Studi polimorfisme protein hemoglobin darah ayam arab periode produksi pada suhu kandang berbeda

STUDI POLIMORFISME PROTEIN HEMOGLOBIN DARAH
AYAM ARAB PERIODE PRODUKSI PADA
SUHU KANDANG BERBEDA

SKRIPSI
GINA CITRA DEWI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
Gina Citra Dewi. D14070192. Studi Polimorfisme Protein Hemoglobin Darah
Ayam Arab Periode Produksi pada Suhu Kandang Berbeda. Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati, M.Si.
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, M.S.
Ayam Arab merupakan salah satu jenis unggas yang potensial dikembangkan
untuk sumber protein hewani di Indonesia, mengingat ternak ini memiliki potensi

sebagai ayam petelur unggul dan memiliki karakteristik telur yang menyerupai ayam
lokal dan kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi dengan lingkungan Indonesia
yang beriklim tropis. Produktivitas suatu ternak tergantung pada faktor genetik dan
lingkungan, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui polimorfisme
protein hemoglobin darah ayam Arab, kaitan pita hemoglobin dengan produksi telur,
produksi telur pada suhu lingkungan kandang yang berbeda, serta produksi telur pada
jarak antar tulang pubis yang berbeda. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui karakteristik eksternal telur yang dihasilkan oleh ayam Arab.
Penelitian ini dilaksanakan di kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu
Produksi Ternak Unggas untuk pemeliharaan ayam, pengumpulan telur dan
pengambilan darah, sedangkan analisis darah dilaksanakan di Bagian Pemuliaan dan
Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan adalah ayam Arab
betina dewasa sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 22 ekor ayam Arab Golden dan 8
ekor ayam Arab Silver. Seluruh ayam Arab ini dikelompokan pada kandang dengan
suhu yang berbeda, yaitu suhu lingkungan sekitar 25 oC (21-29 oC) dan suhu panas
sekitar 30 oC (24-32 oC), serta jarak tulang pubis yang berbeda, yaitu lebar, sedang
dan sempit. Metode elektroforesis secara vertikal dengan gel akrilamid digunakan
dalam menganalisis pola pita protein hemoglobin. Peubah yang diamati adalah
produksi telur dan kualitas eksternal telur selama 20 hari, serta pengaruh dari tipe

hemoglobin darah terhadap karakteristik produksi telur.
Hasil analisis protein darah menunjukkan bahwa lokus hemoglobin bersifat
polimorfik. Lokus hemoglobin dikontrol oleh 2 alel, yaitu HbA dan HbB sehingga
kombinasinya diperoleh tiga macam genotipe (HbAA, HbAB, dan HbBB), namun pada
penelitian ini genotipe HbBB tidak muncul. Alel A (α 1) meningkatkan produksi telur
(1,44), sedangkan Alel B (α 2) berpengaruh terhadap penurunan produksi telur (3,36).
Jenis Ayam Arab (Silver dan Golden) tidak mempengaruhi rataan produksi telur
ayam Arab, namun mempengaruhi rataan bobot telur. Rataan bobot telur ayam Arab
Silver lebih tinggi dibandingkan ayam Arab Golden. Suhu kandang (± 25 oC dan ±
30 oC) tidak mempengaruhi rataan produksi dan bobot telur ayam Arab. Jarak antar
tulang pubis mempengaruhi produksi telur. Semakin lebar jarak antar tulang pubis,
semakin tinggi produksi telur. Kualitas eksternal telur ayam Arab (keutuhan
kerabang) pada suhu lingkungan (± 25 oC) lebih baik dibandingkan pada suhu panas
(± 30 oC). Polimorfisme protein hemoglobin dapat digunakan untuk pendekatan
seleksi secara biomolekuler dalam pemilihan ayam Arab yang berproduksi tinggi.
Kata-kata kunci: Ayam Arab, polimorfisme, protein hemoglobin

ABSTRACT
Study of Blood Protein Hemoglobin Polymorphism of Arab Laying Hens in
Different Environmental Temperatures

Dewi, G. C. 1), S. Darwati 2), dan H. S. Iman Rahayu 3)
The aim of this research was to study the effect of hemoglobin loci towards
the characteristics of egg productivity of Arab laying hens through blood protein
polymorphism analysis by electrophoresis method. Thirty Arab laying hens (consist
of 22 Arab hens Silver and 8 Arab hens Golden) kept in a batteray-pen were used in
this research. Whole chickens are grouped in cages with a different temperature, i.e.
about 25 oC ambient temperature (21-29 oC) and hot temperatures around 30 oC (2432 oC), as well as different distances pubic bone, which is wide, medium and narrow.
Individual egg production was recorded until period of 20 days. Blood samples
taken from the wing vein and vertical electrophoresis method with acrylamide gel
used to analyze the pattern of protein bands of hemoglobin.
The result of blood protein analysis identified that the hemoglobin locus was
polymorphic and consist of 2 alleles forming 3 genotipes (HbAA, HbAB and HbBB),
but in this study did not find HbBB gene. Gene A (α 1) influenced genetically to
increase egg production (1.44), whereas gene B (α 2) effected on decrease of egg
production (3.36). Type of Arab chicken (Silver and Golden) did not affect the
average egg production, but affect the average weight of egg. There was no effect of
environmental temperature on the average egg production and weight of egg. The
distance between the pubic bone affect the potential for egg production. Widening
the distance between the pubic bone will increase egg production. External quality
chicken eggs (eggshell integrity) at environment temperature (± 25 oC) is better than

at hot temperatures (± 30 oC). Hemoglobin protein polymorphism can be used for
biomolecular selection approach in the selection of high producing Arab hens.
Keywords: Arab hens, polymorphism, hemoglobin

STUDI POLIMORFISME PROTEIN HEMOGLOBIN DARAH
AYAM ARAB PERIODE PRODUKSI PADA
SUHU KANDANG BERBEDA

GINA CITRA DEWI
D14070192

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


Judul

: Studi Polimorfisme Protein Hemoglobin Darah Ayam Arab Periode
Produksi pada Suhu Kandang Berbeda

Nama

: Gina Citra Dewi

NIM

: D14070192

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,


Ir. Sri Darwati, M.Si.
NIP. 19631003 198903 2 001

Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H. S., M.S.
NIP. 19590421 198403 2 002

Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 5 Juli 2011

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 26 Januari 1990.
Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Ir. Agus Dwitiyandi Gozali,

