Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Indonesia

(1)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya menunjukkan kontribusi yang signifikan disamping sektor pertanian. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor Industri lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor Industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor Industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain, hal itu dikarenakan nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor Industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor Industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor Industri.

Selama Pembangunan Jangka Panjang 1, struktur perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan dari dominasi sektor pertanian beralih ke sektor industri, penurunan peran sektor ini terlihat dari menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional. Sehingga transformasi struktur ekonomi Indonesia yang semula pertanian tidak dapat dihindarkan, karena kesadaran akan keterbatasan sektor primer (pertanian) yang selama ini mendominasi perekonomian indonesia.

Pertumbuhan ekonomi nasional tidak dapat dipisahkan dari peranan sektor industri pengolahan yang menjadi primadona perekonomian Indonesia. Sejak tahun 1991 sektor industri telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pertumbuhan sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun selalu positif, dan meningkatnya permintaan akan produk barang jadi atau setengah jadi baik domestik maupun internasional telah mendorong peranan sektor industri pengolahan menjadi peringkat pertama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 1991. Pembangunan sektor industri pengolahan secara


(2)

bertahap telah berhasil membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional, selain memberikan sumbangan yang besar terhadap PDB, sektor ini juga berperan dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja.

Tabel 1.1. PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2007-2011 Lapangan Usaha Tahun 2007 (Triliun Rupiah) 2008 (Triliun Rupiah) 2009 (Triliun Rupiah) 2010 (Triliun Rupiah) 2011 (Triliun Rupiah)

1.Pertanian 271,5

(13,82%) 284,6 (13,67%) 295,9 (13,58%) 304,7 (13,17%) 313,7 (12,74%) 2.Pertambangan

dan Penggalian (8,72%)171,2 (8,28%)172,4 (8,27%)180,2 (8,06%) 186,6 (7,68%)189,2 3. Industri

Pengolahan (27,39%)538,0 (26,79%)557,7 (26,16%)570,1 (25,81%) 597,1 (25,75%)634,2 4.Listrik, Gas dan

Air Bersih (0,69%)13,5 (0,72%)14,9 (0,78%)17,1 (0,78%) 18,1 (0,77%)18,9

5.Konstruksi 121,8

(6,20%) 130,9 (6,29%) 140,3 (6,44%) 150,0 (6,48%) 160,1 (6,50%) 6.Perdagangan,

Hotel dan Restoran 340,4 (17,33%) 363,8 (17,47%) 368,5 (16,91%) 400,5 (17,31%) 437,2 (17,75%) 7.Pengangkutan

dan Komunikasi (7,25%)142,3 (7,97%)165,9 (8,82%)192,2 (9,42%) 218,0 (9,80%)241,3 8.Lembaga

keuangan dan Jasa 183,6 (9,35%) 198,7 (9,55%) 209,2 (9,60%) 221,0 (9,55%) 236,1 (9,59%)

9.Jasa-jasa 181,7

(9,25%) 193,0 (9,27%) 205,8 (9,44%) 217,8 (9,41%) 232,5 (9,44%)

Total 1.964,3

(100%) 2.082,3 (100%) 2.178,9 (100%) 2.313,8 (100%) 2.463,2 (100%) Sumber: BPS, 2012.

Keterangan : ( ) = Pangsa dalam persen.

Berdasarkan Tabel 1.1 sektor industri pengolahan merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 terbesar pada tahun 2007 hingga tahun 2011 secara berturut-turut adalah sektor industri pengolahan yang pada tahun 2007 mencapai Rp 538,0 triliun dengan kontribusi sebesar 27,39 persen dari total PDB, tahun 2008 mencapai nilai Rp 557,7 triliun dengan kontribusi sebesar 26,79 persen, tahun 2009 mencapai Rp 570,1 triliun dengan kontribusi sebesar 26,16 persen dari total PDB, tahun 2010 mencapai Rp


(3)

597,1 triliun dengan kontribusi sebesar 25,81 persen dan pada tahun 2011 PDB sektor industri pengolahan mempunyai nilai sebesar Rp 634,2 triliun yang mempunyai kontribusi sebesar 25,75 persen dari total PDB. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mampu menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian dan sektor-sektor yang lainnya.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu faktor pendorong yang sangat kuat dan berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing mampu menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, pengembangan teknologi dan produksi suatu komoditi. Potensi yang besar dimiliki oleh Indonesia dalam menanamkan modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal luar negeri (PMA). Hal tersebut dikarenakan di Indonesia masih tersedianya sumber daya alam (SDA) yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar dan tersedianya jumlah tenaga kerja yang banyak, sehingga dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, Tahun 2006-2010

Sektor (Miliar Rupiah) 2006

2007

(Miliar Rupiah)

2008

(Miliar Rupiah)

2009

(Miliar Rupiah)

2010

(Miliar Rupiah) 1. Pertanian,Peternakan,Kehutanan,

dan Perikanan 527,0 4.177,2 3.578,8 3.686,0 1.238,5 2. Pertambangan dan Penggalian 448,5 1.324,6 21,0 691,4 519,2 3. Industri Pengolahan 10.517,9 20.931,1 13.012,7 26.289,8 15.914,8 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0 0,1 88,0 746,4 519,8

