Uji Kolom Tanah Latosol, Podsolik, Dan Regosol Sebagai Objek Simulasi Parit Infiltrasi (Infiltration Trench) Limbah Domestik

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini selain pencemaran oleh limbah industri, pencemaran yang
diakibatkan oleh limbah domestik telah menunjukkan peningkatan yang serius.
Minimnya fasilitas pengolahan air buangan rumah tangga telah menyebabkan
tercemarnya badan sungai oleh air limbah domestik. Jarangnya pengolahan air
limbah rumah tangga (on site treatment) turut serta pula menyumbangkan
pencemaran terhadap badan sungai.
Sebagian besar air bersih (±80%) yang digunakan oleh manusia akan
berubah menjadi air limbah domestik. Sedangkan kebutuhan air bersih rumah
tangga diketahui berkisar antara 160-250 liter/orang per hari. Dengan demikian,
rata-rata setiap orang akan menghasilkan air limbah sebanyak 150 liter/hari.
Berdasarkan pendekatan besaran People Equivalent (PE), untuk rumah biasa
diperkirakan jumlah air limbahnya adalah 120 liter/hari per orang (Nilai PE untuk
bangunan lain akan berbeda). Jika jumlah ini dikalikan dengan jumlah penduduk
Indonesia (229.964.720 jiwa) maka air limbah domestik yang diproduksi setiap
hari akan mencapai jumlah yang sangat besar (27.595.766.400 liter/hari).
Agar limbah domestik tidak mencemari badan-badan air, berbagai teknik

pengelolaan air limbah domestik rumah tangga (on site treatment) telah
dikembangkan. Salah satunya adalah teknik parit infiltrasi (infiltration trench).
Parit infiltrasi adalah parit yang dibuat diatas tanah dengan dimensi tertentu. Pada
bagian dalam parit dimasukan media filtrasi dengan tujuan untuk menyaring air
limbah dan meloloskan air yang telah mengalami penyaringan ke bagian bawah
dan samping parit. Teknik ini pada dasarnya dirancang untuk meresapkan air
hujan, meskipun demikian, di beberapa negara teknik ini digunakan sebagai
teknik pengelolaan air limbah domestik non toilet (grey water).
Teknik parit infiltrasi berbeda dengan teknik pengelolaan limbah lainnya.
Pada teknik lain, air limbah domestik yang sudah dikelola akan dibuang ke badanbadan air, sedangkan pada parit infiltrasi limbah domestik yang sudah disaring
akan diresapkan kedalam tanah. Dengan demikian, teknik ini jika tidak dilakukan

2

dengan benar akan beresiko terhadap terjadinya pencemaran air bawah tanah.
Oleh karena itu, penelitian yang dititik beratkan pada penilaian kemampuan tanah
dalam menetralisir limbah cair domestik pada teknik parit infiltrasi perlu
dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kemampuan tanah dalam
menetralisir limbah domestik dalam aplikasi parit infiltrasi (infiltration trench).

Hipotesis
Setiap jenis tanah mempunyai kapasitas netralisasi tanah yang berbedabeda sehingga tidak semua jenis tanah dapat digunakan untuk aplikasi parit
infiltrasi limbah domestik.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Latosol
Menurut Hardjowigeno (2007) Latosol merupakan tanah muda yang
umumnya mempunyai horizon kambik, belum berkembang lanjut sehingga
kebanyakan tanah ini cukup subur. Dudal dan Soepraptohardjo (1957)
menambahkan Latosol merupakan tanah dengan pelapukan lanjut karena sangat
tercuci, batas-batas horison baur, kandungan mineral primer dan unsur hara
rendah, pH rendah (4,5-5,5), konsistensi remah, stabilitas agregat tinggi, dan
terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika. Warna tanah merah, coklat
kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan induk,
umur, iklim, dan ketinggian. Di Indonesia, umumnya, Latosol berasal dari bahan

induk volkanik, baik berupa tufa ataupun batuan beku. Latosol umumnya berada
di daerah iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2500 mm - 7000 mm.
Buringh (1979) menambahkan Latosol mempunyai kadar unsur hara rendah,
kejenuhan basanya rendah (kurang 35%) dan KTK rendah (15-25 me/100g).
Wiranegara (1975) mengolongkan Latosol Coklat Kemerahan Darmaga
(Bogor) kedalam Humitropept Tipik atau Humitropept Fluventik.Latosol
Darmagaterdapat pada fisiografi menengah, dengan relief makro berombak dan
kemiringan landai. Latosol Darmaga rata-rata memiliki solum dalam dengan
horison B tebal. Batas antar horisongradual atau berangsur dimanalebar peralihan
antara 6,5-12,5 cm dan batas horison berombak dan tidak teratur, rata-rata tiap
horizon berwarna coklat kemerahan (Hue antara 5 YR – 7,5 YR dan value antara
3-4). Horizon A rata-rata bertekstur lempung berdebu hingga liat berdebu, dan
horizon B bertekstur liat atau debu. Struktur tanah berbentuk granular (semakin
ke bawah berbentuk subangular blocky), dan konsitensinya lebih teguh dan lekat.
Ketebalan top soil Latosol Darmaga antara 0-30 cm(Lestari, 2010).Hasibuan
(1993) menambahkan Latosol Darmaga memiliki kapasitas tukar kation (KTK)
kurang dari 25 me/100g. Ginting (1990) menambahkan Latosol Darmaga
mempunyai kapasitas tukar kation 15,20 me/100g.
Podsolik


4

Menurut Hardjowigeno (2007) Podsolik merupakan tanah-tanah dimana
terjadi penimbunan liat di horison bawah (horizon argilik), bersifat masam,
kejenuhan basa kurang dari 35%. Dudal dan Soepraptohardjo (1957)
menambahkan Podsolik merupakan tanah yang sangat tercuci,terdapat akumulasi
liat hingga tekstur relatif berat (kadar liat tinggi), permeabilitas rendah, stabilitas
agregat rendah, dan peka terhadap erosi.
Podsolik umumnya memiliki sifat-sifat kimia sebagai berikut : pH H2O
berkisar 3.5 dan 5, C/N rasio >12, bahan organik maksimum pada horison A
( 3, lapisan yang terlalu tipis, kadar C-organik tergolong rendah
sampai sangat rendah (< 1%), dan Kejenuhan Basa (NH4OAc) > 50%, sehingga
tanah ini menurut taksonomi USDA digolongkan sebagai Entisol. Pada kategori
suborder, tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai Orthent, dan pada kategori great
group, tanah ini diklasifikasikan sebagai Udorthent. Pada kategori subgroup, tanah
ini diklasifikasikan sebagai Udorthent Tipik. Regim suhu yang berlaku di daerah
darmaga adalah isohipertermik, sehingga pada kategori famili, Regosol ini

6


diklasifikasikan sebagai Udorthent Tipik, berpasir, campuran, tidak masam,
isohipertermik (Sinaga, 2003).

