Perbaikan Sifat Kimia Tanah Masam, Produksi, dan Serapan P Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dengan Pemberian Pupuk Fosfat Alam

PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH MASAM, PRODUKSI,
DAN SERAPAN P TANAMAN KACANG TANAH (Arachis
hypogaea) DENGAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT ALAM

ARTIKA SOLEHA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbaikan Sifat Kimia
Tanah Masam, Produksi, dan Serapan P Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea) dengan Pemberian Pupuk Fosfat Alam adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Artika Soleha
NIM A14080043

ABSTRAK
ARTIKA SOLEHA. Perbaikan Sifat Kimia Tanah Masam, Produksi, dan Serapan
P Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dengan Pemberian Pupuk Fosfat
Alam. Dibimbing oleh LILIK TRI INDRIYATI dan SRI DJUNIWATI.
Potensi sumberdaya lahan Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki
wilayah lahan kering seluas 148 juta ha. Variasi iklim, terutama curah hujan yang
relatif tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia mengakibatkan tingkat
pencucian basa-basa di dalam tanah cukup intensif sehingga kandungan basa-basa
rendah, tanah menjadi masam, dan kekurangan berbagai unsur hara. Sekitar 102.8
juta ha atau 69.5% dari total lahan kering di Indonesia merupakan lahan kering
masam. Dalam pemanfaatan tanah masam untuk usaha pertanian dihadapkan
beberapa kendala, antara lain kahat P. Hal ini dikarenakan ion P dijerap oleh
berbagai komponen tanah, seperti ion-ion Fe dan Al, dan hidro oksida Fe dan Al.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
penggunaan fosfat alam pada tanah masam. Keuntungan penggunaan fosfat alam

sebagai pupuk P karena kelarutan fosfat alam yang tinggi pada tanah masam. Oleh
karena itu, fosfat alam sesuai digunakan sebagai sumber pupuk P pada tanah
masam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk fosfat alam
dalam memperbaiki sifat kimia tanah, produksi, dan serapan P tanaman kacang
tanah (Arachis hypogaea) pada Latosol (Oxyc dytropept) Darmaga. Rancangan
percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok Lengkap dengan faktor tunggal, yaitu dosis pupuk P. Sumber pupuk P
pada penelitian ini yaitu fosfat alam dan SP-36. Perlakuan dosis Pupuk P yang
diberikan yaitu 0% (perlakuan kontrol), Std 100%, Std 50% + P 50%, Std 25% +
P 75%, P 100%, P 125%, dan P 150%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pupuk fosfat alam meningkatkan pH, Ca-dd tanah, serta kadar Ca dan serapan P
tanaman kacang tanah. Pengaruh pupuk P (SP-36 dan fosfat alam) tidak berbeda
nyata dalam meningkatkan pertumbuhan kacang tanah, bobot polong kacang
tanah, bobot biji kacang tanah, dan persentase polong kacang penuh. Namun
perlakuan pupuk P dari fosfat alam menghasilkan persentase polong kacang penuh
(87.76%-90.01%) lebih tinggi daripada perlakuan standar (86.51%).
Kata kunci: kahat P, pupuk standar, fosfat alam, tanah masam

ABSTRACT
ARTIKA SOLEHA. Improvements of Soil Chemistry Characteristic of Acid Soil,

Yield, and P-uptake of Groundnut Plant (Arachis hypogaea) by adding Rock
Phosphate Fertilizer. Supervised by LILIK TRI INDRIYATI and SRI
DJUNIWATI.
Potential of land resources in Indonesia is very large. Indonesia has 148
million ha of upland. Climate variation, specifically precipitation in most areas of
Indonesia is relatively high therefore leaching of bases in the soil mostly high. It
causes the low content of bases in soil, and then the soil become acid and have
nutrients deficiency. About 102.8 million ha or 69.5 % of the total upland in
Indonesia have acid soil. The utilization of acid soil for agriculture have several
problems such as P-deficiency. It is due to the phosphate ions is adsorbed by the
various component in the soil, such as Fe and Al ions, and Fe and or Al hydrous
oxide. One of the efforts to overcome the P-deficiency is to apply rock phosphate
into acid soil. The use of rock phosphate as fertilizer because highly soluble in the
acid soil condition. Therefore, rock phosphate is appropriate as a source of P
fertilizer in acid soil. The objectives of this research were to study the effect of
rock phosphate fertilizer on the improvement acid soil quality, on groundnut
yield, and P uptake of groundnut plant (Arachis hypogaea) in Latosol (Oxyc
dytropept) Darmaga, Bogor. The experimental design was used is a randomized
complete block design with one factor, that is dosage of phosphate fertilizers.
Phosphate Fertilizer used in this experiment were rock phosphate and SP-36.

