Studi Polimorfisme Protein Darah dan Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab Periode Produksi

STUDI POLIMORFISME PROTEIN DARAH DAN
KARAKTERISTIK GENETIK EKSTERNAL
AYAM ARAB PERIODE PRODUKSI

SKRIPSI
DESI ARYANTI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

1

RINGKASAN
Desi Aryanti. D1407066. 2011. Studi Polimorfisme Protein Darah dan
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab Periode Produksi. Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati, M.Si.
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, M.S.

Secara genetis ayam Arab tergolong galur ayam buras yang unggul karena
memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi. Selain itu, ayam Arab juga
mempunyai potensi untuk disilangkan guna perbaikan bibit ayam buras asli
Indonesia sehingga didapatkan jenis ayam baru yang memiliki produksi telur yang
tinggi dan daging yang disukai masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui polimorfisme genetik
pada ayam Arab melalui analisis protein darah. Selanjutnya, polimorfisme protein
darah ini akan dikaitkan dengan produksi telur ayam Arab yang dipelihara pada suhu
lingkungan kandang berbeda. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
melengkapi data karakteristik genetik eksternal seperti warna bulu, pola warna bulu,
warna shank, dan bentuk jengger pada ayam Arab yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Darmaga, Bogor. Materi yang digunakan pada
penelitian ini yaitu ayam Arab betina dewasa (umur 34 minggu) sebanyak 134 ekor
yang diamati karakteristik genetik eksternalnya, kemudian dari sejumlah ayam
tersebut dipilih 30 ekor untuk dipelihara dan dicatat produksi telurnya selama 20
hari. Ayam Arab tersebut dikelompokkan berdasarkan jarak antar tulang pubis, yaitu
jarak tulang pubis lebar, sedang, dan sempit. Pada akhir periode pencatatan produksi
telur, masing-masing sampel darah ayam diambil untuk dilakukan analisis protein
darah dengan metode elektroforesis.

Hasil analisis protein darah menunjukkan lokus transferin dan albumin
bersifat polimorfik. Pada lokus transferin ditemukan 3 alel yang membentuk 3
alternatif genotipe (TfAA, TfAB dan TfAC), sedangkan pada albumin ditemukan 3 alel
yang membentuk 4 alternatif genotipe (Alb AA, AlbAB, AlbBB dan AlbBC). Frekuensi
alel tertinggi pada lokus transferin yaitu alel TfA (0,57), sedangkan pada lokus
albumin yaitu alel AlbB (0,58). Alel A, B, dan C pada lokus transferin secara genetik
berpengaruh meningkatkan produksi telur ayam Arab dengan nilai efek gen secara
berurutan masing-masing sebesar 7,0975 (alel B), 5,9575 (alel C) dan 1,8732 (alel
A). Begitu pula alel A (2,1635) dan B (0,0209) pada lokus albumin, sedangkan alel C
(-2,3355) berpengaruh menurunkan produksi telur.
Hasil uji-t untuk mengetahui pengaruh produksi telur ayam Arab yang
dipelihara pada suhu kandang yang berbeda dan pengelompokan berdasarkan jarak
tulang pubis yang berbeda menunjukkan bahwa rataan produksi telur ayam Arab
yang dipelihara pada kandang suhu panas (± 30 oC) justru lebih tinggi dibandingkan
dengan ayam yang dipelihara pada kandang suhu lingkungan (± 25 oC).
Pengelompokan ayam Arab berdasarkan jarak tulang pubis yang berbeda
menunjukkan tidak adanya pengaruh jarak tulang pubis, baik untuk jarak pubis besar,
sedang dan kecil terhadap produksi telur ayam Arab yang dipelihara pada kandang
suhu lingkungan (P > 0,05). Namun, ayam Arab yang dipelihara pada kandang suhu
i


panas menunjukkan adanya perbedaan produksi telur antara ayam dengan jarak
tulang pubis besar yang dibandingkan dengan ayam dengan jarak tulang pubis kecil
(P < 0,05) serta ayam dengan jarak tulang pubis sedang yang dibandingkan dengan
ayam dengan jarak tulang pubis kecil (P < 0,05), tetapi tidak ada perbedaan produksi
telur antara ayam dengan jarak tulang pubis besar bila dibandingkan dengan ayam
dengan jarak tulang pubis sedang (P > 0,05).
Hasil pengamatan karakteristik genetik eksternal menunjukkan bahwa
frekuensi gen pengontrol tertinggi pada ayam Arab adalah warna bulu berwarna (ii),
pola bulu liar (e_+), kerlip bulu emas (ss), corak bulu lurik (BB), warna shank hitam
(idid), dan bentuk jengger tunggal (pp). Berdasarkan nilai heterozigositasnya ayam
Arab memiliki warna bulu, pola bulu, corak bulu dan bentuk jengger yang seragam
(h=0,0000), sedangkan kerlip bulu dan warna shank pada ayam Arab masih
bervariasi yang ditunjukkan dengan nilai heterozigositas harapan (h) masing-masing
0,3127 dan 0,0856.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu ayam Arab memiliki protein plasma
albumin dan transferin yang bersifat polimorfik (beragam), tetapi sifat karakteristik
genetik eksternalnya bersifat seragam. Selain itu, diketahui bahwa polimorfisme
protein plasma darah ayam Arab memiliki hubungan dengan produksi telur sehingga
produksi telur ayam Arab dapat dideteksi melalui polimorfisme darahnya.