Limbah
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada saat
tertentu tidak dikehendaki

oleh lingkungan karena menurunkan kualitas

lingkungan. Putra (2004) menambahkan, limbah rumah tangga adalah limbah
yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah
tangga, dan kotoran manusia.Limbah cair rumah tangga terdiri dari 2 tipe, yaitu
Blackwater dan Greywater. Blackwater merupakan limbah cair yang berasal dari
toilet dan hasil pembuangan industri. Blackwater harus diolah terlebih dahulu
dengan cara biologi atau kimiawi maupun dengan disinfektan sebelum digunakan
kembali. Limbah ini biasanya diolah dan didaur ulang di luar ruangan. Greywater
adalah limbah cair bukan hasil buangan toilet, contohnya seperti sisa detergen,
sisa mandi maupun sisa hasil wastafel rumah tangga.
Pencemaran air limbah dibatasi dengan standar kualitas (baku mutu) air

limbah. Menurut BAPPENAS (2003), baku mutu air limbah adalah ukuran batas
atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah
yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air suatu usaha atau kegiatan.
Baku mutu air limbah non kakus menurut Laboratorium Teknik Lingkungan ITB
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Air Limbah Non Kakus
No
1
2
3
4
5
6
7

Parameter
pH
Temperatur
Amonium

Nitrat
Nitrit
Sulfat
Phospat
Tabel 1. (Lanjutan)

Satuan
o
C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Konsentrasi
8,5
24
10
0

0,05
150
6,7

7

No
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Parameter
CO2
HCO3

DO
BOD
COD
Khlorida
Zat Organik
Detergen
Minyak

Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L KMnO4
mg/L
mg/L

Konsentrasi

44
107
4,01
189
317
47
554
2,7
300 mikron, akan kosong pada pF1, (2) pori drainase cepat;
berdiameter antara 300-30 mikron, pori ini akan kosong pada pF1-2, dan (3) pori
drainase lambat; berdiameter antara 30-9 mikron yang akan kosong pada pF 22.54. Soepardi (1983) menambahkan faktor yang mempengaruhi jumlah ruang
pori adalah (1) cara penyusunan partikel, (2) tekstur, (3) kandungan bahan
organik, dan (4) cara pengolahan tanah.

Stabilitas Agregat
Stabilitas agregat menunjukkan ukuran ketahanan tanah terhadap pengaruh
perusakan. Perusakan dapat terjadi oleh pengaruh air dan manipulasi mekanik. Air
menyebabkan memburuknya agregat melalui 2 cara, yaitu (1) pengaruh hidrasi
pada air menyebabkan gangguan pada agregat melalui proses pengeluaran udara
yang terjebak, (2) kerusakan struktur tanah melalui tumbukan air hujan yang jatuh

ke permukaan. Kedua hal ini akan menyebabkan terdispersinya agregat-agregat
tanah sehingga akan meningkatkan kepadatan tanah dan menurunkan porositas.

10

Manipulasi mekanik berhubungan dengan pengolahan tanah, bila hal ini dilakukan
kandungan air yang tidak tepat akan menghancurkan agregat tanah (Baver, 1959).
Pengolahan tanah yang tepat biasanya dilakukan pada keadaan
kelembaban tanah yang optimal karena dapat menciptakan keadaan tanah yang
baik untuk permulaan pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ukuran dan stabilitas agregat meliputi : tekstur, jenis ion pada komlpleks
pertukaran kation, tipe liat, kandungan bahan organik, dan bahan penyemen selain
liat (Soepardi, 1983).
Liat dapat berfungsi langsung sebagai agen pengikat dalam pembentukan
agregat tanah. Semakin kecil diameter liat maka semakin efektif membentuk
agregat. Dalam hubungannya dengan liat sebagai agen pengikat maka ada 3
kondisi yang penting untuk pembentukan stabilitas agregat yaitu : Diameter
partikel liat berukuran kurang dari 1 mikron, (2) KTK liat yang tinggi, dan (3)
molekul cairan pendispersi bermuatan dipole (Wantini, 1988).

Parit Infiltrasi (Infiltration Trench)
Parit infiltrasi adalah suatu parit yang digali serta diisi dengan kerikil yang
digunakan untuk menangkap dan memungkinkan meresapnya aliran permukaan
hujan ke dalam tanah melalui bagian bawah dan sisi parit.Dengan mengalihkan
aliran permukaan hujan ke tanah, parit infiltrasi tidak hanya menjaga kualitas air,
tetapi juga menjaga keseimbangan alam air di satu tempat dan dapat menambah
persediaan air tanah serta mempertahankan aliran air bawah tanah. Oleh karena
itu,aplikasi parit infiltrasi terbataspada daerah dengan tanah yang sangat berpori
serta pembuatannya harus tepat sehingga menghindari resiko pencemaran air
tanah.
Parit infiltrasi tidak digunakan untuk menangkap sedimen dan dalam
aplikasinya selalu harus dirancang dengan adanya bak penampung sedimen dan
saluran rumput (strip filter), atau langkah-langkah perlakuan pendahuluan lainnya
yang diperlukan untuk mencegah penyumbatan dan kegagalan. Karena parit
infiltrasi berpotensi tinggi untuk gagalmaka rancangannya harus dipertimbangkan

11

untuk satu tempat. Petunjuk untuk pertimbangan perancangan utama parit
infiltrasi adalah sebagai berikut:


Laju infiltrasi tanah rata-rata 0,5 meter/jam atau lebih.



Penggalian parit (3-8 kaki), diisi dengan media batu (diameter 1,5-2,5
cm), batu kerikil, dan pasir.



