Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
MARS SELLA SINURAT 110302073
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) SKRIPSI
MARS SELLA SINURAT 110302073
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
SKRIPSI Oleh:
MARS SELLA SINURAT 110302073
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)


Nama

: Mars Sella Sinurat

NIM

: 110302073

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Hesti Wahyuningsih, S.Si, M.Si Ketua

Desrita, S.Pi, M.Si Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Mars Sella Sinurat Nim : 110302073 Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, Desember 2015
Mars Sella Sinurat NIM. 110302073

ABSTRAK
MARS SELLA SINURAT. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Di bawah bimbingan HESTI WAHYUNINGSIH dan DESRITA.
Perubahan parameter fisika kimia air akan mengganggu kehidupan biota di dalamnya, satu diantara jenis biota tersebut adalah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Uji toksisitas digunakan untuk menentukan status limbah cair industri tahu terhadap tingkat mortalitas ikan bawal air tawar. Oleh sebab itu, diperlukan nilai Lethal Concentration (LC50) 96 jam yang merupakan konsentrasi yang menyebabkan 50% hewan uji mati dalam pemaparan waktu 96 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 dari limbah cair industri tahu terhadap ikan bawal air tawar dan pengaruh konsentrasi limbah cair industri tahu terhadap tingkat mortalitas ikan bawal air tawar. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015. Prosedur penelitian antara lain uji pendahuluan, uji toksisitas, dan analisis probit. Uji toksisitas limbah cair industri tahu menghasilkan tingkat mortalitas ikan bawal air tawar diantaranya pada perlakuan konsentrasi 1,31% mematikan 20% ikan, konsentrasi 1,72% mematikan 36,67% ikan, konsentrasi 2,26% mematikan 53,33% ikan, dan konsentrasi 2,97% mematikan 83,33% ikan. Hasil penelitian menunjukan nilai LC50 96 jam dari limbah cair industri tahu terhadap ikan bawal air tawar adalah 20575,049 ppm (2,05%). Kata kunci : Ikan Bawal Air Tawar, Industri Tahu, LC50, Limbah Cair
i

ABSTRACT
MARS SELLA SINURAT. Acute Toxicity Test of Tofu Industrial Wastewater for Freshwater Pomfret (Colossoma macropomum). Under academic supervision by HESTI WAHYUNINGSIH AND DESRITA.
Changes of chemical and physic parameters of water will disrupt the organism life in it, one of the types of organisms is freshwater pomfret (Colossoma macropomum). Toxicity tests are used to determine the status of tofu industrial wastewater for the mortality rate of freshwater pomfret. Therefore, the required value of Lethal Concentration (LC50) 96 hours which is the concentration that causes 50% of test animals died within 96 hours of exposure time. This study aims to determine the LC50 value of tofu industrial wastewater for the freshwater pomfret and the concentration effect of tofu industrial wastewater for the mortality rate of freshwater pomfret. The study was conducted from July until August 2015. Research procedures include preliminary testing, toxicity testing, and probit analysis. Toxicity testing of tofu industrial wastewater for freshwater pomfret mortality rate in treatment concentration 1,31% kill 20% of the fish, 1,72% kill 36,67% of the fish, 2,26% kill 53,33% of the fish, and 2,97 % kill 83,33% of the fish. The investigations showed results that LC50 value for 96 hours of tofu industrial wastewater to the freshwater pomfret is 20575,049 ppm (2,05%). Keywords : Freshwater Pomfret, Tofu Industry, LC50, Wastewater
ii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Samosir pada tanggal 07 Agustus 1992. Penulis adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara dari Bapak Piktor Sinurat dan Ibu Nurmayati Simarmata. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 174605 Simarmata pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Simarmata pada tahun 20042007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pangururan pada tahun 20072010. Penulis kemudian melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Sumatera Utara pada program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian pada tahun 2011 melalui seleksi ujian tertulis UMB-PTN. Penulis aktif dalam kegiatan organisasi yaitu sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMMASPERA) pada periode 2013-2014 dan sebagai anggota organisasi KMK USU pada periode 2012-2015. Penulis juga pernah mendapatkan juara 1 dalam mengikuti gerak jalan putri sekecamatan Simanindo pada tahun 2005. Penulis juga mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu Jakarta Utara pada bulan juli hingga agustus tahun 2014.
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana perikanan (S.Pi) pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada orangtua penulis bapak tercinta P.Sinurat dan ibu tersayang N.Simarmata. Ucapan terimakasih juga kepada ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, S.Si, M.Si selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua jurusan dan seluruh dosen serta staf tata usaha program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih kepada kakak Effy Junita, Novalena, adik Naomi, Patar Mangohal Tua, Ellizabeth Margareth, Ramos Pahala Tua. Terkhusus kepada kekasih saya Fery J Sihotang dan teman terbaik saya yang mendukung dan membantu saya dalam melakukan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terkhusus dalam bidang manajemen sumberdaya perairan.
Medan, Desember 2015
Mars Sella Sinurat
iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................

i

ABSTRACT ...................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP...................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii

DAFTAR TABEL........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................... Rumusan Masalah............................................................................... Kerangka Pemikiran ........................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................ Manfaat Penelitian ..............................................................................

