Identifikasi Dan Inventarisasi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta. CRANTZ) Di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

(1)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN UBI KAYU

(Manihot esculenta.

CRANTZ)

DI KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

DWI PUSPITA SARI 060307002

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN UBI KAYU

(Manihot esculenta.

CRANTZ)

DI KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

DWI PUSPITA SARI 060307002

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : identifikasi dan Inventarisasi Tanaman

Nama : Dwi Puspita Sari

Ubi Kayu (Manihot esculenta. CRANTZ) di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

NIM : 060307002

Departemen : Bududaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh, Dosen Komisi Pembimbing

Ir. E. Harso Kardhinata. M.Sc Luthfi A. M. Siregar, SP, MSc, Ph.D Ketua Anggota

Mengetahui

IR. T. Sabrina, M.Agr,Sc,Ph.D Ketua Proram STudi


(4)

ABSTRAK

Suatu kajian identifikasi dan inventarisasi tanaman ubi kayu (Manihot esculenta.CRANTZ) di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara melalui metode survei di 12 lokasi diperoleh 6 (enam) jenis ubi kayu yang berbeda berdasarkan ciri-ciri anatomis dan morfologis pucuk daun, daun tua, tangkai daun, urat daun, batang muda, batang tua, warna kulit luar umbi, wrna kulit dalam umbi dan warna umbi. Ubi Malaysia dan ubi Adira merupakan jenis yang paling banyak ditemukan/dibudidayakan di Kabupaten Simalungun, sedangkan di daerah lain hanya sebagai tanaman pekarangan. Dari 6 jenis ubi kayu, 1 diantaranya merupakan ubi yang tergolong dalam ubi racun yaitu ubi Adira. Hanya satu jenis yang merupakan jenis baru dan tidak ditemukan sebelumnya, yaitu ubi jenis A. Kata kunci : Ubi kayu, identifikasi, inventarisasi, identifikasi, Kabupaten Simalungun


(5)

RIWAYAT HIDUP

Dwi Puspita Sari dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 17 Juni 1989, merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan bapak Ir. H. Muhammad dan Hj. Nuriana Lubis.

Tahun 2000 penulis lulus dari SD Swasta Pertiwi Medan, tahun 2003 lulus dari SMP Swasta Pertiwi Medan, dan tahun 2006 menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 2 Medan.

Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 2006 melalui jalur SPMB, pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Gunung Bayu di Perdagangan Sumatera Utara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Identifikasi dan Inventarisasi tanaman ubi kayu (Manihot esculenta. CRANTZ) di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara”, yang merupakan salah satu syarat untuk untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak bapak Ir. E. Harso Kardhinata, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Luthfi Aziz M. Siregar, SP, MSc, PhD selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 28 Maret 2012


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 7

Varietas-Varietas Ubi Kayu ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Kondisi Umum Lokasi Penelitian... 10

Bahan dan Alat... 11

Motode Penelitian ... 11

PELAKSANAAN PENELITIAN Parameter... 12

Analisis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 14

Karakter Fisik ... 14

Ubi Adira ... 15


(8)

Ubi Roti ... 19

Ubi Pulut ... 21

Ubi Kuning ... 23

Ubi X ... 25

Pembahasan... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Gambar 1. Ubi Adira...16

2. Gambar 2. Ubi Malaysia ...18

3. Gambar 3. Ubi Roti ...20

4. Gambar 4. Ubi Pulut ...22

5. Gambar 5. Ubi Kuning...24


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Tabel 1. Ciri-Ciri Daun, Batang, Umbi Ubi Adira ...15

2. Tabel 2. Ciri-Ciri Daun, Batang, Umbi Ubi Malaysia ...17

3. Tabel 3. Ciri-Ciri Daun, Batang, Umbi Ubi Roti ...19

4. Tabel 4. Ciri-Ciri Daun, Batang, Umbi Ubi Pulut ...21

5. Tabel 5. Ciri-Ciri Daun, Batang, Umbi Ubi Kuning ...23

6. Tabel 6. Ciri-Ciri Daun, Batang, Umbi Ubi X ...25


(11)

ABSTRAK

Suatu kajian identifikasi dan inventarisasi tanaman ubi kayu (Manihot esculenta.CRANTZ) di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara melalui metode survei di 12 lokasi diperoleh 6 (enam) jenis ubi kayu yang berbeda berdasarkan ciri-ciri anatomis dan morfologis pucuk daun, daun tua, tangkai daun, urat daun, batang muda, batang tua, warna kulit luar umbi, wrna kulit dalam umbi dan warna umbi. Ubi Malaysia dan ubi Adira merupakan jenis yang paling banyak ditemukan/dibudidayakan di Kabupaten Simalungun, sedangkan di daerah lain hanya sebagai tanaman pekarangan. Dari 6 jenis ubi kayu, 1 diantaranya merupakan ubi yang tergolong dalam ubi racun yaitu ubi Adira. Hanya satu jenis yang merupakan jenis baru dan tidak ditemukan sebelumnya, yaitu ubi jenis A. Kata kunci : Ubi kayu, identifikasi, inventarisasi, identifikasi, Kabupaten Simalungun


(12)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ubi kayu merupakan salah satu sumber karbohidrat yang banyak terdapat di Sumatera Utara. Produksi ubi kayu dari tahun 1987 hingga 2009 mengalami fluktuasi dan pada 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus apa penyebab terjadinya penurunan produksi tersebut. (Rukmana, 1997)

Berdasarkan data yang diperoleh MedanBisnis dari Dinas Pertanian Sumut, target produksi ubi kayu di Angka Ramalan (Aram) I tahun 2011 mencapai 981.077 ton dengan produktivitas 281,64 kwintal perhektar dan luas panen 34.835 hektar. Sedangkan Angka Tetap (Atap) 2010, produksi mencapai 905.571 ton dengan rata-rata produktivitas 279,48 kwintal perhektar dan luas panen 32.402 hektar. (www.medanbisnisdaily.com)

Adapun daerah yang berpotensi untuk penanaman ubi kayu yakni di Simalungun, Tapanuli Utara (Taput), Deliserdang dan Serdang Bedagai (Sergai). Tetapi dari data yang ada, ubi kayu umumnya dibudidayakan di 27 kabupaten/kota yang ada di Sumut, meskipun jumlah tanaman dan produksinya bervariasi. Hal ini menunjukkan banyaknya jenis – jenis ubi kayu (Manihot esculenta. CRANTZ) yang tersebar di Kabupaten Simalungun Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Sidamanik di daerah Sumatera Utara yang perlu diidentifikasi dan diketahui jenis – jenisnya. (Azwar,2004)

Ubi kayu juga merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok ke


(13)

tiga setelah padi-padian dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu (Rukmana, 1997 dalam Simanjuntak, 2002).