Sebuah bak penampung sedimen dan saluran rumput atau perlakuan
pendahuluan harus disediakan.



Pengamatan terhadap perkolasi tanah yang baik.



Ukuran dari area drainase.

Keuntungan :


Menyediakan cadangan air bawah tanah.



Baik untuk tempat yang sempit dengan tanah berongga kecil

Kerugian :


Air bawah tanah berpotensi tercemar



Berpotensi tinggi tersumbat; tidak boleh digunakan pada satu tempat
dengan tanah yang berpartikel halus (liat atau debu) di daerah
drainase.



Signifikan mengalami penurunan fungsi.



Tidak boleh di daerah kapur.



Memerlukan tes geoteknik, dua lubang per fasilitas.

Persyaratan Pemeliharaan :


Pemeriksaan terhadap penyumbatan.



Memindahkan sedimen dari bak penampung.



Mengganti kerikil jika diperlukan.

Sebuah parit infiltrasi dianggap mampu memindahkan 90% dari total
padatan tersuspensi dalam aliran permukaan perkotaan berdasarkan ukuran,
desain, konstruksi dan pemeliharaan yang sesuai dengan spesifikasi yang
direkomendasikan. Kinerja total padatan tersuspensi akan berkurang pada parit
berukuran kecil, kesalahan rancangan, atau tidak terawatnya parit infiltrasi.

12

Parit infiltrasi yang baik memiliki manfaat pengurangan polutan lain,
selain padatan tersuspensi (misalnya fosfor, nitrogen,koliform tinja, dan logam
berat), dengan baik. Dalam situasi dimana pengurangan tidak signifikan, maka
digunakan kontrol untuk justifikasi. Berikut ini adalah pengurangan polutan oleh
parit infiltrasi (Knox County, 1984) :


TSS (Total Suspended Solid) : 90%



Total Fosfor : 60%



Total Nitrogen: 60%



Bakteri pathogen: 90%



Logam berat : 90%

Parit infiltrasi umumnya cocok digunakan pada perumahan yang padat,
dimana tanah dibawahnya cukup permeabeluntuk infiltrasi sehinggaterjadinya
aliran permukaanyang sedikit serta dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi.
Penerapan ini diutamakan pada area yang tidak memiliki partikel halus, yang
tinggi pada aliran permukaannya, dan hanya dipertimbangkan pada situs yang
memiliki kandungan sedimen yang rendah.
Parit infiltrasi dapat digunakan untuk menangkap aliran air dari daerah
drainase atau berfungsi sebagai perangkat yang berdiri sendiri (offline). Karena
berukuran kecil, parit infiltrasi dapat diadaptasikan untuk berbagai tempat dan
bisa diaplikasikan untuk kondisi perbaikan. Tidak seperti struktur penyerapan air
hujan lainnya, parit infiltrasi dapat dengan mudah disesuaikan pada daerah dan
area pengembangan situs.
Untuk melindungi air tanah dari kemungkinan kontaminasi, parit infiltrasi
sebaiknyatidak digunakan untuk aliran permukaanyang membutuhkan perlakuan
khusus. Selain itu, parit ini tidak bisa digunakan pada daerah yang memiliki tanah
yang terkena polusi atau tempat padat aktivitas. Sebagai contoh, parit infiltrasi
tidak diaplikasikan pada daerah industri, dimana kemungkinan polusi logam berat
dan polutan yang larut air sangat tinggi, atau di daerah yang memiliki air yang
terkontaminasi pestisida.

13

Kelayakan umum


Cocok untuk digunakan di perumahan perkotaan



Cocok untuk digunakan dalam kepadatan tinggi/ultra-perkotaan



Tidak cocok untuktempat yang miring atau dilakukan lebih dari satu
tempat.

Fisik Kelayakan serta Kendala di Proyek Fisik Situs


Luas wilayah - 5 hektar maksimum



Kebutuhan ruang - akan bervariasi, tergantung pada kedalaman fasilitas



Kemiringan Lereng - Tidak lebih dari 6% kemiringan (untuk pra-fasilitas
konstruksi di lokasi)(Knox County, 1984).

Deskripsi dari parit infiltrasi adalah parit yang panjang dan sempit, berisi
batu dan tanpa outlet yang menampung aliran permukaan air hujan. Aliran
permukaan disimpan pada ruang kosong diantara batu dan menginfiltrasi ke
bawah dan masuk ke dalam matriks tanah. Parit infiltrasi dapat mengurangi
sedimen dan beberapa polutan. Pra-perlakuan dengan menggunakan bak
penampung sangat penting untuk membatasi sedimen kasar yang masuk ke dalam
parit yang dapat menyumbat dan membuat parit tidak efektif.

Keuntungan


Mampu memuat seluruh air aliran permukaan



Meningkatkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah secara signifikan.



Bila volume air berada pada porsi tertentu, parit infiltrasi dapat
mengurangi erosi dan frekuensi banjir.



Parit ini tidak mengganggu estetika lingkungan, karena berada di bawah
tanah

Kelemahan/Batasan


Tingkat kegagalan yang tinggi bila tanah dan kondisi permukaan di bawah
tanah tidak sesuai.



Tidak cocok untuk lokasi industri atau lokasi dimana tumpahan dapat
terjadi.

14



Luasan maksimum area yang diinfiltrasi harus dibawah 5 hektar.



Batas laju infiltrasi adalah 2.4 meter/jam, untuk menjaga kualitas air tanah.



Tidak cocok untuk daerah yang memiliki kemiringan curam.



Area drainase di aliran hulu harus distabilkan terlebih dahulu sebelum
dikonstruksi.



Sulit untuk mengembalikan fungsi parit infiltrasi ketika tersumbat.

Panduan Desain dan Ukuran


Diperlukan
sedimen.

perlakuan
Perlakuan

pendahuluan
pendahuluan

untuk
adalah

mengurangi
tahap

kandungan

pengolahan

yang

melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan adatan
tersuspensi dalam aliran air limbah. Perlakuan pendahuluan penting untuk
semua pengaturan air hujan, tetapi menjadi sangat penting pada parit
infiltrasi.

Perlakuan pendahuluan akan benar-benar efektif bila

ditambahkan filter atau bak penampungan secara seri.


Batuan yang digunakan pada parit berdiameter 1.5 hingga 2.5 cm.