Phosphate fertilizer dosages were: 0% (as a control treatment), Std 100%, Std
50% + P 50%, Std 25% + P 75%, P 100%, P 125%, and P 150%. The results of
the study showed that rock phosphate fertilizer significantly increased the soil pH,
exchangeable Ca, the uptake of Ca and P of groundnut plant. The phosphate
fertilizer treatments were not increase significantly different in the growth, weight
of pod, weight of seed, and percentage of full pod. However, the rock phosphate
treatments resulted the percentage of full pod (87.76%-90.01%) was higher than
standard fertilizer treatment (86.51%).
Keywords: P-deficiency, standard fertilizer, rock phosphate, acid soil

PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH MASAM, PRODUKSI,
DAN SERAPAN P TANAMAN KACANG TANAH (Arachis
hypogaea) DENGAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT ALAM

ARTIKA SOLEHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perbaikan Sifat Kimia Tanah Masam, Produksi, dan Serapan P
Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dengan Pemberian
Pupuk Fosfat Alam
Nama
: Artika Soleha
NIM
: A14080043

Disetujui oleh

Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc
Pembimbing I


Dr Ir Sri Djuniwati, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Syaiful Anwar, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Perbaikan
Sifat Kimia Tanah Masam, Produksi, dan Serapan P Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea) dengan Pemberian Pupuk Fosfat Alam”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc dan Dr Ir Sri Djuniwati, MSc, atas teladan,
bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi dan ilmu yang diajarkan
selama penulis menempuh pendidikan.
2. Dr Ir Budi Nugroho, MSi, sebagai Penguji atas kritik dan sarannya.
3. Bapak dan Mamah atas perhatian, kasih sayang, kesabaran, motivasi,

pengorbanan dan doa yang tidak pernah putus.
4. Kakak dan adik tersayang atas segala dukungannya.
5. Yudhi Castio yang selalu mendukung dan memberi motivasi kepada
penulis.
6. Rekan-rekan MSL’45, Dini, Hasty, Aida, Anjar dan teman-teman
seperjuangan lainnya untuk kebersamaan dan dukungannya.
7. Staf tata usaha dan laboratorium yang senantiasa membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
Bogor, Februari 2013
Artika Soleha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


TINJAUAN PUSTAKA

2

Karakteristik Fosfat Alam

2

Bentuk Fosfor di Dalam Tanah

3

Peranan Fosfor di Dalam Tanaman

3

Karakteristik Latosol

4


Karakteristik Tanaman Kacang Tanah

5

BAHAN DAN METODE

6

Waktu dan Tempat

6

Bahan dan Alat

6

Rancangan Percobaan

6


Pelaksanaan Percobaan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Karakteristik Latosol (Oxic Distrupept) Darmaga

9

Karakteristik Pupuk Fosfat Alam

9

Pengaruh Pupuk Fosfat Alam terhadap Sifat Kimia Tanah

10

Pengaruh Pupuk Fosfat Alam terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kacang Tanah

14

Pengaruh Pupuk Fosfat Alam terhadap Kandungan Unsur Hara dan
Serapan P Tanaman Kacang Tanah

16

SIMPULAN DAN SARAN

18

Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL
1

Dosis Pupuk yang Diberikan

7

2

Analisis Awal Latosol Darmaga

9

3

Hasil Analisis Pupuk Fosfat Alam

10

4

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Tinggi Tanaman
Kacang Tanah

15

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Produksi Tanaman
Kacang Tanah

15

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Kandungan P, Mg, Ca,
dan Serapan P dalam Tanaman Kacang Tanah

17

5
6

DAFTAR GAMBAR
1

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada pH Tanah

10

2

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Al-dd Tanah

11

3

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada P-tersedia Tanah

12

4

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Kandungan N-total (a) dan
K-dd (b) dalam Tanah

13

Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Kandungan Ca-dd (a) dan
Mg-dd (b) dalam Tanah

14

Perbandingan Polong dan Biji Kacang Tanah

16

5
6

DAFTAR LAMPIRAN
1

Deskripsi Kacang Tanah Varietas Singa

22

2

Kriteria Penilaian Analisis Tanah

23

3

Spesifikasi Persyaratan Mutu Fosfat Alam untuk Pertanian

24

5

Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Al-dd
dalam Tanah

25

Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada P-tersedia
dalam Tanah

25

Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada N-total
dalam Tanah

25

6
7

8

Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Kandungan
Basa-Basa dalam Tanah

26

Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Tinggi
Tanaman Kacang Tanah

27

10 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada
Bobot Polong Tanaman Kacang Tanah

28

11 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada
Bobot Biji Tanaman Kacang Tanah

28

12 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada
BKM Berangkasan

28

13 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada
Persentase Bobot Polong Penuh Tanaman Kacang Tanah

28

14 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Kadar P
Tanaman Kacang Tanah

29

15 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Kadar
Mg Tanaman Kacang Tanah

29

16 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Kadar Ca
Tanaman Kacang Tanah

29

17 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Serapan
P Tanaman Kacang Tanah

29

18 Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada pH, Al-dd, P-tersedia, dan Ntotal dalam Tanah

30

19 Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Basa-Basa dalam Tanah

31

20 Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Tinggi Tanaman Kacang Tanah