Kata-kata kunci: Ayam Arab, protein darah, produksi telur, karakteristik genetik
eksternal

ii

ABSTRACT
Study of Blood Protein Polymorphism and External Genetic Characteristics of
Arab Chickens on Laying Period
Aryanti, D., S. Darwati, and H.S. Iman Rahayu
The aim of this research was to know genetic variance of Arab chickens
through blood protein polymorphism analysis by using electrophoresis method. Two
loci were analysed, i.e. Transferin (Tf) and Albumin (Alb). Then, this research can
be used to study the effect of transferin and albumin loci to egg production
characteristic of Arab chickens. In additional, the observation of external genetic
characteristic also can used to identify the genetic variation of Arab chickens. A
number of 134 Arab chickens were used for the observation of external genetic
characteristic, then 30 laying of Arab chicken selected to record the egg production
until period of 20 days. The birds were divided into 2 groups based on the cage
temperature treatment, i.e. environment temperature (±25 oC) and hot temperature
(±30 oC). It’s done to determine the influence of the environment, especially

different cage temperature on egg productivity of Arab chicken. Furthermore, blood
protein polymorphism analysed by electrophoresis method, and blood sample taken
from each chickens.
The result of blood protein polymorphism analysis showed that in transferin
locus were identified 3 aleles forming 3 genotipes (TfAA, TfAB and TfAC) and in
albumin were identified 3 aleles forming 4 genotipes (Alb AA, AlbAB, AlbBB and
AlbBC). In transferin, A (0,57) gene frequency was highest than B (0,05) and C (0,38)
gene frequency, in albumin B (0,58) gene frequency was highest than A (0,07) and C
(0,35) gene frequency. Respectively, Arab chickens with AB genotype on all loci
locus had higher (P < 0,05) egg production than other heterozygote genotype. It’s
causes B gene (7,0975) in transferin and A gene (2,1635) in albumin had highest
value of gene effects than other. Albumin had the heterosigosity value more higher
than transferin, it is 0,54 and 0,53. The result of observation external genetic
characteristic showed that the highest controlling genes external characteristic of
Arab chickens are coloured (ii), wild type pattern (e_+), golden feature (ss), barred
(B_), black shank coloured (idid), and single comb (pp). According to the rate of
heterosigosity value, Arab chickens was homogenous with it’s value was 6,64%. The
conclusion of the research are Arab chickens had uniform characteristic of genetic
external, but had variance in blood protein. The blood protein polymorphism of Arab
chicken can use to detect egg production.

Keywords: Arab chickens, blood protein, egg production, external genetic
characteristic

iii

STUDI POLIMORFISME PROTEIN DARAH DAN
KARAKTERISTIK GENETIK EKSTERNAL
AYAM ARAB PERIODE PRODUKSI

DESI ARYANTI
D14070066

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

iv

Judul
Nama

: Studi Polimorfisme Protein Darah dan Karakteristik Genetik
Eksternal Ayam Arab Periode Produksi
: Desi Aryanti

NIM

: D14070066

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,


Ir. Sri Darwati, M.Si.
NIP. 19631003 198903 2 001

Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H. S., M.S.
NIP. 19590421 198403 2 002

Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 25 Mei 2011

Tanggal Lulus:

v


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1990 di Ciamis, Jawa Barat.
Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mamat, S.P
dan Ibu Lilis Kartika.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar
Negeri 67 Pagaralam dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat
pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Pagaralam. Penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Pagaralam pada tahun 2004 dan diselesaikan pada
tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Produksi dan Teknologi Peternakan (HIMAPROTER) sebagai
staf Infokom periode 2008-2009 dan sebagai Badan Pengawas periode 2009-2010.
Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Keluarga Mahasiswa
Bumi Sriwijaya (OMDA IKAMUSI) di IPB sebagai staf divisi pendidikan periode
2007-2008.

vi


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT

karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Studi
Polimorfisme Protein Darah dan Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab
Periode Produksi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2010 sampai
dengan 28 Februari 2011 di Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan
kontribusi dalam dunia peternakan.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan
untuk mengidentifikasi karakteristik genetik eksternal ayam Arab betina periode
produksi dengan menggunakan ayam Arab sebanyak 134 ekor. Selanjutnya, ayam
dipilih sebanyak 30 ekor dan dikelompokkan berdasarkan ukuran pubisnya untuk
dilakukan pemeliharaan dan pencatatan produksi telur selama 20 hari. Pengambilan
sampel darah untuk analisis polimorfisme protein darah ayam Arab dilakukan setelah

data produksi telur

diperoleh atau di akhir masa pemeliharaan. Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan data dasar untuk mengetahui polimorfisme protein
plasma darah ayam Arab dan kaitannya terhadap produksi telur serta untuk
melengkapi data karakteristik genetik eksternal ayam Arab yang telah dilakukan oleh
peneliti

sebelumnya

sehingga

bermanfaat

untuk

upaya

pelestarian

dan

pengembangan ayam Arab.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penyusunan skripsi ini, oleh sebab itu kritik dan saran akan sangat membantu
demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT
meridhoi karya ini. Amien.

Bogor, Mei 2011

Penulis
vii

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

i

ABSTRACT ..................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

v

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan . ...............................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

3
3
4
6
6
7
7
7
8
8
9
10
10
11

Ayam Arab ..........................................................................................
Karakteristik Genetik Eksternal...........................................................
Warna Bulu ..............................................................................
Pola Warna Bulu Primer ..............................................
Pola Bulu Sekunder (Corak Bulu) ..............................
Kerlip Bulu ..............................................................................
Warna Shank ..........................................................................
Bentuk Jengger ........................................................................
Protein Darah .....................................................................................
Polimorfisme Protein Darah ................................................................
Polimorfisme Protein Plasma Transferin ................................
Polimorfisme Protein Plasma Albumin ................................
Elektroforesis ...........................................................................

MATERI DAN METODE ............................................................................. 13
Waktu dan Lokasi ..............................................................................
Materi ................................................................................................
Metode ................................................................................................
Pencatatan Produksi Telur ......................................................
Pengambilan Sampel Darah ....................................................
Teknik Elektroforesis ...............................................................
Pembuatan
Campuran
Larutan
untuk
Elektroforesis ...............................................................
Pembuatan Gel Elektroforesis

13
13
14
14
15
15
15
16
viii

Penetesan Sampel dan Running
Teknik Pewarnaan dan Pencucian
Analisis Hasil Elektroforesis
Pengamatan Karakteristik Genetik Eksternal .........................
Penentuan Warna Bulu.................................................
Penentuan Pola Warna Bulu ........................................
Penentuan Corak Warna Bulu ......................................
Penentuan Kerlip Warna Bulu .....................................
Penentuan Warna Shank...............................................
Penentuan Bentuk Jengger ...........................................
Analisis Data .......................................................................................
Analisis Deskriptif ................................................................
Frekuensi Alel Protein Plasma Darah .....................................
Frekuensi Gen Dominan dan Resesif Autosomal ...................
Frekuensi Gen Dominan Terkait Kromosom Kelamin ... ...
Frekuensi Alel Ganda ..............................................................
Efek Gen ..................................................................................
Uji Keseimbangan Hardy-Weinberg (HW) ............................
Heterozigositas ........................................................................
Uji-t .........................................................................................