1 3 3 4 5

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) ........................... Kualitas Air Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) ....... Limbah Cair Industri Tahu ................................................................. Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu ........................................... Mortalitas ............................................................................................ Uji Pendahuluan (Nilai Kisaran) ........................................................ Uji Toksisitas ...................................................................................... LC50 ................................................................................................... Parameter Kualitas Air .......................................................................


6 8 9 11 12 14 15 18 19

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. Alat dan Bahan .................................................................................. Prosedur Penelitian ............................................................................. Persiapan Penelitian..................................................................... Uji Pendahuluan .......................................................................... Prosedur Uji Pendahulun ............................................................. Uji Toksisitas............................................................................... Prosedur Uji Toksisitas................................................................

22 22 23 23 24 24 25 25

v

Mortalitas..................................................................................... LC50 ............................................................................................ Analisis Data ...............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil............................................................................................. Uji Pendahuluan ................................................................. Uji Toksisitas ..................................................................... Persentase Mortalitas ......................................................... Analisis Probit.................................................................... Pembahasan ................................................................................. Uji Pendahuluan ................................................................ Uji Toksisitas ..................................................................... Analisis Probit....................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

26 26 27
28 28 29 31 32 33 33 35 39
41 41

vi


DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian..........................................................

4

2. Gambar Ikan Bawal Air Tawar..........................................................

7

3. Grafik Jumlah Kematian Ikan Pada Uji Pendahuluan .......................

28


4. Grafik Jumlah Kematian Ikan Pada Uji Toksisitas............................

30

vii

DAFTAR TABEL

No.

Teks

Halaman

1. Kualitas Air yang Optimal Untuk Ikan Bawal Air Tawar .................

9

2. Nilai Rata-Rata Kisaran Suhu, DO, dan pH Pada Uji Pendahuluan .


29

3. Nilai Rata-Rata Kisaran Suhu, DO, dan pH Pada Uji Toksisitas ......

30

4. Persentase Mortalitas Ikan Bawal Air Tawar dalam Uji Toksisitas ..

31

5. Analisis Probit Ikan Bawal Air Tawar dengan Bahan Toksik Limbah Cair Industri Tahu ..............................................................................

32

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No.


Teks

Halaman

1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian......................................................

47

2. Data Jumlah Kematian Ikan Pada Uji Pendahuluan ..........................

49

3. Penentuan Konsentrasi Uji Toksisitas ...............................................

50

4. Data Jumlah Kematian Ikan Pada Uji Toksisitas...............................

52


5. Data Parameter Kualitas Air ..............................................................

53

6. Tabel Nilai Probit Persentase Mortalitas ...........................................

59

7. Penentuan Lethal Concentration (LC50)...........................................

60

8. Perhitungan Statistik Jumlah Kematian Ikan Pada Uji Toksisitas.....

61

ix

ABSTRAK

MARS SELLA SINURAT. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Di bawah bimbingan HESTI WAHYUNINGSIH dan DESRITA.
Perubahan parameter fisika kimia air akan mengganggu kehidupan biota di dalamnya, satu diantara jenis biota tersebut adalah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Uji toksisitas digunakan untuk menentukan status limbah cair industri tahu terhadap tingkat mortalitas ikan bawal air tawar. Oleh sebab itu, diperlukan nilai Lethal Concentration (LC50) 96 jam yang merupakan konsentrasi yang menyebabkan 50% hewan uji mati dalam pemaparan waktu 96 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 dari limbah cair industri tahu terhadap ikan bawal air tawar dan pengaruh konsentrasi limbah cair industri tahu terhadap tingkat mortalitas ikan bawal air tawar. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015. Prosedur penelitian antara lain uji pendahuluan, uji toksisitas, dan analisis probit. Uji toksisitas limbah cair industri tahu menghasilkan tingkat mortalitas ikan bawal air tawar diantaranya pada perlakuan konsentrasi 1,31% mematikan 20% ikan, konsentrasi 1,72% mematikan 36,67% ikan, konsentrasi 2,26% mematikan 53,33% ikan, dan konsentrasi 2,97% mematikan 83,33% ikan. Hasil penelitian menunjukan nilai LC50 96 jam dari limbah cair industri tahu terhadap ikan bawal air tawar adalah 20575,049 ppm (2,05%). Kata kunci : Ikan Bawal Air Tawar, Industri Tahu, LC50, Limbah Cair
i