5. Konstruksi 1.882,6 2.461,7 538,6 2.110,7 881,2

6. Perdagangan 349,2 350,6 345,8 143,0 594,8

7. Hotel dan Restoran 103,4 210,8 180,2 127,7 238,6 8. Pengangkutan dan Komunikasi 1.220,6 637,5 1.227,7 286,2 429,2 9. Keuangan,Real estat dan Jasa

Perusahaan 0,9 46,9 45,6 0,0 0,8

10.Jasa-jasa 214,5 724,1 1.610,6 797,5 26,4

Total 15.264,6 30.864,5 20.649,0 34.878,7 20.363,3


(4)

Sektor industri merupakan sektor utama yang menyerap banyak investor domestik. Berdasarkan Tabel 1.2, pada tahun 2006, realisasi investasi domestik di sektor industri pengolahan mencapai Rp. 10.517,9 milyar, pada tahun 2007 sebesar Rp. 20.931,1 milyar yang artinya mengalami kenaikan investasi sebesar Rp. 10.413,2 milyar, dilanjutkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan investasi dalam negeri di sektor industri pengolahan hingga mencapai sebesar Rp. 13.012,7milyar, pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai Rp. 26.289,8 milyar dan terakhir pada tahun 2010 realisasi investasi dalam negeri di sektor industri pengolahan mengalami penurunan yang drastis hingga menunjukkan jumlah sebesar Rp. 15.914,8 milyar. Indonesia adalah Negara berkembang yang masih membutuhkan sumbangan dalam bentuk investasi untuk mendapatkan pertumbuhan yang berkesinambungan dan investasi yang memiliki multiplier effect yang besar terhadap terjadinya nilai tambah ekonomi di berbagai sektor lainnya. Sumber investasi tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

Tabel 1.3. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, Tahun 2006-2010

Sektor (Juta US$) 2006

2007

(Juta US$)

2008

(Juta US$)

2009

(Juta US$)

2010

(Juta US$) 1.Pertanian,Peternakan,Kehutanan,

dan Perikanan 186,5 348,9 434,4 289,5 154,2

2.Pertambangan dan Penggalian 122 58,9 98,0 309,8 181,4 3. Industri Pengolahan 2.803,30 3.502,10 3.619,7 4.697,0 4.515,2 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 6,1 68,7 105,3 119,3 26,9

5.Konstruksi 385,6 921,9 144,2 448,2 426,7

6.perdagangan 573,5 412,7 434,2 482,9 582,2

7.Hotel dan Restoran 188,7 147,8 111,5 136,4 156,9

8.Pengangkutan dan Komunikasi 103,8 2.946,80 646,0 3.305,2 8.529,9 9.Keuangan,Real estat dan Jasa

Perusahaan 35,2 208,3 254,0 64,5 174,9

10.Jasa-jasa 196,4 298,5 144,4 488,6 123,1

Total 4.601,1 8.914,6 5.991,7 10.341,4 14.871,4

Sumber: BKPM, 2011.

Pada Tabel 1.3 dapat menunjukkan bahwa jumlah investasi di sektor industri pengolahan yang berasal dari luar negeri pada tahun 2006 adalah sebesar US$ 2.803,30 juta, tahun 2007 sebesar US$ 3.502,10 juta, tahun 2008 sebesar


(5)

US$ 3.619,7 juta, kemudian terjadi peningkatan jumlah penanaman modal asing pada tahun 2009 yaitu menjadi sebesar US$ 4.697,0 juta, hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi investasi asing yang ditanamkan pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan yang konstan. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan hingga mencapai sebesar US$ 4.515,2 juta. Dalam hal ini menunjukkan bahwa jumlah investasi yang ditanamkan pada sektor industri pengolahan merupakan yang terbesar apabila dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditanamkan pada sektor-sektor lainnya.

Tabel 1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2005 – 2009

Tahun Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 2005 (Orang) 2006 (Orang) 2007 (Orang) 2008 (Orang) 2009 (Orang)

1.Pertanian 41.309.776 (43,97%) 40.136.242 (42,05%) 41.206.474 (41,24%) 41.331.706 (40,03%) 43.029.493 (41,18%) 2.Pertambangan dan

Penggalian 904.194 (0,96%) 923.591 (0,97%) 994.614 (0,96%) 1.070.540 (1,04%)

1.139.495 (1,09%)

3. Industri

Pengolahan 11.952.985 (12,72%) 11.890.170 (12,46%) 12.368.729 (12,38%) 12.549.376 (12,24%) 12.615.440 (12,07%)

4.Listrik, Gas dan

Air Bersih 194.642 (0,21%) 228.018 (0,24%) 174.884 (0,18%) 201.114 (0,20%)

209.441 (0,20%) 5.Konstruksi 4.565.454 (4,86%) 4.697.354 (4,92%) 5.252.581 (5,26%) 5.438.965 (5,30%) 4.610.695 (4,41%)

6.Perdagangan 17.192.781

(18,3%) 18.447.033 (19,32%) 19.732.464 (19,75%) 20.372.874 (19,87%) 20.972.403 (20,07%) 7.Hotel dan restoran 716.365

(0,76%) 768.626 (0,81%) 822.186 (0,82%) 848.869 (0,83%) 864.365 (0,83%) 8.Pengangkutan dan

Komunikasi 5.652.841 (6,02%) 5.663.956 (5,93%) 5.958.811 (5,96%) 6.179.503 (6,03%)

5.947.673 (5,69%) 9.Keuangan,Real

estat dan Jasa

Perusahaan 1.141.852 (1,22%) 1.346.044 (1,41%) 1.399.940 (1,40%) 1.459.985 (1,42%) 1.484.598 (1,42%) 10.Jasa-jasa 10.327.496 (10,99%) 11.355.900 (11,90%) 12.019.984 (12,03%) 12.099.817 (12,77%) 12.611.841 (13,03%) Total 93.958.387 (100%) 95.456.935 (100%) 99.930.217 (100%) 102.552.750 (100%) 104.485.544 (100%) Sumber: BPS, 2010.