17
17
17
18
18
19
19
19
19
19
20
20
20
21
21
22
22
23
23
24

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 25
Protein Darah ...................................................................................... 25
Protein Plasma Transferin (Tf) ............................................... 25
Protein Plasma Albumin (Alb) ............................................... 29
Produksi Telur .................................................................................... 31
Karakteristik Genetik Eksternal .......................................................... 35
Warna, Pola, Kerlip, dan Corak Bulu ..................................... 35
Warna Shank ........................................................................... 37
Bentuk Jengger ....................................................................... 38
Frekuensi Gen Pengontrol Karakteristik Genetik Eksternal
39
Heterozigositas ........................................................................ 40
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 41
Kesimpulan ......................................................................................... 41
Saran ................................................................................................ 41
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43
LAMPIRAN ................................................................................................ 46

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Sifat Kualitatif Ayam Arab ......................................................................

5

2. Kandungan Nutrien Pakan ayam Arab ..................................................... 14
3. Jarak antar Tulang Pubis Berdasarkan Umur .......................................... 15
4. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam .................................................... 18
5. Frekuensi Genotipe, Heterozigositas, dan Uji Keseimbangan Hardy26
Weinberg Lokus Transferin pada Ayam Arab ........................................
6. Produksi Telur Berdasarkan Genotipe Lokus Transferin dan
Albumin serta Efek Gen terhadap Produksi Telur ................................

28

7. Frekuensi Genotipe, Heterozigositas, dan Uji Keseimbangan Hardy30
Weinberg Lokus Albumin pada Ayam Arab ...........................................
8. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Produksi Telur
32
Ayam Arab ..............................................................................................
9. Persentase Fenotipe Warna, Pola, Kerlip, dan Corak Bulu pada
36
Ayam Arab ..............................................................................................
10. Persentase Fenotipe Warna Shank pada Ayam Arab .............................. 38
11. Persentase Fenotipe Bentuk Jengger pada Ayam Arab .......................... 39
12. Frekuensi Gen Dominan dan Resesif Karakteristik Eksternal pada
39
Ayam Arab ..............................................................................................
13. Heterozigositas Harapan per Individu (h) dan Rata-rata
40
Heterozigositas per Individu ( ) Ayam Arab .........................................

x

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Ayam Arab Betina dan Jantan ................................................................

4

2.

Susunan Pola Pita Protein Plasma Darah Ayam Kedu ............................. 17

3.

Pola Pita Protein Hasil Analisis Plasma Darah Ayam Arab .................... 25

4.

Pola Pita Protein Transferin Ayam Arab .................................................. 26

5.

Pola Pita Protein Albumin Ayam Arab .................................................... 29

6.

Proses Pembentukan Kerabang Telur....................................................... 34

7.

Warna, Pola, Kerlip, dan Corak Bulu Ayam Arab ................................

8.

Warna Shank pada Ayam Arab ................................................................ 37

9.

Bentuk Jengger Tunggal pada Ayam Arab .............................................. 38

35

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Jarak Tulang Pubis, Sifat Kualitatif, Produksi Telur dan Protein
Darah Ayam Arab .................................................................................... 47
2. Perhitungan Produksi Telur Ayam Arab .................................................. 49
3. Perhitungan Frekuensi Genotipe .............................................................. 49
4. Perhitungan Point of Origin (O) dan Genotypic Value ............................ 49
5. Perhitungan Frekuensi Alel ...................................................................... 49
6. Perhitungan Nilai Tengah Genotipe (m) dan Nilai Tengah Nyata
(M) ...................................................................................................... .
7. Perhitungan Nilai Efek Gen .....................................................................
8. Uji Keseimbangan Hardy-Weinberg ........................................................
9. Perhitungan Heterozigositas Protein Darah .............................................

50
50
52
53

10. Uji-t Pengaruh Jarak Tulang Pubis terhadap Produksi Telur pada
Ayam Arab yang Dipelihara pada Kandang Suhu Nyaman ..................... 53
11. Uji-t Pengaruh Jarak Tulang Pubis terhadap Produksi Telur pada
Ayam Arab yang Dipelihara pada Kandang Suhu Panas ........................ 54
12. Uji-t Pengaruh Jarak Tulang Pubis terhadap Produksi Telur pada
Ayam Arab yang Dipelihara pada Kandang Suhu Lingkungan
55
dibandingkan dengan Kandang Suhu Panas .............................................
57
13. Jumlah Ayam Arab berdasarkan Krakteristik Genetik Eksternal….
14. Perhitungan Persentase Fenotipe Karakteristik Genetik Eksternal
57
pada Ayam Arab .......................................................................................
15. Perhitungan Frekuensi Gen Karakteristik Genetik Eksternal pada
58
Ayam Arab ...............................................................................................
16. Perhitungan Heterozigositas (h) Karakteristik Genetik Eksternal
60
pada Ayam Arab .......................................................................................
17. Perhitungan Simpangan Baku (SE(h)) Karakteristik Genetik
60
Eksternal pada Ayam Arab......................................................................
18. Perhitungan Rata-rata Heterozigositas (
dan Simpangan Baku
62
Rata-rata Heterozigositas (SE (
..........................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam Arab merupakan ayam tipe petelur unggul karena memiliki
kemampuan bertelur yang cukup tinggi . Ayam Arab memiliki ciri-ciri antara lain
bersifat lincah, agak liar, tidak mengeram, daya seksual pada jantan tinggi,
kemampuan

memproduksi telur yang tinggi, dan berpostur

tubuh

ramping.

