Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab, Pelung dan Kampung

KARAKTERISTIK GE ETIK EKSTER AL
AYAM ARAB, PELU G DA KAMPU G

SKRIPSI
JAKA SAPUTRA

PROGRAM STUDI TEK OLOGI PRODUKSI TER AK
FAKULTAS PETER AKA
I STITUT PERTA IA BOGOR
2010

i

KARAKTERISTIK GE ETIK EKSTER AL
AYAM ARAB, PELU G DA KAMPU G

JAKA SAPUTRA
D14104065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEK OLOGI PRODUKSI TER AK
FAKULTAS PETER AKA
I STITUT PERTA IA BOGOR
2010

Judul : KARAKTERISTIK GENETIK EKSTERNAL AYAM ARAB, PELUNG
DAN KAMPUNG
Nama : JAKA SAPUTRA
NIM

: D14104065

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si.

NIP. 19660105 199303 1001

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc.
NIP. 19591212 198603 1004

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc.
NIP. 19591212 198603 1004

Tanggal Ujian: 16 Juli 2010

Tanggal Lulus:

RI GKASA
JAKA SAPUTRA. D14104065. 2010. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam
Arab, Pelung dan Kampung. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si.
Pembimbing anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc.
Ayam Arab bukan merupakan ayam lokal Indonesia, namun berasal dari
Belgia yang memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan
Indonesia. Potensi yang dimiliki ayam Arab adalah sebagai ayam petelur yang
unggul. Ayam Pelung dan Kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang memiliki
potensi dwiguna (pedaging dan petelur). Informasi mengenai ayam Arab belum
tersebar luas sehingga potensi yang dimiliki belum sepenuhnya diketahui dan
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi karakteristik
genetik eksternal (sifat kualitatif) pada ayam Arab, Pelung dan Kampung, seperti
warna bulu, pola warna bulu, corak bulu, kerlip warna, warna shank dan bentuk
jengger; mengetahui konstitusi gen pengontrol, mengetahui laju introgresi ayam
Rhode Island Red, White Leghorn dan Barred Plymouth Rock terhadap ayam Arab,
Pelung dan Kampung; serta mengetahui keragaman ayam Arab, Pelung dan
Kampung.
Penelitian ini dilaksanakan di Leuwiliang, Darmaga, Ciampea dan Salabenda,
Bogor, serta, Bligo Karanganyar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 115 ekor ayam Arab, yang terdiri atas 40 ekor jantan dan 75 ekor betina, 52
ekor ayam Pelung, yang terdiri atas 29 ekor jantan dan 23 ekor betina dan 61 ekor

ayam Kampung, yang terdiri atas 25 ekor jantan dan 36 ekor betina. Karakteristik
genetik eksternal yang diamati pada penelitian ini adalah warna bulu (putih/I_ dan
berwarna/ii); pola warna bulu (hitam/E_, liar/e+_ dan kolumbian/ee); corak bulu
(lurik/B_ dan polos/bb); kerlip bulu (perak/S_ dan emas/ss); warna shank (putih atau
kuning/Id_ dan hitam atau abu>abu/idid) dan bentuk jengger (kapri/P_ dan
tunggal/pp). Data yang diperoleh kemudian dihitung untuk mendapatkan analisis
deskriptif, frekuensi gen, frekuensi gen dominan dan resesif autosomal, frekuensi gen
dominan terkait kromosom kelamin, frekuensi gen alel ganda, nilai introgresi (nilai
pengaruh) ayam ras unggul luar negeri, konstitusi genetik dari ayam lokal, frekuensi
gen asli ayam lokal q(N), dan heterosigositas harapan per individu (h) dan rata>rata
heterosigositas harapan per individu (H).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi gen pengontrol tertinggi
karakterisik eksternal pada ayam Arab adalah warna bulu berwarna (ii), pola bulu liar
(e+_), kerlip bulu emas (ss), corak bulu lurik (B_), warna shank hitam (idid) dan
bentuk jengger tunggal (pp). Ayam Pelung memiliki frekuensi gen pengontrol
tertinggi adalah warna bulu berwarna (ii), pola bulu kolumbian (ee), kerlip bulu emas
(ss), corak bulu polos (bb), warna shank hitam (idid) dan bentuk jengger tunggal
(pp), sedangkan pada ayam Kampung warna bulu berwarna (ii), pola bulu kolumbian
(ee), kerlip bulu emas (ss), corak bulu polos (bb), warna shank putih (Id_) dan
jengger berbentuk tunggal (pp). Nilai pengaruh (introgresi) dari bangsa ayam Eropa

dan Amerika terhadap ayam Arab dan Pelung pada penelitian ini sangat rendah yaitu

6,39% dan 2,48% dengan tingkat keaslian yang tinggi, yaitu sebesar 94% dan 98%,
sedangkan pada ayam Kampung relatif tinggi (73,25%) dengan tingkat keaslian yang
rendah sebesar 27%. Berdasarkan nilai rata>rata heterosigositasnya, ayam Pelung
relatif lebih seragam dengan persentase keragaman sebesar 16%, sedangkan pada
ayam Arab dan Kampung relatif lebih beragam dengan persentase keragaman
masing>masing 30% dan 27%.
Kata>kata kunci: Ayam Arab, ayam Pelung, ayam Kampung, karakteristik genetik
eksternal, laju introgresi

ii

ABSTRACT
External Genetic Characteristics of Arab, Pelung and Kampung Chicken
Saputra, J., Jakaria and C. Sumantri
The research aimed to get basic information about the external genetic
characteristics (plumage colour, plumage pattern, plumage feature, shank colour and
comb shape) of Arab, Pelung and Kampung chickens; to identify the rate of
introgression imported breed (Rhode Island Red, White Leghorn and Barred