Ubi Kayu (Manihot esculenta atau Manihot utilisima) merupakan tanaman hari tahunan. Tanaman ini berasal dari Amerika tropis yaitu Venezuela, Brasil dan Amerika Tengah. Pada abad 16 tanaman ini masuk ke Arifa Barat, Srilangka pada tahun 1786 dan ke Jawa tahun 1835. (Wargiono, 1979)

Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan karbohidrat dan bahan baku industri makanan, kimia dan pakan ternak. Beberapa keunggulan lain dari ubikayu ini adalah : a) tanaman ini sudah dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada musim paceklik, b) masyarakat khususnya di pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengkonsumsinya dalam bentuk gatot dan tiwul, c) nilai kandungan gizinya cukup tinggi dan d) mudah beradaptasi dengan lingkungan atau lahan yang marginal dan beriklim kering. Komoditi ubikayu juga merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang menghasilkan devisa negara melalui ekspor dalam bentuk gaplek/chips. (Darjanto dan Murjati, 1980)

Ubi kayu menghasilkan umbi yang mengandung pati. Pada umbi ubi kayu terdapat racun asam sianida. Pada ubi kayu manis kandungan asam sianida pada umbi sangat rendah sehingga tidak dapat menimbulkan efek keracunan bagi yang mengkonsuminya. Sedangkan ubi kayu pahit kandungan asam sianida sangat tinggi sehingga dapat meimbulkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya. Panjang ubi


(14)

berkisar antara 30 sampai 50 cm dengan garis tengah 5-10 buah umbi. (Darjanto dan Murjati. 1980)

Departemen pertanian RI memproyeksikan produksi ubi kayu tahun 2010 mencapai 18,56 ton dengan tingkat permintaan sebesar 23,32 ton sehingga masih terdapat kekurangan sebesar 4, 67 ton. Disamping itu, hasil olahan ubi kayu (gaplek dan tepung tapioka) juga diperlukan dalam berbagai industri (industri pakan, tekstil, kertas, perekat dan farmasi.

Meski diperoleh data yang cukup tentang produksi, namun hingga saat ini belum diketahui secara pasti berapa banyak jenis (varietas) ubi kayu yang ditanam oleh masyarakat Sumatera Utara. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi jenis-jenis ubi kayu yang ada untuk selanjutnya dapat dianalisis potensi hasil, kandungan kimia, sifat fisik, dan sifat biologis setiap jenis ubi kayu. Dengan diketahui sifat setiap jenis ubi kayu maka dapat ditentukan jenis/varietas yang memiliki produksi yang paling tinggi, mempunyai kandungan pati tertinggi, dan lain-lain.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ubi kayu (Manihot

esculenta. CRANTZ) yang terdapat di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera

Utara, mengetahui karakteristik tiap jenis ubi kayu (anatomi dan morfologi batang, daun, dan umbi).

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman:

Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Manihot, Spesies : Manihot esculenta (Allem, 2002).

Secara taksonomis, ubi kayu termasuk dalam Famili Euphorbiaceae dengan nama Melayu Ubi Kayu atau ubi Gajah. Di Sumatera dinamakan gadung atau ketela, di Jawa dikenal dengan nama ketela, balok, singkong, di Jawa Barat dikenal dengan sampeu, di Sulawesi dinamakan Batata Kayu sedang di Kalimantan disebut dengan Peti Kayu (Sharma, 1993).

Tanaman ubi kayu dewasa dapat mencapai tinggi 1 sampai 2 meter, walaupun ada beberapa kultivar yang dapat mencapai tinggi sampai 4 meter. Batang ubi kayu berbentuk silindris dengan diameter berkisar 2 sampai 6 cm. Warna batang sangat bervariasi, mulai putih keabu-abuan sampai coklat atau coklat tua. Batang tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di awal pertumbuhannya, dan satu buku per minggu di masa-masa selanjutnya. Setiap satu satuan buku terdiri dari satu buku tempat menempelnya daun dan ruas buku (internode). Panjang ruas buku bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam kondisi kekeringan dan menjadi panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan sangat panjang jika kekurangan cahaya (Ekanayake et al., 1997).


(16)

Susunan daun ubikayu pada batang (phyllotaxis) berbentuk 2/5 spiral. Lima daun berada dalam posisi melingkar membentuk spiral dua kali di sekeliling batang. Daun berikutnya atau daun ke enam terletak persis di atas titik awal spiral tadi. Jadi, setelah dua putaran, daun ke 6 berada tepat di atas daun ke 1, daun ke 7 di atas daun ke 2, dan seterusnya. Daun ubikayu terdiri dari helai daun (lamina) dan tangkai daun (petiole). Panjang tangkai daun berkisar 5-30 cm dan warnanya bervariasi dari hijau ke ungu. Helai daun mempunyai permukaan yang halus dan berbentuk seperti jari. Jumlah jari bervariasi antara 3 dan 9 (biasanya ganjil). Warna rangka helai daun hijau sampai ungu. Bentuk helai daun, terutama lebarnya, juga bervariasi (Ekanayake et al., 1997).

Daun ketela pohon termasuk daun tunggal. Daun tungal tersusun secara spiral, panjang tangkai daun 5-30 cm, helaian daun rata sampai terbagi 3 - 10 sampai pangkal daunnya. Perbungaan dalam tandan di ujung batang dengan panjang 3-10 cm. Buah bulat telur bersayap 6 dengan diameter 1-1,5 cm, terdapat n 3 biji di dalamnya (Sharma, 1993). Tanaman ini termasuk tumbuhan monokotil. Perdu yang tidak bercabang atau kadang bercabang dua, tinggi bisa mencapai 4 m, bergetah

putih dan mengandung sianida pada konsentrasi yang berbeda-beda (Darjanto dan Murjati. 1980)

Ubi kayu bersifat monoecious, yaitu bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Beberapa variatas berbunga secara teratur dan cukup sering, beberapa varitas lain jarang berbunga atau bahkan tidak berbunga sama sekali. Produksi bunga sangat penting untuk pembiakan. Tumbuhnya bunga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti banyaknya cahaya dan suhu. Bunga ubikayu dihasilkan pada dahan reproduktif. Bunga jantan berkembang dekat puncak rangkaian bunga,


(17)

sedangkan bunga betina tumbuh dekat dasar rangkaian bunga. Setiap bunga, jantan dan betina, mempunyai 5 buah daun bunga terluar berwarna kekuningan atau

kemerahan. Bunga jantan mempunyai 10 buah benang sari yang tersusun dalam 2 lingkaran, yang masing-masing berisi 5 benang sari. Tangkai benang sari berdiri

bebas dan kepala benang sarinya kecil. Bunga betina mempunyai indung telur berukuran panjang mencapai 1 cm dan mempunyai 3 buah kantung kecil, masing-masing dengan satu sel telur. Bunga betina mekar 1-2 minggu sebelum bunga jantan (protogini). Penyerbukan biasanya dilakukan oleh serangga. Penyerbukan sendiri terjadi jika bunga betina dan bunga jantan yang terletak pada dahan yang berbeda dan pohon yang sama mekar pada waktu yang bersamaan. Setelah penyerbukan dan fertilisasi, indung telur berkembang menjadi buah. Buah matang dalam waktu 70–90 hari. Buah yang sudah matang berupa kapsul dengan diameter 1–1,5 cm akan pecah secara alamiah ketika kering atau layu. Biji ubi kayu berbentuk oval dengan panjang 0,7–1,0 cm. Biji mempunyai kulit (testa) yang rapuh, mudah pecah. Biji berwarna abu-abu, kecoklatan atau abu-abu tua dengan bintik-bintik gelap (Ekanayake et al., 1997).