Keunggulan yang dimiliki ayam Arab menyebabkan ayam tersebut sering
disilangkan dengan ayam jenis lain guna memperoleh bibit ternak unggul khususnya
dalam

produksi telur. Namun, perkawinan alami yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan keragaman genetik yang tinggi pada suatu populasi sehingga dapat
menyebabkan menurunnya produktivitas ayam Arab tersebut.
Keragaman genetik yang sering disebut juga dengan polimorfisme genetik
merupakan salah satu klasifikasi sifat kualitatif dalam arti luas. Keragaman genetik
suatu ternak dapat diketahui pada tingkat gen (genotipe) maupun penampakan luar
(fenotipe). Penentuan keragaman genetik pada tingkatan gen salah satunya dapat
dilakukan menggunakan fraksi-fraksi protein darah melalui polimorfisme proteinnya
dengan metode elektroforesis, yaitu suatu cara analisis kimiawi yang didasarkan pada
pergerakan molekul-molekul protein bermuatan di dalam medan listrik. Pola protein
yang berbeda-beda pada hasil elektroforesis menunjukkan variasi fenotipe yang
mewakili genotipe individu dan akan menghasilkan perbedaan distribusi frekuensi
gen pada suatu populasi. Karakteristik genetik eksternal pada ayam dapat dilakukan
melalui pengamatan fenotipe meliputi warna bulu, kerlip bulu, warna shank, dan
bentuk jengger serta produksi telur. Identifikasi melalui karakteristik genetik
eksternal lebih mudah dilakukan dibandingkan cara elektroforesis.
Polimorfisme darah diatur secara genetis oleh pasangan alel, sedangkan
keragaman genetik dapat dilihat dari karakter alel dari lokus tertentu yang merupakan
ekspresi dari gen tertentu. Polimorfisme protein darah khususnya pada ternak ayam
dapat dilihat dari protein albumin dan transferin yang berkaitan terhadap produksi
telur. Beberapa penelitian menemukan tiga alel yang berbeda dari hasil identifikasi
lokus pada masing-masing protein darah tersebut, yaitu alel A, B, dan C sehingga
akan ditemukan beberapa macam genotipe yang dapat digunakan untuk seleksi ayam
yang mempunyai produktivitas telur tertinggi.

1

Produksi telur ayam selain ditentukan dari segi genetik juga dipengaruhi oleh
faktor

lingkungan. Lingkungan yang kurang mendukung akan mengakibatkan

produksi telur menurun meskipun mempunyai genetik yang baik. Salah satu faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap produksi telur adalah suhu lingkungan pada
tempat pemeliharaan. Suhu lingkungan yang nyaman akan meningkatkan produksi
telur karena sifat genetik akan muncul secara optimal bila diberikan lingkungan
yang optimal pula, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan menurunkan produksi
telur karena ayam mengalami stres panas.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui polimorfisme
genetik pada ayam Arab melalui analisis protein darah. Selanjutnya, polimorfisme
protein darah ini dikaitkan dengan produksi telur ayam Arab pada suhu lingkungan
kandang yang berbeda. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melengkapi
data karakteristik genetik eksternal seperti warna bulu, pola warna bulu, warna
shank, dan bentuk jengger pada ayam Arab yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Arab
Berbagai alasan muncul berkaitan dengan asal-usul penamaan ayam Arab.
Beberapa sumber mengatakan bahwa asal mula disebut ayam Arab karena awalnya
dibawa dari kepulangan ibadah haji dari tanah Arab. Sumber lain menyebutkan
penamaan ayam Arab dikarenakan pejantan ayam Arab memiliki libido (keinginan
kawin) yang tinggi dan ayam betinanya memiliki bulu dari kepala sampai leher
membentuk jilbab apabila dilihat dari jauh. Ayam ini bukan merupakan ayam asli
Indonesia melainkan berasal dari Belgia (Natalia et al., 2005). Ayam Arab yang
banyak ditemukan di Indonesia merupakan hasil persilangan dengan berbagai jenis
ayam, baik ayam lokal maupun ayam ras (Nataamijaya et al., 2003). Ayam Arab
lebih tahan penyakit dan tahan perubahan iklim (Yusdja et al., 2005), sehingga
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dan juga dapat disilangkan dengan
ayam lokal lain untuk memperoleh produksi telur yang lebih tinggi dengan kualitas
daging yang lebih baik (Sulandari et al., 2007).
Ayam Arab ada dua jenis, yaitu ayam Arab silver (brakel kriel-silver) dan
ayam Arab golden (brakel kriel-gold). Dalam perkembangannya di masyarakat ayam
Arab silver lebih banyak dikenal dan dibudidayakan dibandingkan ayam Arab
golden. Kedua jenis ayam Arab ini dibedakan pada warna bulunya sesuai dengan
namanya. Ayam Arab silver mempunyai warna bulu dari kepala hingga leher putih
keperakan dan warna bulu totol hitam putih/ lurik hitam putih. Ayam Arab golden
memiliki ciri khas warna bulu pada kepala sampai leher merah keemasan dan warna
bulu badan totol merah keemasan (Natalia et al., 2005).
Ayam Arab merupakan salah satu jenis ayam petelur unggul yang mulai
banyak dikembangkan di Indonesia karena memiliki penampilan yang lebih menarik
dibandingkan dengan ayam buras biasa, produktivitas telurnya tinggi hampir
menyerupai produktivitas ayam petelur ras dan memiliki karakteristik telur yang
menyerupai ayam Kampung (Natalia et al., 2005). Ayam Arab merupakan ayam
petelur unggul yang digolongkan ke dalam ayam tipe ringan dengan bobot badan
umur 52 minggu mencapai 2.035,60 ±115,7 g pada jantan dan 1.324,70 ±106,47 g
pada betina (Nataamijaya et al., 2003). Produksi telur ayam Arab yang tinggi yaitu
190-250 butir/tahun dengan bobot telur 30-35 g dan hampir tidak memiliki sifat

3

mengeram sehingga waktu bertelur menjadi lebih panjang (Natalia et al., 2005;
Sulandari et al., 2007). Telur ayam Arab berwarna putih karena memiliki gen
dominan yang berasal dari ayam ras impor, walaupun di Indonesia telah mengalami
perkawinan silang dengan ayam lokal. Bobot telur ayam Arab yaitu 34,24±1,38 g per
butir dengan umur pertama bertelur yaitu 168,52±3,20 hari dan produksi telur per
periode 6 bulan yaitu 51,41±4,61%. Natalia et al. (2005) menyataan bahwa ayam
Arab memiliki daging yang tipis dan kulit yang berwarna hitam sehingga daging
ayam Arab kurang disukai konsumen, disamping bobot afkirnya tergolong rendah
yaitu hanya mencapai 1,1-1,2 kg.