Volume parit ditentukan oleh asumsi volume air yang akan mengisi ruang
kosong berdasarkan perhitungan porositas pada matriks batuan (sekitar
35%)

Kinerja
Parit infiltrasi dapat mengurangi buruknya kualitas air di permukaan dan
secara konsekuen dapat menghilangkan hingga 100% polutan yang terkandung
dalam air tersebut. Parit infiltrasi dapat menghilangkan 90 persen sedimen, logam,
koliform, dan materi organik, dan menghilangkan 60 persen fosfor dan nitrogen
pada proses infiltrasi aliran air (Schueler, 1987). BOD yang berkurang mencapai
70-80 persen. Jumlah bahan lain yang berkurang dalam jumlah sedikit adalah
nitrat, klorid, dan logam terlarut, terutama pada tanah berpasir. Efisiensi
pengurangan polutan dapat ditingkatkan dengan proses pencucian dan
penambahan bahan organik dan lempung pada tanah dibawahnya. Batu harus
dicuci untuk menghilangkan kotoran sebelum diletakkan pada parit. Penambahan

15

bahan organik dan lempung akan meningkatkan penghilangan logam dengan
proses absorpsi (California Stromwater Quality Association, 2003).

16

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Oktober 2010 bertempat di
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia
tanah dan analisis limbah domestik dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian, Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari contoh tanah Latosol
dan RegosolCikabayan, serta Podsolik di belakang Gymnasium, Kampus IPB
Darmaga, pipa PVC, pasir, ijuk, arang, kayu, kerikil, triplek, kasa, karet, sabun,
pasta gigi, shampoo, paku, cangkul, gergaji besi, gergaji kayu, pahat, palu, dan
gelas ukur.

Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian adalah rancangan
faktorial. Rancangan terdiri dari 2 faktor sebagai perlakuan, yaitu jenis tanah
(Latosol, Podsolik, dan Regosol) dan media penyaring (tanpa media, Media A,
Media B). Parameter yang diamati adalah kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat
sesudah air limbah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol. Setiap
perlakuan percobaan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali sehingga terdapat
27 percobaan, seperti pada Tabel 2.

17

Tabel 2. Perlakuan Jenis Tanah dan Media
Perlakuan
Jenis tanah
L

P

R

M0
LM0
LM1
LM2
PM0
PM1
PM2
RM0
RM1
RM2

Media
M1
LM0
LM1
LM2
PM0
PM1
PM2
RM0
RM1
RM2

M2
LM0
LM1
LM2
PM0
PM1
PM2
RM0
RM1
RM2

Perlakuan jenis tanah L, P, R secara berturut-turut adalah Latosol,
Podsolik, dan Regosol sedangkan media M0, M1, M2 secara berturut-turut adalah
contoh tanah tanpa media, contoh tanah dengan media A, dan contoh tanah
dengan media B.

Pengaturan (setting) Penelitian
Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan melakukan simulasi
aliran vertikal parit infiltrasi berupa kolom tanah dengan panjang 30 cm dan
diameter 10 cm (4 in), masing-masing mewakili top soil (0-30 cm) dan sub soil
(30-60 cm).
Kolom tanah yang digunakan dalam penelitian merupakan contoh tanah
utuh yang diambil dengan menggunakan pipa PVC 4 in sepanjang 30 cm. Kolom
tanah tersebut selanjutnya dialiri limbah secara periodik dengan rentang waktu
tertentu. Kolom tanah dilengkapi dengan media pada bagian atasnya berupa
susunan pasir, ijuk, kerikil. Media ini merupakan perlakuan awal limbah sebelum
dilewatkan kedalam kolom tanah.
Air limbah (domestik) yang diberikan sebanyak 250 ml liter. Jumlah
iniditurunkan dari perhitungan volume parit infiltrasi untuk skala rumah tangga
berkapasitas 50 L/m2/hari. Berdasarkan dimensi kolom tanah dengan diameter
pipa 4 in (10 cm) maka luas permukaannya merupakan1/100 dari luas permukaan

18

parit infiltrasi sebenarnya. Dengan demikian, volume limbah yang diresapkan
oleh kolom tanah tersebut adalah sebanyak 1/100 x 50 L= 0,5 liter/hari. Jika
diasumsikan kegiatan mandi adalah 2 kali sehari, maka frekuensi simulasi
pemberian limbahnya adalah 2 kali sehari masing-masing yaitu 250 ml. Simulasi
air limbah domestik dibuat dengan cara Safitri (2009).
Kolom tanah selanjutnya diletakkan pada perangkat yang telah disiapkan
sedemikian rupa seperti terlihat pada Gambar 3.Daya netralisasi tanah terhadap
limbah domestik dikaji berdasarkan sifat kimia (NO3, PO4, SO4) air limbah
setelah melalui kolom tanah. Secara skematis, kerangka fikiran penelitian
disajikan pada Gambar 1 :
LIMBAH DOMESTIK
(non toilet)

TANAH

PERAIRAN

PARIT INFILTRASI

KAPASITAS
NETRALISASI TANAH

PENCEMARAN

Gambar 1.Aplikasi Parit Infiltrasi (Infiltration Trench)

19

Analisis Statistik
Model statistika untuk percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor
(jenis tanah dan media), yaitu :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :

Yijk

= Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor jenis tanah dan taraf ke-j
dari faktor media)

µ

= Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya)

αi

= Pengaruh aditif taraf ke-i dari jenis tanah

βj

= Pengaruh aditif taraf ke-j dari media

(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i jenis tanah dan taraf ke-j media
εijk`

= Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij.

Prosedur Penelitian
a. Pengambilan contoh tanah latosol, regosol, dan podsolik :
 Contoh tanah diambil dengan menggunakan pipa PVC (diameter
4indan panjang 30 cm)
 Pengambilan contoh tanah diambil pada dua kedalaman yaitu pada
kedalaman 30 cm dan 60 cm. Jumlah contoh tanah yang diambil
sebanyak54 buah.
 Contoh tanah dijaga kelembabannya agar contoh tanah tidak turun dari
pipa pada saat dilakukan perlakuan.
 Inkubasi contoh tanah dilakukan selama 2 minggu.
 Pengambilan contoh tanah utuh, agregat utuh, dan contoh tanah
terganggu dilakukan untukpengukuran bobot isi, permeabilitas, ruang
pori tanah, serta stabilitas agregat.