Keterangan : ( ) = Pangsa dalam persen

Dilihat dari kontribusinya, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang menjadi penyumbang terbesar dalam PDB maka dalam proses pembangunan ekonomi sektor industri dijadikan prioritas pembangunan yang diharapkan mampu


(6)

mendorong perekonomian Indonesia yang sedang berkembang. Dengan didukung oleh sumber daya manusia yang melimpah, maka sektor industri pengolahan diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Berdasarkan Tabel 1.4 menunjukkan bahwa pada kenyataannya penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan kurang mampu untuk menyerap tenaga kerja.

Kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap PDB di Indonesia tidak sebanding dengan daya serap tenaga kerjanya. Sektor industri pengolahan yang merupakan leading sektor mempunyai PDB yang paling tinggi dibanding dengan sektor-sektor yang lain tetapi sektor tersebut hanya mampu menduduki peringkat ketiga dalam penyerapan tenaga kerjanya setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan.

Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia?

2. Bagaimana keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor perekonomian lainnya di Indonesia?

3. Bagaimana dampak multiplier yang ditimbulkan sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia?

4. Bagaimana dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia.

2. Menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor perekonomian lain di Indonesia.

3. Menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan oleh sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

4. Menganalisis dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.


(7)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah pembangunan sektor industri pengolahan di Indonesia agar dapat menunjang sektor-sektor lainnya.

2. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitiannya lebih lanjut .

3. Bagi penulis dan pembaca, untuk meningkatkan wawasan pengetahuan tentang perkembangan sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di Indonesia.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis peranan dan dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di ini difokuskan pada sektor industri pengolahan saja. Penelitian ini menggunakan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 10 sektor dan 17 sektor. Kesepuluh sektor tersebut yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan dalam klasifikasi 17 sektor tersebut merupakan gabungan antara 10 sektor utama dan 8 subsektor industri diantaranya yaitu : 1) Sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, 2) Sektor industri Tekstil, Pakaian Jadi, kulit dan alas kaki , 3) Sektor Industri Bambu, Kayu dan Rotan, 4) Sektor Industri Kertas, Barang dari kertas dan Karton, 5) Sektor Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan minyak, 6) Sektor Industri Semen dan barang bukan logam, 7) Sektor Industri Logam dasar, 8) Sektor Industri lainnya.

Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah bagaimana dan berapa besar dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di Indonesia dengan menggunakan analisis Input-Output. Analasis pada penelitian ini meliputi analisis keterkaitan (keterkaitan ke depan dan ke belakang), dan


(8)

analisis multiplier (output, pendapatan, dan tenaga kerja). Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran berguna untuk melihat distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri

Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan asumsi bahwa sektor industri dapat memimpin sektor-sektor perekonomian lainnya menuju pembangunan ekonomi. Oleh karena itu di Indonesia sektor industri perlu dipersiapkan agar mampu menjadi sektor pemimpin dan penggerak terhadap perkembangan sektor perekonomian lainnya, selain akan mendorong perkembangan industri yang terkait dengannya (Saragih, 2004).

Menurut Dumairy (1996), industri mempunyai dua arti. Pertama, industri adalah himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrik, atau bahan manual.

Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogeny, atau barang-barang yang memounyai sifat saling mengganti yang erat. Secara makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah yakni semua produk, baik barang maupun jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian industri secara luas adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu serta mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas resiko usaha tersebut (Hasibuan, 1993).

Industri pengolahan menurut (Badan Pusat Statistika, 2003) merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.


(10)

Menurut Badan Pusat Statistika (BPS, 2002), penggolongan sektor industri dikelompokkan menjadi empat golongan berdasarkan banyaknya pekerja, yaitu: 1. Industri Besar. Industri Besar merupakan perusahaan industri yang memiliki

jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri Sedang. Industri Sedang merupakan perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang.

3. Industri Kecil. Industri Kecil merupakan perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang.

4. Industri Rumah Tangga. Industri Rumah Tangga merupakan perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.

Berdasarkan penggolongan industri diatas, penggolongan sektor industri pengolahan ini semata-mata hanya didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri tersebut dan tanpa memperhatikan apakah perusahaan tersebut menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan.