Potongan melintang ubikayu terdiri dari kulit luar (periderm), kulit dalam (cortex), daging umbi (flesh) dan tali vaskular tengah (central vascular strands). Kulit luar terdiri dari beberapa lapisan sel mati yang membungkus umbi ubi kayu. Warnanya bervariasi, bentuk dan teksturnya kadang tebal dan kasar, kadang tipis dan halus. Kulit dalam terletak di bawah kulit luar, terdiri dari sklerenkima, parenkima kortikal, dan phloem. Warna kulit dalam bervariasi dari putih atau krem sampai merah muda (pink). Daging umbi terletak di tengah umbi dan sebagian besar terdiri dari sel-sel parenkima tempat penyimpanan yang berasal dari kambium.


(18)

Daging umbi merupakan tempat penyimpanan utama tanaman ubi kayu dimana butir-butir pati disimpan. Warna daging umbi bervariasi dari putih sampai krem atau kuning. Warna kuning menandakan kadar beta karoten yang tinggi. Benang vaskular tengah terdiri dari bundel xylem. Kadar serat dan kekuatan benang ini bergantung pada kondisi lingkungan dan umur tanaman. Umbi ubikayu bervariasi bentuknya, bergantung kondisi tanah tempat tumbuhnya (Ekanayake et al., 1997).

Syarat Tumbuh Iklim

Kebutuhan akan sinar matahari sekitar 10 jam tiap hari. Hidup tanpa naungan suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman ubi kayu adalah berkisar 18º-35ºC, Suhu udara minimal 10ºC, sedangkan suhu optimalnya adalah 25-27 ºC. Kelembaban udara yang optimal bagi tanaman ubi kayu berkisar antara RH 60-65%. Curah hujan yang optimal untuk budidaya ubi kayu adalah 750-1000 mm/thn. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter di atas permukaan laut (Baharsjah, dkk, 1985)

Tanah

Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.


(19)

Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5–8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada tanah ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0– 5,5 tanaman ubi kayu ini pun dapat tumbuh dan cukup subur bagi pertumbuhannya.

Varietas-Varietas Ubi Kayu

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pusat Penelitian Pengembangan pertanian telah melepas beberapa varietas unggul ubi kayu antara lain:

Varietas Malang 1 dan Malang 2 mempunyai umur panen 270 dan 240 hari dengan produksi mencapai 37 dan 32 ton/ha. Tahan tungau merah dan bercak coklat merah daun menjadi varietas unggul yang dilepas pada tahun 1993

Pada tahun 1993 dilepas tiga varietas introduksi, yaitu Adira 1, Adira 2, dan Adira 4, ketiga varietas ini mempunyai sifat ketahanan terhadap hama tungau merah dan tahan layu. Sedangkan umur panennya berbeda, yaitu Adira 1 215 hari, Adira 2 250 hari, dan Adira 4 270 hari, produksi perhektarnya berkisar antara 21, 35, dan 37 ton/ha.

Varietas UJ-3 diintroduksi dan dilepas sebagai varietas unggul di Indonesia pada tahun 2000. Memiliki ciri–ciri umum berbatang tegak, tidak bercabang. Produktivitas rata–rata 35–40 ton/ha, warna kulit umbi krem keputihan dengan warna kulit dalam umbi putih kemerahan, rasa pahit (kadar HCN>100 ppm), kadar pati 25– 30%, dan umur panen 8–10 bulan.

Varietas Darul Hidayah dilepas menjadi varietas unggul di Indonesia pada tahun 1998. Mempunyai ciri–ciri umur panen 8–10 bulan, potensi hasil perhektarnya 102 ton/ha, warna daging umbi berwarna putih dan berkadar pati antara 25.0- 31,5 %.


(20)

Varietas UJ-5 dilepas sebagai varietas unggul di Indonesia pada tahun 2000, memiliki ciri–ciri tidak bercabang, rata–rata produksinya 38 ton/ha, dan warna kulit umbi putih, warna kulit dalam agak ungu, daging umbi putih, rasa pahit (kadar HCN >100 ppm). Kadar pati 19–30%, agak tahan terhadap bakteri hawar (Cassava bacterial blight), umur panen 9–10 bulan.

Pada tahun 2001 dilepas dua varietas introduksi yaitu 4 dan Malang-6, kedua varietas ini memiliki ciri–ciri yang berbeda. Varietas Malang-4 memiliki batang yang tidak bercabang, sedangkan varietas Malang-6 memiliki batang yang bercabang tinggi, rata–rata produksi kedua varietas berkisar antara 36,5–39,7 ton/ha. Kulit luar umbi varietas Malang-4 berwarna coklat dan kulit dalam umbinya berwarna putih, sedangkan pada varietas Malang-6 kulit luar umbinya berwarna putih dan kulit dalam berwarna agak kuning. Umur panen kedua varietas rata – rata pada umur 9 bulan


(21)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di daerah beberapa kecamatan penghasil ubi kayu yang berada di Kabupaten Simalungun, yaitu Kecamatan Tanah Jawa, Hutabayuraja, Panombean Pane, Pematang Raya, Serbelawan, dan Pardonguan Nauli dari bulan Juni 2011 hingga Agustus 2011.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 3º 18' - 9º 36' LU dan 98º 32' - 99º 35' BT secara administrative terdiri dari 21 Kecamatan dengan 234 Desa dan 14 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,60 Km² atau 438660 Ha, dengan jumlah penduduk 855.591 jIwa.

Pada penelitian ini yang akan diamati ada enam Kecamatan, yakni Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Hutabayuraja, Kecamatan Panombean Pane, Kecamatan Pematang Raya, Kecamatan Serbelawan, Kecamatan Pardonguan Nauli.

Adapun daerah yang berpotensi untuk penanaman ubi kayu yakni di Simalungun, Tapanuli Utara (Taput), Deliserdang dan Serdang Bedagai (Sergai). Tetapi dari data yang ada, ubi kayu umumnya dibudidayakan di 27 kabupaten/kota yang ada di Sumut, meskipun jumlah tanaman dan produksinya bervariasi. Hal ini menunjukkan banyaknya jenis – jenis ubi kayu (Manihot esculenta. CRANTZ) yang tersebar di Kabupaten Simalungun Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Sidamanik di daerah Sumatera Utara yang perlu diidentifikasi dan diketahui jenis – jenisnya.


