 tahun atau masih dalam proses belajar sebanyak 49.02 persen sedangkan sebanyak 31.37 persen responden petani sudah dari kecil memang menanam jagung dapat dilihat dari pengalaman usahataninya atau lebih dari 10 tahun. Sementara itu dilihat dari rata-rata pengalaman yang dimiliki petani responden adalah selama 8.5 tahun.

e. Keanggotaan dalam Kelompoktani

Kelompoktani merupakan wadah yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membantu petani dalam mengembangkan usahataninya. Fasilitas yang diberikan melalui

kelompoktani adalah informasi, penyuluhan serta berbagai bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan kelompoktani seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan petani melalui pelatihan dan pengorganisasian, serta memperkuat posisi petani dalam pasar. Kesadaran akan pentingnya keberadaan kelompoktani bagi

kemajuan usahatani petani dapat dilihat dari keaktifan serta keikutsertaan petani dalam kelompoktani, berikut gambaran keikutsertaan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam kelompoktani.

Tabel 16. Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten Lampung Selatan.

No Keterangan Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1 Anggota kelompoktani 43 84,31

Memasarkan melalui kelompoktani 3 6,98

Memasarkan sendiri 40 93,02

2 Bukan Anggota kelompoktani 8 15,69


(1)

Tabel 51. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah

No Nama Produksi/ Biaya Produksi

Biaya Pemasaran

HPtn Musim (kg) Pipil angkut tk O susut

1 ngadiran 9000 828.61 25.00 25.00 10.00 50.00 0.00 1533.33 2 bagas irwanto 6000 728.00 30.00 70.00 10.00 50.00 0.00 1400.00 3 riono 16350 1786.77 25.00 30.00 5.00 50.00 0.00 1548.15 4 sukamto 6900 604.83 30.00 70.00 10.00 50.00 0.00 1600.00 5 sadirin 36500 798.79 30.00 70.00 10.00 50.00 0.00 1953.42 Rata-rata 949.40 28.00 53.00 9.00 50.00 0.00 1606.98 Jumlah 59750.00

Persentase 20.46%

Tabel 52. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Industri

No Nama Produksi/ Biaya

Produksi

Biaya Pemasaran

HPtn Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1 ismail 2250 1803.85 50.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1500.00 2 kusmawan 4150 1680.84 30.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1872.29 3 suratman 3945 983.02 25.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1926.87 4 suharno 9250 988.50 50.00 90.00 32.00 1.00 0.00 1905.41 5 kamran 2900 800.46 30.00 70.00 10.00 1.00 0.00 2031.03 6 abidin 6500 708.77 30.00 70.00 20.00 1.00 0.00 1792.31 7 rohmat 1450 1450.80 25.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1503.45 8 sarnim 9000 951.65 50.00 75.00 50.00 1.00 0.00 2100.00 9 darto 21000 649.38 50.00 75.00 50.00 1.00 0.00 1825.00 10 muharno 3000 695.72 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 2400.00 11 supardi 2720 1088.31 50.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1940.51 Rat-rata 1072.85 35.45 66.36 19.27 1.00 0.00 1890.62 Jumlah 67395.00

Persentase 23.08%

Tabel 53. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Langsung

No Nama Produksi/ Biaya Produksi

Biaya Pemasaran

HPtn Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1 tijan 6000 629.50 300.00 25.00 7.00 0.00 0.00 1866.67 2 jumadi 2150 1554.57 500.00 40.00 10.00 0.00 0.00 1534.88 Rata-rata 1092.04 400.00 32.50 8.50 0.00 0.00 1700.78 Jumlah 8150.00


(2)

Tabel 54. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang

Besar

No Nama Produksi/

H Beli

Biaya Pemasaran

Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1 M. Tohir 60900.00 1619.70 30.00 0.00 100.00 0.00 0.00 1850.00 2 Samino 3000.00 1619.70 25.00 0.00 30.00 0.00 0.00 1700.00 Rat-rata 1619.70 28.75 25.00 65.00 0.25 0.00 1862.50 Jumlah 63900.00

Persentase 10.60%

Tabel 55. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang A

Daerah

No Nama Produksi/

H Beli

Biaya Pemasaran

Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1 M. Tohir 77000.00 1619.70 30.00 0.00 30.00 0.00 0.00 1800.00

2 Samino 150000.00 1619.70 30.00 100.00 100.00 1.00 0.00 2100.00

Rat-rata 1619.70 30.00 50.00 65.00 0.50 0.00 1950.00 Jumlah 227000.00

Persentase 37.65%

Tabel 56. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan

Lampung

No Nama Produksi/

H Beli

Biaya Pemasaran

Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1 M.Tohir 50000.00 1619.70 30.00 60.00 130.00 1.00 40.00 2100.00