Industri pengolahan menurut Badan Pusat Statistika (BPS, 2002), terbagi kedalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Industri Migas, yang terdiri dari: a. Industri pengilangan minyak bumi b. Industri gas alam cair

2. Industri Bukan Migas, yang terdiri dari: a. Industri makanan, minuman dan tembakau b. Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki c. Industri barang kayu dan hasil hutan lain d. Industri barang kertas dan barang cetakan e. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet f. Industri semen dan barang galian bukan logam g. Industri logam dasar besi dan baja

h. Industri alat angkutan, mesin dan peralatan i. Industri barang lainnya


(11)

2.1.2. Definisi Investasi

Menurut Masitoh (2007), investasi merupakan faktor pendorong yang sangat kuat bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Investasi juga merupakan langkah awal untuk kegiatan produksi serta pembangunan ekonomi. Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing mampu menciptakan lapangan pekerjaan, sumber perkembangan teknologi, dan diversifikasi produk sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekspor. Investasi berdasarkan pemilik modal terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta. Investasi pemerintah pada umumnya dalam bentuk infrastruktur seperti jalan, pelabuhan dan listrik yang dibutuhkan oleh masyarakat, termasuk dunia usaha untuk melakukan kegiatan produksi, sedangkan investasi swasta pada umumnya terdiri dalam bentuk faktor-faktor produksi seperti mesin, bahan baku, dan bahan penolong untuk meningkatkan produksi barang dan jasa.

Dalam suatu perekonomian, penanaman modal asing memiliki peran mikro maupun makro. Secara mikro, PMA (Penanaman Modal Asing) berpengaruh terhadap ketenagakerjaan, penguasaan dan pendalaman teknologi terhadap pengembangan keterkaitan antar industri di dalam negeri, termasuk akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan investasi regional atau global. Peran PMA secara makro adalah PMA meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2005).

Investasi dibedakan menjadi investasi finansial dan investasi non finansial. Investasi finansial adalah investasi dalam bentuk pemilikan instrument finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial merupakan investasi dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud capital atau barang modal, termasuk didalamnya inventori (persediaan). Meski demikian, investasi finansial dapat juga direalisasikan menjadi investasi fisik. Investasi sangat dibutuhkan oleh negara berkembang seperti negara Indonesia, yang digunakan untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan. Hal ini dikarenakan investasi dapat meningkatkan pendapatan nasional di suatu negara. Setiap kenaikan jumlah dari pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi akan meningkatkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat.


(12)

2.1.3. Investasi dan Pembangunan Ekonomi

2.1.3.1. Kaitan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Output total riil suatu perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan sepanjang waktu. Ini berarti perekonomian statis atau mengalami penurunan (stagnasi).

Perubahan ekonomi meliputi baik pertumbuhan, statis ataupun stagnasi

pendapatan nasional riil. Penurunan merupakan perubahan negatif, sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan positif. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output per kapita harus dianalisis dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk di lain pihak.

Aspek yang ketiga dari definisi pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu jangka panjang. Kenaikan output per kapita selama satu atau dua tahun, yang kemudian diikuti dengan penuruan output per kapita bukan pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengalami kenaikan output perkapita.

Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan ekonomi tergantung bagaimana mengklasifikasikannya. Salah satu mengklasifikasikanya adalah menjadi faktor-faktor fisik dan faktor-faktor manajemen yang mempengaruhi sumber-sumber tersebut. Meskipun mempunyai sumber untuk pertumbuhan yang kuantitasnya cukup banyak serta dengan kualitas cukup tinggi tetapi bila manajemen penggunaannya tidak menunjang maka laju


(13)

pertumbuhan ekonominya akan rendah. Faktor pertumbuhan berupa faktor-faktor fisik sumber-sumber daya alami, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, jumlah barang-barang kapital dan teknologi. Keempat faktor ini disebut faktor-faktor penawaran dalam pertumbuhan ekonomi. Tersedianya lebih banyak dan lebih baik sumber-sumber alami dan manusia, barang kapital, serta tingkat pengetahuan teknologi yang lebih tinggi memungkinkan perekonomian memproduksi jumlah output lebih besar.

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Satu hal yang perlu ditekankan sejak awal adalah bahwa didalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai saat ini (dan masa mendatang) tidak ada suatu teori pertumbuhan yang menyeluruh dan lengkap dan yang merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berbagai ekonom besar, sejak lahirnya ilmu ekonomi mempunyai pandangan atau persepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian. Sering kali pandangan atau persepsi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-peristiwa pada waktu ekonom tersebut hidup. Seringkali pula teori pertumbuhan seorang ekonom dipengaruhi oleh ideologi yang dianut oleh ekonom, sehingga aspek-aspek yang ditonjolkan dalam teorinya mencerminkan kecenderungan idiologisnya.

Pembangunan ekonomi wilayah adalah suatu proses dimana pemerintah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin, 1999). Adapun teori-teori modern dalam teori-teori pertumbuhan dan investasi, yaitu:

1. Keynessian

Teori Keynessian menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan meningkatkan pendapatan di suatu wilayah, dan pendapatan ini khususnya berbentuk dalam uang yang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat


(14)

atau Agregat Demand (AD). Hal tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan tabungan masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan, dan sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

Y = C + S

dimana: Y= Pendapatan Masyarakat S = Tabungan

C = Konsumsi I = Investasi

dengan asumsi keseimbangan : S = I

maka : Y = C + I (2.1)

Gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

0 Y1 Y2 Pendapatan (Y) Tingkat

Harga

(P) AS

AD2

AD1

Sumber : Mankiw , 2000.

Keterangan :

Y1 = Pendapatan Awal

Y2 = Pendapatan setelah kenaikan konsumsi dan investasi AS = Penawaran Agregat

AD1 = Permintaan Agregat / agregat demand awal

AD2 = Permintaan Agregat setelah kenaikan pendapatan dan tingkat harga

Gambar 2.1. Hubungan Pendapatan, Tingkat Harga dan Konsumsi

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa adanya investasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah (Mankiw, 2000). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan investasi adalah tingkat suku bunga. Dengan adanya penurunan pada tingkat suku bunga


(15)

(r1 ke r2) akan mengakibatkan jumlah investasi yang ditanamkan di suatu sektor meningkat (I1 ke I2), sehingga akan mengakibatkan pengeluaran yang direncanakan naik (AE1 ke AE2). Meningkatnya pengeluaran yang direncanakan ini akan mengakibatkan tingkat pendapatan juga akan mengalami peningkatan (Y1 ke Y2). Dari rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah dengan cara menaikkan investasi. Hubungan antara suku bunga (r) dan investasi (I) yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi antara investasi (I) dan pendapatan (Y) yang ditunjukkan oleh kurva perpotongan keynessian yang diringkas dalam bentuk kurva IS (Investasi-Saving) pada Gambar 2.2 :

(b) Perpotongan Keynesian

AE2

AE1

Harga (P)

0 Y1 Y2 Pendapatan (Y)

(a) Fungsi Investasi (c) Kurva IS

0 (I)r1 (I)r2 Investasi (I) 0 Y1 Y2 Pendapatan (Y)

Sumber : Mankiw, 2000.

Gambar 2.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran yang Direncanakan, dan Pendapatan Nasional Riil

2.Harrord – Domar

Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan

IS r1

r2

Tingkat

Tingkat Bunga

(r) Bunga

(r) r1


(16)

investasi dalam jangka panjang. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi.

Modal  N N

K

2

 

K

1

 

L

1

L

2

0

 

Tenaga Kerja 

Sumber : Carlos, 2007

Gambar 2.3. Model Harrod Domar

Gambar 2.3. menjelaskan fungsi produksi dari Harrod - Domar atau H-D, yang menggambarkan hubungan antara modal dan tenaga kerja. Sumbu tegak pada gambar 2.3, menunjukkan jumlah modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah tenaga kerja. Modal dan tenaga kerja tidak dapat saling menggantikan satau sama lain. Misal untuk memproduksi sebesar N1 diperlukan modal sebesar K1 dan tenaga kerja sebanyak L1, demikian pula untuk memproduksi sebesar N2, diperlukan modal sebesar K2 dan tenaga kerja sebesar L2 dan seterusnya.

2.1.3.2. Investasi Langsung (Direct Investment)

Investasi langsung (Direct Investment)merupakan investasi yang melibatkan pihak investor secara langsung dalam operasional usaha yang akan dilaksanakan, sehingga dinamika usaha yang menyangkut kebijakan perusahaan


(17)

yang di tetapkan, tujuan yang hendak di capai, tidak lepas dari pihak yang berkepentingan (investor asing). Investasi langsung, langsung di perjual belikan dipasar uang (money market), pasar modal (capital market) dan pasar turunan

(derivative market).

2.1.3.3. Investasi Tidak Langsung (Portofolio)

Investasi tidak langsung (portofolio) merupakan investasi keuangan yang di lakukan di luar negeri. Investor membeli uang atau ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat finansial dari investasi tersebut. Bentuk investasi portofolio yang sering di temui adalah pembelian obligasi/perusahaan asing, tanpa kontrol manajemen di perusahaan investasi.

2.1.4 Analisis Input-Output

Semenjak ditemukan oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, tabel Input-Output telah berkembang menjadi salah satu metode yang luas diterima. Tabel Input-Output ini tidak hanya digunakan untuk mendesrkripsikan suatu industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara mendeskripsikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977).

Menurut BPS (2000), Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Selain itu Tabel I-O dapat menyajikan informasi dalam menggambarkan keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Isian sebelum baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Tabel I-O sebagai alat analisis kuantitatif dalam perekonomian, mampu memberikan gambaran secara menyeluruh tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.


(18)

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa barang produksi dalam negeri maupun impor.

4. Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, invenstasi dan ekspor.

Adapun kegunaan model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input-Output antara lain adalah:

a. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor.

b. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

c. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

d. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.

e. Untuk menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro.

f. Untuk melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistic yang pada gilirannya dapat dijadikan landasan perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan lebih lanjut.

2.1.5 Struktur Tabel Input-Output

Format tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1977). Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap dan jelas, maka gambaran lengkap format Tabel Input-Output disajikan pada Tabel 2.1. Dalam tabel tersebut, output yang diproduksi suatu sektor untuk dialokasikan kepada permintaan antara (intermediate demand) ditunjukkan dengan dengan baris (bagian horizontal).


(19)

Sektor produksi (sektor asal) disajikan disebelah kiri dan sektor tujuan disajikan disebelah atas Tabel. Sedangkan input-input yang diperlukan oleh masing-masing sektor disajikan searah kolom (bagian vertikal).

Tabel 2.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Permintaan Antara Permintaan

Akhir

Total Output Sektor Produksi

1 2 … n

Input Antara

Sektor Produksi

1 x11 x12 … x1n D1 X1 2 x21 x22 … x2n D2 X2

. . . … . . .

. . . … . . .

n … xnn Dn Xn

Jumlah Input Primer V1 V2 … Vn Total Input X1 X2 … Xn Sumber: Miller dan Blair dalam Sahara et.al, 2007 (dimodifikasi)

Jika dalam Tabel Input-Output tersebut diperlihatkan secara baris (horizontal), maka alokasi output dapat diperlihatkan secara keseluruhan dalam persamaan yaitu:

x11 + x12 +….+x1n + D1 = X1 x21 + x22 +….+x2n + D2 = X2

. . (2.2)

. .