32

21 Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Produksi Tanaman

33

22 Pengaruh Pupuk Fosfat Alam pada Kandungan Unsur Hara dalam
Tanaman Kacang Tanah

34

23 Gambar Tinggi Tanaman pada Umur 12 MST

35

24 Gambar Berangkasan Tanaman Kacang Tanah

36

9

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi sumberdaya lahan Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki
wilayah daratan sekitar 188.2 juta ha, terdiri atas 148 juta ha lahan kering dan
sisanya berupa lahan basah termasuk lahan rawa (gambut, pasang surut, lebak)
dan lahan yang sudah menjadi sawah permanen (Rochayati et al. 2009).
Variasi iklim terutama curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar
wilayah Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa-basa di dalam tanah
cukup intensif, sehingga kandungan basa-basa rendah, tanah menjadi masam, dan
kekurangan berbagai unsur hara. Rochayati (2009) menyatakan bahwa seluas
102.8 juta ha atau sekitar 69.5% dari total lahan kering di Indonesia, merupakan
lahan kering masam.
Dalam pemanfaatan lahan kering masam untuk usaha pertanian
dihadapkan beberapa kendala. Kekahatan P merupakan salah satu kendala utama
bagi kesuburan tanah masam. Hal ini dikarenakan pada tanah masam sebagian
besar ion P dijerap oleh berbagai komponen tanah, seperti ion-ion Fe dan Al, dan
oksida/hidroksida Fe dan Al. Ada beberapa usaha untuk memecahkan masalah
kahat unsur P pada tanah masam. Salah satu usaha yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan penggunaan fosfat alam pada tanah masam.
Fosfat alam (rock phosphate) adalah nama umum yang digunakan untuk beberapa
jenis batuan yang mengandung mineral fosfat dalam jumlah yang cukup
signifikan, atau nama mineral yang mengandung ion fosfat dalam struktur
kimianya.
Fosfat alam mempunyai tingkat kelarutan tinggi pada kondisi masam.
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), kelarutan fosfat alam akan meningkat
dengan meningkatnya kemasaman tanah, dan efektif digunakan pada tanah
dengan retensi serta fiksasi P yang tinggi. Oleh karena itu fosfat alam sesuai
apabila digunakan sebagai sumber pupuk P pada tanah masam.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuherkih dan Dariah (2009)
menunjukkan bahwa pemberian fosfat alam meningkatkan pH dan P-tersedia
tanah. Selain itu, hasil penelitian Danso et al. (2010) menunjukkan bahwa
pemberian fosfat alam dapat meningkatkan kandungan basa-basa dalam tanah,
serta produksi tanaman kelapa sawit. Fosfat alam mempunyai efektivitas yang
sama baiknya dengan sumber P yang mudah larut seperti SP-36 sehingga
penggunaan fosfat alam sebagai sumber pupuk P dapat meningkatkan efisiensi
pupuk pada tanah masam.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk fosfat alam
dalam memperbaiki sifat kimia tanah, produksi, dan serapan P tanaman kacang
tanah (Arachis hypogaea) pada Latosol (Oxic Distropept) Darmaga.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Fosfat Alam
Fosfat alam (rock phosphate) adalah nama umum yang digunakan untuk
beberapa jenis batuan yang mengandung mineral fosfat dalam jumlah yang cukup
signifikan, atau nama mineral yang mengandung ion fosfat dalam struktur
kimianya. Banyak jenis batuan mempunyai komponen yang mengandung fosfat,
akan tetapi batuan yang mengandung sejumlah fosfat yang mempunyai nilai
ekonomi sebagai bahan tambang atau bijih tambang tidak banyak dijumpai
(Rochayati et al. 2009).
Definisi fosfat alam menurut American Geological Institute adalah batuan
sedimen yang tersusun terutama oleh mineral fosfat (Hill 2003). Berdasarkan
proses-proses pembentukannya fosfat alam dapat dibedakan atas tiga:
1. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang mengandung
mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit. Apatit dapat dibedakan atas
Chlorapatite (Ca3(PO4)2)3∙CaCl2) dan Fluor apatite (Ca3(PO4)2)3∙CaF2).
2. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan lingkungan yang tenang.
Fosfat alam terbentuk di laut dalam bentuk calcium phosphate yang disebut
phosphorit. Bahan endapan ini dapat diketemukan dalam endapan yang
berlapislapis hingga ribuan milpersegi. Elemen P berasal dari pelarutan batuan,
sebagian P diserap oleh tanaman dan sebagian lagi terbawa oleh aliran ke laut
dalam.
3. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan
kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping akibat pengaruh air
hujan dan air tanah.
Di alam terdapat sekitar 150 jenis mineral fosfat dengan kandungan P
sekitar 1-38% P2O5, sebagian fosfat alam ditemukan dalam bentuk apatit. Pada
umumnya deposit fosfat alam berasal dari batuan sedimen dalam bentuk karbonat
fluoroapatit yang disebut francolite (Ca10-x-yNaxMgy(PO4)6-z(CO3)zF0,4zF2),
sedangkan deposit berasal dari batuan beku dan metamorfik biasanya dalam
bentuk fluorapatit (Ca10(PO4)6F2) dan hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Adapun
deposit yang berasal dari ekskresi burung dan kelelawar (guano) umumnya
ditemukan dalam bentuk karbonat hidroksi apatit (Ca10(PO4,CO3)6(OH)2). Mineral
lain seperti kuarsa, kalsit, dan dolomit umumnya juga ditemukan dalam mineral
apatit sebagai secondary mineral.
Selain fosfat dan karbonat, di dalam batuan fosfat alam terkandung
berbagai unsur seperti Ca, Mg, Al, Fe, Si, Na, Mn, Cu, Zn, Mo, dan B. Unsur
utama di dalam fosfat alam antara lain P, Al, Fe, dan Ca. Secara kimia, fosfat
alam dapat dikatagorikan menjadi fosfat alam dengan dominasi Ca-P atau Al-P
dan Fe-P sedangkan unsur lain merupakan unsur ikutan yang bermanfaat dan
sebagian lain kurang bermanfaat bagi tanaman.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan fosfat alam antara lain
konsentrasi H, Ca dan P di dalam larutan, komposisi fosfat alam khususnya
adanya substitusi karbonat terhadap P pada apatit, derajat percampuran antara
fosfat alam dan tanah serta tingkat penggunaan fosfat alam pada tanah (Sahrawat