ABSTRACT
MARS SELLA SINURAT. Acute Toxicity Test of Tofu Industrial Wastewater for Freshwater Pomfret (Colossoma macropomum). Under academic supervision by HESTI WAHYUNINGSIH AND DESRITA.
Changes of chemical and physic parameters of water will disrupt the organism life in it, one of the types of organisms is freshwater pomfret (Colossoma macropomum). Toxicity tests are used to determine the status of tofu industrial wastewater for the mortality rate of freshwater pomfret. Therefore, the required value of Lethal Concentration (LC50) 96 hours which is the concentration that causes 50% of test animals died within 96 hours of exposure time. This study aims to determine the LC50 value of tofu industrial wastewater for the freshwater pomfret and the concentration effect of tofu industrial wastewater for the mortality rate of freshwater pomfret. The study was conducted from July until August 2015. Research procedures include preliminary testing, toxicity testing, and probit analysis. Toxicity testing of tofu industrial wastewater for freshwater pomfret mortality rate in treatment concentration 1,31% kill 20% of the fish, 1,72% kill 36,67% of the fish, 2,26% kill 53,33% of the fish, and 2,97 % kill 83,33% of the fish. The investigations showed results that LC50 value for 96 hours of tofu industrial wastewater to the freshwater pomfret is 20575,049 ppm (2,05%). Keywords : Freshwater Pomfret, Tofu Industry, LC50, Wastewater
ii

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi
lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah padat (Rahayu, dkk., 2012). Limbah tahu banyak mengandung protein dan karbohidrat tinggi sehingga pembusukan oleh mikroorganisme pembusuk sangat mudah terjadi. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri ini memiliki potensi pencemaran lingkungan yang cukup tinggi bila langsung dibuang ke badan air. Air limbah tersebut mengandung bahan organik, bila langsung dibuang kebadan air penerima tanpa adanya proses pengolahan maka akan menimbulkan pencemaran, seperti menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap dan berkurangnya oksigen yang terlarut dalam air sehingga mengakibatkat organisme yang hidup didalam air terganggu karena kehidupannya tergantung pada lingkungan sekitarnya. Pencemaran yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkan kematian organisme yang ada dalam air (Agung dan Hanry, 2009).
Husni dan Esmiralda (2010) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkatnya kandungan bahan organik. Selama proses metabolisme oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh reaerasi dari udara. Apabila konsentrasi

2
beban organik terlalu tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan.
Ikan bawal air tawar (Collossoma macropomum) adalah salah satu jenis ikan budidaya yang mulai digemari oleh konsumen, habitat asli ikan bawal air tawar berasal dari Brazil. Ikan bawal air tawar mulai digemari oleh masyarakat karena rasa dagingnya serta ukurannya yang besar. Pada habitat awalnya ikan bawal air tawar hidup di perairan sungai, semakin majunya teknologi budidaya saat ini membuat budidaya ikan bawal air tawar dapat dikembangbiakkan di dalam kolam pemeliharaan (Sahar, 2010).
Ikan bawal air tawar memiliki nilai ekonomis yang tinggi, daging yang cukup enak dan gurih,dan pada kondisi perairan dengan kandugan oksigen terlarut kurang, ikan ini mampu bertahan hidup hingga beberapa jam. Keistimewaannya tersebutlah yang membuat banyak petani ikan membudidayakannya. Apabila limbah cair industri tahu masuk ke perairan budidaya tersebut tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu maka ikan budidaya bawal air tawar tersebut dapat mengalami kematian sehingga sangat merugikan bagi para petani yang membudidayakan ikan bawal air tawar tersebut. Oleh sebab itu, dilakukan uji toksisitas untuk mengetahui konsentrasi maksimal limbah cair industri tahu yang masuk ke perairan.
Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu limbah. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan

3
uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi untuk mengetahui apakah effluent atau badan perairan penerima mengandung senyawa toksik dalam konsentrasi yang menyebabkan toksisitas akut. Parameter yang diukur biasanya berupa kematian hewan uji, yang hasilnya dinyatakan sebagai konsentrasi yang menyebabkan 50% kematian hewan uji (LC50).
Rumusan Masalah Limbah cair industri tahu mengandung bahan organik yang tinggi maka
apabila limbah cair industri tahu dibuang langsung ke badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu maka akan dapat menghambat kelangsungan hidup ikan dan biota air lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Berdasarkan hal tersebut,diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah limbah cair industri tahu menghambat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar?
2. Berapakah nilai LC50 dari limbah cair industri tahu terhadap ikan bawal air tawar?
Kerangka Pemikiran Sebagian besar buangan pabrik tahu adalah limbah cair yang mengandung
sisa air dari susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu, sehingga limbah cair pabrik tahu masih mengandung zat-zat organik seperti protein, karbohidrat dan lemak. Selain zat terlarut, limbah cair juga mengandung padatan tersuspensi atau padatan terendapkan misalnya potongan tahu yang kurang sempurna saat pemrosesan. Sebagian besar industri tahu mengalirkan langsung limbahnya ke