(22)

Berdasarkan data yang diperoleh MedanBisnis dari Dinas Pertanian Sumut, target produksi ubi kayu di Angka Ramalan (Aram) I tahun 2011 mencapai 981.077 ton dengan produktivitas 281,64 kwintal perhektar dan luas panen 34.835 hektar. Sedangkan Angka Tetap (Atap) 2010, produksi mencapai 905.571 ton dengan rata-rata produktivitas 279,48 kwintal perhektar dan luas panen 32.402 hektar.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam studi ini antara lain adalah kamera, alat ukur berupa meteran, timbangan, altimeter, kain putih, dan alat-alat lain yang menunjang dalam penelitian ini

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu mengidentifikasi dan menginventarisasi jenis-jenis tanaman ubi kayu yang ada di wilayah Kabupaten Simalungun. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer yang diperoleh melalui pengematan langsung di lapangan yaitu jenis-jenis ubi kayu yang ditemukan, lalu diamati secara morfologis karakteristik vegetatifnya yang menjadi penciri antara satu jenis dengan jenis lainnya yang meliputi:

a) daun (bentuk daun, warna daun, warna tangkai daun, warna tulang daun, jumlah anak daun, ukuran)

b) batang (warna batang muda, batang tua)


(23)

Pelaksanaan Penelitian

Inventarisasi tanaman ubi kayu dilaksanakan dengan cara mengunjungi daerah-daerah yang diduga banyak ditemui tanaman ubi kayu oleh masyarakat. Bila dijumpai jenis tanaman dilakukan identifikasi dengan berdasarkan peubah amatan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dilakukan pendokumentasian dengan Camera Canon 15 mega pixels. Penelitian terus dilanjutkan bila masih dijumpai jenis yang baru.

Parameter

Peubah amatan dalam penelitian ini adalah : 1. Warna daun muda (pucuk)

2. Warna daun tua (bagian atas dan bagian bawah) 3. Warna tangkai daun

4. Bentuk dan ukuran daun 5. Urat daun

6. Warna batang muda 7. Warna batang tua 8. Bentuk batang

9. Warna kulit luar umbi 10.Warna kulit kedua umbi 11.Warna kulit dalam umbi

12.Umbi (warna, ukuran, jumlah per pohon) 13.Bunga


(24)

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal apa adanya. Dalam penelitian ini hanya mengumpulkan jenis-jenis tanaman ubi kayu yang ditanam oleh masyarakat di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Mencatat ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing jenis ubi kayu dan menyajikan dalam bentuk tabel dan gambar.


(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakter Fisik

Dari hasil survei yang dilakukan di lima kecamatan daerah penelitian terdapat 6 (enam) jenis tanaman ubi kayu yang umum ditanam oleh masyarakat. Hanya 6 jenis yang diberi nama sebutan oleh masyarakat setempat dengan nama yang sedikit berbeda dari tempat ke tempat. Dengan demikian keenam jenis yang diperoleh adalah: Ubi Adira, Malaysia, Roti, Pulut, Kuning, dan ubi jenis X. Penyebaran di tiap kawasan tertera pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Penyebaran jenis ubi kayu di lokasi penelitian

Kecamatan Desa Adira Malaysia Roti Pulut Kuning X

Tanah Jawa - Muara Mulia

- Bosar Galugur - Pematang Tanah Jawa

√ √ √ √ √ √ √ √

Hutabayuraja - Huta Bayu

- Pulo Bayu √

Panombean Pane

- Nagori Bosar

- Pematang Panombeian

√ √

Pematang Raya - Pematang Raya

- Raya Bayu

√ √

Dolok batu nanggar

- Serbelawan √ √

Pematang Bandar

- Pardomuan Nauli

- Mariah Bandar √


(26)

Enam jenis tanaman ubi kayu yang diperoleh dibedakan berdasarkan beberapa karakter fisik yang menonjol secara visual antara lain adalah warna daun muda (pucuk); warna daun tua (bagian atas dan bagian bawah); warna tangkai daun; bentuk dan ukuran daun; urat daun; warna batang muda; warna batang tua; bentuk batang; warna kulit luar umbi, warna kulit kedua umbi; warna kulit dalam umbi; umbi (warna, ukuran, jumlah per pohon); bunga.

Deskripsi masing-masing jenis ubi kayu berdasarkan ciri fisik yang diamati dapat dilihat pada tabel-tabel berikut di bawah ini.

1. Ubi Adira

Ciri-ciri daun, batang, dan umbi ubi Adira tertera pada tabel 1, dengan gambar 1 berikut:

Tabel 1. Ciri-ciri Daun, Batang dan Umbi Ubi Adira

No Ciri-ciri Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Warna daun muda (pucuk) Warna daun tua bagian atas Warna daun tua bagian bawah Warna tangkai daun

Urat daun Bentuk daun

Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang

Warna kulit luar umbi Warna kulit kedua umbi Warna kulit dalam umbi Umbi

Hijau kecoklatan Pantone 5753 C Hijau tua Pantone

Hijau tua keputihan Hijau kemerahan

Sama warna dengan tangkai daun Tunggal berbagi 5, helai anak daun berbentuk lanset ramping.pada bagian atas

Hijau muda keabu-abuan Abu-abu kecoklatan

Cabang tiga di bagian tengah Coklat tua, kasar

Merah muda garis-garis merah Putih


(27)

1 2 3 4 Gambar 1. Ubi Adira dan bagian-bagian yang diamati Keterangan gambar ubi kayu jenis Adira:

a. Pohon Ubi Kayu Adira b. Daun Pucuk

c. Daun dan tangkai daun d. Batang Muda dan Batang Tua e. Bentuk Umbi

f. Bentuk Batang

g. Warna Umbi dan Kulit Umbi: 1. Kulit luar umbi

2. Kulit kedua umbi 3. Kulit dalam umbi 4. Umbi

a

b

d

f e

g


(28)

2. Ubi Malaysia

Ciri-ciri daun, batang, dan umbi ubi Malaysia tertera pada tabel 2, dan gambar 2 sebagai berikut

Tabel 2. Ciri-ciri Daun, Batang dan Umbi Ubi Malaysia

No Ciri-ciri Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Warna daun muda (pucuk) Warna daun tua bagian atas Warna daun tua bagian bawah Warna tangkai daun

Bentuk daun

Urat daun

Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang

Warna kulit luar umbi Warna kulit kedua umbi Warna kulit dalam umbi Umbi

Hijau kecoklatan Pantone 5753 C Hijau tua Pantone

Hijau tua keputihan Hijau muda

Tunggal berbagi 7, helai anak daun berbentuk lanset lebar di bagian atas. Sama warna dengan tangkai daun Hijau tua dan keputihan

Abu-abu kecoklatan Lurus

Coklat tua, kasar

Putih dengan garis coklat kemerahan Putih


(29)

1 2 3 4

Gambar 2. Ubi Malaysia dan bagian-bagian yang diamati

Keterangan gambar ubi kayu jenis Malaysia: a. Daun pucuk

b. daun dan tangkai daun c. batang tua dan muda d. bentuk umbi

e. warna umbi dan kulit umbi: 1. kulit luar umbi

2. kulit kedua umbi 3. kulit dalam umbi 4. warna umbi

a

c

b

d e


(30)

3. Ubi Roti

Ciri-ciri daun, batang, dan umbi Ubi Roti dataran tinggi tertera pada tabel 3, dan gambar 3 sebagai berikut