M.Sc dan Nia Selvinia Gozali.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 dan diselesaikan pada
tahun 2001 Di SD Negeri No 107429 Pondok Kotangan, Medan, Sumatera Utara.
Pendidikan lanjutan menengah pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan
pada tahun 2004 di SLTP Negeri 2 Lubukpakam, Medan, Sumatera Utara. Pada
tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor, Jawa Barat dan melanjutkan
pendidikan pada Program Studi Sarjana di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan pada tahun 2008 dan selama
menuntut ilmu di IPB penulis aktif dalam organisasi, yaitu sebagai sekretaris umum
2 Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) periode 2009-2010.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena hanya dengan Rahman dan RahimNya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam
penulis panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan dalam
menjalani hidup ini. Skripsi yang berjudul Studi Polimorfisme Protein
Hemoglobin Darah Ayam Arab Periode Produksi pada Suhu Kandang Berbeda
disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polimorfisme protein hemoglobin

darah ayam Arab, kaitan pita hemoglobin dengan produksi telur, produksi telur pada
suhu lingkungan kandang yang berbeda, serta produksi telur pada jarak antar tulang
pubis yang berbeda. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
karakteristik eksternal telur yang dihasilkan oleh ayam Arab. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini ditujukan sebagai informasi awal untuk penelitian mengenai
polimorfisme protein plasma darah ayam Arab dan kaitannya terhadap produksi telur
selanjutnya, guna mendapatkan ternak ayam Arab dengan produktivitas yang lebih
baik.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi sehingga kritik dan saran diperlukan
untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat
diterima dan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak lain yang
berkepentingan.

Bogor, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN ................................................................................................

i

ABSTRACT ................................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
Ayam Arab ..........................................................................................
Asal Usul .................................................................................
Karakteristik ............................................................................
Kualitas Eksternal Telur ................................................................
Protein Darah
Hemoglobin ............................................................................
Elektroforesis ......................................................................................
Polimorfisme Protein Darah ................................................................
Polimorfisme Protein Darah Hemoglobin ...............................
METODE ................................................................................................
Lokasi dan Waktu ...............................................................................
Materi ................................................................................................
Prosedur ..............................................................................................
Persiapan Kandang dan Pemeliharaan ................................
Produksi Telur
Pengamatan Kualitas Eksternal Telur ................................
Pengambilan dan Persiapan Sampel Darah ............................

Teknik Elektroforesis ..............................................................
Pembuatan Campuran Larutan Kimia untuk
Elektroforesis ..............................................................
Pembuatan Gel Elektroforesis ................................
Penetesan Sampel dan Running ................................
Teknik Pewarnaan dan Pencucian ..............................
Analisis Hasil Elektroforesis ..................................................

3
3
3
4
5
6
6
7
8
9
9
9
10
10
11
12
12
13
13
14
14
15
16

Analisis Data
Analisis Deskriptif ................................................................
Analisis dengan Uji t ...............................................................
Frekuensi Alel .........................................................................
Frekuensi Genotipe ................................................................
Heterozigositas ................................................................
Efek Gen .................................................................................
Nilai Pemuliaan ................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
Polimorfisme Protein Darah Hemoglobin ..........................................
Hubungan Tipe Hemoglobin dengan Produksi Telur .........................
Produksi Telur .....................................................................................
Kualitas Eksternal Telur ................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................

16
16
17
17
18
18
18
19
20
20
22
24
27
31

Kesimpulan ......................................................................................... 31
Saran ................................................................................................ 31
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33
LAMPIRAN ................................................................................................

36

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Performa Produksi Telur Ayam Arab ................................................... 5
2. Kandungan Nutrien Pakan Ayam Arab ................................................ 10
3. Frekuensi Alel, Frekuensi Genotipe, dan Nilai Heterozigositas
pada Lokus Hemoglobin ................................................................

21

4. Produksi Telur Berdasarkan Genotipe Lokus Hemoglobin serta
Efek Gen Terhadap Produksi Telur ...................................................... 22
5. Nilai Pemuliaan dan Pengaruh Ragam Genetik, Aditif serta
Dominan pada Lokus Hemoglobin Terhadap Produksi Telur
Ayam Arab ............................................................................................ 23
6. Rataan Produksi dan Bobot Telur Ayam Arab Silver dan
Golden ................................................................................................

24

7. Rataan Produksi dan Bobot Telur Ayam Arab pada Suhu
Kandang Berbeda .................................................................................. 25
8. Rataan Produksi Telur Ayam Arab pada Jarak Tulang Pubis
Berbeda ................................................................................................ 26
9. Kualitas Eksternal Telur Ayam Arab pada Suhu Kandang
Berbeda ................................................................................................ 27
10. Rataan Indeks dan Bobot Telur Ayam Arab dengan Jarak Pubis
yang Berbeda ........................................................................................ 30

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Ayam Arab Silver Jantan (Kiri) dan Ayam Arab Golden Betina
(Kanan) ................................................................................................

4

2. Skema Pengambilan Data Penelitian .................................................... 11
3. Proses Pencucian Sel Darah Merah ...................................................... 13
4. Skema Proses Elektroforesis (PAGE) .................................................. 16
5. Tipe Fenotipe Hemoglobin pada Ayam Kampung, Ayam
Bangkok, dan Ayam Pelung ................................................................ 17
6. Contoh Tipe Pita Hb Ayam Arab Berdasarkan Teknik PAGE ............. 20
7. Rekonstruksi Tipe Pita Hb Ayam Arab Berdasarkan Teknik
PAGE ................................................................................................