Plymouth Rock) and to identify the genetic variability of Arab, Pelung and Kampung
chickens. The research was done in Leuwiliang, Darmaga, Ciampea and Salabenda,
Bogor and also Bligo, Karanganyar. A number of 115 Arab chickens (40 males and
75 females), 52 Pelung chickens (29 males and 23 females) and 61 Kampung
chickens (25 males and 36 females) were used in this research. The data were
analyzed to get descriptive analyse, gene frequencies, frequency of autosomal
dominant genes, frequency of sex>linked dominant genes, frequency of double allel
genes, the amount of introgression (Q) of foreign breeds, genetic constitution of
native chickens, gene frequencies in native chickens which are not attributable from
improved breeds (qN) and expected heterosigosity per individu (h) and rate of
expected heterosigosity per individu (H). The result showed that the highest
controlling genes external characteristic of Arab chickens are coloured (ii), wild type
pattern (e+_), golden feature (ss), barred (B_), black shank coloured (idid) and single
comb (pp). The highest controlling genes of Pelung chickens are coloured (ii),
columbian pattern (ee), golden feature (ss), non>barred (bb), black shank (idid) and
single comb (pp) and in Kampung chickens are coloured (ii), columbian pattern (ee),
golden feature (ss), non>barred (bb), white shank (Id_) and single comb (pp). The
value of introgression level from European and American breeds to Arab and Pelung
chickens in the research are very low, 6,39% and 2,49% with the purity level are
94% and 98% and Kampung chickens have 73,25% of introgression level and 27%

purity level. It is mean that both Arab dan Pelung chickens are still pure and neither
Kampung chickens. According to the rate of heterosigosity value, Pelung chickens
more homogen with 16% coefficient variation. Arab and Kampung chickens have
wide variety with 30% and 27% coefficient variation respectively.
Keywords: Arab chicken, Pelung chicken, Kampung chicken, external genetic
characteristic, introgression level.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Januari 1986 di Cirebon, Jawa Barat.
Penulis adalah anak keenam dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Endang
Juri dan Ibu Sunaenah.
Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Kebonpring I
Arjawinangun, pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP
Negeri I Arjawinangun dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004
di SMU Negeri I Arjawinangun, Cirebon. Penulis diterima sebagai mahasiswa
Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) pada tahun 2004.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi,
diantaranya adalah Departemen PSDA Koperasi Mahasiswa IPB (2005>2006),

Departemen Budaya Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa IPB (BEM>KM
IPB 2005>2006), Departemen Public Relation Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Peternakan IPB (2006>2007), Departemen HRD (English Club) Himpunan
Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) (2006>2007), Human Resources
Department, Exchange Program Department, Control Council Local Committee
(CCLC) International Association of Student in Agricultural and Related Sciences,
Local Committee IPB (IAAS LC IPB, 2007>2008, 2008>2010, 2010>2011), pendiri
dan ketua Bogor Korean Culture Community (BKCC) (2008>sekarang). Selain aktif
di beberapa organisasi, penulis juga aktif dalam kepanitiaan baik di dalam maupun
luar kampus baik yang bersifat nasional maupun internasional. Penulis pernah
mewakili Indonesia dalam kegiatan The 6th Pacific Asia Society Youth Exchange
Program: “Pacific Asia Neighbor Forever” di Korea Selatan pada tanggal 27
September sampai 3 Oktober 2007. Penulis pernah bekerja sebagai penerjemah
untuk penelitian mahasiswa Imperial College London di pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu pada bulan Juli – Agustus 2008 dan bekerja di Wetlands International
Indonesia Program (WIIP) sebagai penerjemah pada bulan Oktober – Desember
2008. Selain itu, penulis juga mendapatkan beasiswa dari POM IPB periode 2004>
2006 dan beasiswa BBM periode 2006>2007.

KATA PE GA TAR

Bismillahirrahmannirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia>Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab, Pelung dan Kampung”. Shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan
umatnya yang selalu berada di jalan>Nya hingga akhir zaman.
Mutu genetik suatu ternak dapat dilihat salah satunya adalah dari sifat>sifat
asli dan khas ternak tersebut. Salah satu upaya untuk mengetahui hal tersebut adalah
dengan melakukan pengamatan terhadap karakteristik genetik eksternalnya. Skripsi
ini merupakan hasil penelitian dasar dari pengamatan karakteristik genetik eksternal
pada ayam Arab, Palung dan Kampung yang nantinya dapat dijadikan sebagai
sumber informasi mengenai ciri>ciri kualitatif ayam Arab, Pelung dan Kampung
Sifat>sifat kualitatif yang diamati meliputi warna bulu, pola warna bulu, corak bulu,
kerlip bulu, warna shank dan bentuk jengger.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penyusunan skripsi ini, oleh sebab itu saran dan kritik akan sangat membantu
demi perbaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang sudah terlibat dan turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dan
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.


Bogor, Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..........................................................................................

i

ABSTRACT .............................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................

iv

KATA PENGANTAR .............................................................................


v

DAFTAR ISI ............................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

x

PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan ..........................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Ayam Lokal Indonesia .................................................................
Ayam Arab ...................................................................................
Ayam Pelung ................................................................................
Ayam Kampung ...........................................................................
Sifat Kualitatif ..............................................................................
Karakteristik Genetik ...................................................................
Pola Warna Bulu .............................................................
Warna Shank ...................................................................
Bentuk Jengger ..............................................................
Ayam Ras Unggul Luar Negeri ...................................................
Variabilitas Genetik ....................................................................
Frekuensi Gen ..............................................................................
Heterosigositas .............................................................................

3
3
3
5
7
8
8
9
9
10
11
12
13
13

MATERI DAN METODE .......................................................................

14

Lokasi dan Waktu ........................................................................
Materi ...........................................................................................
Prosedur .......................................................................................
Penentuan Warna Bulu ..................................................
Penentuan Pola Warna Bulu ...........................................
Penentuan Corak Warna bulu ........................................
Penentuan Kerlip Warna Bulu .......................................
Penentuan Warna Shank ................................................
Penentuan Bentuk Jengger .............................................
Analisis Data ................................................................................
Analisis Deskriptif ..........................................................
Frekuensi Gen ................................................................
Perhitungan Frekuensi Gen Dominan dan Resesif

14
14
14
15
16
16
17
17
18
18
18
18

Autosomal ......................................................................
Perhitungan Frekuensi Gen Dominan Terkait
Kromosom Kelamin .......................................................
Perhitungan Frekuensi Gen Alel Ganda ........................
Perhitungan Nilai Introgresi Ayam Ras Unggul
Luar Negeri ....................................................................
Konstitusi Genetik dari Ayam Lokal .............................
Frekuensi Gen Asli Ayam Lokal q(N) .............................
Perhitungan Heterosigositas Harapan per Individu (h)
dan Rata>rata Heterosigositas Harapan
per Individu (H) .............................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

19
19
20
20
21
21
22
23

Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ...............................................................................
Warna, pola, Kerlip dan Corak Bulu .............................
Warna Shank ..................................................................
Bentuk Jengger ...............................................................
Keaslian Ayam Arab, Pelung dan Kampung ...............................
Frekuensi Gen Pengontrol Karakteristik Genetik
Eksternal .......................................................................
Laju introgresi Ayam Ras Unggul Luar Negeri..............
Frekuensi Gen Asli .........................................................
Variabilitas Genetik .....................................................................