. .

xn1 + xn2 +….+xnn + Dn = Xn

dan secara umum persamaan tersebut dapat dirumuskan kembali menjadi:

untuk i = 1, 2, 3 … dst. Dimana Xij adalah banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j dan Di adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah total output sektor i.


(20)

Sedangkan angka-angka yang berada di kolom (vertical) menunjukkan input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk melaksanakan proses produksi. Jika dalam Tabel Input-Output tersebut diperlihatkan secara kolom (vertikal), maka alokasi input dapat diperlihatkan secara keseluruhan dalam persamaan yaitu:

x11 + x21 +….+xn1 + V1 = X1

x12 + x22 +….+xn2 + V2 = X2

. . (2.4)

. .

. .

x1n + x2n +….+xnn + Vn = Xn

dan secara umum persamaan tersebut dapat dirumuskan kembali menjadi:

Untuk j = 1, 2, 3 …dst. Dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.

(2.5)

Berdasarkan Tabel 2.1 diatas terdapat empat kuadran dalam Tabel Input-Output, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV dengan masing-masing penjelasan sebagai berikut:

1. Kuadran I (Intermediate Quadrant)

Kuadran I menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Kuadran ini berperan penting karena menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

2. Kuadran II (Final Demand Quadrant)

Kuadran II menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Input Quadrant)

Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri atas


(21)

pendapatan rumah tangga (gaji / upah), surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestic bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant)

Kuadran IV menunjukkan input primer permintaan akhir dari transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

2.1.6 Asumsi-Asumsi Keterbatasan Input-Output

Dalam analisis menggunakan model Input-Output, karena bersifat statis dan terbuka maka terdapat beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi (Priyarsono, D. S, et.al, 2007), yaitu:

1. Keseragaman (Homogenity)

Asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda.

2. Penjumlahan (Aditivity)

Asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan produksi tersebut secara terpisah.

3. Kesebandingan (Proportionality)

Asumsi bahwa hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan atau penurunan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan atau penurunan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut.

Model Input-Output memiliki beberapa keterbatasan dalam penggunaanya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut diantaranya adalah :

1. Memerlukan biaya yang besar dalam penyusunannya.

2. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada maka semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap. 3. Koefisien teknis diasumsikan tetap selama periode analisis sehingga


(22)

produksinya dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. 4. Data hanya tersedia untuk tahun tertentu berdasarkan Tabel Input-Output

yang dipublikasikan. 5. Analisisnya bersifat statis.

Sulit melakukan prediksi Tabel Input-Output pada masa yang akan datang.

2.1.7 Kerangka Analisis

Menurut Jensen et.al (1979) aspek-aspek analisis Input-Output yang berfungsi dan berkedudukan penting dalam analisis perekonomian yaitu:

1. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan merupakan suatu konsep yang biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi melalui adanya peninjauan terhadap keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Terdapat dua jenis konsep keterkaitan dalam yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi dan keterkaitan ke depan

(forward linkage) yang menunjukan hubungan antar sektor dalam penjualan

terhadap total penjualan output yang dihasilkan.

Dengan menggunakan konsep keterkaitan ini maka dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Koefisien langsung dalam model I-O dapat menunjukan adanya keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara. Sedangkan matriks kebalkan Leontief atau yang disebut juga koefisien keterkaitan dapat menunjukan adanya keterkaitan langsung dan tidak langsung. Matriks ini mengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian suatu wilayah.

2. Analisis Dampak Penyebaran

Analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan matriks kebalikan. Analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung di semua sektor. Hal tersebut perlu


(23)

dilakukan karena indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang yang telah diuraikan belum memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua bagian yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

3. Analisis Multiplier

Dalam Model Input-Output terdapat tiga jenis analisis multiplier yang menggunakan koefisien teknis sebagai dasar perhitungannya, yaitu :

1. Multiplier output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek

awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter.

2. Multiplier pendapatan

Penggandaan ini mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian.

3. Multiplier tenaga kerja

Penggandaan ini menunjukan adanya perubahan pada tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output.

Multiplier Tipe I dan II dapat mengukur efek dari output, pendapatan, dan

tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai peran dan keterkaitan suatu sektor dalam perekonomian dengan menggunakan analisis Input-Output telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap salah satu sektor dalam perekonomian seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan hotel, jasa-jasa dan lain sebagainya. Setiap penelitian umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage), keterkaitan langsung ke belakang

(direct backward linkage), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dan