3
et al. 2001).
Fosfat alam mempunyai tingkat kelarutan tinggi pada kondisi masam, oleh
karena itu sangat sesuai apabila digunakan sebagai sumber pupuk P pada lahan
kering masam seperti Ultisol, Oxisol dan sebagian Inceptisol, dan kurang sesuai
digunakan pada tanah bereaksi netral dan alkalin. Kelarutan fosfat alam akan
meningkat dengan meningkatnya kemasaman tanah, dan pada tanah dengan
fiksasi P tinggi (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).
Fosfat alam mempunyai efek residu jangka panjang karena mempunyai
sifat slow release, oleh karena itu pemberian fosfat alam dapat diberikan sekaligus
pada saat tanam dan dapat digunakan hingga beberapa musim berikutnya
(Rochayati et al. 2009).

Bentuk Fosfor di Dalam Tanah
Secara umum fosfat di dalam tanah di jumpai dalam bentuk organik dan
anorganik. Pada bentuk anorganik, satu hingga tiga atom hidrogen dari asam
fosfat digantikan oleh ion logam, sedangkan pada bentuk organik, satu atau dua
ion dari asam fosfat terikat dengan ikatan ester (ester linked) sedangkan sisa dari
ion hidrogen, seluruhnya atau sebagian digantikan oleh ion logam. Kedua bentuk
fosfor ini merupakan sumber P yang penting untuk tanaman.
Fosfor organik tanah dijumpai dalam bentuk asam nukleat, inositol fosfat,
dan fosfolipid. Sedangkan fosfat anorganik dibedakan menjadi empat kelompok
utama yaitu kalsium fosfat (Ca-P), aluminium fosfat (Al-P), besi fosfat (Fe-P),
dan reductant soluble P (RS-P) atau P larut dalam keadaan tereduksi.
Sumber utama P-anorganik tanah ialah mineral apatit. Mineral ini
mengandung 95 % P dan dapat ditemukan pada batuan beku, batuan metamorf
dan terutama pada batu kapur. Mineral ini akan semakin berkurang dengan
semakin lanjut tingkat pelapukan tanah (Leiwakabessy et al. 2003).
Penyebaran fosfat anorganik tanah dapat digunakan untuk mengukur
tingkat pelapukan kimia. Urutan penyebarannya sesuai dengan tingkat hancuran
iklim dari tanah yang berumur muda hingga lanjut adalah Ca-P > Al-P > Fe-P > P
terselubung. Pada tanah-tanah yang telah mengalami hancuran iklim agak lanjut,
sebagian besar P berada dalam bentuk Al-P, kemudian Fe-P, sedangkan Ca-P
relatif sedikit. Samadi (2006) berpendapat bahwa bentuk Al-P merupakan bentuk
P yang paling penting disamping bentuk P larut dalam air bagi tanaman pada
tanah masam. Bentuk Al-P yang mempunyai ketersediaan P yang cukup tinggi
tersebut merupakan bentuk Al-P yang baru diendapkan dan mempunyai derajat
kristalisasi yang masih rendah.

Peranan Fosfor di Dalam Tanaman
Fosfor diserap oleh tanaman dan didistribusikan ke tiap sel dalam tanaman.
Kadar fosfor paling tinggi terdapat pada bagian produksi tanaman. Biji harus
mengandung cukup fosfor dan hara vital lainnya sampai akarnya tumbuh dan
mampu menyerap hara dari dalam tanah. Semua kebutuhan fosfor tanaman
diambil dari tanah sebagai P-organik dan P-anorganik dan P yang terdapat dalam