20

8. Pembentukan Kerabang Telur dalam Uterus ................................

29

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Perhitungan Frekuensi Alel pada Lokus Hemoglobin .......................... 37
2. Perhitungan Frekuensi Genotipe pada Lokus Hemoglobin .................. 37
3. Perhitungan Nilai Heterozigositas pada Lokus Hemoglobin ................ 37
4. Perhitungan Produksi Telur Berdasarkan Genotipe Lokus
Hemoglobin .......................................................................................... 38
5. Perhitungan Point of Origin (O) dan Genotypic Value ........................ 38
6. Perhitungan Nilai Tengah Genotipe (m) dan Nilai Tengah Nyata
(M) ........................................................................................................ 39
7. Perhitungan Nilai Efek Gen terhadap Produksi Telur .......................... 39
8. Perhitungan Nilai Pemuliaan dan Pengaruh Ragam Genetik, Aditif
serta Dominan pada Lokus Hemoglobin Terhadap Produksi Telur
Ayam Arab ........................................................................................... 40
9. Uji t Rataan Produksi Telur Ayam Arab Silver dengan Ayam
Arab Golden ......................................................................................... 41
10. Uji t Rataan Bobot Telur Ayam Arab Silver dengan Ayam Arab
Golden ................................................................................................ 41
11. Uji t Rataan Produksi Telur Ayam Arab pada Suhu Kandang
Berbeda ................................................................................................ 41
12. Uji t Rataan Bobot Telur Ayam Arab pada Suhu Kandang
Berbeda ................................................................................................ 42
13. Uji t Rataan Produksi Telur Ayam Arab pada Jarak Pubis
Berbeda ................................................................................................ 42
14. Perhitungan Persentase Kualitas Eksternal Telur Ayam Arab pada
Suhu Kandang Berbeda ........................................................................ 43
15. Uji t Rataan Indeks Telur Ayam Arab dengan Jarak Pubis yang
Berbeda ................................................................................................ 44
16. Uji t Rataan Bobot Telur Ayam Arab dengan Jarak Pubis yang
Berbeda ................................................................................................ 45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam Arab merupakan salah satu jenis unggas yang potensial dikembangkan
untuk sumber protein hewani di Indonesia, mengingat ternak ini memiliki potensi
sebagai ayam petelur unggul dan memiliki karakteristik telur yang menyerupai ayam
lokal. Selain itu, ayam Arab memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi
dengan lingkungan Indonesia yang beriklim tropis.

Produktivitas suatu ternak

tergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Pendekatan genetik merupakan salah
satu alternatif yang dapat dilakukan dalam memperbaiki mutu bibit ayam Arab yang
ada di lapangan, karena perbaikan secara genetik cenderung memberikan dampak
yang lebih permanen.

Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh untuk

mengeksplorasi faktor genetik adalah melalui analisis pola protein darah hemoglobin
dengan metode Polyacrylamid Gel Electrophoresis (PAGE) secara vertikal, yaitu
suatu cara analisis kimia yang didasarkan pada gerakan molekul bermuatan di dalam
medan listrik yang dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, besar muatan, dan sifat kimia
dari molekul.
Tingkat produktivitas ternak baik bobot badan maupun jumlah telur yang
dihasilkan dapat diketahui dengan mengidentifikasi tipe hemoglobin. Hal ini dapat
dilakukan karena protein yang terdapat dalam darah merupakan protein fungsional
produk ekspresi gen-gen yang tersusun dari DNA (Kimbal, 1994). Pirchner (1981)
menyatakan bahwa gen-gen yang mengontrol golongan darah pada ternak unggas
berpengaruh terhadap performans sifat tertentu. Pada puyuh telah ditemukan adanya
hubungan tipe hemoglobin dengan bobot badan melalui penelitian Maeda et al.
(1973). Polimorfisme protein hemoglobin dapat digunakan untuk pendekatan seleksi
produksi telur pada unggas air yaitu itik Tegal (Ismoyowati, 2008). Oleh sebab itu,
diperlukan informasi mengenai keragaman tipe hemoglobin pada ayam Arab dan
mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan antara tipe hemoglobin dengan
produksi telur.
Tatalaksana pemeliharaan merupakan faktor lingkungan yang menentukan
tinggi rendahnya produktivitas ayam. Sistem perkandangan yang baik serta
memenuhi syarat teknis akan menjamin pertumbuhan ayam secara wajar dan optimal
dan dapat memberikan produksi sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu syarat

penting dalam pengelolaan kandang adalah penentuan suhu lingkungan kandang
yang tepat bagi setiap ekor ayam. Suhu lingkungan yang sesuai akan meningkatkan
produksi telur ayam karena sifat genetik akan muncul secara optimal bila diberikan
lingkungan yang optimal pula. Suhu yang terlalu tinggi akan menurunkan produksi
telur. Bukan hanya penurunan produktivitas ayam, stres juga mengakibatkan
melemahnya sistem kekebalan tubuh ayam bahkan dapat menyebabkan kematian.
Interaksi yang baik antara faktor genetik dan faktor lingkungan akan mendukung
penampilan fenotipe yang baik pula pada suatu ternak.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik pola
hemoglobin darah ayam Arab, kaitan pita hemoglobin dengan produksi telur,
produksi telur pada suhu lingkungan kandang yang berbeda, serta produksi telur pada
jarak antar tulang pubis yang berbeda. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui karakteristik eksternal telur yang dihasilkan oleh ayam Arab.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Arab
Asal Usul
Beberapa ayam lokal petelur unggul Eropa, antara lain Bresse di Prancis,
Hamburg di Jerman, Mesian di Belanda, dan Braekels di Belgia. Ayam Braekels
adalah jenis ayam lokal petelur introduksi yang paling dikenal di Indonesia. Ayam
berjengger tunggal ini ditemukan dan diternakkan pertama kali oleh Ulysses
Aldrovandi (1522-1605) di Bologna, Italia. Ayam bernama latin Gallus turcicus ini
sejak tahun 1599 diberi nama Braekels (Sulandari et al., 2007).

Ayam Arab

merupakan keturunan ayam Braekel kriel silver. Ayam Arab yang banyak
diternakkan di Indonesia merupakan hasil persilangan dengan berbagai jenis ayam,
baik ayam lokal maupun ayam ras (Nataamijaya et al., 2003).
Ayam Arab pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bapak Suwarno
yang pulang dari ibadah haji di Arab Saudi dengan cara membawa delapan butir telur
tetas yang kemudian ditetaskan dan dikembangkan di daerah Batu, Malang, Jawa
Timur. Ayam tersebut dibesarkan dan diumbar di pekarangan rumahnya, sehingga
ada yang kawin dengan ayam lokal. Produksi telur dari hasil perkawinan silang
dengan ayam Arab lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam lokal lainnya
(Sulandari et al., 2007).