20

b. Persiapan media (ijuk, kerikil, pasir, ijuk), pembuatan limbah kamar
mandidan rangkaian percobaan.
 Media disusun berdasarkan 2 urutan (dari bawah ke atas), yaitu media
A (ijuk (6,28 gr), kerikil (262,48 gr), pasir (160,14 gr), ijuk (6,68 gr))
dan media B (ijuk (6,28 gr), pasir (160,14 gr), kerikil (262,48 gr), ijuk
(6,68 gr)).
 Simulasi limbah domestik dibuat dengan cara mencampurkan sabun
(8,970 gr), pasta gigi (15,875 ml), shampoo (5,460 ml) dengan 30 liter
air (Safitri, 2009).
 Rangkaian percobaan :
Kolom tanah selanjutnya diletakkan pada meja yang telah dipersiapkan
(Gambar 2, 3 dan 4).

Gambar 2. Meja Penyangga Kolom Tanah
The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. I f the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.

Media

Kasa

Gambar 3.PosisiKolom TanahGambar 4.SetKolom Tanah dengan Wadah
Penampung Limbah
c. Pengamatan :

21

 Limbah diberikan 1-2 kali per hari, sebanyak 0,25 liter.
 Kecepatan limbah yang turun diukur dengan cara mencatat waktu air
yang keluar pertama kali ke wadah penampung setelah limbah
diberikan.
 Volume air diukur dengan gelas ukur setelah air limbah turun secara
grafitasi dari kolom tanah
 Percobaan dilakukan selama 4 minggu.
 Pada minggu ke 0, 2 dan 4 dilakukan analisis limbah domestik di
laboratorium, yaitu sulfat (SO4), fosfat (PO4), dan nitrat (NO3).
 Selain pengamatan debit limbah pada kolom tanah dilakukan juga
pengukuran sifat fisik tanah, yaitu bobot isi, tekstur, permeabilitas,
ruang pori tanah, dan stabilitas agregat.

AnalisisLaboratorium
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis sifat fisik dan
analisis kimia tanahserta analisis kualitas air limbah setelah melalui kolom tanah.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Laboratorium
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Analisis
kimia air limbah dilakukan diBalai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, setiap 2 minggu pengamatan (minggu ke 0, 2, dan
4).

a. Sifat Fisik Tanah
Analisis sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui pengaruh sifat fisik
tanah terhadap waktu turun dan volume air limbahyang melalui kolom tanah.
Parameter yang diukur adalah bobot isi, porositas total, pori drainase, indeks
stabilitas agregat, tekstur, dan permeabilitas.

Tabel 3.Jenis Parameter dan Metode Analisis Sifat Fisik

22

No. Parameter Sifat Fisik

Metode

1.

Bobot Isi

Gravimetri

2.

Porositas Total

Gravimetri

3.

Pori Drainase

pF

4.

Indeks Stabilitas Agregat

Pengayakan Kering dan Basah

5.

Tekstur

Bouyoucus (Hidrometer)

6.

Permeabilitas

Permeabilitas

Tanah

dalam

Keadaan Jenuh

b. Kimia Tanah
Analisis kimia tanah dilakukan untuk mengetahui kadar N awal pada tanah
yang digunakan. Parameter yang diukur adalah N total yang diukur dengan
metode destilasi.

c. Air Limbah
Analisis kimia pada air limbah dilakukan untuk mengetahui daya
netralisasi tanah pada air limbah. Analisis ini dilakukan pada air limbah sesudah
melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol. Parameter yang diukur adalah
nitrat (NO3), fosfat (PO4), dan sulfat (SO4).
Tabel 4.Jenis Parameter dan Metode Analisis Limbah Domestik
No. Paramater Kimia

Metode

1.

Nitrat

Spektrofotometri

2.

Fosfat

Kolorimetri dengan pewarnaan biru
molibden pada panjang gelombang
693nm

3.

Sulfat

Turbidimetri

HASIL DAN PEMBAHASAN

23

Latosol

Parameter Sifat Fisik

Podsolik

30-60 cm
0,85
Lempung
Berliat
Sedang
(4,01)

0-30 cm
1,09
Liat

30-60 cm
1,07
Liat

Kelas Permeabilitas
(cm/jam)

0-30 cm
0,91
Lempung
Berliat
Sedang
(4,77)

Sedang
(3,99)

Porositas Total (%)

65,66

67,92

Indeks Stabilitas
Agregat

Sangat
stabil
sekali
(312)

Sangat
stabil
sekali
(360)

Bobot Isi (g/cm3)
Kelas Tekstur

Regosol

Sedang
(3,33)

0-30 cm
1,26
Pasir
Berlempung
Sangat cepat
(75,88)

30-60 cm
1,39
Lempung
Berpasir
Sangat
cepat
(90,22)

58,68

59,77

52,26

49,51

Sangat
stabil
sekali
(439)

Sangat
stabil
sekali
(385)

Agak stabil
(66)

Stabil
(68)

Bobot Isi (g/cm3)
50
Permeabilitas
(cm/jam)
Porositas Total (%)
1
0-30 cm

30-60 cm

Latosol

0-30 cm

30-60 cm

Podsolik

0-30 cm

30-60 cm

Regosol

Indeks Stabilitas
Agregat

24

Regosol menurut Sinaga (2003). Menurut Syakur (2010) bobot isi Latosol dan
Podsolik secara berturut-turut adalah 0,86 g/cm3 dan 1,21 g/cm3. Sinaga (2003)
menambahkan bobot isi Regosol adalah 1,44 g/cm3
Bobot isi menunjukkan tingkat kesarangan tanah. Semakin kecil nilai
bobot isi tanah maka semakin besar kesarangannya. Pada umumnya semakin
sarang tanah maka kemampuannya dalam melalukan air (permeabilitas) semakin
besar.Menurut Huda (2010) pengaruh bobot isi pada proses infiltrasi tanah
tergantung pada jumlah rongga, jika sebuah tanah memiliki rongga atau pori-pori
yang banyak maka penyerapan air akan baik atau cepat.Dengan demikian, dalam
kaitannya dengan aplikasi limbah cair, semakin sarang tanah akan semakin mudah
limbah dilakukan. Meskipun demikian, untuk Regosol meskipun bobot isinya
relatif besar tidak selalu berkaitan dengan nilai kesarangan yang rendah. Hanafiah
(2005) menyebutkan nilai bobot isi tanah berbanding lurus dengan tingkat
kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar maka bobot isi makin tinggi.
Jumlah kandungan pasir yang tinggi dan jenis mineralnya dapat menyebabkan
nilai bobot isi Regosol tinggi, tapi kemampuannya dalam melalukan air pun relatif
tinggi (Gambar 5)