4
larutan tanah. Bentuk anorganik P yang membentuk ikatan dengan Ca, Fe, Al, dan
F, sedangkan bentuk organik berupa senyawa-senyawa yang berasal dari tanaman
dan mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid dan fitin. Bentukbentuk organik di dalam tanah hampir sama dengan bentuk-bentuk yang ada
dalam tanaman. Bentuk anorganik hampir seluruhnya dalam bentuk Al-P dan Fe-P
pada tanah masam, serta Ca-P untuk tanah alkali (Leiwakabessy dan Sutandi 2004)
Fosfor merupakan komponen esensial dari sumber genetik dalam nukleus
pada sel. Dalam nukleus sel terdapat senyawa asam nukleat kaya energi, yaitu
deoksiribo asam nukleat (deoxyribo nucleic acid atau DNA ) dan ribo asam
nukleat (ribonucleic acid atau RNA ). Fosfor digunakan untuk menyimpan dan
transfer energi melalui senyawa kaya energi adenosin trifosfat (ATP), adenosin
difosfat (ADP), dan fosfor organik (Lavelle dan Spain 2003). Unsur P adalah hara
utama tanaman yang penting untuk perkembangan akar, anakan, pembungaan, dan
pematangan. Fosfor mobil dalam tanaman, tetapi relatif tidak mobil dalam tanah
(Leiwakabessy et al. 2003).
Fosfor merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi
kekurangan fosfat maka fosfat di dalam jaringan yang tua diangkat ke bagianbagian meristem yang sedang aktif. Gejala kekurangan fosfor antara lain
pertumbuhan terhambat karena pembelahan sel terganggu dan daun-daun menjadi
ungu mulai dari ujung daun (Hardjowigeno 2007).

Karakteristik Latosol
Latosol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan tufa masam di bawah
curah hujan dan suhu yang tinggi. Latosol merupakan tanah dengan pelapukan
tingkat lanjut, sangat tercuci dengan batas-batas horizon baur, pH rendah 4.5-5.5,
kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa rendah sampai sedang, daya
adsorpsi rendah sampai sedang, kandungan unsur hara sedang sampai rendah,
konsistensi gembur, struktur remah, stabilitas agregat tinggi, terdapat akumulasi
seskuioksida akibat pencucian silika (Hardjowigeno 1993). Menurut Tan (2008),
topografi yang menunjang pembentukan tanah ini ialah bergelombang, berombak,
berbukit dan bergunung 10-1000 m dpl, horisonnya berselubung, warna tanah
merah-kuning, tekstur liat, struktur remah, konsistensi gembur (tetap dari atas ke
bawah).
Latosol terbentuk dari proses laterisasi yaitu pencucian basa dan silika
yang meningkatnya seskwioksida secara relatif pada horizon penciri B. Tanah ini
didominasi mineral liat kelompok kaolinit. Tanah ini terbentuk pada ketinggian
220 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 3552 mm/tahun (Yogaswara
1977).
Proses latosolisasi berlangsung begitu intensif dan pencucian yang terjadi
sempurna sehingga oksida-oksida liat yang terbentuk mempunyai jumlah basa
yang dapat dipertukarkan sangat sedikit. Menurut Soepardi (1983), Latosol
mempunyai struktur granular, sehingga keadaan ini merangsang drainase vertikal
yang baik, plastisitas dan kohesi sedang, tetapi tanah ini mempunyai kerugian dari
adanya kadar seskuioksida yang tinggi ialah mempunyai defisiensi pupuk super
fosfat. Besi dan alumunium menyebabkan pupuk fosfat tidak tersedia bagi
tanaman.

5
Karakteristik Tanaman Kacang Tanah
Menurut Rukmana (1998) berdasarkan klasifikasi tumbuhan, kacang tanah
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisi
: Spermathophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Rosales
Suku
: Papilionaceae Marga : Arachis
Spesies
: Arachis hipogeae L.
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang tanah
ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang
Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang
jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa
Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah penyakit layu, penyakit sapu
setan, penyakit bercak daun, penyakit mozaik, penyakit gapong, penyakit
scleretum dan penyakit karat. Hama yang menyerang tanaman ini adalah uret,
ulat, sikada, dan kumbang daun (Adisarwanto 2005).
Kacang tanah ditanam pada berbagai agroekologi, mulai dari 5 o Lintang
Utara hingga 11.5o Lintang Selatan. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk
tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian antara 500 m dpl dengan curah
hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang
tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur serta derajat
keasaman tanah atau pH antara 6.0 – 7.0 (Kasno 2006).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan April sampai Oktober 2012.
Percobaan lapang dilakukan di Kebun Percobaan University Farm, Institut
Pertanian Bogor. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: fosfat alam, pupuk
kandang, urea, SP-36 dan KCl, benih kacang tanah (Arachis hypogaea) varietas
Singa, serta bahan-bahan untuk analisis pupuk, analisis tanah dan analisis tanaman.
Alat-alat yang digunakan yaitu cangkul, tali rafia, kored, tugal, karung,
plastik, timbangan, meteran, dan lain-lainnya yang diperlukan di lapang. Selain itu
digunakan alat laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap
dengan faktor tunggal, yaitu dosis pupuk P. Model matematika rancangan tersebut
adalah sebagai berikut :
Yij = μ + Ti + Pj + Eij
Keterangan :
Yij
μ
Ti
Pj
Eij

= respons produksi tanaman kacang tanah akibat pengaruh ke-i dan
P ke-j
= rataan
= pengaruh kelompok/ ulangan ke-i
= pengaruh perlakuan ke-j
= galat

Perlakuan serta dosis pemberian SP-36, fosfat alam, dan pupuk dasar
dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.

7
Tabel 1 Dosis Pupuk yang Diberikan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dosis (gram/petak)
Bahan Organik SP-36 P-alam
Kontrol (0%)
450
0
0
Std 100%
450
50.0
0
Std 50% + P 50%
450
25.0
32.1
Std 25% + P 75%
450
12.5
48.2
P 100%
450
0
64.3
P 125%
450
0
80.4
P 150%
450
0
96.5
Perlakuan

Urea
27
27
27
27
27
27
27

KCl
22.5
22.5
22.5
22.5
22.5
22.5
22.5

Data hasil percobaan selanjutnya dianalisis statistik menggunakan ANOVA
(program SAS). Apabila perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata pada
parameter yang diamati, selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Berganda Duncan pada
taraf α = 5%.
Pelaksanaan Percobaan
Penanaman
Penanaman benih kacang tanah dilakukan pada jarak tanam 30 cm x 20 cm.
Lubang tanam dibuat dengan tugal dari kayu. Setiap lubang tanam diisi sebanyak
satu biji kacang tanah dan sedikit furadan. Bila terdapat benih yang tidak tumbuh,
penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam.
Pemupukan
Pupuk kandang yang sudah matang diberikan pada alur tanam seminggu
sebelum tanam. Pupuk fosfat alam diberikan satu minggu sebelum tanam,
sedangkan pupuk Urea, KCl dan SP-36 diberikan pada saat tanam. Pupuk-pupuk
tersebut diberikan dengan cara dimasukkan ke dalam alur yang dibuat disamping
kiri dan kanan dari baris tanam.
Dosis pupuk Fosfat alam dan SP-36 yang diberikan setara dengan 40 kg
P2O5/ha, sedangkan pupuk urea, KCl, dan pupuk kandang masing-masing setara
dengan 27 kg N/ha, 25 kg K2O/ha, dan 1000 kg/ha.
Pemeliharaan dan Pengamatan Tinggi Tanaman Kacang Tanah
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pembumbunan, serta
pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama digunakan pestisida Decis
sebanyak 10 mL/L yang diberikan dengan cara disemprotkan. Pemberian Decis
dilakukan pada saat tanaman berusia 3 MST (Minggu Setelah Tanam).

8
Pemanenan
Tanaman kacang tanah dipanen setelah tanaman mencapai masak
fisiologis pada umur 13 MST atau sekitar 85-90 hari. Produksi tanaman yang
diamati meliputi bobot kering tanaman, bobot polong bernas, persentase polong
penuh, serta bobot biji kacang tanah. Setelah itu, bobot kering brangkasan per
tanaman contoh ditimbang. Kemudian dihitung jumlah dan bobot seluruh polong
dari seluruh tanaman dalam ubinan. Bobot polong ditimbang setelah dijemur 4-5
hari di bawah sinar matahari.
Analisis Tanah dan Tanaman
Pengambilan contoh tanah dari setiap perlakuan setelah panen dilakukan
secara komposit sampai kedalaman 20 cm. Analisis tanah yang dilakukan meliputi
N-total (metode Kjeldahl), P-tersedia (Bray I), K-dd, Na-dd, Ca-dd dan Mg-dd
(metode NH4OAc pH 7), Al-dd, dan pH. Analisis tanaman yang dilakukan
meliputi kadar P total, Ca, Mg (metode pengabuan basah), dan serapan P.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga
Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2),
karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk masam
dengan kandungan C-organik, N-total, P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd,
KTK, dan KB yang rendah.
Tabel 2 Analisis Awal Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga
Unsur Kimia
pH (H2O)1:1
C-organik
N-total (Kjeldhal)
P- tersedia (Bray 1)
Ca-dd
Mg-dd
K-dd
Na-dd
KTK
KB
Kejenuhan Al

Satuan

Nilai

Kriteria

%
%
Ppm
me/100g
me/100g
me/100g
me/100g
me/100g
%
%

4.80
2.39
0.20
4.50
3.23
0.77
0.22
0.35
16.95
26.96
13.86

Masam
Rendah
Rendah
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

Rendahnya kandungan unsur hara dalam Latosol berhubungan dengan
karakteristik Latosol. Menurut Soepardi (1983), Latosol terbentuk dari proses
latosolisasi, proses ini berlangsung begitu intensif dan pencucian yang terjadi
sempurna sehingga oksida-oksida liat yang terbentuk mempunyai jumlah basa
yang dapat dipertukarkan sangat sedikit.
Kandungan P-tersedia dalam Latosol yang tergolong rendah diduga karena
adanya retensi P oleh ion-ion Al dan Fe maupun fiksasi P oleh oksida/hidroksida
Al dan Fe yang umum terdapat pada Latosol. Menurut Ahmed et al. (2008), pada
tanah masam sebagian besar unsur P dalam tanah dijerap oleh ion-ion Al dan Fe
serta oksida-oksida Fe dan Al.

Karakteristik Pupuk Fosfat Alam
Berdasarkan SNI 02–3776–2005 mengenai Spesifikasi Persyaratan Mutu
Fosfat Alam untuk Pertanian (BSN 2005) (Lampiran 3), karakteristik fosfat alam
yang digunakan termasuk fosfat alam dengan mutu A dengan kadar unsur hara
fosfor sebagai P2O5 total sebesar 27.32% dan P2O5 larut dalam asam sitrat 2%
sebesar 7.64%. Hasil analisis pupuk fosfat alam disajikan pada Tabel 3.

10
Tabel 3 Hasil Analisis Pupuk Fosfat Alam
Persyaratan
No.

Uraian

Satuan

1.

Kadar unsur hara fosfor sebagai P2O5

Kadar
Mutu A

Mutu B

Mutu C

Mutu D

Total

%b/b

28

Min 28%

Min 24%

Min 14%

Min 10%

Larut dalam asam sitrat 2%

%b/b

7.64

Min 7%

Min 6%

Min 3.5%

Min 2.5%

2.

Kadar air

%b/b

2.01

Maks 5%

Maks 5%

Maks 5%

Maks 5%

3.

Kehalusan
Kehalusan lolos 80 mesh Tyler

%b/b

30.54

Min 50%

Min 50%

Min 50%

Min 50%

Kehalusan lolos 25 mesh Tyler

%b/b

64.63

Min 80%

Min 80%

Min 80%

Min 80%

Pengaruh Pupuk Fosfat Alam terhadap Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat alam
berpengaruh nyata terhadap pH tanah (Lampiran 4). Rataan dan uji lanjut hasil
pengukuran pH tanah dari perlakuan pupuk fosfat alam disajikan pada Gambar 1.
4.9
4.8a
4.8
4.7b

4.7b

4.7b

4.7b

pH tanah

4.7
4.6
4.5c
4.5
4.4d
4.4
4.3
4.2

perlakuan

Gambar 1 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada pH Tanah
Secara umum Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk
fosfat alam yang diberikan, nilai pH tanah semakin meningkat. Nilai pH terendah
terjadi pada perlakuan kontrol dan tertinggi pada perlakuan P 150%. Peningkatan
pH tanah pada petak dengan perlakuan pemberian fosfat alam disebabkan oleh
adanya senyawa CaCO3 yang terkandung dalam fosfat alam. Menurut Rochayati
(2009), fosfat alam mengandung kalsium dan magnesium karbonat (CaCO3 dan
MgCO3) dimana ion bikarbonat (HCO3-) hasil ionisasi garam-garam tersebut

11
dapat menetralkan ion H+ dalam larutan tanah, sehingga dapat menurunkan
kemasaman tanah dan keracunan Al pada tanah-tanah masam (liming effect).
Dalam proses pelarutan, fosfat alam akan melepaskan anion-anion seperti
HCO3 . Anion tersebut kemudian akan mengikat kation H+ sehingga jumlah H+
dalam larutan tanah akan berkurang yang berarti akan menaikkan pH tanah.
Kenaikan pH dari proses pelarutan fosfat alam ini dapat digambarkan sebagai
berikut (Chien 1992):
(x)H+
2+

Ca10-0.42xNa0.30xMgO12x(PO4)6-x(CO3)xF

(10-0.42)Ca2+ + 0.30xNa+ + 0.12xMg2+
+ (6-X)PO43- + xCO32- + (2+0.4x)F –

0.4

Ion Ca2+ yang dihasilkan dari proses pelarutan fosfat alam dapat melepaskan ion
H+ dari kompleks jerapan. Selanjutnya anion HCO3- akan bereaksi dengan H+
melalui reaksi sebagai berikut (Coto et al. 2012):
HCO3- + H+

CO2 + H2O

Al-dd (me/100g)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat alam
tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Al-dd tanah (Lampiran 5). Rataan
hasil pengukuran kandungan Al-dd tanah dari perlakuan pupuk fosfat alam
disajikan pada Gambar 2.
2.65
2.6
2.55
2.5
2.45
2.4
2.35
2.3
2.25
2.2
2.15

2.6
2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.3

perlakuan

Gambar 2 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Al-dd Tanah
Gambar 2 menunjukkan bahwa penurunan Al-dd sebesar 10% terjadi pada
perlakuan standar namun relatif sama sampai perlakuan P 125%, kemudian
menurun kembali sebesar 30% pada pada perlakuan P 150%. Kecenderungan
penurunan kandungan Al-dd tanah pada petak dengan perlakuan standar maupun
pemberian fosfat alam berhubungan dengan peningkatan pH tanah (Tabel 2).

12
Semakin tinggi nilai pH tanah, maka semakin rendah kandungan Al-dd dalam
tanah. Peningkatan pH tanah mengakibatkan ion Al3+ menjadi tidak aktif karena
membentuk Al(OH)3 yang bersifat sukar larut. Menurut Brown et al.(2008)
meningkatnya nilai pH tanah akan menurunkan kelarutan ion Al3+. Hasil
penelitian Noor (2008) menunjukkan bahwa kelarutan Al dalam tanah
berhubungan dengan pH tanah, pemberian fosfat alam yang meningkatkan pH
tanah dari 5.09 menjadi 5.23 dapat menurunkan kelarutan Al dalam tanah sebesar
9.9%.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat alam
tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan P-tersedia dalam tanah (Lampiran 6).
Rataan hasil pengukuran kandungan P-tersedia dalam tanah dari perlakuan pupuk
fosfat alam disajikan pada Gambar 3.
8.00