Tabel 3. Ciri-ciri Daun, Batang dan Umbi Ubi Roti dataran tinggi

No Ciri-ciri Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Warna daun muda (pucuk) Warna daun tua bagian atas Warna daun tua bagian bawah Warna tangkai daun

Bentuk daun

Urat daun

Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang

Warna kulit luar umbi Warna kulit kedua umbi Warna kulit dalam umbi Umbi

Bunga

Hijau kecoklatan Pantone 5753 C Hijau tua Pantone

Hijau tua keputihan Merah

Tunggal berbagi 7, helai anak daun berbentuk lanset lebar di bagian atas. Lebih merah muda, namun semakin ke ujung warna semakin hijau muda Hijau muda kemerahan

Coklat

Cabang dua di bagian tengah Coklat dan bertekstur halus Putih dengan garis kecoklatan Putih

Putih, bagian tengahny berserat coklat Berwarna hijau kemerahan


(31)

1

2

3

4

Gambar 3. Ubi Roti dataran tinggi dan bagian-bagian yang diamati

Keterangan gambar ubi kayu jenis Roti dataran tinggi: a. Daun pucuk

b. Batang tua dan muda c. Bentuk umbi

d. Daun dan tangkai daun e. warna umbi dan kulit umbi:

1. kulit luar umbi 2. kulit kedua umbi 3. kulit dalam umbi 4. umbi

f. Bunga a

b

c

f d


(32)

4. Ubi Pulut dataran tinggi

Ciri-ciri daun, batang, dan umbi ubi Pulut tertera pada tabel 4, dan gambar 4 sebagai berikut

Tabel 4. Ciri-ciri Daun, Batang dan Umbi Ubi Pulut dataran tinggi

No Ciri-ciri Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Warna daun muda (pucuk) Warna daun tua bagian atas Warna daun tua bagian bawah Warna tangkai daun

Bentuk daun

Urat daun

Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang

Warna kulit luar umbi Warna kulit kedua umbi

Warna kulit dalam umbi Umbi

Bunga

Hijau tua Pantone 5753 C Hijau tua Pantone Hijau tua keputihan Hijau muda

Tunggal berbagi 7, helai anak daun berbentuk lanset ramping

Sama wrna dengan tangkai daun Hijau tua dan keputihan

Abu-abu putih

Cabang dua di bagian tengah Coklat sedikit kasar

Putih dengan garis samar coklat kemerahan

Putih

Putih, ukuran sedang, jumlah banyak Berwarna hijau muda


(33)

1 2 3

Gambar 4. Ubi Pulut dan bagian-bagian yang diamati

Keterangan gambar ubi kayu jenis Pulut dataran tinggi: a. pohon ubi Pulut

b. daun dan tangkai dau c. batang tua dan muda d. bentuk umbi

e. bunga ubi Pulut f. warna umbi dan kulit umbi

1. kulit luar umbi 2. kulit kedua umbi 3. warna umbi

b

a

c

d e


(34)

5. Ubi Kuning (Mentega)

Ciri-ciri daun, batang, dan umbi ubi Kuning (Mentega) tertera pada tabel 5, dan gambar 5 sebagai berikut

Tabel 5. Ciri-ciri Daun, Batang dan Umbi Ubi Kuning (Mentega)

No Ciri-ciri Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Warna daun muda (pucuk) Warna daun tua bagian atas Warna daun tua bagian bawah Warna tangkai daun

Bentuk dan ukuran daun

Urat daun

Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang

Warna kulit luar umbi Warna kulit kedua umbi Warna kulit dalam umbi Umbi

Hijau tua Pantone 449 C Hijau tua kekuningan Hijau muda kekuningan

Bagian atas merah muda, bagian bawah kuning

Tunggal berbagi 7, helai anak daun lanset melebar

Semakin ke ujung semakin hijau muda Hijau muda

Hijau keabu-abuan Lurus

Coklat muda kekuningan, kasar Putih dengan bercak kecoklatan Putih kekuningan

Kuning muda, ukuran sedang, jumlah banyak


(35)

1 2 3 4

gambar 5. Ubi Kuning dan bagian-bagian yang diamati Keterangan gambar ubi kayu jenis kuning (mentega):

a. pohon ubi kuning b. daun pucuk c. bentuk umbi

d. daun dan tangkai daun e. warna umbi dan kulit umbi

1. kulit luar umbi 2. kulit kedua umbi 3. kulit dalam umbi 4. warna umbi

f. batang muda dan batang tua

f a

b

c

d


(36)

6. Ubi X

Ciri-ciri daun, batang, dan umbi ubi jenis X tertera pada tabel 6, dan gambar 6 sebagai berikut

Tabel 6.Ciri-ciri Daun, Batang dan Umbi Ubi Jenis X

No Ciri-ciri Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Warna daun muda (pucuk) Warna daun tua bagian atas Warna daun tua bagian bawah Warna tangkai daun

Bentuk dan ukuran daun

Urat daun

Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang

Warna kulit luar umbi Warna kulit kedua umbi Warna kulit dalam umbi Umbi

Hijau muda Pantone 385 U Hijau tua kekuningan Hijau muda keputihan Merah tua

Tunggal berbagi 8, helai anak daun berbentuk lanset membulat.

Merah muda dan semakin ke ujung semakin hijau

Hijau muda beralur merah vertikal Hijau keabuan

Lurus

Coklat keputihan, sedikit kasar

Putih abu-abu baralur coklat melingkar Putih

Warna Putih, ukuran sedang, jumlah banyak


(37)

1 2 3

Gambar 6. Ubi kayu X dan bagian-bagian yang diamati

Keterangan gambar ubi kayu jenis X: a. pohon ubi kayu jenis X b. daun pucuk

c. batang muda dan batang tua d. daun dan tangkai daun e. warna umbi dan kulit umbi

1. kulit luar umbi 2. kulit kedua umbi 3. warna umbi f. bentuk umbi

a

b

d c

f e


(38)

Pembahasan

Jenis-jenis ubi kayu yang ditelah diidentifikasi di atas merupakan jenis-jenis yang umum ditanam oleh masyarakat. Karakteristik keenam jenis tersebut sangat mudah dibedakan secara visual. Ciri yang sangat mudah untuk dijadikan pembeda antara satu jenis dengan jenis lainnya adalah warna daun muda dan daun tua, warna batang muda dan batang muda, dan warna tangkai daun. Warna umbi umumnya putih sehingga sulit untuk membedakan antara satu dengan lainnya.

Berdasarkan warna daun muda (pucuk) ada terdapat persamaan diantara jenis. Daun muda dengan warna hijau kecoklatan terdapat pada ubi Adira, Malaysia, Roti dataran tinggi. Ubi jenis Kuning dan Pulut dataran tinggi memiliki warna daun muda yang sama, yaitu hijau tua. sedangkan yang mempunyai warna hijau muda hanya ubi Jenis X.