Berbagai alasan muncul berkaitan dengan asal-usul

penamaan ayam Arab, selain karena awalnya dibawa dari kepulangan ibadah haji
dari tanah Arab, juga karena pejantan memiliki libido (keinginan kawin) yang tinggi
dan ayam betinanya memiliki bulu dari kepala sampai leher membentuk jilbab
apabila dilihat dari jauh (Natalia et al., 2005).
Karakteristik
Ayam Arab ada dua jenis, yaitu ayam Arab Silver (braekel kriel silver) dan
ayam Arab Golden (braekel kriel gold). Ayam Arab Silver lebih banyak dikenal dan
dibudidayakan dibandingkan ayam Arab Golden. Kedua jenis ayam Arab ini
dibedakan pada warna bulunya. Ayam Arab Silver mempunyai warna bulu dari
kepala hingga leher putih keperakan dan warna bulu badan totol hitam putih/ lurik
hitam putih. Adapun ayam Arab Golden memiliki ciri khas warna bulu kepala
sampai leher keemasan dan warna bulu badan totol keemasan (Natalia et al., 2005).

Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa kedua jenis ayam Arab ini
memiliki lingkar mata, kulit, shank, dan paruh berwarna hitam. Bobot badan jantan
dewasa sekitar 1,4-2,3 kg dan betina sekitar 0,9-1,8 kg pada ayam Arab Silver
sedangkan pada ayam Arab Golden bobot badan jantan dewasa sekitar 1,4-2,1 kg dan
betina sekitar 1,1-1,6 kg. Selain itu, menurut Nataamijaya et al. (2003) ayam Arab
memiliki sifat kualitatif antara lain berjengger tunggal (single) dan berwarna merah,
pial berwarna merah, memiliki warna bulu seragam dengan warna dasar hitam
dihiasi dengan warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung dan sayap serta
berwarna putih pada paruh, kulit dan sisik kaki. Nataamijaya et al. (2003)
menyatakan bahwa ayam Arab adalah ayam tipe ringan karena rataan bobot badan
dewasa adalah 2.035,60±115,74 g pada jantan dan 1.324,70±106,47 g pada betina.
Karakteristik ayam Arab Silver betina dan ayam Arab Golden betina dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Ayam Arab Silver Betina (Kiri) dan Ayam Arab Golden Betina (Kanan)
Kualitas Eksternal Telur
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa definisi kualitas adalah
ciri-ciri atau sifat yang sama dari suatu produk yang menentukan derajat
kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Iskandar (2007)
menyatakan bahwa kualitas bagian luar telur terdiri atas ukuran dan bentuk, warna
kerabang, permukaan dan ketebalan kerabang, serta porositas dan rengat. Tabel 1
menyajikan performa produksi telur ayam Arab.
4

Tabel 1. Performa Produksi Telur Ayam Arab
Variabel

Performa

Produksi telur per 6 bulan periode (%)

51,41±4,61

Bobot telur (g)

34,24±1,38

Fertilitas (%)

69,17±4,25

Daya tetas (%)

74,14±5,16

Warna kerabang telur

Putih

Umur pertama bertelur (hari)

168,52±3,20

Bobot telur periode awal (g)

27,10±1,61

Indeks telur

0,76±0,04

Sumber: Nataamijaya et al. (2003)

Natalia et al. (2005) menyatakan bahwa ayam Arab memiliki produksi telur
yang tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 g/butir.
Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2% dari total berat telur. Warna
kerabang sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan cokelat. Warna kulit yang
kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam Kampung menyebabkan
ayam Arab jarang dimanfaatkan sebagai pedaging.
Protein Darah
Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit,
leukosit, dan trombosit (platelet) (Isnaeni, 2006). Unsur sel darah meliputi eritrosit,
leukosit dan trombosit tersuspensi didalam plasma (Ganong, 1995). Frandson (1992)
menyatakan bahwa plasma darah terdiri dari air sebanyak 92% dan zat-zat lain
sebanyak 8%. Zat-zat lain itu 90% berupa protein, 0,9% berupa bahan anorganik, dan
sisanya berupa bahan organik bukan protein. Stansfield dan Elrod (2002)
menyatakan bahwa protein adalah polimer panjang yang tersusun atas asam-asam
amino yang terikat secara kovalen oleh ikatan-ikatan peptide. Protein pada plasma
terdiri dari dua jenis utama, yaitu albumin dan globulin, sedangkan protein pada sel
darah merah adalah hemoglobin. Card dan Nesheim (1973) menyatakan bahwa
darah ayam terdiri dari kira-kira 2,5-3,5 juta/mm3 eritrosit, tergantung umur dan jenis
kelamin. Darah ayam jantan dewasa terdiri atas 500 ribu lebih banyak sel darah
merah per mm3 dibandingkan ayam betina.
5

Hemoglobin
Sel darah merah atau eritrosit (bahasa Yunani: eritro=merah, sit= sel) adalah
sel-sel yang diameter rata-ratanya sebesar 7,5 μ

dengan spesialisasi untuk

pengangkutan oksigen sel-sel ini merupakan cakram (disk) yang bikonkaf dengan
pinggiran sirkuler yang tebalnya 1,5 µ dan pusatnya yang tipis. Cakram bikonkaf
tersebut mempunyai permukaan yang relatif luas untuk pertukaran oksigen melintasi
membram sel (Frandson, 1992). Eritrosit mengandung hemoglobin, pigmen merah
pembawa oksigen dalam sel darah merah yang merupakan senyawa protein, yaitu
sekitar 30% volume darah ayam jantan muda atau betina yang sedang bertelur dan
sampai 40% pada ayam jantan dewasa (Card dan Nesheim, 1973).

Adanya

hemoglobin di dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk
mengangkut oksigen, serta menjadi penyebab timbulnya warna merah pada darah.
Hemoglobin merupakan suatu senyawa organik yang kompleks yang terdiri dari
empat pigmen porfirin merah (heme), masing-masing mengandung atom besi
ditambah globin, yang merupakan protein globular yang terdiri dari empat rantai
asam-asam amino (Frandson, 1992).
Guyton (1976) menyatakan bahwa hemoglobin merupakan 90% dari bobot
kering eritrosit. Hemoglobin berfungsi sebagai pigmen respirasi darah dan sebagai
sistem buffer intrinsik dalam darah.

Oksigen dari kapiler paru-paru diikat dan

dilepas ke jaringan oleh atom besi. Satu gram hemoglobin dapat membawa 1,34 ml
oksigen pada suhu 0 oC dan tekanan 760 nm.

Hemoglobin sebelum mengikat

oksigen berwarna merah keunguan dan setelah berikatan dengan oksigen menjadi
oksihemoglobin berwarna merah cerah.
Elektroforesis
Harper et al. (1984) menyatakan elektroforesis adalah suatu cara analisis
kimia yang didasarkan pada gerakan molekul bermuatan di dalam medan listrik yang
dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, besar muatan, dan sifat kimia dari molekul. Teknik
elektroforesis menurut Stenesh (1983) dapat dibagi menjadi dua, yaitu elektroforesis
larutan (moving boundary electrophoresis) dan elektroforesis daerah (zona
electrophoresis).