Gambar 1. Ayam Arab Betina (kiri) dan Jantan (kanan)
Nataamijaya et al. (2003) menyatakan ayam Arab memiliki sifat kualitatif
antara lain memiliki jengger bentuk tunggal tegak bergerigi (Serrated Single Comb)
dan berwarna merah dengan ukuran jengger pada betina jauh lebih kecil daripada
jantan, pial berwarna merah, memiliki warna bulu lebih homogen dengan warna
dasar hitam dihiasi warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung dan sayap,
serta berwarna putih pada paruh, kulit, dan sisik kaki. Ayam Arab memiliki tingkah
laku diantaranya sangat mudah ketakutan, mempunyai sifat liar, dan mudah terkejut.
Karakteristik Genetik Eksternal
Karakteristik genetik eksternal disebut juga sifat dari suatu individu ternak
yang tampak dari luar atau dengan kata lain yaitu fenotipe. Hal tersebut sesuai
dengan Hardjosubroto (1999) yang menyatakan bahwa penampilan suatu individu

4

yang nampak dari luar disebut fenotipe. Warwick et al. (1990) mendefinisikan sifat
fenotipe sebagai suatu penampakan luar atau sifat-sifat lain dari suatu individu yang
dapat diamati atau dapat diukur. Selanjutnya, Hardjosubroto (1999) menjelaskan
bahwa fenotipe ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Fenotipe individu dapat dibedakan atas yang bersifat kualitatif dan yang
bersifat kuantitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat
dibedakan dan dikelompokkan secara tegas, misalnya warna bulu, bentuk jengger,
ada tidaknya tanduk atau sebagainya. Sifat ini dikendalikan oleh satu atau beberapa
gen dan sedikit atau tidak sama sekali dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sifat
kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, misalnya produksi susu, produksi telur,
pertambahan berat badan harian, dan sebagainya. Sifat ini dikendalikan oleh banyak
pasang gen dan juga banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Ayam Arab memiliki fenotipe yang seragam, yaitu pada jantan bentuk
jengger tunggal, tegak, dan berukuran relatif besar dibandingkan ayam lain serta
berwarna terang, jengger betina bersifat sama dengan jantan hanya ukurannya agak
lebih kecil (Nataamijaya, 2000). Sifat kualitatif ayam Arab disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat Kualitatif Ayam Arab
Sifat Kualitatif

Jantan

Betina

Warna Badan (Bulu)

bintik putih/bintik merah

bintik putih/bintik merah

Warna Kulit

hitam

hitam

Bentuk Jengger

tunggal
dan
tegak, tunggal berukuran kecil
berukuran relatif lebih dibanding jantan tapi relatif
besar dibanding jenis lebih besar dibanding jenis
ayam lain
betina lain dan ada yang
rebah

Warna Jengger

merah muda terang

merah pucat

Warna Kaki

hitam

hitam

Warna Kerabang Telur

-

bervariasi, yaitu putih, putih
kekuningan, dan cokelat

Sumber: Natalia et al. (2005)

5

Warna Bulu
Warna bulu ayam dipengaruhi oleh adanya pigmen melanin (Crawford,
1990). Pigmen melanin terbagi menjadi dua tipe, yaitu eumelanin yang membentuk
warna hitam dan biru pada bulu, dan feomelanin yang membentuk warna merahcokelat, salmon, dan kuning tua (Searle, 1968; Brumbaugh, 1968).
Kerja pigmen melanin ini diatur oleh gen I (inhibitor) sebagai gen
penghambat produksi melanin dan gen i sebagai gen pemicu produksi melanin
sehingga ada dua sifat utama pada sifat warna bulu ayam, yaitu sifat berwarna dan
sifat tidak berwarna. Warna bulu putih pada ayam yang membawa gen I (inhibitor)
adakalanya resesif terhadap warna bulu lain. Begitu pun warna bulu pada ayam yang
membawa gen i (gen pembawa sifat warna) tidak selalu hitam tergantung ukuran dan
pengaturan granula pigmen. Sifat inhibitor merupakan sifat dominan tidak lengkap
pada heterozigot (Ii) yang ditunjukkan oleh adanya spot dan garis hitam pada bagian
bulu ayam saat masih muda dan bulu akan sebagian ataupun sepenuhnya hitam pada
ayam dewasa (Hutt, 1949).
Pola Warna Bulu Primer
Distribusi melanin pada bulu primer akan menimbulkan pola bulu yang
disebut pola warna bulu primer. Pola warna ini dipengaruhi oleh faktor
pendistribusian dan penghambatan distribusi eumelanin. Warna hitam solid dengan
simbol E diekspresikan pada penampilan bulu hitam di seluruh bagian bulu dan biasa
terlihat pada permukaan bulu yang dibatasi pada leher, bulu besar sayap, dan ekor
(Hutt, 1949). Faktor pendistribusi eumelanin pada lokus E terdiri dari tiga alel, yaitu
E (hitam polos), e+ (tipe liar), dan e (columbian) yang setelah diteliti kemudian terdiri
dari delapan alel, yaitu Extended black (E)> Birchen (ER)> Dominant wheaten
(eWh)> wild type (e+) >Brown (eb)> Speckled (es)> Butterrcup (ebc)> Recessive
wheaten (ey) (Crawford, 1990). Smyth (1976) menyatakan kerja alel dari lokus E ini
bisa pula dibatasi oleh beberapa alel yang bersifat membatasi distribusi eumelanin
pada bulu primer, yaitu alel Db (dark brown), Co (columbian), dan Mh (mahagony).
Kerja ketiga alel ini akan berpengaruh bila berinteraksi dengan lokus E pada bagian
punggung, sayap, kaki, dan bulu ekor.