4
perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Limbah cair industri tahu yang dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas badan air penerima seperti suhu, DO dan pH sehingga mempengaruhi kehidupan ikan bawal di perairan. Limbah cair industri tahu yang masuk ke badan perairan dapat menjadi toksik dan bahkan menyebabkan kematian ikan bawal di perairan. Tingkat toksik limbah cair industri tahu dapat ditentukan melalui mortalitas ikan bawal dan perhitungan nilai LC50. Kerangka pemikiran penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Industri Tahu
Limbah Cair
Perairan
Uji Toksisitas
Kualitas Air

Mortalitas Ikan Bawal Air Tawar

LC50

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi limbah cair industri tahu terhadap tingkat mortalitas ikan bawal air tawar. 2. Untuk mengetahui nilai Lethal Concentration (LC50) dari limbah cair industri tahu terhadap ikan bawal air tawar.

5
Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh konsentrasi limbah
cair industri tahu terhadap tingkat mortalitas ikan bawal air tawar serta nilai Lethal Concentration (LC50) dari limbah cair industri tahu terhadap mortalitas ikan bawal air tawar. Sehingga dapat memberikan acuan dalam penentuan dosis yang optimal untuk dibuang ke badan perairan tanpa menyebabkan terjadinya mortalitas yang tinggi.

6
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar merupakan ikan ekonomis penting, baik pada tingkat
benih sebagai ikan hias maupun pada tingkat dewasa sebagai ikan konsumsi. Sebagai ikan hias, disamping mempunyai bentuk tubuh yang khas dan warna yang menarik (sehingga disebut red belly), juga dapat berenang cepat dan mudah dipelihara dalam akuarium. Sedangkan sebagai ikan konsumsi, ikan ini sangat digemari masyarakat karena mempuyai daging yang tebal dan gurih, serta cepat pertumbuhannya (Haetami, dkk., 2005).
Ikan bawal air tawar memilki 2 buah sirip punggung yang letaknya agak bergeser ke belakang. Sirip perut dan sirip dubur terpisah, sedangkan sirip ekor berbentuk homocercal. Ikan bawal memiliki bibir bawah menonjol dan memiliki gigi besar serta tajam untuk memecah bibi-bijian atau buah-buahan yang ditelannya. Lambung ikan bawal air tawar berkembang baik dan memiliki 43-75 buah cecapylorica. Panjang usus berkisar 2 - 2,5 kali panjang badan. Ikan bawal memiliki insang permukaan, sehingga permukaan pernapasannya lebih luas dari pada jenis ikan lain. Permukaan pernapasan yang luas ini memungkinkan ikan bawal air tawar mampu bertahan hidup pada perairan yang memiliki kandungan oksigen rendah. Pada kondisi perairan dengan kandungan oksigen terlarut kurang dari 0,5 mg/l masih memungkinkan ikan ini dapat bertahan selama beberapa jam (Yulianti, 2007). Deskripsi ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Gambar 2.

7

Gambar 2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

Klasifikasi dan tatanama ikan bawal air tawar menurut Kottelat, dkk.,

(1993) adalah sebagai berikut:

Filum

: Chordata

Subfilum

: Craniata

Kelas

: Pisces

Subkelas

: Neopterigii

Ordo

: Cypriniformes

Subordo

: Cyprinoidea

Famili

: Characidae

Genus

: Colossoma

Spesies

: Colossoma macropomum

Pakan alami ikan bawal air tawar adalah plankton, rumput-rumputan, biji-bijian, buah-buahan dan padi-padian liar. Ikan bawal yang dipelihara dalam kolam cenderung ganas dan buas, suka menyerang ikan-ikan lain yang lemah dan

8
berukuran kecil. Oleh karena itu pembesaran ikan bawal sebaiknya dilakukan secara monokultur di kolam air tenang tanpa pergantian air, kolam air mengalir (kolam air deras) dan jala apung yang dipasang di pinggir waduk atau danau (Yulianti 2007).
Bawal air tawar menjadi ikan hias boleh dibilang wajar karena bentuk tubuhnya cukup unik, pipih seperti ikan discus. Selain itu, warnanya menarik, gerakannya mempesona dan mempunyai sifat bergerombol bila dipelihara dalam jumlah banyak. Oleh karenanya, ikan ini terutama yang masih kecil sering dipelihara dalam akuarium yang dipajang dalam rumah. Menjadi ikan konsumsi, bawal pun juga boleh dibilang wajar karena pertumbuhannya cepat dan dapat mencapai ukuran besar (500gram) (Arie, 2000).
Kualitas Air Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)
Mutu Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Sedangkan baku mutu lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (Purwanta, 2013).
Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD,

9

kadar logam), dan parameter biologi (keberadaan plankton, dan bakteri)

(Syauqi, 2009). Ikan bawal air tawar termasuk tidak banyak menuntut lingkungan

bagus sebagai media hidupnya. Ikan ini mampu bertahan pada perairan yang

kondisinya jelek sekalipun, namun akan tumbuh dengan normal dan optimal pada

perairan yang sesuai dengan persyaratan habitatnya. Kisaran kualitas air yang

optimal untuk ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas air yang optimal untuk ikan bawal air tawar (Colossoma Macropomum).