b. Porositas Total
Berdasarkan Tabel 5 diketahui porositas total tanah pada Latosol,
Podsolik, dan Regosolpenelitian berturut-turut adalah 66,79%, 59,23%

dan

50,88%. Porositas total merupakan penurunan dari persamaan yang dikaitkan
dengan bobot isi tanah. Dengan demikian, semakin tinggi bobot jenis isi akan
didapatkan

nilai

porositas

yang

semakin

kecil.Porositas

total

belum

menggambarkan secara mutlak kemampuan tanah dalam melalukan air.
Kemampuan tanah dalam melakukan air dalam hubungannya dengan porositas
lebih ditentukan oleh distribusi ukuran porinya. Kemampuan tersebut ditentukan
oleh banyaknya pori drainase. Tabel lampiran 6 menunjukkan sebaran ukuran pori
tanah penelitian.Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa Regosol mempunyai
persentase pori drainase sangat cepat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah lainnya dan memeiliki pori drainase lambat paling sedikit, sehingga
berpotensi dalam meloloskan air limbah.

25

Menurut Tollefson (2011) tanah yang bertekstur halus (lempung) sebagian
besar menghasilkan banyak pori-pori berukuran kecil (pori mikro) sedangkan
tanah yang bertekstur kasar (pasir) sebagian besar menghasilkan banyak pori-pori
berukuran besar (pori makro). Pori makro memungkinkan masuknya udara atau
air dengan cepat ke dalam tanah sedangkan pori mikro membatasi pergerakan
udara atau air melalui massa tanah.

c. Tekstur
Tekstur tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturutturut adalah lempung berliat, liat, dan pasir berlempung pada top soil

dan

seluruhnya lempung berpasir pada subsoil. Tekstur Latosol pada hasil analisis
fisik berbeda dengan tekstur Latosol Darmaga menurut Mutmainah (2006)
sedangkan tekstur Podsolik dan Regosol pada hasil analisis fisik sama dengan
tekstur Podsolik Merah Kuning Jasinga menurut Sumono (1981) dan tekstur
Regosol menurut Sinaga (2003).Menurut Mutmainah (2006) Latosol Darmaga
bertekstur liat, Podsolik Merah Kuning Jasinga menurut Sumono (1981)
bertekstur liat, sedangkan Regosol menurut Sinaga (2003) bervariasi pada setiap
horison, yaitu dari pasir berlempung sampai lempung berpasir.
Tekstur mempengaruhi kecepatan laju infiltrasi tanah, dengan demikian
adanya variasi tekstur pada tanah yang digunakan pada penelitian akan
mempengaruhi kemamuan tanah tersebut dalam meloloskan limbah. Sutanto
(2005)menyatakan umumnya jenis tanah lempung mempunyai laju infiltrasi yang
rendah sedangkan pada tanah berpasir laju infiltrasinya tinggi.

d. Permeabilitas
Berdasarkan Tabel 5 diketahui permeabilitas tanah pada Latosol, Podsolik,
dan Regosol penelitian secara berturut-turut adalah sedang (4,39 cm/jam), sedang
(3,66 cm/jam) dan sangat cepat (83,05cm/jam). Nilai ini bersesuaian dengan hasil
pengamatan Premono (1986), Syakur (2010) dan Lisnawati (1999).
Permeabilitas menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air,
semakin tinggi nilainya maka akan semakin banyak peluang air yang dapat
diloloskan. Gambar 2 menunjukkan bahwa Regosol mempunya nilai paling

26

tinggi.Meskipun demikian nilai tersebut masih lebih kecil dari nilai yang
disyaratkan untuk parit infiltrasi (< 2.4m/jam) sehingga diharapkan masih relatif
aman.

e. Stabilitas Agregat
Berdasarkan Tabel 5 diketahui stabilitas agregat tanah pada Latosol,
Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturut-turut adalah sangat stabil sekali
(336), sangat stabil sekali (412), dan stabil (67).
Stabilitas agregat tanah menunjukkan daya tahan agregat tanah terhadap
kekuatan dari luar, seperti pukulan air hujan dan aliran air. Pada tanah dengan
agregat stabil aliran air tidak dapat dengan mudah menghancurkan agregasi tanah
sehingga rongga-rongga antar agregat akan tetap stabil. Dengan demikian
kemampuannya untuk melalukan air akan tetap tinggi. Ketiga tanah penelitian
mempunya agregat stabil sampai sangat stabil sehingga air limbah yang
diresapkan akan relatif lancar kecuali limbah tersebut mengandung bahan kimia
yang dapat merusak bahan pengikat agregat tanah.

Karakteristik Limbah Awal
Limbah awal yang digunakan dalam penelitian mempunyai kadar N, PO4,
dan SO4 berturut-turut sebesar 17,29 ppm, 4,27 ppm, dan 10,61 ppm.Kadar N
tersebut lebih tinggi dari standard baku mutu air limbah non toilet menurut
Laboratorium Teknik Lingkungan ITB tahun 1994 sedangkan kadar PO4 dan SO4
nya lebih rendah.Standar air limbah non toilet menurut Laboratorium Teknik
Lingkungan ITB tahun 1994 adalah mempunyaikadar minimal N, PO4, dan SO4
berturut-turut 0 ppm, 6,70 ppm, 150 ppm.

Kapasitas Tanah Menjerap Air Limbah
Kapasitas tanah dalam menjerap air limbah dapat dilihat dari waktu turun
air limbah yang diberikan dan volume air limbah yang dilewatkan. Air limbah
yang dilewatkan dapat diamati dengan mengukur volume air limbah yang turun
dari kolom tanah setelah periode tertentu.