Untuk parameter warna daun tua bagian atas, terdapat persamaan antara ubi Adira, Malaysia, Roti dataran tinggi, dan Pulut dataran tinggi yaitu hijau tua, sedangkan ubi Kuning, ubi jenis X berwarna hijau tua kekuningan. Daun tua bagian bawah umumnya berwarna hijau tua keputihan seperti yang terdapat pada ubi Adira, Malaysia, Roti, dan Pulut. Sedangkan ubi Kuning dan jenis X memiliki warna daun tua bagian bawah yang sama pula yakni hijau muda kekuningan,

Warna tangkai daun dapat digunakan sebagai ciri pembeda antar jenis. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya warna antar jenis yaitu dari hijau kemerahan, hijau muda, warna merah, merah tua, hingga yang berbeda antara bagian atas dan bagian bawah tangkai daun. Ada dua jenis yang memiliki warna yang hampir sama berwarna merah yaitu ubi Roti dan jenis X. Selain itu ubi Malaysia dengan ubi Pulut


(39)

juga memiliki kesamaan yakni berwarna hijau muda. Sedangkan yang lain memiliki masing-masing warna yang khas.

Daun ubi kayu umumnya sama, yaitu tunggal dengan helaian daun sampai dekat pangkal berbagi menjari 7-9, namun masih sangat bervariasi antar jenis pada bentuk helaian dan ukurannya. Jenis yang memiliki bentuk helaian daun yang sama, yaitu berbentuk lanset lebar di bagian atas adalah ubi Malaysia dengan ubi Roti, sedangkan lainya memiliki karakteristik yang bereda satu sama lainnya.

Warna batang muda dapat juga digunakan sebagai ciri pembeda, namun ada beberapa jenis yang memiliki warna yang hampir sama. Ubi Malaysia dataran tinggi dengan ubi Pulut dataran tinggi memiliki warna batang muda yang hampir sama yaitu hijau tua keputihan. Sedangkan jenis lainnya berbeda satu sama lain, dari mulai hijau muda keabu-abuan, hijau muda kemerahan, hijau muda beralur merah vertikal, dan hijau muda.

Batang tua ubi kayu umumnya berubah warnanya dengan batang muda sehingga dapat juga dijadikan sebagai ciri pembeda antar jenis. Ubi kayu Adira memiliki kemiripan warna dengan ubi Malaysia dataran tinggi yaitu warna abu-abu kecoklatan, selain itu ubi Kuning dengan ubi jenis X memiliki kemiripan warna hijau keabu-abuan. Sedangkan jenis lainnya memiliki warna yg berbeda-beda pula dari warna coklat dan abu-abu keputihan.

Urat daun umumnya memiliki warna yang sama dengan tangkai daunnya, akan tetapi ada juga yg berbeda warna. Biasanya yang berbeda warna itu adalah jenis ubi kayu yang memiliki tangkai berwarna merah. Seperti ubi jenis Roti, Kuning, dan ubi jenis X yang berwarna merah di pangkal tetapi semakin keujung semakin berwarna kehijauan (ubi Sawit) dan kuning kecoklatan (ubi Jenis X ).


(40)

Warna dan tekstur kulit umbi (bagian epidermis) juga menunjukkan variasi, meski ada beberapa jenis yang hampir sama, yaitu coklat tua dan kasar, seperti yang terdapat pada ubi jenis Adira dan Malaysia. Jenis-jenis lainnya menunjukkan perbedaan yang jelas dari warna coklat dan halus (ubi Roti), coklat dan kasar (ubi Pulut dataran tinggi), coklat muda kekuningan dan kasar (ubi Kuning), dan coklat keputihan dan sedikit kasar (Jenis X).

Warna kulit kedua umbi menunjukkan variasi yang besar antar jenis, meski ada dua jenis yang berwarna putih dengan garis kecoklatan yaitu ubi Malaysia dan ubi Roti dataran tingg. Jenis yang lainnya memiliki ciri warna yang khas, yaitu berwarna putih dengan garis tipis coklat kemerahan (ubu Pulut dataran tinggi), putih dengan bercak kecoklatan (ubi Kuning). putih abu-abu beralur coklat melingkar (ubi Jenis X).

Warna kulit dalam umbi berkaitan dengan warna umbi, pada umumnya berwarna putih, kecuali ubi Kuning yang berwarna putih kekuningan (kuning muda) yaitu pada ubi Kuning. Ukuran umbi dan jumlah umbi dalam satu pohon juga tidak dapat dijadikan sebagai faktor pembeda. Karakter-karakter ini masih dipengaruhi banyak faktor, antara lain umur panen dan media tumbuh, yaitu kondisi tanah.

Berdasarkan kepada enam kecamatan lokasi kegiatan penelitian ini dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecamatan Tanah Jawa

Kecamatan Tanah Jawa berada pada ketinggian 190m dpl dengan luas wilayah 172,04 km2. Desa yang kami datangi adalah Desa Muara Mulia, Bosar Galugur, dan Pematang Tanah Jawa. Rata-rata produksi ubi kayu pada kecamatan tanah jawa adalah 273,32 kw/ha. Terdapat empat jenis ubi di kecamatan Tanah Jawa


(41)

ini, yakni ubi Adira, Malaysia, Kuning, dan ubi jenis X. Dinamakan jenis A karena belum memiliki nama, namun dapat diketahui bahwa ubi jenis X ini bisa di konsumsi. Masing-masing jenis ubi memiliki perbedaan secara morfologis ubi adira tidak di konsumsi karena termasuk ubi racun, sedangkan ubi Malaysia, Kuning, dan Roti untuk dikonsumsi.

2. Kecamatan Hitabayuraja

Kecamatan Hutabayuraja berada pada ketinggian 236m dpl, dengen luas wilayah sebesar 156,48 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Huta Bayu dan Pulo Bayu. Rata-rata produksi ubi kayu pada kecamatan hutabayuraja adalah 263,28 kw/ha. Hanya ditemukan satu jenis ubi kayu d kecamatan ini, yaitu ubi Roti.

3. Kecamatan Panombean Pane

Kecamatan Panombean Pane berada ketinggian 726m dpl dengan luas wilayah sebesar 92,20 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Desa Nagori Bosar dan Pematang Panombeian. Rata-rata produksi ubi kayu pada kecamatan Penombeian Pane ini adalah 247,07 kw/ha. Ditemukan dua jenis ubi kayu, yaitu ubi kayu jenis Adira dan Pulut.

4. Kecamatan Pematang Raya,

Merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggiam 1023m dpl dengan luas lahan 328,5 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Pematang Raya dan Raya Baru. Rata-rata produksi ubi kayu di kecamatan Pematang Raya adalah 260,08 kw/ha. Terdapat dua jenis ubi yakni ubi Adira dan Roti. Tetapi terjadi beberapa perbedaan ubi daerah dataran tinggi dengan ubi kayu pada dataran rendah. Ubi Adira dan Roti di Pematang raya memiliki bunga dan lebih banyak cabang.


(42)

5. Kecamatan Dolok Batu Nanggar

Kecamatan Dolok Batu Nanggar berada pada ketinggian 143m dpl dengan luas wilayah 135,30 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Serbelawan. Rata-rata produksi ubi kayu di Kecamatan Dolok Batu Nanggar adalah 270,28 kw/ha Terdapat dua jenis ubi yakni ubi Malaysia dan ubi jenis .