6

Pola Bulu Sekunder (Corak Bulu)
Distribusi melanin pada bulu sekunder akan menimbulkan pola bulu yang
disebut pola bulu sekunder atau istilah lainnya adalah corak bulu. Corak bulu pada
ayam ada dua jenis corak, yaitu lurik/burik (barred) dilambangkan dengan gen B dan
tidak lurik (non barred) dilambangkan b. Gen pola bulu barred (B) bersifat dominan
tidak lengkap dan penampilannya bervariasi yang disebabkan oleh faktor jenis
kelamin dan pertumbuhan bulu. Ayam betina gen terkaitnya bersifat hemizigot,
sedangkan pada jantan bisa bersifat homozigot atau heterozigot. Kerja gen B ini
adalah menghambat deposisi melanin dan akan menimbulkan palang-palang putih
pada warna dasar hitam sehingga bulu terlihat hitam bergaris-garis putih (Hutt,
1949).
Kerlip Bulu
Warna kerlip pada lapisan bulu utama dinamakan kerlip bulu yang terdiri dari
kerlip perak (Silver dan dilambangkan dengan gen S) dan emas (dilambangkan
dengan gen s). Kerlip bulu ditemukan pada ayam yang berbulu hitam polos sampai
yang putih sekalipun, namun kurang terlihat pada ayam yang memiliki gen
autosomal merah atau yang memiliki bulu dengan kombinasi warna yang
keragamannya sangat kompleks. Gen pembawa sifat kerlip bulu terdapat pada
kromosom kelamin (Hutt, 1949). Gen S (silver) dan s (emas) terletak di kromosom
sex dan alel ini berguna pada persilangan komersial untuk mengidentifikasi jenis
kelamin anak ayam yang baru ditetaskas (Crawford, 1990).
Warna Shank
Karakteristik warna shank kuning (Co) atau putih (I) disebabkan oleh
kurangnya kandungan melanin pada jaringan kulit luar (epidermis); kandungan
melanin pada lapisan kulit luar dikontrol oleh gen resesif yang ditandai dengan
warna shank hitam (Hutt, 1949). Deposisi melanin pada lapisan dermis kulit cakar
ayam menyebabkan dua warna, yaitu warna cakar kuning/putih (gen Id) dan warna
cakar hitam (gen id).
Dunn (1925) menyatakan bahwa kerja gen Id adalah menghambat deposisi
melanin di lapisan dermis kulit sehingga kulit kekurangan melanin dan berwarna
kuning atau putih, sedangkan gen yang membawa sifat deposisi melanin pada lapisan
dermis adalah gen resesif id yang bisa dalam kondisi homozigot atau hemizigot.
7

Selanjutnya diterangkan bahwa gen dominan Id tidak bersifat dominan penuh, hal ini
terlihat jelas pada individu heterozigot yang ternyata memiliki bintik-bintik melanin
cukup banyak pada permukaan kulit sehingga warna cakar terlihat bukan hitam, tapi
abu-abu.
Bentuk Jengger
Bentuk jengger menurut Hutt (1949) terbagi dalam 4 bagian yaitu bentuk ros,
kapri, tunggal, dan walnut (kemiri). Selanjutnya Hutt (1949) menjelaskan bahwa sifat
gen dominan tidak penuh dibawa oleh dua gen R (Ros) dan P (pea/kapri). Kedua gen
ini akan muncul ekspresinya jika gen lainnya dalam keadaan resesif homozigot,
misalnya R-pp akan berfenotipe jengger berbentuk ros dan rrP- berekspresi jengger
bentuk kapri.
Apabila dominan R berada bersama-sama dengan dominan P, maka akan
menyebabkan jengger berbentuk walnut (Hardjosubroto, 1999). Bentuk jengger
walnut memiliki empat kemungkinan genotipe, yaitu PPRR, PpRR, PPRr atau PpRr
(Crawford, 1990). Hutt (1949) menyatakan sifat jengger tunggal akan muncul dalam
bentuk homozigot resesif rrpp. Selanjutnya dijelaskan oleh Hutt (1949) bahwa
bentuk jengger mampu menjelaskan bobot badan yang dimiliki oleh ayam tersebut,
karena menurutnya besar jengger sangat berkorelasi positif terhadap bobot hidup
ayam, nilai korelasinya mencapai 0,85 sampai 0,96.
Protein Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian, yaitu plasma darah
dan sel darah. Darah tersusun atas cairan plasma, garam-garam, bahan kimia lainnya,
eritrosit (sel darah merah), dan leukosit (sel darah putih). Plasma darah terdiri atas
protein (albumin, globulin dan fibrinogen), lemak dalam bentuk kolesterol, fosfolpid,
lemak netral, asam lemak, dan mineral anorganik terutama kalsium, potasium dan
iodium. Berat darah pada unggas adalah 8% dari berat tubuh anak ayam umur 1-2
minggu dan 6% dari berat tubuh ayam dewasa (Yuwanta, 2008). Frandson (1992)
menyatakan bahwa plasma darah terdiri dari air sebanyak 92% dan zat-zat lain
sebanyak 8%. Zat-zat lain itu 90% berupa protein dan 0,9% berupa bahan anorganik,
sedangkan sisanya adalah bahan organik yang bukan protein.