2 Sunarto 232000.00 1619.70 30.00 60.00 100.00 1.00 65.00 2000.00

3 Samino 30000.00 1619.70 25.00 75.00 100.00 1.00 30.00 1950.00

Rat-rata 1619.70 28.33 65.00 110.00 1.00 45.00 2016.67

Jumlah 312000.00 Persentase 51.75%

Tabel 57. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan

Lampung

No Nama Produksi/

H Beli

Biaya Pemasaran

Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1 slamet riyadi 240000.00 1628.20 50.00 80.00 100.00 1.00 45.00 2050.00 2 wayan budiase 144000.00 1628.20 50.00 60.00 75.00 1.00 50.00 2270.00 3 pak abas 900000.00 1628.20 40.00 75.00 100.00 1.00 40.00 2250.00 4 suhendi 190000.00 1628.20 30.00 100.00 100.00 1.00 30.00 2150.00 5 nyoman suparte 1500000.00 1628.20 75.00 75.00 100.00 1.00 50.00 2150.00 6 sadirin 180000.00 1628.20 30.00 100.00 100.00 1.00 50.00 2200.00 Rat-rata 1628.20 45.83 81.67 95.83 1.00 44.17 2178.33 Jumlah 3154000.00


(3)

Tabel 58. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pedagang A

Daerah

No Nama Produksi/

H Beli

Biaya Pemasaran

Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1

Wayan

Budiase 32000.00 1628.20 50.00 60.00 75.00 1.00 50.00 2100.00 2 Suhendi 30000.00 1628.20 30.00 50.00 100.00 1.00 30.00 2050.00 3 Sadirin 90000.00 1628.20 30.00 50.00 100.00 1.00 50.00 2070.00 Rata-rata 1628.20 36.67 53.33 91.67 1.00 43.33 2073.33 Jumlah 152000.00

Persentase 4.54%

Tabel 59. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Ternak Ayam

No Nama Produksi/

H Beli

Biaya Pemasaran

Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut

1 Suhendi 12000.00 1628.20 60.00 50.00 30.00 0.00 30.00 1900.00

2 Sadirin 30000.00 1628.20 30.00 50.00 30.00 0.00 50.00 2000.00

Rata-rata 1628.20 45.00 50.00 30.00 0.00 40.00 1950.00

Jumlah 42000.00 Persentase 1.25


(4)

Tabel 60. Sebaran harga di tingkat konsumen dan di tingkat produsen

No Nama Pf Pr

1 pak saman 1830,00 2178,00

2 robet tonimbar 2130,77 2321,00

3 wagiman 1860,00 2263,00

4 kodrat jumadi 1633,33 2100,00

5 turimin 1200,00 1950,00

6 suyanto 1383,78 2000,00

7 puji jatmiko 1300,00 2000,00

8 suwiyono amri suwiyono 1955,46 2270,00

9 tutuk raharjo 1652,68 2250,00

10 sarwini 1454,90 2050,00

11 sarman 1784,62 2250,00

12 mat nasir 1600,00 2200,00

13 daud langgah 1956,14 2270,00

14 i da bagus made suta 1522,09 2150,00

15 basri kr 1602,56 2200,00

16 m. Wasiludin 1555,49 2150,00

17 m. Ilyas 1618,07 2250,00

18 basirun 1541,43 2150,00

19 supardi 2011,76 2321,00

20 zulkarnaen 1566,67 2200,00

21 pendi 1833,33 2270,00

22 rohadin 1463,64 2050,00

23 hardiman 2000,00 2263,00

24 pungut 1730,18 2250,00

25 mahyo 1534,88 2150,00

26 sahuri 1500,00 2150,00

27 jamingun 1537,04 2150,00

28 lasiman 1478,26 2150,00

29 turino 1460,00 2050,00


(5)

No Nama Pf Pr

30 ujang 1800,00 2270,00

31 suwarno 1261,90 1950,00

32 suanto 1355,17 2050,00

33 jainudin 1556,80 2200,00

34 ngadiran 1533,33 2270,00

35 bagas irwanto 1400,00 2100,00

36 riono 1548,15 2285,00

37 sukamto 1600,00 2321,00

38 sadirin 1953,42 2400,00

39 ismail 1500,00 1500,00

40 kusmawan 1872,29 1872,29

41 suratman 1926,87 1926,87

42 suharno 1905,41 1905,41

43 kamran 2031,03 2031,03

44 abidin 1792,31 1792,31

45 rohmat 1503,45 1503,45

46 sarnim 2100,00 2100,00

47 darto 1825,00 1825,00

48 muharno 2400,00 2400,00

49 supardi 1940,51 1940,51

50 tijan 1866,67 1866,67

51 jumadi 1534,88 1534,88


(6)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Pra . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pf

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .298a .089 .070 242.771

a. Predictors: (Constant), Pr

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 281483.154 1 281483.154 4.776 .034a

Residual 2887945.399 49 58937.661

Total 3169428.553 50

a. Predictors: (Constant), Pr b. Dependent Variable: Pf

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 933.032 345.489 2.701 .009

Pr .358 .164 .298 2.185 .034