27

350

waktu (detik)

300
250
Minggu ke-1

200

Minggu ke-2
150

Minggu ke-3

100

Minggu ke-4

50
0
LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2

28

120

waktu (detik)

100
80
Minggu ke-1
Minggu ke-2

60

Minggu ke-3
40

Minggu ke-4

20
0
LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2

29

Volume (ml liter)

250

225
Minggu ke-2
Minggu ke-3
200

Minggu ke-4

175
LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2

30

Volume (ml liter)

250

225
Minggu ke-2
Minggu ke-3
200

Minggu ke-4

175
LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2

31

Tabel 6.

Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, Sulfat pada Air Limbah
Setelah Melalui Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol
Latosol

Kadar N, PO4, SO4 yang dijerap tanah
Podsolik

Regosol

M1

M2

M3

M1

M2

M3

M1

M2

M3

Nitrogen (ppm)

10.27

12.26

10.57

15.63

15.87

13.77

14.91

11.49

12.64

Fosfat (ppm)

4.25

4.26

4.18

4.23

4.21

4.24

4.22

4.21

4.25

Sulfat (ppm)

10.00

10.39

7.48

4.89

6.54

5.79

-12.18

-7.10

-9.16

(ket : Kadar nitrogen didapatkan dari perubahan kadar nitrat menjadi nitrogen, M1 (tanah tanpa
media), M2 (tanah dengan media A), M3 (tanah dengan media B). Hasil (-) menunjukkan
terjadinya penambahan kadar limbah.

Secara statistik (Tabel Lampiran 13-21) perlakuan tanah berpengaruh
nyata pada taraf 1% dan 5% terhadap kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat. Akan
tetapi tidak demikian halnya dengan perlakuan media atau interaksi antara media
dengan tanah. Tabel 6 menunjukkan kadar nitrogen dan fosfat berkurang setelah
melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol, sedangkan kadar sulfat berkurang
setelah melalui Latosol dan Podsolik tetapi bertambah setelah melalui Regosol.
Hasil analisis beda nyata jujur kualitas limbah setelah air limbah melalui kolom
Latosol, Podsolik, dan Regosol disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, dan Sulfat pada Air Limbah
Setelah Melalui Kolom Tanah
M0

Perlakuan

M2

M4

N

PO4-

SO42-

N

PO4+

SO42-

N

PO4-

SO42-

Latosol

11,22

4,26

9,71Aa*

9,78Aa*

4,27Aa*

10,57Aa*

11,25Aa*

4,16

7,58Aa*

Podsolik

14,77

4,25

7,45Ab

15,76Bb

4,23Bb

7,55Bb

15,91Ab

4,20

2,23Bb

Regosol

8,79

4,25

-2,32Bb

15,98Bb

4,24Cc

-13,42Cc

14,23Ab

4,19

-12,71Cc

Nilai Kritis
BNJ 5%

-

-

7,92

2,3

0

3,03

2,2

-

8,11

BNJ 1%

-

-

10,85

3,16

0

4,14

3,07

-

11,1

*) Angka yang diikuti dengan huruf besar dan kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
dan 5%. (M = Minggu ke, BNJ = Beda Nyata Jujur)

Berkurangnya kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat diduga karena sebagian
dari bahan tersebut dijerap oleh tanah pada kompleks jerapan dan atau
diimobilisasi oleh unsur lainnya.Kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat limbah setelah
melalui kolom tanah disajikan pada Gambar 9, 10, dan 11.

kadar N (ppm)

32

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Limbah
LM0
LM1
LM2
PM0
PM1
PM2
RM0
RM1

Minggu ke-0

Minggu ke-2

Minggu ke-4

RM2

33

0.30

LM0

kadar PO4 (ppm)

0.25

LM1
LM2

0.20

PM0
0.15

PM1
PM2

0.10

RM0

0.05

RM1
0.00

RM2
Minggu ke-0

Minggu ke-2

Minggu ke-4

34

30

Limbah

kadar SO4 (ppm)

25

LM0
LM1

20

LM2

15

PM0

10

PM1
PM2

5

RM0

0

RM1

Minggu ke-0

Minggu ke-2

Minggu ke-4

RM2

35

kerusakan struktur tanah oleh pukulan-pukulan air pada saat pemberian limbah
sehingga terjadi penyumbatan.
Lebih jernihnya limbah setelah melalui tanah yang diberi media (M1 dan
M2) dibandingkan dengan tanah tanpa media (M0), karena media dapat berperan
dalam menyaring limbah sebelum meresap kedalam tanah.

36

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Jenis tanah berpengaruh terhadap pengurangan kadar nitrogen dan fosfat pada
limbah setelah melalui kolom tanah yang bersangkutan.
2. Pemberian media filtrasi pada kolom tanah tidak berpengaruh terhadap
kualitas limbah yang dilewatkan.
3. Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol menurunkan kadar nitrogen
limbahberurut-turut sebesar 63%, 87%, dan 75%.
4. Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol menurunkan kadar fosfat limbah rataratasebesar 99 %.

Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk aplikasi infiltration trench di lapang.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis tanah, jenis
media yang berbeda, dan menggunakan konsentrasi limbah yang lebih tinggi.

UJI KOLOM TANAH LATOSOL, PODSOLIK, DAN REGOSOL
SEBAGAI OBJEK SIMULASI PARIT INFILTRASI
(INFILTRATION TRENCH) LIMBAH DOMESTIK

Skripsi
Sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar
SarjanaPertanian
padaDepartemenIlmu Tanah danSumberdayaLahan
FakultasPertanian
InstitutPertanian Bogor

SABDA MASHDAR
A14062444

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011
JudulPenelitian:

UjiKolom

Tanah

Latosol,

danRegosolsebagaiObjekSimulasiParitInfiltrasi
(Infiltration Trench) LimbahDomestik

NamaMahasiswa

: SabdaMashdar

NomorPokok

:A14062444

Menyetujui,
DosenPembimbing I

DosenPembimbing II

Ir. WahyuPurwakusuma, M. Sc.
NIP. 196101221987031002

Dr. Ir. YayatHidayat, M. Si.
NIP. 196501031992121002

Mengetahui,
KetuaDepartemenIlmu Tanah danSumberdayaLahan

(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.)
NIP.196211131987031003

Tanggal Lulus :