27
28
29
30

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

32

Kesimpulan ..................................................................................
Saran .............................................................................................

32
32

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

34

LAMPIRAN .............................................................................................

37

23
23
25
26
26

vii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Karakteristik Genetik Eksternal yang Diamati dalam
Penelitian .....................................................................................

15

2. Persentase Fenotip Warna, Pola, Corak dan Kerlip Bulu pada
Ayam Arab, Pelung dan Kampung ..............................................

23

3. Persentase Fenotip Warna Shank pada Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ................................................................................

25

4. Persentase Fenotip Bentuk Jengger pada Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ................................................................................

26

5. Frekuensi Gen Dominan dan Resesif Karakteristik Eksternal
pada Ayam Arab, Pelung dan Kampung ......................................

27

6. Perbandingan Nilai Introgresi (Q) Bangsa Ayam Asing Rhode
Island Red (SR), White Leghorn (WL) dan Barred Plymouth
Rock (BR) Terhadap Ayam Arab, Pelung dan Kampung .............

28

7. Perbandingan Frekuensi Gen Asli yang tidak Dimasuki Bangsa
Ayam Unggul Eropa dan Amerika Rhode Island Red (SR),
White Leghorn (WL) dan Barred Plymouth Rock (BR) Terhadap
Ayam Arab, Pelung dan Kampung ................................................

29

8. Heterosigositas Harapan per Individu (h) dan Rata>rata
Heterosigositas per Individu (H) Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ................................................................................

30

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Ayam Arab Jantan dan Betina ......................................................

4

2. Ayam Pelung Jantan dan Betina ...................................................

6

3. Ayam Kampung Jantan dan Betina ..............................................

7

4. Warna Shank Kuning/Putih dan Hitam/Abu>abu pada Ayam .....

10

5. Bentuk>bentuk Jengger ................................................................

11

6. Ayam Rhode Island Red, White Leghorn dan
Barred Plymouth Rock ..................................................................

12

7. Warna Bulu Putih dan Berwarna pada Ayam ...............................

15

8. Pola Warna Bulu Hitam, Liar dan Kolumbian pada Ayam .........

16

9. Corak Bulu Lurik dan Polos pada Ayam .....................................

16

10. Kerlip Bulu Perak dan Emas pada Ayam .....................................

17

11. Warna Shank Putih/Kuning dan Hitam/Abu>abu ..........................

17

12. Bentuk Jengger Tunggal dan Kapri ..............................................

18

DAFTAR LAMPIRA
Nomor

Halaman

1. Jumlah Ayam Arab, Pelung dan Kampung Berdasarkan
Karakteristik Genetik Eksternal ...................................................

38

2. Perhitungan Analisis Deskriptif pada Ayam Arab,
Pelung dan Kampung ...................................................................

39

3. Perhitungan Frekuensi Gen Warna Bulu Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ...............................................................................

41

4. Perhitungan Frekuensi Gen Pola Warna Bulu Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ...............................................................................

42

5. Perhitungan Frekuensi Gen Corak Bulu Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ...............................................................................

44

6. Perhitungan Frekuensi Gen Kerlip Bulu Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ................................................................................

46

7. Perhitungan Frekuensi Gen Warna Shank Ayam Arab, Pelung
dan Kampung ...............................................................................

48

8. Perhitungan Frekuensi Gen Bentuk Jengger Ayam Arab,
Pelung dan Kampung ...................................................................

50

9. Perhitungan Laju Introgresi Ayam Ras Unggul Luar Negeri dan
Kandungan Gen Asli Ayam Lokal ...............................................

51

(N)

10. Perhitungan Frekuensi Gen Asli Ayam Lokal (q ).....................

52

11. Perhitungan Heterosigositas (h) Pada Ayam Arab, Pelung dan
Kampung .......................................................................................

53

12. Perhitungan Simpangan Baku Heterosigositas (SE (h)) Pada
Ayam Arab, Pelung dan Kampung ...............................................

55

13. Perhitungan Rata>Rata Heterosigositas (H) dan Simpangan Baku
Rata>Rata Heterosigositas (SE (H)) .............................................

61

PE DAHULUA
Latar Belakang
Salah satu keanekaragaman ternak yang dimiliki Indonesia adalah ayam
lokal. Saat ini terdapat 31 galur ayam lokal yang telah teridentifikasi, termasuk
didalamnya adalah ayam Kampung dan ayam Pelung (Nataamijaya, 2000). Ayam
lokal mempunyai bentuk, ukuran badan, warna bulu dan penampilan yang khas dari
masing>masing ayam tersebut.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan terhadap
daging dan telur ayam lokal semakin meningkat. Populasi nasional ayam ras petelur
dan pedaging pada tahun 2003 sampai 2008 mengalami peningkatan, begitu pula
dengan produksi daging baik dari ayam ras petelur maupun pedaging dan produksi
telur nasional (Ditjennak, 2010).
Ayam Arab bukan merupakan ayam asli Indonesia. Ayam ini berasal dari
Belgia yang memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan
Indonesia. Ayam Arab memiliki dua jenis, yaitu ayam Arab Silver (Brakel Kriel
Silver) dan ayam Arab Golden (Brakel Kriel Golden) yang dibedakan berdasarkan
warna bulunya. Ayam Arab merupakan salah satu ayam petelur unggul dan memiliki
keistimewaan yaitu memiliki karakteristik warna dan bentuk telur yang mirip dengan
telur ayam Kampung. Ayam Kampung dan ayam Pelung adalah ayam asli Indonesia
yang memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan secara tradisional, komersial
maupun konservasi. Ayam Pelung berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Ayam ini lebih
dikenal sebagai ayam penyanyi karena memiliki suara yang merdu dan khas. Potensi
yang dimiliki oleh ayam Pelung adalah sebagai hobi dan hiburan selain sebagai ayam
pedaging. Ayam Kampung merupakan ayam yang paling banyak dipelihara dan
tersebar di seluruh Indonesia. Potensi yang dimiliki oleh ayam Kampung adalah
sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna).
Upaya peningkatan produktivitas ternak tidak cukup hanya dengan perbaikan
pakan dan manajemen pemeliharaan, tetapi juga perlu dilakukan peningkatan mutu
genetiknya dengan mempertahankan sifat>sifat khas ternak tersebut. Informasi
genetik diperlukan untuk mengetahui mutu genetik suatu ternak yang nantinya dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi maupun persilangan serta
upaya pemanfaatan secara berkelanjutan. Salah satu penelitian dasar untuk menggali

informasi genetik dapat dilakukan melalui pengamatan karakterisik genetik eksternal
(sifat kualitatif) pada ayam Arab, Pelung dan Kampung. Karakteristik genetik
eksternal yang diamati adalah warna bulu, pola warna bulu, corak bulu, kerlip bulu,
warna shank dan bentuk jengger.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi karakteristik genetik
eksternal, mengetahui konstitusi gen pengontrol, mengetahui laju introgresi dan
keragaman genetik pada ayam Arab, Pelung dan Kampung.