6. Kecamatan Pematang Bandar

Kecamatan Pematang Bandar berada pada ketinggian 50m dpl dengan luas wilayah 108,78 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Pardomuan Nauli dan Mariah Bandar. Rata-rata produksi ubi kayu di kecamatan pematang bandar adalah 278,77 kw/ha. Ditemukan empat jenis ubi kayu yakni ubi Malaysia, Roti, Pulut, dan Kuning

Berdasarkan keterangan dari keenam kecamatan yang diamati juga diketahui alasan mengapa penduduk setempat memilih untuk menanam ubi jenis Malaysia dan Adira adalah karena memang sudah ada orang atau perusahaan yg mensuplai bibit ubi kayu kepada penduduk, dan perusahaan tersebut juga yang langsung mengangkut dan membayar hasilnya dalan jumlah besar. Maka dari itu para petani tidak tau menau berapa sebenarnya kisaran harga ubi perkilo nya. Jadi tugas para petani itu sendiri hanyalah menanam dan memeliharanya sampai masa panen datang. Sehingga petani tidak perlu lagi memikirkan bagaimana pendistribusiannya.

Sedangkan untuk ubi kayu jenis Roti, Pulut dan Kuning, para petani dan penduduk setempat menanamnya untuk dikonsumsi karena rasanya yang enak. Maka dari itu banyak jenis ubi kayu Roti di tanam di seputaran halaman masing-masing rumah penduduk. Selain umbinya, daunnya juga enak untuk dijadikan bahan masakan.


(43)

Adapun keunggulan masing-masing dari ubi kayu tersebu berdasarkan literatur dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ubi kayu jenis Adira, termasuk ke dalam ubi racun. Karena memiliki kadan HCN yg cukup tinggi. Namun ubi kayu adira juga merupakan salah satu varietas unggul yang telah dilepas Departemen Pertanian. Adira sering dimanfaat sebagai bahan dasar etanol, dan juga pakan ternak. Adira memiliki keunggulan sifat tahan terhadap hama tungau merah, dan tahan layu dan memiliki kandungan pati 25-30%, adira juga mempunyai umur 8 bulan dengan produksi perhektar sebersar 37 ton/ha

2. Ubi kayu jenis Malaysia, merupakan ubi untuk dikonsumsi. Memiliki kadar HCN yang rendah, tahan penyakit bakteri, memiliki kandungan pati 25-32%. Ubi kayu malaysia memiliki umur sekitar 9 bulan dengan produksi perhektar sebesar 30 ton/ha

3. Ubi kayu jenis Roti, merupakan ubi yang memiliki rasa yang enak, memiliki sifat toleran terhadap bercak daun, memiiki kandungan pati 20-25%. Ubi kayu jenis roti berumur 8 bulan dengan produksi perhektar sebesar 20-25 ton/ha. 4. Ubi kayu jenis Pulut, memiliki rasa yang enak untuk dikonsumsi. Agak tolerah

terhadap hawar daun. Ubi kayu pulut memiliki kandungan pati 20%, dan berumur 8-9 bulan dengan produksi perhektar sebesar 20 ton/ha

5. Ubi kayu jenis Kuning, memiliki rasa yg lebih enak dan pulen, dengan warna umbi yg kekuningan. bersifat agak tahan CBB (cassava bacterial blight), dan memiliki kandungan pati 20-30%. Ubi kayu jenis kuning ini berumur 8-10 bulan dengan produksi perhektar sebesar 20-23 ton/ha.


(44)

6. Ubi kayu jenis X, belum diketahui memiliki sifat keunggulan tertentu, namun memiliki kadar HCN yang rendah karena tidak memiliki rasa yang pahit sehingga bisa dikonsumsi.

Tabel 7. Kadar HCN dalam umbi


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terdapat enam jenis ubi kayu di Kabupaten Simalungun yakni ubi kayu jenis Adira, Malaysia, Roti, Pulut, Kuning, dan ubinkayu jenis A. Beberapa jenis tanaman ubi kayu memiliki perbedaan anatomi yang cukup menonjol, antara lain dari daun muda (pucuk), daun tua (bagian permukaan dan bagian bawah), tangkai daun, batang muda dan batang tua, bentuk daun dan lain-lain.

Warna umbi, ukuran dan jumlah umbi belum dapat dijadikan sebagai faktor pembeda yang akurat, karena umumnya warna umbi adalah putih dan ukuran serta jumlahnya per pohon dipengaruhi faktor lain diantaranya umur panen dan media tanam. Namun demikian warna kulit umbi baik kulit terluar maupun kulit kedua, sangat bervariasi dan berbeda antara satu jenis dengan jenis lainnya, sehingga dapat dijadikan sebagai penciri suatu jenis ubi kayu.

Saran

Diperkirakan masih ada jenis-jenis ubi kayu lain yang belum ditemukan. Dengan demikian perlu diteliti lebih lanjut untuk memperoleh data tentang jenis-jenis ubi kayu lainnya yang ada di Sumatera Utara.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Allem AC. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.

Azwar, A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Dalam: Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”. BPS, Departemen Kesehatan, Badan POM, Bappenas, Departemen Pertanian dan Ristek, Jakarta.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian, Cetakan Pertama , P.T. Bumi Aksara Jakarta

Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor: yayasan Dewi Sri.

Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Pohon industri ubi kayu.

Departemen Pertanian republic Indonesia. 2009. Basis Data Statistik Pertanian. http://database.deptan.go.id/bdsp/index.asp.

Ekanayake IJ, Osiru DSO, Porto MCM. 1997. Morphology of cassava.

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/03/11/23259/aram_i_produksi _umbi-umbian_sumut_capai_981077_ton

Krebs,C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Philadelphia: Harper and publisher. Inc.

Rukmana R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company

Limited, New Delhi.

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke – 3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wargiono J. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan.

Westby A. 2002. Cassava utilization, storage and small-scale processing. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 281-300.


(1)

ini, yakni ubi Adira, Malaysia, Kuning, dan ubi jenis X. Dinamakan jenis A karena belum memiliki nama, namun dapat diketahui bahwa ubi jenis X ini bisa di konsumsi. Masing-masing jenis ubi memiliki perbedaan secara morfologis ubi adira tidak di konsumsi karena termasuk ubi racun, sedangkan ubi Malaysia, Kuning, dan Roti untuk dikonsumsi.

2. Kecamatan Hitabayuraja

Kecamatan Hutabayuraja berada pada ketinggian 236m dpl, dengen luas wilayah sebesar 156,48 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Huta Bayu dan Pulo Bayu. Rata-rata produksi ubi kayu pada kecamatan hutabayuraja adalah 263,28 kw/ha. Hanya ditemukan satu jenis ubi kayu d kecamatan ini, yaitu ubi Roti.