8

Protein adalah polimer panjang yang tersusun atas asam-asam amino yang
terikat secara kovalen oleh ikatan-ikatan peptida (Stansfield dan Elrod, 2002).
Kadar protein plasma pada unggas berkisar antara 30-75 mg/ml. Protein plasma pada
hewan vertebrata tingkat tinggi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fibrinogen,
globulin, dan albumin. Fibrinogen bertanggung jawab dalam proses pembentukan
darah. Globulin bertanggung jawab dalam berbagai fungsi, terutama yang berkaitan
dengan reaksi kekebalan (imun) dan transfer molekul tertentu seperti hormon,
vitamin, dan zat besi. Sementara albumin bertanggung jawab mempertahankan
volume plasma (Isnaeni, 2010). Protein darah dihasilkan melalui proses transkripsi
DNA (asam dioksiribonukleat) dan translasi RNA (asam ribonukleat). Susunan asam
amino dan jumlah protein dalam darah sangat ditentukan oleh gen-gen yang
mengkodenya (Stansfield dan Elrod, 2002). Penentuan fraksi-fraksi protein darah
dapat digunakan untuk menentukan karakteristik genetik ternak tersebut melalui
polimorfisme proteinnya (Warwick et al., 1990).
Polimorfisme Protein Darah
Polimorfisme merupakan variasi genetik yang terjadi pada tingkat DNA dan
protein, serta seringkali terekspresikan dalam bentuk fenotipe-fenotipe yang berbeda
pada suatu populasi. Polimorfisme dapat muncul pada tiga tingkatan antara lain pada
tingkat kromosom, gen, dan pada restriksi fragmen DNA yang polimorfik (Stansfield
dan Elrod, 2002). Harris (1994) menyatakan bahwa jika suatu populasi yang
anggota-anggotanya memiliki dua atau lebih fenotipe protein yang dikode oleh dua
alel atau lebih pada suatu lokus gen tertentu, maka hal tersebut dikenal dengan istilah
polimorfisme. Lebih lanjut dijelaskan bahwa suatu lokus disebut polimorfik apabila
frekuensi alel tidak lebih besar dari 0,99.
Polimorfisme merupakan hasil utama dari aksi gen yang sangat bermanfaat
dalam penelitian biologi dasar, terutama untuk menentukan asal usul ternak,
menyusun hubungan filogenetis antar spesies dan bangsa atau kelompok-kelompok
dalam spesies. Secara umum diantara jenis protein darah yang sudah diketahui
bersifat polimorfik adalah globulin (transferin), albumin, enzim-enzim darah dan
hemoglobin (Warwick et al., 1990). Hasil penelitian Wulandari (2008) mengenai
analisis elektroforesis protein plasma darah ayam Kedu dengan menggunakan gel
poliakrilamid menunjukkan 4 lokus yang bersifat polimorfik diantaranya adalah pre9

albumin (Palb), albumin (Alb), tansferin (Tf), dan post-transferin (Ptf). Pada ayam
Kampung ditemukan empat macam lokus protein yang polimorfik yaitu hemoglobin,
albumin, post-albumin, dan transferin (Johari, 1999).
Polimorfisme Protein Plasma Transferin
Transferin memiliki kisaran berat molekul sebesar 85.000 Dalton (Da). Hasil
penelitian Johari et al. (2008) pada ayam Kedu menunjukkan bahwa lokus transferin
(Tf) dikontrol oleh dua alel, yaitu TfB dan TfC. Pita yang bergerak lebih cepat ke arah
kutub positif dinamakan alel B, sedangkan

pita yang bergerak lebih lambat

dinamakan alel C. Kedua alel tersebut dapat membentuk karakter heterozigot BC.
Ismoyowati (2008) melaporkan hasil identifikasi fenotipe atau genotipe lokus
transferin pada itik Tegal diperoleh tiga alel atau gen yang kombinasinya membentuk
empat macam genotipe yaitu, TfAA, TfAB, TfBB dan TfBC dengan masing-masing
frekuensi gen TfA adalah 0,25676, frekuensi gen TfB adalah 0,64865 dan frekuensi
gen TfC adalah 0,09459. Genotipe homosigot TfAA memiliki potensi produksi telur
paling tinggi dibanding dengan genotipe lainnya (104 butir). Genotipe heterosigot
TfAB dengan alel atau gen TfA dominan terhadap alel atau gen TfB, sehingga
kombinasi antara keduanya menyebabkan menurunnya potensi produksi telur (87
butir). Genotipe homosigot TfBB memiliki potensi produksi telur paling rendah (84
butir). Genotipe heterosigot TfBC dengan alel atau gen TfC dominan terhadap alel TfB,
sehingga kombinasi antara keduanya menyebabkan potensi produksi telur yang lebih
tinggi dibanding genotipe TfBB (94butir).
Polimorfisme Protein Plasma Albumin
Albumin memiliki berat molekul sebesar 69.000 Dalton (Da). Pita albumin
terlihat jelas karena albumin memiliki bentuk pita yang sangat tebal jika
dibandingkan dengan pita-pita lain. Polimorfisme protein darah ayam Kedu
diperoleh 2 alel yaitu B dan C dengan nilai frekuensi gen masing-masing yaitu 0,525
dan 0,475 (Johari et al., 2008).
Identifikasi lokus albumin pada itik Tegal diperoleh tiga alel atau gen yang
kombinasinya membentuk lima macam genotipe, yaitu Alb AA, AlbAB, AlbAC, AlbBB
dan AlbBC dengan frekuensi gen atau alel A yaitu 0,20186, frekuensi gen atau alel B
sebesar 0,47205 dan frekuensi gen atau alel C sebesar 0,32609. Genotipe homosigot
AlbAA memiliki potensi telur paling tinggi (97 butir). Genotipe heterosigot AlbAB
10