Elektroforesis larutan dengan larutan penyangga (buffer) yang

mengandung makro molekul ditempatkan di dalam suatu sel tertutup dan dialiri arus
listrik. Kecepatan migrasi dari makromolekulnya diukur dengan cara melihat adanya
6

pemisahan dari molekul yang terlihat sebagai pita di dalam pelarut. Elektroforesis
daerah menggunakan suatu bahan padat sebagai media penunjang dan berisi larutan
penyangga. Sampel yang akan dianalisis diletakkan pada media penunjang tersebut
dalam bentuk titik atau pita tipis.
Teknik elektroforesis gel poliakrilamida telah dikembangkan sejak tahun
1959, menurut Ogita dan Markert (1979) terbukti merupakan metode yang berguna
dan berkekuatan untuk memisahkan protein-protein dan asam-asam nukleat. Metode
ini relatif sederhana dan murah serta kini masih umum digunakan.

Penelitian

Tjahjaningsih (1991) dengan menggunakan teknik gel poliakrilamida pada plasma
darah, yaitu albumin dan transferin menghasilkan jumlah pita yang lebih banyak dan
pola yang lebih bervariasi jika dibandingkan teknik gel pati.
Polimorfisme Protein Darah
Nicholas (1987) menerangkan bahwa studi polimorfisme protein merupakan
studi yang mempelajari karakteristik kimiawi berbagai protein. Perbedaan bentuk
setiap protein darah dapat dideteksi dengan membedakan kecepatan gerakannya
dalam elektroforesis gel. Molekul yang bermuatan lebih besar akan bergerak lebih
cepat dan lebih jauh dalam satuan waktu yang sama. Studi polimorfisme
menggunakan teknik-teknik elektroforesis dalam penganalisaannya. Elektroforesis
tidak hanya digunakan untuk mendeteksi variasi alel gen suatu individu, tetapi dapat
pula digunakan untuk menduga variasi genetik dalam populasi.
Warwick et al. (1990) menyatakan bahwa kebanyakan dari polimorfisme
protein darah diatur secara genetik oleh pasangan atau rangkaian alel kodominan.
Sejumlah besar perbedaan yang diatur secara genetik ditemukan dalam globulin
(transferin), albumin, enzim-enzim darah, dan hemoglobin. Perbedaan-perbedaan
tersebut menurutnya ditentukan dengan prosedur biokimia antara lain elektroforesis.
Secara genetik polimorfisme berguna dalam membantu penentuan asal-usul,
menyusun hubungan filogenetis antara spesies-spesies dan bangsa-bangsa atau
kelompok-kelompok dalam spesies. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam
usaha menentukan hubungan antara perbedaan biologis atau polimorfisme dengan
sifat-sifat produksi dari hewan-hewan pertanian. Apabila keeratan hubungan itu
dapat ditemukan dan merupakan sifat khas dari seluruh populasi, maka dapat
digunakan untuk indikator seleksi produktivitas.
7

Polimorfisme Protein Darah Hemoglobin
Polimorfisme protein hemoglobin berkaitan dengan perbedaan asam amino
penyusun protein globin yang terletak pada jumlah asam amino residu (Stevens,
1991).

Protein

darah

dihasilkan

melalui

proses

transkripsi

DNA

(asam

dioksiribonukleat) dan translasi RNA (asam ribonukleat). Susunan asam amino dan
jumlah protein dalam darah sangat ditentukan oleh gen-gen yang mengkodenya
(Frandson, 1992).

Mekanisme sintesa protein hemoglobin diturunkan dari tetua

kepada keturunannya yang diatur secara genetis dan berhubungan dengan
penggolongan jenis hemoglobin seperti pada manusia (Harper et al., 1984).
Hemoglobin berhubungan dengan golongan darah karena penggolongan darah
dilakukan berdasarkan perbedaan antigen pada sel darah merah atau eritrosit dan
eritrosit berhubungan dengan hemoglobin (Stevens, 1991).
Hasil elektroforesis pada penelitian Johari et al. (2008) menunjukkan bahwa
hemoglobin terletak pada kisaran berat molekul 66.000 dalton. Hasil pengamatan
pita protein menunjukkan bahwa lokus hemoglobin dikontrol oleh 2 alel, yaitu HbA
dan HbB. Frekuensi gen pada alel HbA ayam Kedu bulu hitam daging hitam (HH)
adalah 0,9; sedangkan bulu hitam daging putih (HP) dan bulu putih daging putih (PP)
masing-masing 1,0.

Frekuensi gen pada alel HbB ayam Kedu HH sebesar 0,1;

sementara itu HP dan PP sebesar 0 atau tidak memiliki alel HbB. Hasil perhitungan
total frekuensi gen alel HbA adalah 0,967, sedangkan alel HbB sebesar 0,033.
Lokus protein hemoglobin pada itik Tegal diperoleh tiga alel yang
kombinasinya membentuk enam macam genotipe, yaitu HbAA, HbAB, HbAC, HbBB,
HbBC dan HbCC dengan frekuensi alel masing-masing yaitu 0,40; 0,45; dan 0,15.
Genotipe HbAA memiliki potensi produksi telur tertinggi dibandingkan genotipe
lainnya (Ismoyowati, 2008). Produksi telur merupakan hasil dari aksi gen dalam
jumlah yang besar melalui proses biokimia yang dikontrol oleh beberapa anatomi
dan fisiologi dalam tubuh dengan tidak mengesampingkan kondisi lingkungan sekitar
(nutrisi, pencahayaan, suhu, air, dan bebas dari penyakit). Beberapa gen yang
mengontrol semua proses yang berhubungan dengan produksi telur mengikuti
ekspresi ayam secara penuh pada potensi genetiknya (Fairfull dan Gowe, 1990).

8

METODE
Lokasi dan Waktu
Pemeliharaan ayam, pengumpulan telur dan pengambilan darah dilaksanakan
di kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas,
sedangkan analisis darah dilaksanakan di Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai bulan
Januari 2011.
Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Arab betina dewasa
sebanyak 30 ekor terdiri dari 22 ekor ayam Arab Golden dan 8 ekor ayam Arab
Silver. Seluruh ayam Arab ini merupakan hasil seleksi dari 134 ekor dan telah
memasuki masa produksi. Ayam Arab diseleksi dan dikelompokkan berdasarkan
ukuran jarak tulang pubis, yaitu ukuran jarak tulang pubis lebar antara 3-4 jari orang
dewasa (3,46-4,33 cm), sedang antara 2-2,5 jari orang dewasa (2,30-2,86 cm) dan
sempit antara 1-2 jari orang dewasa (1,07-2,30 cm). Bahan yang digunakan untuk
pemeliharaan ayam Arab yaitu pakan, vitamin, vaksin dan air minum. Pakan yang
digunakan yaitu pakan komplit ayam petelur dewasa umur 19 minggu produksi 65%
dengan merk dagang Gold Coin 105-M. Kandungan nutrien pakan disajikan pada
Tabel 2.

Bahan yang digunakan untuk persiapan sampel darah adalah EDTA,

alkohol 70% dan larutan garam natrium fisiologis 0,9%. Bahan yang digunakan
untuk analisis protein hemoglobin darah adalah akrilamid, N,N’-Metilen-diakrilamid
(C7H10N),

gliserin,

Tris

(Hidroksimetil)-aminometan,

HCl

1N,

amonium

peroksodisulfat, temed (N,N,N’N’-Tetrameliletilen-diamin), glisin, brompenol blue,
asam trikloroacetic, metanol, asam asetat, Ponceau S., dan aquadestilata.
Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan selama pencatatan produksi
telur yaitu kandang individu berukuran 30x20x25 cm, tempat pakan, tempat minum,
dan termometer. Peralatan yang digunakan untuk pengamatan kualitas eksternal
telur adalah lembar data, alat tulis, jangka sorong, timbangan analitik, dan alat
hitung. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan dan persiapan sampel darah
adalah alat suntik 2,5 ml, tabung eppendorf 2,5 ml, termos es, kapas, alat pemusing

(centrifuge 5415 R), dan lemari pendingin. Adapun peralatan yang digunakan dalam
analisis hemoglobin adalah timbangan analitik Sartorius Universal model U4800P,
gelas ukur, cawan petri, spatula, magnetic strirrer, gelas erlenmeyer, pipet Hamilton
2,5 μ l, tip, oven, inkubator, sarung tangan karet dan seperangkat alat elektroforesis
yang terdiri dari cetakan gel, bak, voltage/current regulator Kayagaki model PS-300
dan voltage regulator model EC-458.
Tabel 2. Kandungan Nutrien Pakan Ayam Arab
Nutrien

Persentase (%)

Kadar Air

13

Protein Kasar

16-18

Serat Kasar

6

Lemak

3

Abu

14

Phosfor

0,6-1,0

Kalsium

3,0-4,2

Sumber :PT Gold Coin Indonesia (2010)

Prosedur
Persiapan Kandang dan Pemeliharaan
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
meliputi pembersihan, pengapuran dan penyemprotan desinfektan ke seluruh bagian
kandang. Kandang individu dipersiapkan untuk masing-masing ayam Arab.
Penentuan letak kandang masing-masing ayam Arab dilakukan secara acak dan
untuk memudahkan pencatatan masing-masing kandang individu diberi tanda sesuai
dengan perlakuan yang diberikan. Perlakuan suhu kandang yang diberikan selama
pemeliharaan dibedakan berdasarkan suhu kandang, yaitu kandang dengan suhu
lingkungan sekitar 25 oC (21-29 oC) dan kandang dengan suhu panas sekitar 30 oC
(24-32 oC). Kandang dengan suhu lingkungan (± 25 oC) terdiri dari 15 ekor ayam
Arab Golden (3 ekor dengan jarak tulang pubis lebar, 6 ekor dengan jarak tulang
pubis sedang, dan 6 ekor dengan jarak tulang pubis sempit) dan 5 ekor ayam Arab
Silver dengan jarak tulang pubis lebar. Kandang dengan suhu panas (± 30 oC) terdiri
dari 7 ekor ayam Arab Golden (3 ekor dengan jarak tulang pubis lebar, 2 ekor
10

dengan jarak tulang pubis sedang, dan 2 ekor dengan jarak tulang pubis sempit) dan
3 ekor ayam arab Silver ( 1 ekor dengan jarak tulang pubis lebar, 1 ekor dengan jarak
tulang pubis sedang dan 1 ekor dengan jarak tulang pubis sempit). Pakan dan minum
diberikan ad libitum. Pengumpulan telur dilakukan setiap pagi dan sore hari dan
dicatat secara individual selama 20 hari. Skema pengambilan data penelitian dapat
dilihat lebih jelas pada Gambar 2.
Jarak Tulang
Pubis

Stok 134
ekor

Seleksi 30 ekor

Lebar
S= 6 ekor
G= 6 ekor

Sedang
S= 1
G= 8 ekor

Sempit
S= 2 ekor
G= 7 ekor

Suhu Kandang

Elektroforesis
(Hb)

Lingkungan
S= 5 ekor
G= 3 ekor

8 ekor

Panas
S= 1 ekor
G= 3 ekor

4 ekor

Lingkungan
S= 0 ekor
G= 6 ekor

6 ekor

Panas
S= 1 ekor
G= 2 ekor

3 ekor

Lingkungan
S= 0 ekor
G= 6 ekor

6 ekor

Panas
S= 2 ekor
G= 1 ekor

3 ekor

Produksi Telur
Keterangan: S= Silver, G= Golden

Gambar 2. Skema Pengambilan Data Penelitian
Produksi Telur
Telur yang dihasilkan oleh ayam Arab dianalisis menggunakan uji t
berdasarkan jenis ayam Arab (Silver dan Golden), perbedaan jarak antar tulang pubis
(lebar, sedang, dan sempit), dan perbedaan suhu kandang (suhu lingkungan ± 25 oC
dan suhu panas ± 30 oC). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis ayam
11

Arab terhadap produksi telur, pengaruh jarak antar tulang pubis yang berbeda
terhadap produksi telur, dan pengaruh suhu kandang yang berbeda terhadap produksi
telur. Elektroforesis protein hemoglobin dilakukan pada 30 sampel darah ayam
Arab. Hasil elektroforesis ini dianalisis dan kemudian dikaitkan dengan produksi
telur yang dianalisis secara deskriptif berdasarkan pola protein hemoglobin yang
muncul.
Pengamatan Kualitas Eksternal Telur
Pengamatan kualitas eksternal dilakukan pada setiap telur yang dikumpulkan
selama 20 hari. Pengamatan ini mencakup ukuran telur, indeks telur, dan tampilan
telur. Ukuran telur yang meliputi panjang dan lebar telur dengan menggunakan
jangka sorong. Indeks telur dihitung dari perbandingan antara lebar dan panjang
telur. Tampilan telur meliputi bentuk telur, warna kerabang, permukaan dan
kebersihan kerabang, serta keutuhan telur yang dilihat dari eksterior.

Hasil

pengamatan kemudian dicatat dalam tabel pengamatan dan kemudian dilanjutkan
dengan analisis data.
Pengambilan dan Persiapan Sampel Darah
Sampel darah diambil dari pembuluh vena bagian dalam sayap masingmasing individu ayam sebanyak 2 ml dengan menggunakan alat suntik (spuit)
kemudian dimasukkan ke dalam tabung sampel yang telah berisi EDTA sebagai anti
koagulan. Setelah itu tabung sampel dimasukkan ke dalam termos es yang berisi es.
Darah ini kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama 5 menit untuk
memisahkan plasma dengan butir-butir eritrosit. Plasma darah yang telah terpisah
dari sel darah merah diambil dengan menggunakan pipet.
Pencucian sel darah merah dilakukan berdasarkan metode yang dilakukan
oleh Sutopo et al. (2001) dengan modifikasi, yaitu dengan menambahkan larutan
NaCl 0,9% sebanyak 1 ml ke dalam sel darah merah yang telah dipisahkan dari
plasma dan dihomogenkan. Selanjutnya disentrifugasi kembali dengan kecepatan
8000 rpm selama 5 menit. Proses pencucian dilakukan tiga kali berturut-turut.
Setelah proses pencucian, sel darah merah disimpan pada suhu 4 oC sampai
dilakukan pemisahan protein. Proses pencucian sel darah merah dapat dilihat lebih
jelas pada Gambar 3.
12

2 ml darah ayam dalam tabung
centrifuge 8000 rpm, 5 min
Plasma dipindahkan ke tabung lain
Bagian endapan (sel darah merah)
+ NaCl fisiologis ± 1 ml
Dihomogenkan
centrifuge 8000 rpm, 5 min
Buang bagian supernatan

Simpan pada suhu 4 oC
Gambar 3. Proses Persiapan Sampel Darah
(Modifikasi: Sutopo et al., 2001)

Teknik Elektroforesis
Sel darah merah kemudian dianalisis menggunakan metode PAGE
(Polyacrilamide Gel Electrophoresis) yang dipasang secara vertikal menurut metode
Ogita dan Markert (1979).

Pita-pita hasil elektoforesis yang diamati adalah

hemoglobin (Hb). Bahan yang digunakan terdiri atas bahan larutan gel pemisah dan
larutan gel penggertak. Komposisi bahan untuk larutan gel pemisah dan larutan gel
penggertak berdasarkan petunjuk Gahne et al. (1977).
Pembuatan Campuran Larutan Kimia untuk Elektroforesis
Bahan gel pemisah (I):
Bahan IA: akrilamid 39 g, bis 1 g, gliserin 20 ml, ditambah H2O sampai 100 ml.
Bahan IB: tris 9,15 g, HCl 1N 3 ml ditambah H2O sampai 100 ml.
Bahan IC: amonium peroksodisulfat 0,2 g, ditambah H2O sampai 100 ml.
Bahan ID: temed 0,4 ml ditambah H2O sampai 100 ml.
Bahan gel penggertak (II):
Bahan IIA: akrilamid 38 g, bis 2 g, gliserin 20 ml, ditambah H2O sampai 100 ml.
13

Bahan IIB: tris 1,5 g, HCl 1N 1 ml ditambah H2O sampai 100 ml.
Bahan IIC: amonium peroksodisulfat 0,4 g, ditambah H2O sampai 100 ml.
Bahan IID: temed 0,2 ml ditambah H2O sampai 100 ml.
Bahan penyangga elektrode (IIIA):
Tris 1,5 g, glisin 7,2 g, ditambah H2O sampai 1000 ml.
Bahan indikator contoh (IVA):
Tris HCl 0,5 M penyangga pH 6,8 25 ml dilarutkan dalam 40 ml gliserin,
bromphenol blue 0,01% 20 ml dan H2O 15 ml.
Bahan Pewarna:
Untuk penentuan protein hemoglobin digunakan Trichloroacetic acid 5% dan
Ponceau S 0,5% dalam H2O
Bahan pencuci:
H2O 800 ml, metanol 150 ml dan asam asetat 50 ml.
Pembuatan Gel Elektroforesis
Gel elektroforesis terdiri dari dua larutan yaitu larutan gel pemisah dan
penggertak. Larutan gel pemisah untuk analisis sel darah merah dibuat 8% akrilamid
dengan mencampurkan larutan IA, IB, IC, ID dan H2O masing-masing sebanyak 4;
5; 5; 2,5; dan 3,5 ml. Larutan gel pemisah tersebut dimasukkan ke dalam cetakan gel
yang terdiri dari dua lempengan kaca yang telah diberi pembatas untai silinder
plastik dan dijepit. Larutan dimasukkan dengan pipet sampai ketinggian tertentu
untuk menyisakan ruang gel penggertak. Larutan gel penggertak untuk analisis sel
darah merah merupakan larutan dengan persentase gel 5% yang dibuat dengan cara
mencampurkan larutan IIA, IIB, IIC, IID, dan H2O masing-masing sebanyak 1,25;
2,5; 2,5; 12,5; dan 2,5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan gel setelah gel
pemisah terbentuk sampai ujung bagian atas kaca yang membentuk lengkungan dan
dimasukkan sisir sebagai pencetak tempat sampel sebelum gel membeku.
Penetesan Sampel dan Running
Alat elektroforesis disiapkan, slab dipasang pada bak yang telah diberi larutan
penyangga elektrode, kemudian cetakan sisir dibuka setelah larutan penyangga
14