3. Kecamatan Panombean Pane

Kecamatan Panombean Pane berada ketinggian 726m dpl dengan luas wilayah sebesar 92,20 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Desa Nagori Bosar dan Pematang Panombeian. Rata-rata produksi ubi kayu pada kecamatan Penombeian Pane ini adalah 247,07 kw/ha. Ditemukan dua jenis ubi kayu, yaitu ubi kayu jenis Adira dan Pulut.

4. Kecamatan Pematang Raya,

Merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggiam 1023m dpl dengan luas lahan 328,5 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Pematang Raya dan Raya Baru. Rata-rata produksi ubi kayu di kecamatan Pematang Raya adalah 260,08 kw/ha. Terdapat dua jenis ubi yakni ubi Adira dan Roti. Tetapi terjadi beberapa perbedaan ubi daerah dataran tinggi dengan ubi kayu pada dataran rendah. Ubi Adira dan Roti


(2)

5. Kecamatan Dolok Batu Nanggar

Kecamatan Dolok Batu Nanggar berada pada ketinggian 143m dpl dengan luas wilayah 135,30 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Serbelawan. Rata-rata produksi ubi kayu di Kecamatan Dolok Batu Nanggar adalah 270,28 kw/ha Terdapat dua jenis ubi yakni ubi Malaysia dan ubi jenis .

6. Kecamatan Pematang Bandar

Kecamatan Pematang Bandar berada pada ketinggian 50m dpl dengan luas wilayah 108,78 km2. Desa yang kami jelajahi adalah Pardomuan Nauli dan Mariah Bandar. Rata-rata produksi ubi kayu di kecamatan pematang bandar adalah 278,77 kw/ha. Ditemukan empat jenis ubi kayu yakni ubi Malaysia, Roti, Pulut, dan Kuning

Berdasarkan keterangan dari keenam kecamatan yang diamati juga diketahui alasan mengapa penduduk setempat memilih untuk menanam ubi jenis Malaysia dan Adira adalah karena memang sudah ada orang atau perusahaan yg mensuplai bibit ubi kayu kepada penduduk, dan perusahaan tersebut juga yang langsung mengangkut dan membayar hasilnya dalan jumlah besar. Maka dari itu para petani tidak tau menau berapa sebenarnya kisaran harga ubi perkilo nya. Jadi tugas para petani itu sendiri hanyalah menanam dan memeliharanya sampai masa panen datang. Sehingga petani tidak perlu lagi memikirkan bagaimana pendistribusiannya.

Sedangkan untuk ubi kayu jenis Roti, Pulut dan Kuning, para petani dan penduduk setempat menanamnya untuk dikonsumsi karena rasanya yang enak. Maka dari itu banyak jenis ubi kayu Roti di tanam di seputaran halaman masing-masing rumah penduduk. Selain umbinya, daunnya juga enak untuk dijadikan bahan masakan.


(3)

Adapun keunggulan masing-masing dari ubi kayu tersebu berdasarkan literatur dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ubi kayu jenis Adira, termasuk ke dalam ubi racun. Karena memiliki kadan HCN yg cukup tinggi. Namun ubi kayu adira juga merupakan salah satu varietas unggul yang telah dilepas Departemen Pertanian. Adira sering dimanfaat sebagai bahan dasar etanol, dan juga pakan ternak. Adira memiliki keunggulan sifat tahan terhadap hama tungau merah, dan tahan layu dan memiliki kandungan pati 25-30%, adira juga mempunyai umur 8 bulan dengan produksi perhektar sebersar 37 ton/ha

2. Ubi kayu jenis Malaysia, merupakan ubi untuk dikonsumsi. Memiliki kadar HCN yang rendah, tahan penyakit bakteri, memiliki kandungan pati 25-32%. Ubi kayu malaysia memiliki umur sekitar 9 bulan dengan produksi perhektar sebesar 30 ton/ha

3. Ubi kayu jenis Roti, merupakan ubi yang memiliki rasa yang enak, memiliki sifat toleran terhadap bercak daun, memiiki kandungan pati 20-25%. Ubi kayu jenis roti berumur 8 bulan dengan produksi perhektar sebesar 20-25 ton/ha. 4. Ubi kayu jenis Pulut, memiliki rasa yang enak untuk dikonsumsi. Agak tolerah

terhadap hawar daun. Ubi kayu pulut memiliki kandungan pati 20%, dan berumur 8-9 bulan dengan produksi perhektar sebesar 20 ton/ha

5. Ubi kayu jenis Kuning, memiliki rasa yg lebih enak dan pulen, dengan warna umbi yg kekuningan. bersifat agak tahan CBB (cassava bacterial blight), dan memiliki kandungan pati 20-30%. Ubi kayu jenis kuning ini berumur 8-10 bulan dengan produksi perhektar sebesar 20-23 ton/ha.


(4)

6. Ubi kayu jenis X, belum diketahui memiliki sifat keunggulan tertentu, namun memiliki kadar HCN yang rendah karena tidak memiliki rasa yang pahit sehingga bisa dikonsumsi.

Tabel 7. Kadar HCN dalam umbi


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terdapat enam jenis ubi kayu di Kabupaten Simalungun yakni ubi kayu jenis Adira, Malaysia, Roti, Pulut, Kuning, dan ubinkayu jenis A. Beberapa jenis tanaman ubi kayu memiliki perbedaan anatomi yang cukup menonjol, antara lain dari daun muda (pucuk), daun tua (bagian permukaan dan bagian bawah), tangkai daun, batang muda dan batang tua, bentuk daun dan lain-lain.

Warna umbi, ukuran dan jumlah umbi belum dapat dijadikan sebagai faktor pembeda yang akurat, karena umumnya warna umbi adalah putih dan ukuran serta jumlahnya per pohon dipengaruhi faktor lain diantaranya umur panen dan media tanam. Namun demikian warna kulit umbi baik kulit terluar maupun kulit kedua, sangat bervariasi dan berbeda antara satu jenis dengan jenis lainnya, sehingga dapat dijadikan sebagai penciri suatu jenis ubi kayu.

Saran

Diperkirakan masih ada jenis-jenis ubi kayu lain yang belum ditemukan. Dengan demikian perlu diteliti lebih lanjut untuk memperoleh data tentang jenis-jenis ubi kayu lainnya yang ada di Sumatera Utara.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Allem AC. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.

Azwar, A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Dalam: Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”. BPS, Departemen Kesehatan, Badan POM, Bappenas, Departemen Pertanian dan Ristek, Jakarta.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian, Cetakan Pertama , P.T. Bumi Aksara Jakarta

Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor: yayasan Dewi Sri.

Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Pohon industri ubi kayu.

Departemen Pertanian republic Indonesia. 2009. Basis Data Statistik Pertanian. http://database.deptan.go.id/bdsp/index.asp.

Ekanayake IJ, Osiru DSO, Porto MCM. 1997. Morphology of cassava.

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/03/11/23259/aram_i_produksi _umbi-umbian_sumut_capai_981077_ton

Krebs,C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Philadelphia: Harper and publisher. Inc.

Rukmana R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company

Limited, New Delhi.

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke – 3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wargiono J. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan.

Westby A. 2002. Cassava utilization, storage and small-scale processing. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology,