Penerapan Uji Retardasi Dalam Menentukan Rugi – Rugi dan Efisiensi Motor DC Shunt

54

IV.2 Penerapan Uji Retardasi Dalam Menentukan Rugi – Rugi dan Efisiensi Motor DC Shunt

IV.2.1 Prinsip Dasar

Metode ini digunakan selain untuk menentukan J juga untuk menentukan rugi – rugi rotasi pada motor DC. Dengan menjalankan metode ini, maka dapat diketahui energi yang hilang akibat rugi – rugi rotasi dalam Motor DC shunt. Anggap suatu motor DC shunt bekerja pada saat tanpa beban. 1. Jika suplai ke jangkar dilepas tetapi medan tetap dieksitasi normal, motor tersebut mulai melambat secara bertahap dan akhirnya berhenti. Energi kinetik jangkar digunakan untuk mengatasi rugi – rugi gesek dan angin dan rugi – rugi besi. 2. Jika suplai jangkar dan medan shunt dilepas bersamaan, motor juga akan melambat dan akhirnya berhenti. Sekarang juga energi kinetik jangkar digunakan hanya untuk mengatasi rugi – rugi gesekan dan angin. Ini diperkirakan karena tidak adanya fluks sehingga tidak ada rugi – rugi besi. Dengan menjalankan pengujian yang pertama, kita akan mendapatkan nilai rugi – rugi gesek, angin dan besi. Namun demikian, jika kita juga menjalankan pengujian yang kedua, kita dapat memisahkan antara rugi – rugi gesek dan angin dengan rugi – rugi besi. Energi kinetik jangkar ditentukan dengan persamaan : 2 2 1 ω = J E K .........................................4.6 Dimana : J = momen inersia jangkar kgm 2 ω = Kecepatan sudut, rads = 60 2 n π n = Putaran normal rpm 55 Maka di dalam metode retardasi ini, laju perubahan energi kinetik dianggap untuk mengatasi rugi – rugi rotasi motor. Jika laju perubahan energi kinetik ini disimbolkan dengan w ∆ , maka w ∆ = dt dE K w ∆ = 2 1 2 ω J dt d w = dt d J ω ω w = 60 2 60 2 n dt d n J π × π × w = Watt dt dn Jn 011 , ....................................4.7 Dengan mengetahui nilai momen inersia jangkar J dan nilai perubahankecepatan dt d ω atau dt dn dari percobaan, maka perhitungan rugi – rugi rotasi pada Motor DC shunt dapat ditentukan.

IV.2.2 Metode Pengukuran Momen Inersia Pada Jangkar Motor DC Shunt

Di dalam uji retardasi, rugi – rugi rotasi motor di berikan dengan persamaan 6.19 [6] : w = Watt dt dn Jn 011 , Untuk mendapatkan nilai w, nilai J harus diketahui terlebih dahulu. Tentunya sulit untuk menentukan J secara langsung atau dengan perhitungan. Oleh karena itu, perlu 56 dilaksanakan percobaan yang lain sebagai perbandingan untuk mendapatkan nilai inersia jangkar motor tersebut. Percobaan ini disebut dengan metode roda pejal. Mula – mula, pengujian retardasi dilakukan dengan rotor sendiri dan nilai dndt 1 .diukur dan dicatat. Selanjutnya, sebuah roda pejal yang diketahui momen inersianya J 1 dikuncikan ke ujung poros motor. Untuk perubahan kecepatan yang sama, dndt 2 dicatat. Karena penambahan roda pejal tidak mempengaruhi rugi-rugi rotasi secara materialnya dari kedua kasus maka, Untuk kasus pertama, w = 1 011 , dt dn Jn ......................................4.8 Untuk kasus kedua, w = 011 , J + J 1 2 dt dn n ..........................4.9 1 011 , dt dn Jn = 011 , J + J 1 2 dt dn n 1 dt dn Jn = J + J 1 2 dt dn n J J1 J + = 1 2 2 1 dt dn dt dt dt dn = J J1 = 1 1 2 1 1 2 dt - dt t t t dt − = J = 1 2 1 1 t t t J − × ....................................4.10 Karena nilai J 1 , t 1 dan t 2 diketahui, maka momen inersia jangkar J dan rugi – rugi rotasinya w dapat ditentukan. 57

IV.2.3 Spesifikasi Motor DC Shunt

Uji retardasi yang dilaksanakan di laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU diterapkan pada mesin DC untuk rating sebagai berikut : a. Motor DC Shunt TYP Gd 110110 G-Mot Nr. 7983733 Tegangan nominal = 220 V P = 1,2 KW I L =7,1 A I sh = 0,175 A n = 1500 rpm b. Generator DC TYP Gd 110110 G-Mot Nr. 7983745 Tegangan nominal = 220 V P = 1,2 KW I L =7,1 A I sh = 0,177 A n = 1500 rpm

IV.2.4 Peralatan pengujian

Peralatan yang dipergunakan dalam pengujian ini terdiri dari : a. Roda Pejal dengan massa 6,5 kg, diameter 26 cm. b. Rangkaian kontrol terdiri dari Magnetic Contactor, Push Button ONOFF dan kabel 58 c. Instrumen Pengukuran terdiri dari amperemeter, voltmeter, tachometer, dan stopwatch d. Power Suplai terdiri dari PTAC Tiga phasa, PTDC dan Penyearah Dioda Tiga Phasa Gelombang Penuh e. Generator Arus Searah AEG 1,2 kW f. Resistor Variabel. Gambar 4.3 Roda Pejal

IV.2.5 Prosedur Percobaan

Di dalam ujian retardasi ini, dilakukan beberapa pengujian diantaranya : 1. Uji retardasi dengan rotor sendiri tanpa eksitasi 2. Uji retardasi dengan roda pejal tanpa eksitasi 3. Uji retardasi dengan rotor sendiri eksitasi penuh 4. Uji retardasi dengan roda pejal eksitasi penuh 5. Uji retardasi dengan pembebanan listrik Selain pengujian di atas dilakukan juga pengujian lainnya yaitu : 1 Pengukuran tahanan jangkar motor 2 Pengukuran tahanan medan shunt motor. 3 Percobaan pembebanan motor 59 Rangkaian kontrol dalam uji retardasi ini ditunjukkan pada Gambar 4.5 berikut : M M ON OFF Gambar 4.4 Rangkaian Kontrol Adapun prosedur pengujian – pengujian diatas dilaksanakan sebagai berikut:

IV.2.5.1 Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri tanpa Eksitasi.

1 Rangkain percobaan disusun seperti gambar berikut. P T A C 3 Φ M R S T S + - M M M M v A 1 A 2 R Lse Gambar 4.5 Rangkaian percobaan uji retardasi dengan rotor sendiri tanpa eksitasi 2 Posisi Power supply dalam keadaan minimum dan tahanan seri variabel R Lse maksimum. Kemudian saklar S ditutup lalu tombol ON ditekan. 3 Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTAC hingga pembacaan voltmeter V sebesar 220 volt dan amperemeter A 2 sebesar 0,17 Ampere. 4 Atur tahanan R Lse hingga putaran motor mencapai nominal 1500 rpm. 5 Motor dibiarkan berputar dengan kecepatan 1500 rpm dalam beberapa saat, lalu bersiap – siap menekan tombol stop dan menjalankan stopwatch bersamaan. Setelah 60 tombol OFF ditekan, maka suplai tegangan motor akan lepas dan motor akan mulai mengalami perlambatan. Waktu penurunan kecepatan motor dari 1500 rpm sampai 1400 diukur dengan stopwatch. Kemudian pembacaan waktu stopwatch dicatat. Percobaan diulang kembali seperti pada poin 2 sampai poin 5 sebanyak 10 kali.

IV.2.5.2 Uji Retardasi dengan Roda Pejal tanpa Eksitasi.