2

TI JAUA PUSTAKA
Ayam Lokal Indonesia
Terdapat empat spesies ayam liar yang ada di dunia yaitu, Gallus gallus atau
Gallus bankiva (Ayam Hutan Merah), Gallus lafayetti (Ayam Hutan Hijau), Gallus
sonneratii (Ayam Hutan Abu>abu) dan Gallus varius (Ayam Hutan Jawa). Terdapat
dua jenis ayam hutan yang menyebar secara alami di Indonesia terutama di bagian
barat kepulauan, yaitu ayam hutan merah yang menyukai bagian hutan yang relatif
tertutup dan ayam hutan hijau yang lebih menyenangi hutan>hutan terbuka dan
wilayah berbukit>bukit (Sartika, 2000).
Ayam yang dipelihara di Indonesia digolongkan ke dalam genus Gallus
dengan spesies Gallus domesticus. Ayam lokal Indonesia merupakan keturunan dari
ayam hutan merah (Gallus gallus) yang telah mengalami proses domestikasi yang
sangat lama. Ayam hutan merah memiliki penyebaran yang paling luas dan spesies
ini kemungkinan merupakan nenek moyang utama dari Gallus domesticus atau ayam
lokal (Brakely dan Bone, 1985).
Terdapat 31 jenis ayam lokal Indonesia dan ayam dari luar Indonesia yang
telah beradaptasi dengan baik dan memiliki karakteristik morfologis yang berbeda
dan khas. Ayam>ayam lokal tersebut adalah Kampung, Pelung, Wareng, Sentul,
Bangkok, Kedu Hitam, Kedu Putih, Lamba, Ciparage, Banten, Siem, Nagrak, Walik,
Cemani, Sedayu, Olagan, Nusa Penida, Merawang, Sumatera, Balenggek, Melayu,
Nunukan,

Tolaki,

Maleo,

Jepun,

Ayunai,

Tukung,

Brugo,

Bekisar,

Cukir/Alas/Cangehgar dan Kasintu (Nataamijaya, 2000).
Ayam Arab
Ayam Arab berasal dari Belgia yang biasa disebut dengan nama Brakel Kriel$
Silver yang termasuk ke dalam galur ayam buras unggul di Belgia. Produktivitas
ayam Arab setara dengan ayam Leghorn, yaitu rata>rata bisa mencapai 80>90% dari
populasi, sedangkan dari segi kebutuhan pakan setiap harinya hanya 80 g/ekor.
Kebutuhan pakan ayam Leghorn bisa mencapai 100 g/ekor (Sarwono, 2001).
Sekarang ini ayam Arab menjadi primadona kalangan peternakan di Indonesia.
Sebenarnya ayam Arab terdiri atas dua jenis, yaitu ayam Arab Silver (Brakel Kriel>
Silver)

dan

ayam

Arab

Golden

(Brakel

Kriel>Golden).

Namun

dalam

perkembangannya di masyarakat, ayam Arab Silver lebih banyak dikenal dan

dibudidayakan dibandingkan dengan ayam Arab Golden. Penentuan nama diatas
dibedakan berdasarkan pada warna bulunya (Natalia et al., 2005). Gambar 1
menunjukkan contoh ayam Arab jantan dan betina.

Gambar 1. Ayam Arab Jantan dan Betina
Terdapat berbagai versi yang berbeda mengenai sejarah masuknya ayam Arab
ke Indonesia. Salah satu diantaranya adalah Bapak Suwarno (Pensiunan Karyawan
PTP XXII) yang pulang dari ibadah haji di Arab Saudi yang membawa delapan butir
telur tetas ayam Arab yang kemudian ditetaskan dan dikembangkan di Batu, Malang,
Jawa Timur, yang kemudian berkembang dan menyebar hampir di seluruh Indonesia.
Alasan ayam ini disebut ayam Arab adalah awalnya dibawa oleh seseorang yang
telah menunaikan ibadah haji di Arab, juga karena pejantan Arab memiliki libido
(keinginan kawin) yang tinggi dan ayam betinanya memiliki bulu dari kepala sampai
leher membentuk jilbab apabila dilihat dari jauh (Natalia et al., 2005).
Penampilan ayam Arab lebih menarik dibandingkan dengan ayam buras
lainnya. Ayam ini mempunyai warna bulu dari kepala hingga leher putih keperakan
dan warna bulu totol hitam putih/lurik hitam putih dan lebih homogen dengan warna
dasar hitam dihiasi warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung dan sayap
(Natalia et al., 2005 dan Nataamijaya, 2003).
Ayam Arab adalah ayam tipe ringan dengan rataan bobot badan dewasa yang
relatif rendah baik untuk jantan maupun betinanya, namun mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan ayam lainnya, yaitu mempunyai produksi telur per tahun

4

sebanyak 280 butir dengan ukuran dan warna telur yang sesuai dengan selera
konsumen. Yusdja et al., (2005) menyatakan bahwa ayam Arab mempunyai
karakteristik yang mirip dengan ayam buras tetapi mempunyai kemampuan produksi
telur yang menyamai ayam ras dan lebih tahan terhadap penyakit dan perubahan
iklim.
Ayam Pelung
Sejarah ayam Pelung bermula ketika seorang tokoh bernama Haji Bustoni
penduduk Kampung Cicariang, Desa Jambudipa Kecamatan Warungkondang,
menceritakan bahwa ayam Pelung sudah dipelihara dan dikembangkan sejak tahun
1850 oleh seorang Kiyai bernama H. Djarkasih penduduk Desa Bunikasih
Kecamatan Warungkondang (HIPPAPI, 2003). Ayam Pelung termasuk ke dalam
ternak lokal Indonesia dan dikenal sebagai ayam penyanyi (song bird). Potensi ayam
Pelung dapat digunakan sebagai ayam petelur dan pedaging (Cahyono, 2002). Ayam
Pelung memiliki postur tubuh yang tinggi, lebih besar dari ayam Kampung,
penampilannya tenang dan anggun, leher, paha dan kaki tungkai relatif panjang
(Nataamijaya, 2006).
Menurut HIPPAPI (2000) ayam Pelung secara umum memiliki ciri>ciri
sebagai berikut:
a. badan

: besar (jauh lebih besar dari ayam lokal biasa),

b. cakar

: panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih,

c. pial

: besar, bulat, dan memerah,

d. jengger

: besar, tebal dan tegak, sebagian setengah miring dan miring,
berwarna merah dan berbentuk tunggal,

e. warna bulu

: tidak memiliki pola khas, tetapi umumnya campuran merah
dan hitam; kuning dan putih; dan atau campuran warna hijau
mengkilat, dan

f. suara

: ayam jantan berkokok berirama, merdu dan panjang.