Parameter Suhu Oksigen Terlarut Karbondioksida pH Amoniak Nitrit Alkalinitas

Nilai 27-290C 2,4-6 mg/l Maksimal 5,6 mg/l 7-8 Maksimal 0,1 mg/l Maksimal 1 mg/l 50-300 mg/l CaCO3

Sumber Djarijah (2001)
Effendi (2003)

Sumber : Syauqi (2009)

Limbah Cair Industri Tahu

Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu

maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah

padat dan cair. Limbah padat industri tahu belum dirasakan dampaknya karena

limbah padat industri tahu bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Air banyak

digunakan sebagai bahan pencucian dan merebus kedelai untuk proses

produksinya. Akibat dari banyaknya pemakaian air dalam proses pembuatan tahu

maka limbah cair yang dihasilkan juga cukup besar. Limbah cair industri tahu

memiliki beban pencemar yang tinggi. Pencemaran limbah cair industri tahu

10
berasal dari bekas pencucian kedelai, perendaman kedelai, air bekas pembuatan tahu dan air bekas perendaman tahu (Agung dan Hanry, 2009).
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi dua bentuk limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3)% dari bahan baku kedelai. Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan (Kaswinarni, 2007).
Air buangan dari proses pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut, bila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis air, oleh karena itu penanganan limbah cair secara dini mutlak perlu dilakukan (Husin, 2008).

11
Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, serta tegangan permukaan. Suhu limbah cair yang dihasilkan dari proses pencetakan tahu 30°C35°C dan sekitar 80°C-100°C dari air bekas merebus kedelai. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Senyawa-senyawa berupa protein dan karbohidrat memiliki jumlah yang paling besar yaitu 40%-60% dan 25%-50% sedangkan lemak 10%. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06434,78 mg/l, sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut (Husni dan Esmiralda, 2010).
Beberapa karakteristik limbah cair industri tahu yang penting antara lain : 1. Padatan tersuspensi , yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam
air. Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut maka air akan semakin keruh. 2. Biochemical Oxygen Demand (BOD), merupakan parameter untuk menilai jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah cair. Limbah cair industri tahu mengandung bahanbahan organik terlarut yang tinggi. 3. Oksigen yang Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator untuk

12
mengoksidasi seluruh material baik organik maupun anorganik yang terdapat dalam air. Jika kandungan senyawa organik dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut di dalam air dapat mencapai nol sehingga tumbuhan air, ikan dan hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup. 4. Nitrogen – total (N-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organik campuran senyawa kompleks antara lain asam-asam amino, gula amino dan protein (polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair, N-Total terdiri dari campuran N-organik, N-Amonia, nitrat dan nitrit. Nitrogen organik dan nitrogen amonia dapat ditentukan secara analitik menggunakan metode Kjeldahl, sehingga lebih lanjut konsentrasi total keduanya dapat dinyatakan sebagai Total Kjeldahl Nitrogen (TKN). Senyawa-senyawa N-Total adalah senyawa-senyawa yang mudah terkonversi menjadi amonium (NH4+) melalui aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah. 5. Derajat keasaman (pH). Air limbah industri tahu sifatnya cenderung asam pada keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah menguap. Hal ini mengakibatkan limbah cair industri tahu mengeluarkan bau busuk (Husin, 2008).
Mortalitas Mortalitas atau kematian adalah merupakan keadaan hilangnya semua
tanda-tanda kehidupan secara permanen yang dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (World Health Organization). Kematian dapat menimpa kapan saja dan dimana saja. Mortalitas merupakan ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi,

13
per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu (Daelami, 2001).
Apabila pada perairan terdapat limbah organik dengan kadar yang cukup tinggi maka kadar oksigen terlarut cepat sekali mengalami pengurangan. Keadaan perairan dengan kadar oksigen terlarut yang sangat rendah maka akan berbahaya bagi organisme akuatik. Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (letal) maupun bukan kematian (sub letal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik (Bosman dkk, 2013).
Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya berupa bahan – bahan yang bukan bahan alam,misalnya pestisida, detergen, dan bahan artifisial lainnya (Effendi, 2003).
Proses terjadinya mortalitas kelihatan berawal dari perubahan tingkah laku seperti dari gerakan normal menjadi gerakan tak menentu, tubuh membentuk garis vertikal dengan permukaan air, benih ikan jatuh ke dasar akuarium dan akhirnya ikan mati (Syafriadiman dkk, 2009). Pengaruh zat toksik terhadap ikan menyebabkan morfologi insang berubah dan tidak menyebabkan kematian dalam periode panjang. Selain itu, zat toksik dapat merusak fungsi respirasi dari insang sehingga proses metabolisme dalam tubuh terganggu dan menurunkan laju pertumbuhan (Kusriani dkk, 2012).