elektrode diisi pada bak bagian atas hingga masuk ke dalam celah-celah wadah
tersebut. Sampel darah yang sudah siap dibiarkan mencair terlebih dahulu kemudian
dimasukkan ke dalam tempat sampel dalam gel dengan menggunakan pipet Hamilton
yang sebelumnya dicampur dengan larutan indikator (larutan IVA) pada lubanglubang cooke microtiter. Sampel sel darah merah sebanyak 2,5 μ l dicampur dengan
larutan indikator sebanyak 2,5 μ l. Alat elektroforesis tersebut dihubungkan dengan
Voltage/Current regulator dengan arus 15-35 mA (constant current), tegangan 100
volt dengan waktu running selama satu jam.
Teknik Pewarnaan dan Pencucian
Setelah running selesai, slab dipindahkan dari alat elektroforesis, gel
dilepaskan dari kaca dan dimasukkan ke dalam larutan pewarna selama 15 menit,
untuk mencegah penguapan selama pewarnaan, wadah berisi gel ditutup dengan
kertas aluminium. Larutan pewarna diganti dengan larutan pencuci. Apabila bagian
gel yang tidak mengandung darah masih belum kembali bening, larutan pencuci
harus diganti lagi hingga pola hemoglobin terlihat jelas. Proses elektroforesis secara
skematis dapat dilihat pada Gambar 4.
Persiapan Elektroforesis

Pembuatan Buffer

Persiapan Sampel Darah

Pembuatan Gel Akrilamid
-Running Gel
-Stacking Gel

“Dropping” Sampel
Proses Elektroforesis
Pewarnaan
Pencucian
Identifikasi Pita Protein
Gambar 4. Skema Proses Elektroforesis (PAGE)
(Modifikasi: Ogita dan Markert, 1979)

15

Analisis Hasil Elektroforesis
Analisis pola pita lokus hemoglobin pada ayam Arab, diilustrasikan seperti
pada Gambar 5 yang mengacu pada penelitian mengenai studi banding karakteristik
tipe hemoglobin darah ayam Kampung, ayam Bangkok dan ayam Pelung, dan
hubungannya dengan bobot badan oleh Prihantina (1992).

Keterangan: M= mayor, m= minor

Gambar 5. Tipe Fenotipe Hemoglobin pada Ayam Kampung, Ayam Bangkok, dan
Ayam Pelung
(Sumber: Prihantina, 1992)

Hasil elektroforesis dalam penentuan pita protein pada lokus Hb diperoleh
dengan migrasi sel darah merah daerah mayor dengan mobilitas yang lambat dan
daerah minor dengan mobilitas yang cepat. Tipe HbAA memiliki pita mayor dan
hanya memiliki satu pita minor (m1). Tipe HbAB memiliki pita mayor dan dua pita
minor (m1 dan m2). Tipe HbBB memiliki pita mayor dan satu pita minor (m2). Tipe
HbABX memiliki pita mayor dan tiga pita minor (m1, m2, dan m3). Pola hemoglobin
yang telah didapat dikaitkan dengan produksi telur.
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ditujukan untuk menghitung rataan produksi telur pada
masing-masing kandang yang diberi perlakuan suhu. Analisis ini dilakukan dengan
menghitung nilai rataan (X), simpangan baku (Sb) dan koefisien keragaman (KK)
dengan prosedur statistik sebagai berikut (Gaspersz, 1992) :
X=

Sb =

(

)

KK(%) =

× 100%
16

Keterangan : X

= rataan

Sb = simpangan baku
X

= ukuran ke-i peubah ke-X

n

= jumlah individu

KK = koefisien keragaman
Analisis dengan Uji t
Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji t untuk melihat perbedaan rataan
produksi telur ayam Arab antar suhu dan jarak pubis. Uji t menurut Walpole (1995)
sebagai berikut :

t=

(X
S

Keterangan : t

X )

d

1
1
+n
n

= nilai t hitung

X = rataan sampel kelompok 1
X = rataan sampel kelompok 2
Sp = simpangan baku
n1 = jumlah sampel kelompok 1
n2 = jumlah sampel kelompok 2
Frekuensi Alel
Frekuensi alel merupakan rasio relatif suatu alel terhadap keseluruhan alel pada
suatu lokus dalam populasi. Frekuensi alel dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut (Nei dan Kumar, 2000):

X

2n +
2N

n

Keterangan : Xi = frekuensi alel ke-i
nii = jumlah individu yang bergenotipe ii
nij = jumlah individu yang bergenotipe ij
N = jumlah individu yang diamati

17

Frekuensi Genotipe
Frekuensi genotipe merupakan rasio dari jumlah suatu genotipe terhadap jumlah
populasi. Frekuensi genotipe dihitung menggunakan rumus Nei dan Kumar (2000)
sebagai berikut:
X =

n
N

Keterangan : Xii = frekuensi genotipe ke-ii
nii = jumlah individu yang bergenotipe ii
N = jumlah individu yang diamati
Heterozigositas
Tingkat keragaman genetik dalam sebuah populasi diukur dengan rata-rata
keanekaragaman gen yang disebut dengan heterozigositas dengan rumus sebagai
berikut (Weir, 1996):
h=

Keterangan : h

N
N

= nilai heterozigositas

N1ij = jumlah individu heterozigot pada lokus ke-i
N

= jumlah individu yang diamati

Efek Gen
Pengaruh masing-masing gen terhadap sifat produksi telur dihitung menurut
petunjuk Pirchner (1981) sebagai berikut:
= q[a + d(q
=

p[a + d(q

p)]
p)]

Keterangan : α 1 = efek gen A
α 2 = efek gen B
a

= nilai genotipe AA

d

= nilai genotipe AB

p

= frekuensi alel A

q

= frekuensi alel B
18

Nilai Pemuliaan
Nilai pemuliaan adalah nilai yang berhubungan dengan gen-gen yang dibawa
individu dan diwariskan kepada keturunannya. Nilai ini dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Pirchner, 1981):
AA = 2
AB =

=2
+

BB = 2

(1

= (1
=

q)
2q)

2q

Keterangan : α 1 = efek gen A
α 2 = efek gen B
p

= frekuensi alel A

q

= frekuensi alel B

19

H
HASIL DAN PEMBAHASAN
Polim
morfisme Protein Darah Hemoglobin
Keragaman genetik
tik pada lokus hemoglobin (Hb) diperoleh dari
dar keragaman
s. Maeda et al.
migrasi protein sel darah m
merah pada daerah minor hasil elektroforesis.
ta protein pada
(1975) mengemukakan bahw
ahwa hasil elektroforesis dalam penentuan pita
ngan mobilitas
lokus Hb diperoleh dengan
gan migrasi sel darah merah daerah mayor denga
dasarkan hasil
yan