Ukuran tubuh yang besar memungkinkan ayam Pelung dapat dijadikan untuk
perbaikan pertumbuhan ayam>ayam lokal lainnya yang relatif berukuran lebih kecil
dengan cara disilangkan dengan ayam>ayam lokal tersebut.
Ayam Pelung mempunyai karakteristik suara yang khas, yaitu berirama,
merdu dan panjang. Karakteristik suara yang bagus berirama tetelur yaitu suara yang

5

mempunyai awalan, tengahan dengan nada suara sedang (kukulur) diikuti dengan
nada suara berat/besar (kukudur), dan akhiran yang melengkung tinggi (kukulir) dan
ditutup dengan suara koook. Contoh ayam Pelung jantan dan betina ditunjukkan pada
gambar 2.

Gambar 2. Ayam Pelung Jantan dan Betina
Warna bulu ayam Pelung bermacam>macam, yang umum adalah berwarna
kuning campur merah, hitam dan kehitam>hitaman (Hardjosubroto, 1998). Warna
bulu ayam Pelung merupakan kombinasi antara warna cokelat, merah dan putih
(Nataamijaya et al., 1989). Heryanto (2001) menyebutkan bahwa pola warna hitam
(E_) lebih besar dari kolumbian (ee) dan tipe liar (e+>) dengan frekuensi masing>
masing 42,3; 39,3 dan 18,4%. Nataamijaya (2005) menyebutkan bahwa pola warna
bulu yang terdapat pada ayam Pelung jantan dewasa hanya ditemukan kombinasi
warna bulu hitam dan merah sebesar 100%. Sedangkan pada betina dewasa adalah
warna hitam, cokelat kehitaman dan kuning gambir dengan persentase masing>
masing 61, 20 dan 19%. Nataamijaya (2003) menyebutkan bahwa pola warna bulu
ayam Pelung adalah kombinasi warna hitam, cokelat, merah dan putih. Umumnya
warna bulu ayam Pelung cukup bervariasi, hal ini mungkin diturunkan dari warna
bulu nenek moyangnya dari mana ayam Pelung berasal sebagai hasil proses seleksi
jangka panjang yaitu ayam Kampung, sedangkan ayam Kampung berasal dari
keturunan ayam Hutan Merah (Gallus gallus).

6

Ayam Kampung
Ayam Kampung merupakan ayam asli Indonesia yang dapat ditemukan di
berbagai tempat di Indonesia (Nataamijaya, 2000). Ayam Kampung biasa disebut
oleh masyarakat Indonesia dengan nama ayam bukan ras/ayam buras (Gallus
domesticus) yang merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan merah Sumatera
(Gallus gallus) maupun ayam hutan merah Jawa (Gallus javanicus atau Gallus
bankiva). Menurut Mansjoer (1990), untuk mengetahui hal ini adalah dengan melihat
jarak genetik antara ayam Kampung dan ayam hutan merah yang lebih dekat
dibandingkan dengan ayam hutan hijau (Gallus varius). Ayam Kampung memiliki
jarak genetik yang paling dekat dengan ayam Sentul, kemudian diikuti oleh ayam
Kedu dan ayam Pelung.
Ayam Kampung memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi karena dapat
digunakan sebagai ayam dwiguna, yaitu petelur dan pedaging. Masyarakat Indonesia
menyukai daging ayam Kampung dibandingkan dengan ayam ras. Perbedaan antara
ayam kampung dengan ayam ras adalah ayam kampung belum ditingkatkan mutu
genetiknya, sedangkan asal>usulnya sama dengan ayam Hutan.
Hampir semua ayam Kampung yang terdapat di seluruh Indonesia memiliki
badan yang kompak dan mempunyai susunan otot yang baik. Bentuk jari kakinya
tidak begitu panjang, tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam, tinggi paha dan
betisnya sedang tetapi kokoh. Sedangkan dari segi bentuk, ukuran tubuh dan warna
bulu sangat bervariasi. Penamaan ayam Kampung sering kali dikaitkan dengan ciri
fisik, warna bulu dan penampilan ayam yang bersangkutan (Sarwono, 2003). Contoh
ayam Kampung jantan dan betina ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Ayam Kampung Jantan dan Betina
7

Sartika (2000) menyatakan bahwa ayam Kampung didefinisikan sebagai
ayam yang tidak mempunyai ciri>ciri khas tertentu, dengan kata lain penampilan
fenotipnya masih sangat beragam. Sifat>sifat kualitatif ayam Kampung seperti warna
bulu sangat bervariasi, ada yang berwarna hitam (EE, Ee,), warna bulu tipe liar (e+e+,
e+e), tipe kolumbian (ee), bulu putih (I_cc) serta warna lurik (BB, Bb) masih
bercambur baur. Demikian pula dengan warna kulit ada yang berwarna putih/kuning
(Id_), hitam/abu>abu atau kehijauan (idid). Bentuk jengger ada yang tunggal (pprr),
ros (ppR_), walnut (P_R_) atau bentuk kacang polong/pea (P_rr) (Mansjoer et al.,
1989; Sartika, 2000).
Sifat Kualitatif
Pola warna bulu, tipe bulu dan warna bulu merupakan sifat kualitatif yaitu
sifat yang dipengaruhi oleh satu atau beberapa pasangan gen yang bersifat non>aditif
serta sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan dan sifat ini dapat diklasifikasikan
dalam satu atau lebih kelompok yang memiliki perbedaan yang jelas antara satu
sama lain (Noor, 2000; Warwick et al., 1995).
Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa terdapat tiga klasifikasi dari sifat
kualitatif, yaitu sifat luar, cacat genetik dan polimorfisme genetik. Sifat kualitatif
dapat dibedakan berdasarkan peran gen dominan dan resesif atau interaksi lainnya
seperti epistasis dam hipostasis yang secara statistik tidak mengikuti distribusi
normal. Pada hewan dikenal berbagai macam corak warna kulit dan bulu, dari warna
hitam sampai putih dengan berbagai derajat pewarnaan atau intensitas warna
(Hardjosubroto, 1998).
Karakteristik Genetik Eksternal
Ayam lokal Indonesia mempunyai jarak genetik yang lebih dekat dengan
ayam Hutan Merah (Gallus gallus) dan ayam Hutan Jawa (Gallus varius). Setiap
bangsa ayam mempunyai ciri genetik dan morfologi yang khas (Mansjoer et al.,
1989), selanjutnya Hutt (1949) dan Jull (1951) menyatakan bahwa dalam kelompok
dari suatu bangsa ayam masih terdapat perbedaan dan variasi warna dan corak bulu
serta bentuk jengger.
Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ayam lokal Indonesia mengandung
50% gen asli lokal dengan keaslian yang dimiliki pola bulu liar, warna bulu emas,