14
Rudiyanti dan Astri (2009) menyatakan bahwa ikan yang terkena racun bahan pencemar dapat diketahui dengan gerakan hiperaktif, menggelepar, lumpuh dan kemudian mati. Secara klinis hewan yang terkontaminasi racun memperlihatkan gejala stress bila dibandingkan dengan kontrol, ditandai dengan menurunnya nafsu makan, gerakan kurang stabil, dan cenderung berada di dasar. Hal ini diduga sebagai suatu cara untuk memperkecil proses biokimia dalam tubuh yang teracuni, sehingga efek lethal yang terjadi lebih lambat.
Uji Pendahuluan (Nilai Kisaran) Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan batas kisaran kritis (critical
range test) yang menjadi dasar dari penentuan konsentrasi yang digunakan dalam uji lanjutan atau uji toksisitas sesungguhnya, yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50% (Husni dan Esmiralda, 2010).
Percobaan pada tahap pendahuluan ini bertujuan untuk mencari kisaran konsentrasi krisis bahan uji yang akan digunakan untuk penentuan LC50. Pengujian dihentikan setelah mencapai jam ke-48. Hewan uji yang mati pada waktu pengamatan segera dikeluarkan dari media uji untuk menghindari kemungkinan perubahan kualitas air yang bukan disebabkan oleh bahan uji. Hewan uji diamati pada tiap konsentrasi dan dihitung secara kumulatif dalam tiap jam. Disamping itu diamati pula tingkah laku hewan uji dalam wadah yang diberi perlakuan. Nilai LC50 ditentukan untuk tujuan penelitian nilai ambang batas yang layak di suatu lingkungan penelitian (Rumampuk, dkk., 2010).

15
Uji Toksisitas Uji toksisitas dilakukan untuk mengevaluasi konsentrasi bahan kimia dan
durasi pemaparan yang dibutuhkan agar dihasilkan kriteria efek. Efek dari suatu bahan kimia bisa jadi tidak signifikan dimana organisme perairan dapat melakukan seluruh aktivitasnya secara normal, dan hanya dengan keberadaan stress lingkungan (contoh : perubahan dalam pH, DO, dan suhu) bahan kimia tersebut menimbulkan dampak buruk yang terdeteksi dengan baik. Efek buruk juga dapat ditimbulkan oleh terjadinya interaksi antara bahan kimia minoritas (yang tidak terdeteksi pada awal uji) dengan bahan kimia utama yang diuji, walaupun tanpa kehadiran stress lingkungan. Uji toksisitas dilakukan untuk mengukur tingkatan respons yang dihasilkan oleh level spesifik dari suatu stimulus (konsentrasi bahan uji kimia) (Tahir, 2012).
Penelitian toksisitas sangat penting untuk mengetahui batas toksisitas dan konsentrasi aman, sehingga akan ada kerugian minimum untuk biota air kedepannya. Di antara beberapa penelitian tentang toksisitas, bioassay yang merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dalam studi lingkungan akuatik dengan organisme yang sesuai. Penggunaan ikan sebagai bioassay karena ikan dapat beradaptasi terhadap kondisi laboratorium serta ketersediaan mereka melimpah dan tingkat bervariasi kepekaan terhadap zat beracun (Damayanty dan Nurlita, 2013).
Limbah cair industri tahu yang dibuang ke badan air penerima tanpa pengolahan merupakan salah satu sumber pencemar terhadap perairan yang menyebabkan kematian biota aquatik sehingga perlu dilakukan penelitian uji toksisitas akut. Uji toksisitas akut merupakan salah satu bentuk penelitian

16
toksikologi perairan. Uji tersebut berfungsi untuk mengetahui apakah effluent yang masuk ke badan air penerima mengandung senyawa toksik dalam konsentrasi tertentu menyebabkan kematian hewan uji yang dinyatakan dalam nilai LC50. Hewan uji yang digunakan adalah ikan karena dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap senyawa pencemar terlarut dalam batas konsentrasi tertentu (Husni dan Esmiralda, 2010).
Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk menetapkan potensi toksisitas akut LD50, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik, dan mekanisme kematian. Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi adanya toksisitas suatu zat, menentukan organ sasaran dan kepekaannya, memperoleh data bahayanya setelah pemberian suatu senyawa secara akut dan untuk memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas selanjutnya (Soeksmanto dkk, 2010).
Uji toksisitas dibedakan menjadi uji toksisitas akut, subkronik, dan kronik. Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukkan Lethal dose atau disingkat LD50 suatu zat. LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diperkirakan akan membunuh 50% hewan percobaan (Assagaf dkk, 2013).
Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi untuk mengetahui apakah efluen atau badan perairan penerima mengandung senyawa toksik dalam konsentrasi yang menyebabkan toksisitas akut. Sehingga uji ini dapat digunakan dalam menilai kinerja suatu unit pengolahan. Parameter yang diukur biasanya berupa kematian hewan uji, yang hasilnya dinyatakan sebagai konsentrasi yang