1 Rangkain percobaan disusun seperti gambar dibawah ini. Roda pejal dipasang ke ujung poros rotor lalu dikunci. P T A C 3 Φ M R S T S + - M M M M v A 1 A 2 R Lse Gambar 4.6 Rangkaian percobaan uji retardasi dengan roda pejal tanpa eksitasi 2 Posisi Power supply dalam keadaan minimum dan tahanan seri variabel R Lse maksimum. Kemudian saklar S ditutup lalu tombol ON ditekan. 3 Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTAC hingga pembacaan voltmeter V sebesar 220 volt dan amperemeter A 2 sebesar 0,17 A. 4 Atur tahanan R Lse hingga putaran motor mencapai nominal 1500 rpm. 5 Motor dibiarkan berputar dengan kecepatan 1500 rpm dalam beberapa saat, lalu bersiap – siap menekan tombol stop dan menjalankan stopwatch bersamaan. Setelah tombol OFF ditekan, maka suplai tegangan motor akan lepas dan motor akan mulai 61 mengalami perlambatan. Waktu penurunan kecepatan motor dari 1500 rpm sampai 1400 diukur dengan stopwatch. Kemudian pembacaan waktu stopwatch dicatat. Percobaan diulang kembali seperti pada poin 2 sampai poin 5 sebanyak 10 kali.

IV.2.5.3 Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri Eksitasi Penuh

1 Rangkain percobaan disusun seperti gambar berikut. P T A C 3 φ M R S T S + - M M v A 1 A 2 R Lse Gambar 4.7 Rangkaian percobaan uji retardasi dengan rotor sendiri eksitasi penuh 2 Posisi Power supply dalam keadaan minimum dan tahanan seri variabel R Lse maksimum. Kemudian saklar S ditutup lalu tombol ON ditekan. 3 Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTAC hingga pembacaan voltmeter V sebesar 220 volt dan amperemeter A 2 sebesar 0,17 A. 4 Atur tahanan R Lse hingga putaran motor mencapai nominal 1500 rpm. 5 Motor dibiarkan berputar dengan kecepatan 1500 rpm dalam beberapa saat, lalu bersiap – siap menekan tombol stop dan menjalankan stopwatch bersamaan. Setelah tombol OFF ditekan, maka suplai tegangan motor akan lepas dan motor akan mulai mengalami perlambatan. Waktu penurunan kecepatan motor dari 1500 rpm sampai 1400 62 diukur dengan stopwatch. Kemudian pembacaan waktu stopwatch dicatat. Percobaan diulang kembali seperti pada poin 2 sampai poin 5 sebanyak 10 kali.

IV.2.5.4 Uji Retardasi dengan Roda Pejal Eksitasi Penuh

1 Rangkain percobaan disusun seperti gambar dibawah ini. Roda pejal dipasang ke ujung poros rotor lalu dikunci. P T A C 3 φ M R S T S + - M M v A 1 A 2 R Lse Gambar 4.8 Rangkaian percobaan uji retardasi dengan roda pejal eksitasi penuh 2 Posisi Power supply dalam keadaan minimum dan tahanan seri variabel R Lse maksimum. Kemudian saklar S ditutup lalu tombol ON ditekan. 3 Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTAC hingga pembacaan voltmeter V sebesar 220 volt dan amperemeter A 2 sebesar 0,17 A. 4 Atur tahanan R Lse hingga putaran motor mencapai nominal 1500 rpm. 5 Motor dibiarkan berputar dengan kecepatan 1500 rpm dalam beberapa saat, lalu bersiap – siap menekan tombol OFF dan menjalankan stopwatch bersamaan. Setelah tombol stop ditekan, maka suplai tegangan motor akan lepas dan motor akan mulai mengalami perlambatan. Waktu penurunan kecepatan motor dari 1500 rpm sampai 1400 diukur dengan stopwatch. Kemudian pembacaan waktu stopwatch dicatat. Percobaan diulang kembali seperti pada poin 2 sampai poin 5 sebanyak 10 kali. 63