Podsolik,

RIWAYAT HIDUP
Penulislahir

di

Jakarta,

10

September

1988

sebagaianakkeduadaritigabersaudaradaripasanganBapakBachrudin,

SE

danIbuYohana.
Riwayatpendidikan

formal

penulisdimulaiketikapenulismemasuki

TK

“Trisula” padatahun 1992.Pendidikansekolahdasar di SDN 07 PG daritahun 1994
sampaitahun

2000,

kemudianmelanjutkanke

SLTPN

3

Jakarta

hinggatahun

2003.Padatahun 2006 penulis lulus SMAN 79 Jakarta, ketika SLTPN dan SMAN
penulismengikutiOrganisasiSiswa Intra Sekolah, sebagaiwakilketua MPK (SLTPN)
danketua

PASKIBRA

samapenulisditerimasebagaimahasiswa

(SMAN).Padatahun
IPB

melaluijalur

yang
USMI

(UndanganSeleksiMasuk IPB), penulismemasuki program TPB IPB danmengikuti
UKM MerpatiPutih.
Padatahun 2007 penulisditerima di mayor ManajemenSumberdayaLahan,
DepartemenIlmu Tanah danSumberdayaLahan, FakultasPertanian, InstitutPertanian
Bogor.

Penulisjugaaktifdalam

program

diadakanolehHimpunanMahasiswaIlmu Tanah angkatan 43.

kepanitiaan

yang

KATA PENGANTAR

Pujidansyukurkehadirat

Allah

SWT,

hanyakarenasegalakaruniadankasih

sayingNyasehinggapenulisdiberikankekuatandankesehatanuntukmenyelesaikanpenelitianda
nskripsi

yang

berjudulujikemampuankolomtanahRegosol,Podsolik,

danLatosolsebagaiobjeksimulasiparitinfiltrasi (infiltration trench) limbahdomestik.
Rasa

hormat,

ucapanterimakasihdanpenghargaan

besarnyapenulispersembahkankepadaBapak

Ir.

yang

sebesar-

WahyuPurwakusuma,

M,Sc.

SelakuPembimbingAkademiksekaligusPembimbingSkripsi I atassemuabimbingan,
arahan, dannasihatselamaini. Ungkapanterimakasihjugapenulispersembahkankepada
Dr.

Ir.

YayatHidayat,

M,Si.

SelakuPembimbingSkripsi

telahbanyakmeluangkanwaktunyaunrukmemberikanmasukan,

II

yang
motivasi,

danmembagiilmunya

yang

sangatberharga.Padakesempataninipenulisjugainginmenyampaikanucapanterimakasih
kepada :
1. Orang

tuapenulis

(Bachrudin

dan

Yohana),



Terimakasih

yang

takterhinggaatascinta, terimakasih, doa, materi, dandukungannya”.
2. KakakdanAdikpenulis, terimakasihatasdoadandukungannya.
3. DeviantiHerryAchmad,

terimakasihataskesabaran,

doa,

motivasi,

dandukungannyabagipenulis.
4. Teman-temansatukosanpenulis,

SilvesterArdilesHasugian,

InspiktusSitepu,

Karnoataskerjasama, diskusi, dorongan, dannasehatbagipenulis.
5. Sahabat-sahabatku (LulukDwiWulanHandayani, Mila Mulyani, Melita, Poppy
Haryani, BayuSejati, Dodo Aprilianda, Ana MawarIriani, danAinol Yakin),
terimakasihatasbantuandandukungannyasertakenangan

yang

takterlupakanselampenuliskuliah.
6. Teman-temanangkatan

43.

“Terimakasihuntukkisah

selalumenginspirasihidupkudantakakanterlupakan”.

yang

7. Teman-temanLaboratoriumKonservasi

Tanah

dan

Air,

terimakasihatasbantuannya.
8. Pak

Saipullaboranlaboratorium

KTA,

terimakasihataskerjasama,

diskusi,

peminjamanalat-alatlaboratoriumdannasihatbagipenulis.
9. Semuapihak

yang

membantu

yang

takdapatdisebutkansatupersatuhinggaterselesaikannyapenelitiandanpenulisanskrip
siini.
Kritikdan saran selalupenulisharapkan demi kesempurnaanskripsiini.Semogaapa
yang penulislakukaninimendapatridhodari Allah SWT. Amin.

Bogor, Juli 2011

Penulis

37

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. J. dan S. Rochayati. 1987. Peranan bahan organik dalam
menaikkan efisiensi penggunaan pupuk dan produktivitas tanah. Prosiding
Lokakarya Nasional. Efisiensi Pupuk. Cipayung 16-17 Nov 1987.
Alimaksum, N. M. 2010. Evaluasi hantaran hidrolik tanah lubang resapan biopori
pada Latosol Coklat Darmaga dan Latosol Merah Jakarta. Skripsi. Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Baskoro, D. P. T. dan H. D. Manurung. 2005. Pengaruh metoda pengukuran dan
waktu pengayakan basah terhadap nilai indeks stabilitas agregat tanah.
Jurnal Tanah dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Baver, L. D. 1959. Soil Physics. 3rd. ed. John Wiley and Sons. INC. New York.
Champman & Halls. London.
Buckman, H. O. and N. C. Brady. 1989. The Nature and Properties of Soil. The
Macmilan Company, INC. New York. London.
California Stromwater Quality Association. 2003. Infiltration trench. Sacramento,
CA(www.stromwatercenter.net) diakses tanggal 26 Januari 2010.
Dewan Riset Nasional. 1994. Kebutuhan riset dan koordinasi pengelolaan sumber
daya air di Indonesia. DRN Kelompok II, Jakarta.
Dudal, R. dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil classification in Indonesia. Cont.
Gen. Agr. Res. Sta. No. 148, Bogor.
Farni, Y. 2005. Karakteristik fisika dan mekanika tanah pada berbagai jenis tanah.
Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Fitzgerald, J. W., T. C. Strickland, and W. T. Swank. 1982. Metabolic fate of
inorganic sulphate in soil samples from undisturbed and managed forest
ecosystems. Soil Biology and Biochemistry Journal 14, 529-536.
Ginting, S. 1990. Pengaruh lumpur aktif (Activated Sludge) limbah pabrik kertas
dan lamanya inkubasi terhadap sifat kimia Latosol (Tropudult orthoksik)
Darmaga, pertumbuhan dan serapan hara tanaman kedelai