17
menyebabkan 50% kematian hewan uji (LC50) dalam waktu yang relatif pendek (Esmiralda, 2010).
Uji toksisitas akut merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi toksisitas relatif dari suatu bahan kimia terhadap organisme perairan tertentu dalam suatu pemaparan jangka pendek terhadap berbagai konsentrasi bahan kimia uji. Kriteria efek yang paling umum digunakan adalah kematian (pada ikan), ketiadaan gerakan/immobility dan kehilangan keseimbangan (pada avertebrata), dan pertumbuhan (pada alga). Uji toksisitas akut dapat dilakukan dengan suatu jangka waktu pemaparan yang telah ditentukan (time-dependent test) untuk mengestimasi LC50 24 jam atau LC50 96 jam atau mengestimasi EC50 48 jam. Akan tetapi, uji toksisitas akut juga dapat dilakukan dengan batas waktu pemaparan yang tidak ditentukan sebelumnya (time independent test) (Tahir, 2012).
Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis tunggal. Jadi yang dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama setelah perlakuan dan dilakukan dalam satu kesempatan saja. Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul pada hewan uji. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data kualitatif yang berupa gejala klinis (Atmojo, 2009).

18
Uji toksisitas secara kuantitatif dapat ditinjau dari lamanya waktu, yang dapat diklasifikasikan menjadi toksisitas akut, sub akut, dan kronis. Toksisitas akut adalah efek total pada dosis tunggal dalam 24 jam pemaparan. Toksisitas akut bersifat mendadak, waktu singkat, biasanya reversibel. Dosis merupakan jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh. Besar kecilnya dosis menentukan efek secara biologi (Ramdhini, 2010).
Toksisitas akut adalah efek total yang didapat pada dosis tunggal/multiple dalam 24 jam pemaparan. Toksisitas akut sifatnya mendadak, waktu singkat, biasanya reversibel, yang secara statistik dapat menyebabkan kematian 50% dari hewan percobaan, dinyatakan dengan LC50. Nilai LC50 sangat berguna untuk menentukan klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya (Retnomurti, 2008).
LC50 Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan,
perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang ada yaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50). Jadi uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi; memenuhi syarat umur, berat, dan panjang; serta sesuai dengan ikan yang hidup di perairan yang tercemar (Pratiwi dkk, 2012).

19
Parameter Kualitas Air Untuk menghindari terjadinya wabah penyakit akibat kualitas air yang
tidak baik, sebaiknya air yang akan dimanfaatkan untuk memelihara ikan dianalisis terlebih dahulu. Pemeriksaan air ditujukan terhadap sifat fisika, kimia, dan keadaan biota air lainnya, khususnya makhluk hidup yang berpotensi mengganggu kehidupan ikan, baik berupa pemangsa (predator), penyaing (kompetitor), ataupun jasad penyebab penyakit (pathogen). Dengan demikian, air yang digunakan benar-benar layak bagi kehidupan ikan yang akan dipelihara (Daelami, 2001). 1. Oksigen terlarut Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam dalam sel darah (Kordi dan Tancung, 2007). 2. Suhu Semua jenis ikan umumnya mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu air yang mendadak. Oleh karena itu, terjadinya kenaikan maupun penurunan yang besar dan mendadak akan berakibat kurang baik bagi kehidupan ikan.

20
Perubahan suhu ini dampaknya akan tampak jelas terutama bila terjadi perubahan dari dingin ke panas. Dampak yang jelas terlihat adalah stress dengan gejala ikan berenang melonjak-lonjak, mengapung dan bernafas di permukaan, serta terjadi kematian bila hal tersebut berlangsung relatif lama. Kisaran suhu yang baik bagi kepentingan budidaya ikan adalah antara 25-32 0C. Kisaran suhu ini umumnya terjadi di daerah beriklim tropis, seperti Indonesia. Dengan demikian, Indonesia mempunyai kondisi yang menguntungkan untuk usaha budidaya ikan (Daelami, 2001). Suhu air mempengaruhi kelarutan oksigen. Kenaikan temperatur dapat menyebabkan menurunnya kelarutan oksigen di perairan. Apabila ikan mengalami kekurangan oksigen maka sistem fisiologis dalam tubuhnya tidak akan berfungsi dengan baik sehingga dapat menyebabkan stres (Sipahutar, dkk., 2013). 3. Derajat keasaman (pH) Keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap jenis ikan akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan dampak yang ditimbulkannya berbeda (Daelami, 2001). 4. Amoniak
Amoniak di perairan berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, berasal dari dekomposisi bahan organik (biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur yang dikenal dengan istilah amonifikasi (Effendi, 2004). Bentuk amoniak di air yang berbahaya karena merupakan racun bagi ikan adalah bentuk amoniak (NH3) bukan ion. Bentuk amoniak lain seperti ion amoniak (NH4+) tidak berbahaya, kecuali bila konsentrasinya sangat tinggi.