8

warna cakar hitam dan bentuk jengger kapri (ii e+e+ ss idid PP), sedangkan 50%
darahnya berasal dari bangsa>bangsa ayam luar negeri, diantaranya White Leghorn,
Plymouth Rock dan Rhode Island Red dengan campuran darah terbanyak berasal dari
bangsa Rhode Island Red yang ditunjukkan oleh besarnya nilai frekuensi gen untuk
warna bulu kolumbian (ee). Ayam lokal Indonesia mempunyai konstitusi gen
pengontrol karakteristik genetik eksternal yang berasal dari ketiga bangsa ayam luar
tersebut (Nishida et al., 1980).
Pola Warna Bulu
Warna bulu diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu warna putih (I) dan
berwarna (i) yang terdiri atas hitam, kolumbian dan liar. Warna hitam polos (E)
diekspresikan dengan penampilan bulu hitam pada seluruh bagian bulu dan biasa
terlihat pada permukaan bulu yang dibatasi pada bagian leher, bulu besar sayap dan
ekor (Hutt, 1949). Warna liar (e+) dicirikan dengan adanya garis>garis hitam
memanjang di kepala dan punggung yang mempunyai sifat resesif terhadap warna
polos dan dominan terhadap kolumbian (e) (Somes, 1988). Warna bulu kolumbian
pada Plymouth Rock dan Wyondotte adalah gen autosomal resesif (e) yang
terekspresi dalam keadaan homozigot.
Kerlip bulu perak (S) dan emas (s) merupakan sex$linked. Genotip hitam dan
putih dapat mempengaruhi alel S dan s yang hanya dapat dibedakan melalui uji
perkawinan. Hutt (1949) menjelaskan bahwa karakteristik pola bulu terkait jenis
kelamin yaitu pola bulu lurik (B) yang bersifat dominan tidak lengkap dan
penampilannya bervariasi yang disebabkan oleh faktor jenis kelamin dan
pertumbuhan bulu. Lebih lanjut Hutt (1949) menyatakan pada betina gen terkaitnya
bersifat hemizigot, sedangkan pada jantan bisa bersifat homozigot atau heterozigot.
Warna
Jull (1951) menyatakan bahwa warna kuning shank pada ayam bangsa
Amerika dan bangsa>bangsa lain adalah karena adanya lemak atau pigmen lipokrom
(lypocrome) pada lapisan epidermis dan pigmen hitam atau melanin tidak terdapat
pada epidermis dan dermis. Shank yang berwarna disebabkan oleh adanya pigmen
melanin pada bagian epidermis. Shank warna putih pada beberapa bangsa ayam
Inggris muncul karena tidak adanya kedua pigmen pada epidermis maupun dermis.

9

Shank warna biru (cerah dan gelap) pada bangsa ayam kulit putih didapat karena
adanya pigmen melanin pada dermis tetapi melanin dan lipokrom tidak terdapat pada
epidermis. Adanya pigmen lipokrom pada epidermis dan pigmen melanin pada
dermis menyebabkan shank berwarna hijau. Gambar 4 menunjukkan warna shank
Kuning/Putih dan Hitam/Abu>abu.

Gambar 4. Warna Shank Kuning/Putih dan Hitam/Abu>abu
Warna kuning shank pada ayam betina dapat digunakan dalam proses
pengafkiran ayam petelur. Pigmen lipokrom yang terdapat pada shank sama dengan
pigmen kuning yang terdapat pada telur, sehingga warna shank dapat dijadikan
sebagai indikasi tingkat produksi telur seekor ayam (Jull, 1951).
Bentuk Jengger
Stevens (1991) menyatakan bahwa bulu ekor, jengger dan pial dapat
dijadikan sebagai salah satu penentu karakteristik pada ayam liar yang ada di dunia.
Jengger merupakan bentuk modifikasi dari kulit yang terdapat pada bagian puncak
kepala. Setiap varietas ayam yang berbeda mempunyai bentuk jengger yang berbeda
pula. Umumnya jengger berwarna merah dan mempunyai bentuk yang beragam,
diantaranya adalah single, rose, pea, chusion, buttercup, strawberry dan V$shaped.
Bentuk rose dan pea bersifat dominan terhadap bentuk single. Ayam dengan bentuk
jengger rose dan pea bila disilangkan akan menghasilkan keturunan dengan bentuk
jengger walnut (Ensminger, 1992). Bentuk>bentuk jengger pada ayam ditunjukkan
pada gambar 5.

10

Single

Rose

But
Buttercup

Pea

strawberry

chus
chusion

V$shaped

Gambar 5. Bentuk
entuk>Bentuk Jengger pada Ayam
Alel R maupun
un P dimiliki oleh ayam>ayam yang berjengger
gger buah
bua kenari. Jika
hanya terdapat alel R, maka
m
ayam tersebut berjengger rose, sedangk
edangkan jika hanya
terdapat alel P maka
ka ayam
aya tersebut memiliki jengger berbentuk
ntuk bua
buah arcis/kapri
(pea), namun jika tidak
idak tterdapat alel R dan P, maka hasilnya adalah
dalah jengger single
(Mansjoer, 1985).
Ayam Ras Unggul Luar egeri
Nishida et al.. (1982) menyatakan bahwa banyak ayam lokal IIndonesia yang
memiliki campurann gen dari beberapa breeds ayam luar neger
negeri diantaranya,
Australope, *ew Hampshi
ampshire, dan White Cornish. Namun ada tiga jenis
je
ayam luar
negeri yang didugaa mem
mempunyai pengaruh paling besar, yaitu Rhode
ode Island Red,
White Leghorn dan Barred
Barr Plymouth Rock terhadap ayam lokal
okal di Asia Tenggara
termasuk Indonesia.
Ciri>ciri tubuh
uh ay
ayam Rhode Island Red yaitu memiliki
ki jengger
jeng
berbentuk
rose (ppR_) dan single (pprr); tipe dwiguna, kulit berwarna kuning; kaki berwarna
kuning atau kuningg kemerah>merahan
keme
dan kerabang telur berwarna
arna cokelat. Rhode
Island Red memiliki
ki bulu
bul berwarna merah kecokelatan dengann war
warna hitam pada
leher, sayap dan ekor,
kor, bob
bobot dewasa sedang, jantan: 3,2>4 kg dan bbetina: 2,5>3 kg
(Sudaryani dan Santosa,
ntosa, 1994). Ayam Leghorn memiliki varietas
ietas bulu
b
putih dan
varietas bulu kelabu,
u, sifatnya
sifa
lincah, cepat dewasa dan jarangg men
mengeram, bentuk
tubuh kecil langsing dan ttegap (jantan: 2,75 kg dan betina: 1,25 kg), jengger
je
dan pial
11