IV.2.5.5 Pengukuran Tahanan Jangkar Motor

1 Rangkaian percobaan disusun seperti gambar di bawah ini. 2 Power suplai dalam posisi minimum. 3 Saklar S ditutup, lalu tegangan PTDC dinaikkan sampai pembacaan amperemeter menunjukkan arus nominal jangkar 7,1 Ampere 4 Kemudian pembacaan voltmeter dan amperemeter dicatat. Lalu nilai tahanan jangkar dihitung dengan membagi nilai tegangan dengan arus dari hasil percobaan. P T D C M + - v A GA HB Gambar 4.9 Rangkaian percobaan pengukuran tahanan jangkar IV.2.5.6 Pengukuran Tahanan Medan Shunt Motor 1 Rangkain percobaan disusun seperti gambar di bawah ini. 2 Power suplai dalam posisi minimum. 3 Saklar S ditutup, lalu tegangan PTAC dinaikkan sampai pembacaan amperemeter menunjukkan arus nominal medan 0.177 Ampere 4 Kemudian pembacaan voltmeter dan amperemeter dicatat. Lalu nilai tahanan jangkar dihitung dengan membagi nilai tegangan dengan arus dari hasil percobaan. 64 P T A C 3φ R S T S + - v A J K Gambar 4.10 Rangkaian percobaan pengukuran tahanan medan shunt

IV.2.5.7 Pengujian Pembebanan Motor

1 Rangakaian percobaan disusun seperti gambar di bawah ini. Semua power suplai dalam posisi minimum dan tahanan luar R L dan R Lse maksimum. 2 Saklar S 1 ditutup lalu tegangan PTAC dinaikkan perlahan – lahan hingga tegangan motor V 1 mencapai nominal 220 volt lalu tahanan R Lse diturunkan sampai nilai minimumnya. 3 Saklar S 2 ditutup lalu arus medan generator dinaikkan dengan PTDC sampai nominal 0,177 Ampere. 4 Saklar S3 ditutup kemudian beban generator diatur dengan menggeser tahanan variabel R L dari ¼ beban penuh hingga beban penuh. Jaga nilai V 1 dan I sh motor agar tetap konstan. 65 5 Pembacaan voltmeter V 1 , amperemeter A 1 ,A 2 ,dan A 3 serta putaran motor dicatat pada kondisi pembebanan tersebut sehingga diperoleh data pembebanan untuk tegangan dan I sh nominal. GA HB P T A C 3φ M R S T S 1 + - M M V 1 A 1 A 2 R LSE J K n T R fsh G GA HB K A 3 V 2 S3 A 4 PTDC J S2 R L Gambar 4.11 Rangkaian Pecobaan Pembebanan Motor DC Shunt dengan Metode Reterdasi

IV.2.6 Data Hasil Pengujian

Dari hasil pengujian di atas diperoleh data hasil percobaan sebagai berikut. a Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri tanpa Eksitasi dn=1500 - 1400 rpm No. Perc dt 1 s No. Perc dt 1 s I

1.61 VI

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Kutub Bantu Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt Untuk Memperkecil Rugi-Rugi (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

4 63 93

Studi Pengaruh Perubahan Posisi Sikat Terhadap Efisiensi Motor Dc Shunt (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

1 60 61

Studi Penentuan Rugi-Rugi Motor Arus Searah Penguatan Kompon Pendek Dengan Menggunakan Metode Perlambatan (Retardation Test) ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

0 34 73

Analisis Perhitungan Panas Motor DC SHUNT Pada Saat Start Dan Pengereman ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU ).

0 30 75

Uji Regeneratif (Uji Hopkinson) Dalam Menentukan Rugi-Rugi Dan Efisiensi Motor DC Shunt (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 33 55

Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguatan Shunt Dengan Integral Siklus Kontrol (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi LIstrik FT-USU)

1 70 66

SEARAH PENGUATAN SERI DAN SHUNT UNTUK MEMPERKECIL RUGI-RUGI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 13

BAB II DASAR TEORI - Pengaruh Penambahan Kutub Bantu Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt Untuk Memperkecil Rugi-Rugi (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

1 0 31

SEARAH PENGUATAN SERI DAN SHUNT UNTUK MEMPERKECIL RUGI-RUGI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 13

BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum - Analisis Perbandingan Uji Regeneratif (Hopkinson) Dengan Uji Retardasi Dalam Menentukan Rugi-rugi Dan Efisiensi Motor DC Penguatan Shunt( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

0 0 24