dengan alel atau gen AlbB dominan terhadap alel AlbA, sehingga kombinasi antara
keduanya menyebabkan menurunnya potensi produksi telur (85,50 butir). Genotipe
heterosigot AlbAC (88 butir) dengan alel atau gen AlbC dominan terhadap alel AlbA,
sehingga kombinasi antara keduanya menyebabkan potensi produksi telur yang lebih
rendah dibanding genotipe AlbAA. Genotipe homosigot AlbBB memiliki potensi
produksi telur paling rendah (80,50 butir). Genotipe heterosigot AlbBC (96 butir)
dengan alel atau gen AlbC dominan terhadap alel AlbB, sehingga kombinasi antara
keduanya menyebabkan potensi produksi telur yang lebih tinggi dibanding genotipe
AlbBB (Ismoyowati, 2008).
Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan molekul selular berdasarkan
atas ukurannya dengan menggunakan medan listrik yang dialirkan pada suatu
medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini dapat
digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul,
misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan negatif
dilewatkan melalui suatu medium, misalnya gel agarose, kemudian dialiri arus listrik
dari satu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya, maka molekul tersebut akan
bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut
tergantung pada nisbah (rasio) muatan terhadap massanya, serta tergantung pula pada
bentuk molekulnya (Yuwono, 2005).
Yuwono (2005) menyatakan bahwa teknik elektroforesis dapat digunakan
untuk analisis DNA, RNA maupun protein. Secara umum, teknik elektroforesis
protein kadang-kadang disebut analisis allozyme (Feldhamer et al., 1999).
Elektroforesis protein pada dasarnya dilakukan dengan prinsip serupa seperti yang
digunakan dalam elektroforesis DNA, namun gel yang digunakan adalah gel
poliakrilamid. Protein yang dielektroforesis dapat dianalisis dengan pengecatan
menggunakan Coomassie blue. Senyawa ini biasanya ditambahkan bersama-sama
dengan sampel. Pengecatan protein dapat juga dilakukan dengan larutan perak nitrat
yang lebih sensitif dibanding dengan Coomassie blue (Yuwono, 2005).
Teknik elektroforesis merupakan suatu teknik yang relatif sederhana dan
cepat, dan dengan demikian banyak genotipe dapat diidentifikasi dengan hanya
bekerja satu hari di laboratorium. Elektroforesis tidak hanya digunakan untuk
11

mendeteksi variasi gen dari suatu individu tetapi dapat juga digunakan untuk
menduga variasi genetik dalam suatu populasi. Selain itu, hasil elektroforesis
terhadap protein dapat digunakan untuk memperkirakan hubungan dalam filogeni
(Feldhamer et al., 1999).

12

MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Februari
2011.

Pengamatan karakteristik eksternal, pencatatan produksi telur,

dan

pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Unggas Blok
B. Analisis protein darah dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak
Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Materi
Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu ayam Arab betina dewasa
(umur 34 minggu) sebanyak 134 ekor yang diamati karakteristik genetik
eksternalnya, kemudian dari sejumlah ayam tersebut dipilih 30 ekor untuk dipelihara
dan dicatat produksi telurnya selama 20 hari. Sampel darah untuk analisis
elektroforesis diambil dari 30 ayam Arab tersebut dan pengambilan sampel darah
dilakukan pada akhir periode pencatatan produksi telur. Pada akhir periode
pencatatan produksi telur, masing-masing ayam diambil sampel darahnya untuk
dilakukan analisis protein darah dengan metode elektroforesis. Materi yang
digunakan selama pemeliharaan ayam Arab yaitu pakan, vaksin, vitamin dan air
minum. Pakan yang digunakan yaitu pakan komplit ayam petelur dewasa umur 19
minggu produksi 65% dengan merk dagang Gold Coin 105-M. Kandungan nutrien
pakan disajikan pada Tabel 2. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis
elektroforesis protein darah terdiri dari alkohol 70%, natrium ethylene diamine tetra
acetic acid (EDTA) sebagai anti koagulan, akrilamid, bisakrilamid, gliserin,
Destilation Water (DW), tris, HCl, amonium peroksodisulfat (APS), TEMED, glisin,
bromphenol blue, methanol, asam asetat, dan Coomasie brilliant blue.
Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan selama pencatatan produksi
telur terdiri dari individual cage berukuran 30x20x25 cm, tempat pakan, tempat
minum, termometer dan alat kebersihan. Peralatan yang dibutuhkan dalam persiapan
sampel darah adalah alat suntik 2,5 ml, tabung eppendorf 2,5 ml, termos es, kapas
dan lemari pendingin. Alat yang digunakan untuk analisis pola protein darah terdiri
dari tabung eppendorf, magnetic stirrer, centrifuge 5415 R, mikropipet, tip, gelas

13

ukur, beker glass, timbangan analitik, cawan petri, spatula, nampan plastik, oven,
inkubator, seperangkat alat elektroforesis yang terdiri dari cetakan gel, bak,
voltage/current regulator Kayagaki model PS-300 dan voltage regulator model EC458. Peralatan yang digunakan untuk pengamatan sifat karakteristik genetik eksternal
adalah lembar data, alat tulis, dan kamera digital.
Tabel 2. Kandungan Nutrien Pakan Ayam Arab
Nutrien
Kadar Air

Persentase (%)
Maks.

13

Protein Kasar

16-18

Serat Kasar

Maks

6

Lemak

Min.

3

Abu

Maks.

14

Phosfor

0,6-1,0

Kalsium

3,0-4,2

Sumber :PT. Gold Coin Indonesia
Keterangan: Pakan tersebut dibuat tahun 2010 dari bahan-bahan: jagung kuning, bungkil kacang
kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung daging, dedak padi, pollard, vitamin,
trace mineral, dan antioxidant.

Metode
Pencatatan Produksi Telur
Sebelum penelitian dimulai, ayam Arab dipilih dan dikelompokkan
berdasarkan ukuran pubis, yaitu ukuran jarak antar tulang pubis lebar (3 – 4 jari atau
3,46 - 4,33 cm), jarak antar tulang pubis sedang (2 – 2,5 jari atau 2,30 - 2,86 cm), dan
jarak antar tulang pubis sempit (1 – 1,5 jari atau 1,07-1,50 cm). Semakin lebar jarak
antar tulang pubis, diasumsikan semakin tinggi produksi telurnya. Penentuan jarak
antar tulang pubis ini mengacu pada Arbor Acres (2006) yang dapat dilihat pada
Tabel 3. Selain itu, dilakukan persiapan kandang dan peralatan terlebih dahulu serta
pemberian obat anti stres terhadap masing-masing ayam Arab yang dipelihara.
Perlakuan suhu kandang yang diberikan selama pemeliharaan, yaitu kandang suhu
lingkungan sekitar ± 25 oC (21-29 oC) dan kandang suhu panas sekitar 30 oC (24-32
o

C). Ayam Arab dipelihara pada individual cage untuk mempermudah pencatatan

produksi telur yang dilakukan selama 20 hari. Pemberian pakan dan air minum ad
libitum serta pencatatan produksi telur dilakukan setiap pagi dan sore.

14

Tabel 3. Jar