7.80

P-tersedia (ppm)

7.80
7.55

7.60
7.40
7.20
7.00

7.63

7.25
7.10

7,02
6.88

6.80
6.60
6.40

perlakuan

Gambar 3 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada P-tersedia Tanah
Gambar 3 menunjukkan bahwa meskipun secara statistik tidak berpengaruh
nyata namun P-tersedia tanah cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis
pupuk fosfat alam. Hal ini disebabkan oleh sumbangan P dari fosfat alam yang
terlarut di dalam tanah. Selain itu, peningkatan P-tersedia ini disebabkan oleh
pengaruh tidak langsung dari peningkatan pH tanah dan penurunan kandungan Aldd tanah akibat pemberian fosfat alam (Gambar 1 dan 2). Dengan meningkatnya
pH tanah maka kelarutan ion-ion Al dan Fe akan menurun, sehingga jumlah fosfor
yang dapat diretensi menurun dan P-tersedia dalam tanah meningkat.
Meningkatnya P-tersedia dalam penelitian ini akibat perlakuan fosfat alam juga
didukung oleh hasil penelitian Djuniwati et al. (2007) yang menunjukkan bahwa
peningkatan dosis fosfat alam sebesar 20 ppm P mampu meningkatkan P-tersedia
tanah sebesar 3.27 ppm P.
Berdasarkan Gambar 3 terlihat pula bahwa perlakuan Std 100% memiliki
kandungan P-tersedia tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik pupuk SP-36 dan fosfat alam. Pupuk SP-36

13
memiliki kelarutan lebih tinggi dibandingkan pupuk fosfat alam sehingga
kandungan P-tersedia dari perlakuan Std 100% lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan yang diberikan pupuk fosfat alam. Menurut Kasno et al. (2010), fosfat
alam bersifat slow release atau lambat menyediakan P untuk tanah dibandingkan
pupuk TSP.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat alam
tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan N-total (Lampiran 7) dan K-dd
(Lampiran 8) dalam tanah. Rataan hasil pengukuran kandungan N-total dan K-dd
dalam tanah dari perlakuan pupuk fosfat alam disajikan pada Gambar 4.
0.18

0.25
0.20 0.20 0.20

0.21

0.15

0.14

0.18

0.10

0.16
0.15

0.14

0.20

0.15

0.15

0.16

K-dd (me/100g)

N-total ( %)

0.20

0.17
0.16

0.22

0.12
0.10
0.08
0.06
0.04

0.05

0.02
0.00

0.00

perlakuan

(a)

perlakuan

(b)

Gambar 4 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Kandungan N-total (a) dan
K-dd (b) dalam Tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat alam
berpengaruh nyata terhadap kandungan Ca-dd dalam tanah, namun tidak
berpengaruh nyata pada kandungan Mg-dd dalam tanah (Lampiran 8). Rataan
hasil pengukuran kandungan Ca-dd dan Mg-dd dalam tanah dari perlakuan pupuk
fosfat alam disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa petak
perlakuan dengan pemberian fosfat alam memiliki kandungan Ca-dd lebih tinggi
dibandingkan perlakuan kontrol. Kandungan Ca-dd tertinggi terjadi pada
perlakuan Std 25% + P 75% dan terendah pada perlakuan kontrol. Gambar 5
menunjukkan pula bahwa antar petak dengan perlakuan pemberian fosfat alam,
kandungan Ca-dd semakin meningkat seiring meningkatnya dosis pupuk fosfat
alam yang diberikan. Selain itu, Gambar 5 menunjukkan bahwa petak dengan
perlakuan pemberian fosfat alam cenderung memiliki kandungan Mg-dd lebih
tinggi dibandingkan dengan petak perlakuan kontrol. Kandungan Mg-dd tertinggi
terjadi pada perlakuan Std 25% + P 75% dan terendah pada perlakuan kontrol.

14
3

2.82a
2.54ab

2.5

2.29ab

2.32ab
2.30ab
2.26ab

2
1.5
1

4.20
3.82

4.00

3.99

3.85

3.50

3.72 3.61

3.50
Mg-dd (me/100g)

Ca-dd (me/100g)

2.07b

4.50

3.00
2.50
2.00
1.50
1.00

0.5
0.50
0

0.00

perlakuan

(a)

perlakuan

(b)

Gambar 5 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam pada Kandungan Ca-dd (a), dan
Mg-dd (b) dalam Tanah
Peningkatan kandungan Ca-dd pada petak dengan perlakuan pemberian
fosfat alam dibandingkan perlakuan kontrol diduga disebabkan oleh sumbangan
Ca dalam fosfat alam yang larut dan dijerap oleh koloid tanah. Proses pelarutan
fosfat alam akan melepaskan kation-kation seperti Ca2+ sehingga semakin tinggi
dosis pupuk fosfat alam yang diberikan, kandungan Ca-dd dalam tanah semakin
meningkat. Menurut Danso et al. (2010) fosfat alam sesuai digunakan pada tanah
dengan pH masam (pH