berwarna merah, telur berwarna putih (Sudaryani dan Santosa, 1994). Contoh
gambar ayam Rhode Island Red, White Leghorn dan Barred Plymouth Rock disajikan
pada gambar 6.

Gambar 6. Ayam Rhode Island Red, White Leghorn dan Barred Plymouth
Rock
Sudaryani dan Santosa (1994) menyatakan bahwa ayam Plymouth Rock
memiliki ciri>ciri ukuran tubuh sedang dan agak bulat; terdiri atas varietas bulu putih,
cokelat dan keemasan; jengger dan pial berwarna merah dengan bentuk jengger
sebilah (tunggal) dan tegak; telur berwarna cokelat.
Variabilitas Genetik
Keragaman genetik adalah perbedaan genotip yang ada antara ternak>ternak
yang tidak memiliki hubungan keluarga (Noor, 2000). Hasiguchi et al. (1982)
menyatakan bahwa variabilitas genetik dalam suatu populasi diketahui dengan
menghitung proporsi lokus polimorfik (Ppoly), rata>rata heterosigositas harapan per
individu (H) dalam jumlah alel>alel efektif per lokus (Ne).
Menurut Nozawa (1980), variabilitas genetik dapat meningkat atau menurun
dalam populasi dan tergantung pada keadaan ternaknya. Hewan>hewan yang
hidupnya nomaden memiliki variabilitas genetik yang lebih besar dibandingkan
hewan yang hidupnya menetap. Hewan yang melakukan inbreeding dan diseleksi
secara buatan memiliki variabilitas genetik yang rendah. Hewan yang hidupnya di
daerah perbatasan mempunyai variabilitas genetik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hewan yang hidupnya di tengah>tengah populasi. Variabilitas genetik hewan
12

domestik lebih kecil dibandingkan dengan hewan liar karena hanya diwakili oleh
sebagian kecil gen saja.
Frekuensi Gen
Frekuensi gen adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan jumlah gen
tertentu dalam suatu populasi debandingkan dengan alelnya (Lasley, 1978) atau
menunjukkan proporsi dari semua lokus untuk pasangan gen tertentu atau rangkaian
alel ganda dalam suatu populasi, yang diduduki oleh satu gen tertentu (Warwick et
al., 1995).
Hukum Hardy>Weinberg menyatakan bahwa dalam populasi yang besar tidak
terjadi seleksi, mutasi dan migrasi serta perkawinan terjadi secara acak (minimal
dalam satu generasi), frekuensi gen akan tetap sama dari generasi ke generasi
(Lasley, 1978). Populasi demikian disebut berada pada dalam keseimbangan Hardy>
Weinberg (Warwick et al., 1995).
Heterosigositas
Heterosigositas didefinisikan sebagai keragaman yang dihitung berdasarkan
frekuensi gen pada populasi yang melakukan perkawinan secara acak. Rata>rata
heterosigositas harapan per individu adalah rata>rata proporsi heterosigositas per
lokus pada populasi yang melakukan perkawinan secara acak (Nei, 1987).
Li dan Gaur (1991) menyatakan bahwa suatu lokus dikatakan polimorfik jika
terdapat dua atau lebih alel dalam populasi dan mempunyai frekuensi kurang dari
99%. Heterosigositas adalah ukuran dari variabilitas genetik dalam populasi dan
tidak tergantung pada perubahan alel polimorfik yang dilambangkan dengan h dan
nilai maksimalnya adalah satu.

13

MATERI DA METODE
Lokasi dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di tempat yang berbeda yaitu untuk pengukuran
ayam Pelung di tiga tempat di Bogor yaitu Darmaga, Ciampea dan Salabenda, untuk
ayam Kampung di Dusun Bligo, Desa Kutho, Kecamatan Kerjo, Kabupaten
Karanganyar dan untuk ayam Arab di PT Trias Farm, Leuwiliang, Bogor. Penelitian
ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada Januari sampai Februari 2008.
Materi
Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Arab,
Pelung, dan Kampung. Ayam Arab yang digunakan berjumlah 115 ekor (40 ekor
jantan dan 75 ekor betina); ayam Pelung yang digunakan berjumlah 52 ekor (29 ekor
jantan dan 23 ekor betina) dan ayam Kampung berjumlah 61 ekor (25 ekor jantan
dan 36 ekor betina). Ayam>ayam yang diteliti adalah ayam yang telah mencapai
dewasa tubuh. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar data, alat
tulis dan digital camera.
Prosedur
Pengamatan dilakukan di lokasi yang telah ditentukan berdasarkan
keberadaan ayam Arab, Pelung dan Kampung dan pengamatan dilakukan dengan
cara pengamatan fenotipik secara langsung pada setiap individu ayam>ayam tersebut.
Ayam Arab yang diamati diambil secara acak (random sampling), sedangkan ayam
Pelung dan Kampung yang diamati diambil berdasarkan jumlah ayam yang dimiliki
oleh peternak. Sifat>sifat fenotipik ayam yang diamati meliputi warna bulu, pola
warna bulu, corak bulu, kerlip bulu, warna shank dan bentuk jengger. Lokus dan tipe
gen yang mengendalikan karakteristik genetik eksternal pada ayam disajikan pada
Tabel 1. Data yang digunakan adalah data primer yang didapat dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung terhadap sifat>sifat fenotipik dari masing>
masing ayam tersebut. Hasil pengamatan kemudian dicatat dalam tabel pengamatan
yang kemudian dilanjutkan dengan analisis data.
Penentuan warna bulu, pola warna bulu, corak bulu, kerlip bulu, warna shank
dan bentuk jengger dilakukan dengan menggunakan metode yang disarankan oleh
Somes (1988).