21
Tingkat daya racun amoniak (NH3) pada air kolam bisa mematikan ikan pada batas 0,1-0,3 mg/l, sedang pada tingkat konsentrasi amoniak (NH3) antara 0,6-2,0 mg/l hanya dapat meracuni ikan jika terjadi kontak yang berlangsung secara singkat (Daelami, 2001).

22
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015
di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermometer digunakan
untuk mengukur temperatur air. DO-meter untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air. pH-meter untuk mengukur pH air. Gelas ukur untuk mengambil air dan larutan induk sesuai dengan takarannya. Aerator untuk menyuplai oksigen terlarut bagi ikan yang ada di akuarium. Akuarium berukuran 40 x 20 x 20 cm sebagai media hewan uji dan perlakuan. Tanggok kecil digunakan untuk mengambil ikan dari akuarium. Sifon digunakan untuk mengambil kotoran-kotoran ikan yang berada di dalam akuarium. Gayung digunakan untuk mengambil air sesuai dengan takarannya. Ember digunakan untuk menampung air dan alat tulis digunakan untuk mencatat hasil penelitian serta kamera digunakan untuk dokumentasi.
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan bawal air tawar berukuran 4 – 6 cm sebagai bahan uji yang diambil dari pembenihan ikan bawal air tawar. Pelet yang diberikan terhadap ikan selama aklimatisasi berlangsung. Limbah cair industri tahu yang digunakan sebagai bahan toksik untuk uji toksisitas akut terhadap ikan bawal air tawar dan air tanah yang digunakan sebagai media hewan uji.

23
Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan satu kontrol dengan masing– masing tiga kali ulangan. Penelitian ini terdiri atas uji pendahuluan dan uji toksisitas yang masing-masing dengan 5 perlakuan yang berbeda dan pengulangan yang sama sebanyak 3 x pengulangan. Dokumentasi tahap - tahap kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penentuan konsentrasi sesuai USEPA (United States Environmental Protection Agency) adalah sebagai berikut : Perlakuan 1 : Kontrol (Tanpa limbah cair tahu) Perlakuan 2 : 1% (limbah cair 100 mL dan air 9900 mL) Perlakuan 3 : 2% (limbah cair 200 mL dan air 9800 mL) Perlakuan 4 : 3% (limbah cair 300 mL dan air 9700 mL) Perlakuan 5 : 4% (limbah cair 400 mL dan air 9600 mL)
Persiapan Penelitian Akuarium yang digunakan sebelumnya dicuci bersih dan dikeringkan
selama 1 hari. Selanjutnya akuarium diisi dengan air sebanyak 10 liter dan diaerasi selama 1 hari untuk suplai O2. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi pada ikan. Aklimatisasi hewan uji dilakukan selama 1 minggu untuk mengkondisikan ikan bawal air tawar pada kultur media air dan memberikan waktu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Selama aklimatisasi ikan bawal air tawar diberi aerasi yang cukup agar dapat mempertahankan kadar oksigen terlarut.

24
Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan batas kisaran kritis (critical
range test) yang menjadi dasar dari penentuan konsentrasi untuk menentukan ambang batas atas (N) dan ambang batas bawah (n) yang digunakan dalam uji defenitif atau uji toksisitas yang sesungguhnya. Konsentrasi ambang batas atas adalah konsentrasi terendah dari bahan uji yang dapat menyebabkan semua ikan uji mati pada periode waktu pemaparan 24 jam. Sedangkan konsentrasi ambang batas bawah adalah konsentrasi tertinggi dari bahan uji yang dapat menyebabkan semua hewan uji hidup setelah pemaparan 48 jam. Jumlah konsentrasi bahan uji (limbah cair tahu) sebanyak 4 konsentrasi dan 1 kontrol masing-masing dengan 3 x pengulangan.
Prosedur Uji Pendahuluan Air tawar dimasukkan ke dalam 15 akuarium, diendapkan selama 1 hari
dan diberi aerasi untuk mensuplai oksigen, dimasukkan ikan sebanyak 10 ekor ke dalam masing-masing akuarium, dimasukkan limbah cair sesuai konsentrasi yang ditentukan sesuai dengan standar USEPA (United States Enviromental Protection Agency) dan perlakuan kontrol tanpa konsentrasi. Selama perlakuan ikan tidak diberi makan. Parameter