Tabel 1. Karakteristik Genetik Eskternal yang Diamati dalam Penelitian
Ekspresi

Lokus

Warna Bulu

I>i

Pola Bulu

E > e+ > e

Kerlip Bulu

S>s
(terkait
kelamin)

Corak Bulu

B > b (terkait
kelamin)

Warna Shank

Id > id
(terkait
kelamin)

Bentuk Jengger

P>p
R>r

Genotipe

Fenotipe

I_
Ii
E_
e+_
ee
♂ZSZ>
♂ZsZs
♀ZSW
♀ZsW
♂ZBZ>
♂ZbZb
♀ZBW
♀ZbW
♂ZIdZ>
♂ZidZid
♀ZIdW
♀ZidW
P_R_
P_rr
ppR_
pprr

Putih
Berwarna
Hitam
Tipe Liar
Kolumbian
Jantan Perak
Jantan Emas
Betina Perak
Betina Emas
Jantan Lurik
Jantan Polos
Betina Lurik
Betina Polos
Jantan Putih
Jantan Hitam
Betina Putih
Betina Hitam
Kemiri (walnut)
Kapri (pea)
Rose
Tunggal (single)

Sumber: Ardiansyah (2001)

Penentuan Warna Bulu
Warna bulu pada ayam dibedakan menjadi warna putih dan warna selain
putih. Penentuan warna bulu putih bila pada seluruh permukaan bulu pada ayam
berwarna putih; sedangkan berwarna, apabila ditemukan warna pada permukaan bulu
disekujur tubuh ayam. Contoh warna bulu pada ayam dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Warna Bulu Putih dan Berwarna pada Ayam

15

Penentuan Pola Warna Bulu
Pola warna bulu dibedakan menjadi pola warna hitam, tipe liar dan
kolumbian. Penentuan pola warna hitam adalah apabila pada seluruh permukaan bulu
pada ayam berwarna hitam polos; pola warna tipe liar adalah apabila ditemukan pada
bagian dada dan ventral berwarna hitam yaitu pada hackle, punggung, saddle, wing
covert dan sayap sekunder (jantan) sedangkan pada betina apabila ditemukan
perpaduan warna hitam dan cokelat membentuk pola stippling; pola warna
kolumbian, adanya inhibitor warna pada bagian leher, sayap dan ekor (umumnya
berwarna cokelat dan dibatasi oleh warna hitam pada bagian leher, sayap and ekor).
Contoh pola warna hitam, tipe liar dan kolumbian dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pola Warna Bulu Hitam, Liar dan Kolumbian pada Ayam
Penentuan Corak Warna Bulu
Corak warna bulu dibedakan atas lurik dan polos. Penentuan warna lurik,
yaitu apabila ditemukan adanya kombinasi lebih dari satu warna dalam satu bulu;
sedangkan corak warna bulu polos apabila ditemukan hanya satu warna dalam satu
bulu. Contoh corak warna bulu lurik dan polos dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Corak Bulu Lurik dan Polos pada Ayam

16

Penentuan Kerlip Warna Bulu
Kerlip warna bulu dibedakan menjadi kerlip warna silver dan gold. Kerlip
warna bulu silver terdapat pada ayam yang memiliki warna bulu putih, lurik hitam
dan putih; sedangkan kerlip warna bulu gold terdapat pada ayam yang memiliki
warna bulu hitam, cokelat, lurik hitam dan cokelat. Kerlip warna bulu perak dan
emas pada ayam disajikan pada gambar 10.

Gambar 10. Kerlip Bulu Perak dan Emas pada Ayam
Penentuan Warna
Warna shank pada ayam dibedakan menjadi warna kuning atau putih dan
hitam atau abu>abu. Penentuan warna shank kuning atau putih, apabila ditemukan
shank yang berwarna kuning atau putih pada ayam; sedangkan warna shank hitam
atau abu>abu apabila ditemukan shank yang berwarna hitam atau abu>abu pada ayam.
Berikut adalah contoh warna shank kuning atau putih dan hitam atau abu>abu pada
ayam.

Gambar 11. Warna Shank Putih/Kuning dan Hitam/Abu>abu

17

Penentuan Bentuk Jengger
Bentuk jengger dibedakan menjadi bentuk jengger single dan pea. Penentuan
bentuk jengger single apabila ditemukan bentuk jengger berpilah satu atau tunggal
pada ayam; sedangkan bentuk jengger pea apabila ditemukan bentuk jengger
berpilah tiga pada ayam. Gambar 12 adalah contoh gambar bentuk jengger single dan
pea.

Gambar 12. Bentuk Jengger Tunggal dan Kapri
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif perhitungan frekuensi dilakukan dengan menghitung
jumlah masing>masing ayam yang mempunyai sifat kualitatif tertentu dibagi dengan
jumlah populasi masing>masing ayam yang diamati dikalikan 100%. Analisis
menggunakan perhitungan frekuensi fenotipe dengan formula (Mulliadi, 1996)
sebagai berikut:
Frekuensi fenotipe sifat A =



Keterangan:
A= salah satu sifat kualitatif yang diamati
N= total populasi yang diamati

x 100%

Frekuensi gen
Sifat>sifat genetik dari masing>masing jenis ayam tersebut, seperti warna
bulu, bentuk bulu, pola warna, warna shank dan bentuk jengger digunakan untuk
menghitung frekuensi gen pengontrol dari masing>masing sifat morfologi ayam>
ayam tersebut.

18

Perhitungan Frekuensi Gen Dominan dan Resesif Autosomal
Frekuensi gen dominan autosomal (warna bulu dan bentuk jengger) dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut (Nishida et al., 1980):
q= 1 −
p= 1>q
Keterangan:
q= frekuensi gen dominan
R= jumlah ayam yang menunjukkan sifat resesif
N= jumlah seluruh ayam
p= frekuensi gen resesif autosomal
Perhitungan Frekuensi Gen Dominan Terkait Kromosom Kelamin
Frekuensi gen dominan terkait kelamin (corak bulu, kerlip bulu dan warna
shank) dihitung berdasarkan rumus yang disarankan oleh Nishida et al. (1980)
sebagai berikut:


q=





♂+






p= 1>q
Keterangan:
q♂= frekuensi gen dominan pada kelompok jantan
N♂= jumlah total individu jantan
q♀= frekuensi gen dominan pada kelompok betina
p = frekuensi gen resesif terkait kelamin

q♀=

( ♀

♀)


Keterangan:
R♀= jumlah individu betina dengan ekspresi resesif
N♀= jumlah total individu betina

19

Perhitungan Frekuensi Gen Alel Ganda
Frekuensi gen alel g