(24)

pendapatan, output dan tenaga kerja. Berdasarkan dari tiga referensi penelitian terdahulu yaitu Dwi Yuli Mustikasari yang berjudul Peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian di provinsi Jawa Tengah (2005), Surya Agus Setiawan yang berjudul Analisis peranan sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap perekonomian Kabupaten Jepara (2005) dan Oktavianita BR Bangun yang berjudul Analisis peran sektor industri pengolahan terhadap perekonomian provinsi Sumatera utara (2008) didapatkan adanya persamaan dalam alat analisis dari penelitian yang mereka lakukan. Ketiga penelitian tersebut menggunakan metode analisis Input-Output.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yuli Mustikasari dalam skripsinya menganalisis tentang peranan sektor industri pengolahan dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Tabel I-O Provinsi Jawa tengah tahun 2000 yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sektor industri pengolahan memiliki keterkaitan langsung dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan terbesar, menempati urutan pertama bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai keterkaitan langsung, langsung dan tidak langsung ke depan terbesar adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau dan industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Dari hasil analisis dampak penyebaran sektor industri pengolahan memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya, hal ini menunjukkan sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Tengah memiliki kemampuan yang kuat dalam menarik dan mendorong sektor hulu dan hilirnya. Hampir semua sub sektor industri pengolahan memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu kecuali industri migas. Sub sektor industri yang memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Berdasarkan hasil analisis multiplier output tipe I dan tipe II sektor industri pengolahan juga memiliki nilai terbesar, sub sektor yang memiliki nilai pengganda output tipe I dan tipe II terbesar adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Sedangkan jika dilihat dari hasil analisis multiplier pendapatan sektor industri pengolahan, nilainya tidak terlalu signifikan baik tipe I dan tipe II. Sub sektor industri pengolahan yang memiliki nilai multiplier pendapatan tertinggi adalah sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Peran sektor


(25)

industri pengolahan dalam penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah sangat besar dilihat dari nilai multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat pertama, sub sektor industri pengolahan yang memiliki nilai multiplier

tenaga kerja terbesar adalah industri makanan, minuman dan tembakau.

Penelitian yang dilakukan oleh Surya Agus Setiawan dalam skripsinya menganalisis tentang peranan sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap perekonomian Kabupaten Jepara. Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel I-O Kabupaten Jepara tahun 2001 yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sektor industri pengolahan secara keseluruhan memiliki keterkaitan langsung dan keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi dengan sektor-sektor lain baik sektor pengguna input maupun output, sektor ini dapat dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lainnya baik hulu maupun hilir. Sub sektor yang memiliki nilai terbesar pada keterkaitan langsung ke depan adalah sub sektor industri karet. Sektor lainnya yang termasuk tiga besar adalah industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kayu. Untuk keterkaitan langsung ke belakang sub sektor industri kayu memiliki nilai terbesar, kemudian sub sektor lainnya yang termasuk tiga besar adalah industri tekstil dan pakaian jadi, industri makanan dan minuman, dan industri mineral non logam. Sedangkan pada analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, tiga sub sektor utamanya adalah industri tekstil dan pakaian jadi, industri karet, industri makanan dan minuman. Tiga besar sub sektor utama pada Analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang adalah industri tekstil dan pakaian jadi, industri kayu, industri makanan dan minuman. Berdasarkan analisis multiplier, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mampu diandalkan dalam meningkatkan pertumbuhan di Kabupaten Jepara, khususnya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat. Sub sektor industri tekstil dan pakaian jadi, industri karet, dan industri makanan dan minuman merupakan tiga sub sektor industri utama dengan kontribusi yang cukup besar terhadap multiplier output (Tipe I dan II). Pada analisis multiplier pendapatan (Tipe I dan II), tiga sub sektor utama yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat adalah industri makanan dan minuman, industri karet, dan industri kayu. Hasil analisis terhadap daya penyebaran sektor industri pengolahan


(26)

menunjukkan bahwa daya penyebaran ke belakang (koefisien penyebaran) lebih besar dibandingkan dengan daya penyebaran ke depan (kepekaan penyebaran). Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan output industri hulunya dibandingkan dengan kemampuan untuk mendorong output industri hilirnya. Secara khusus sub sektor industri tekstil dan pakaian jadi memiliki nilai terbesar pada kedua analisis daya penyebaran tersebut. Kemudian dilanjutkan oleh industri kayu dan industri makanan dan minuman pada analisis kepekaan penyebaran, dan industri karet serta industri makanan dan minuman pada analisis koefisien penyebaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianita BR Bangun dalam skripsinya menganalisis tentang peranan sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Tabel I-O Kabupaten Jepara tahun 2003 yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sektor industri pengolahan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi masyarakat dan pemerintah, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah bruto, dan struktur output sektoral. Sektor industri pengolahan juga memiliki keterkaitan yang kuat terhadap sektor lain sehingga sektor tersebut dapat diandalkan untuk mendorong sektor hulu dan hilirnya. Berdasarkan hasil analisis multiplier output tipe I dan tipe II, industri pengolahan menempati urutan ke dua dan ke tiga dan multiplier pendapatan tipe I dan II menempati urutan ketiga. Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja, sektor industri pengolahan menempati urutan pertama, hal ini berarti sektor ini mampu diandalkan dalam mengatasi masalah pengangguran di Provinsi Sumatera Utara. Sub sektor industri kayu dan sub sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit merupakan kontribusi utama terhadap multiplier output tipe I dan tipe II. Pada analisis multiplier pendapatan (tipe I dan tipe II) yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera Utara adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Sedangkan pada analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II, sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bagi masyarakat. Oleh karena itu strategi pengembangan sektor industri pengolahan di Provinsi Sumatera Utara


(27)

dapat dilakukan dengan memilih lima sub sektor sebagai fokus pengalokasian investasi dalam mengatasi masalah pengangguran, sub sektor tersebut adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sub sektor industri kimia, minyak bumi, batubara dan plastik, sub sektor industri logam dasar, sub sektor industri kayu dan sub sektor industri logam, mesin, dan perlengkapan.

Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi Yuli Mustikasari (2005), Surya Agus Setyawan (2005), dan Oktavianita BR Bangun (2008) dalam hal cakupan wilayah. Penelitian ini memfokuskan pada suatu wilayah atau regional yang lebih luas yaitu wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Input-Output dengan klasifikasi 10 sektor dan 17 sektor. Tabel Input-Output yang digunakan yaitu Tabel IO Indonesia tahun 2008 atas dasar harga produsen. Dengan metode penelitian ini akan lebih dapat menjelaskan kondisi terkini dari perekonomian Indonesia. Dan dalam penelitian ini memperlihatkan adanya investasi yang diberikan pada sektor industri pengolahan yang tidak dilakukan dalam penelitian sebelumnya.

2.1.9 Kerangka Pemikiran Operasional

Industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai kontribusi terbesar dalam memberikan sumbangan terhadap PDB. Keberadaan sektor industri pengolahan tentunya didukung oleh sektor lain sebagai pendukung, sehingga antara sektor industri pengolahan dengan sektor lain terdapat suatu hubungan keterkaitan. Apabila terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan, hal ini akan berdampak juga pada peningkatan penyerapan tenaga kerja total pada sektor perekonomian. Namun kondisi pada saat ini kenyataannya penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan kurang mampu untuk menyerap tenaga kerja yang tinggi. Kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap PDB di Indonesia tidak sebanding dengan daya serap tenaga kerjanya. Oleh karena itu agar masalah tersebut dapat teratasi, maka sektor industri pengolahan harus diberikan dana investasi. Dengan diberikannya dana investasi pada sektor industri pengolahan diharapkan akan memberikan dampak


(28)

positif pada peningkatan penyerapan tenaga kerja total di seluruh sektor perekonomian Indonesia.

Pengolahan data analisis Input-Output dengan menggunakan bantuan software program I-O Analysis for Practitioners version 1.0.1 dan Microsoft

Excel 2007 serta menggunakan asumsi dan keterbatasan model Input-Output.

Untuk melihat peranan sektor industri pengolahan maka dilakukan analisis Input-Output yang terdiri dari analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier, kemudian untuk melihat dampak investasi, maka dilakukan simulasi investasi yang dimasukkan ke dalam tabel I-O. Sehingga akan didapatkan peranan sektor industri pengolahan dan dampak investasinya terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disusun alur kerangka penelitian ini dalam Gambar 2.4 :

Permasalahan Ekonomi Indonesia - Penyerapan Tenaga Kerja

- Pengangguran

Pembangunan Sektor Industri Pengolahan

Pembangunan Ekonomi

Analisis Input Output

Analisis Struktur Permintaan Akhir Analisis Keterkaitan Analisis Multiplier

Dampak Investasi Sektor Industri Pengolahan


(29)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan 17 sektor. Dasar pengagregasian tersebut adalah untuk melihat keterkaitan yang erat antar sektor dan subsektor tertentu.

Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, dan selain Tabel Input-Output, digunakan juga data pendukung lainnya seperti studi kepustakaan dan literatur lain yang diperoleh dari perpustakaan IPB, media cetak, dan media internet. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software program I-O Analysis for Practitioners version 1.0.1 dan Microsoft Excel 2007.

3.2. Metode Analisis Model Input-Output

Model I-O dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan sektoral. Dengan menggunakan analisis I-O dapat diputuskan sektor-sektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sektor dalam pembangunan ekonomi. Suatu sektor yang terindikasi sebagai sektor pemimpin dianggap memiliki kemampuan daya sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat berganda.

Dari tabel I-O yang sudah tersedia maka dapat diketahui peranan sektor industri pengolahan terhadap pembentukan output, nilai tambah bruto, dan permintaan akhir. Untuk mengetahui peranan sektor industri pengolahan sebagai sektor penyedia input maupun sektor pemakai input terhadap sektor lain serta mengetahui dampak yang ditimbulkan sektor industri pengolahan terhadap perekonomian Indonesia dapat dikaji berdasarkan analisis keterkaitan dan multiplier.

3.2.1. Koefisien Input

Koefisien input yang disebut juga koefisien teknologi merupakan perbandingan antara banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j ( ) dengan input total sektor j ( ).


(30)

untuk i dan j = 1, 2, 3, ….., n.

fisien input

us koefisen input diatas, maka dapat disusun matriks

+ ………. + + =

(3.2) atau :

… …

(3.3) A

X -1 F (3.4)

dimana :

I : Matriks identitas F : Permintaan akhir X : Jumlah output (I-A)

)-1

: Matriks kebalikan Leontief

iks kebalikan dapat menganalisis beberapa hal, diataranya ialah

aupun ke belakang antar sektor. patan, dan tenaga kerja.

aan penyebaran.

(3.1)

dimana : = Koe

Sesuai dengan rum sebagai berikut :

+ ………. + + =

+ ………. + + =

+ =

… X + F = X

= (I-A) AX + F = X atau F = (I-A) X

: Matriks Leontief (I-A

Matr sebagai berikut :

1. Keterkaitan langsung ke depan m 2. Multiplier output, penda


(31)

eterkaitan berguna untuk melihat keterkaitan antar sektor. gsung ke depan, dan keterkaitan

. Keterkaitan Langsung ke Depan

ke depan menunjukan akibat suatu sektor tertentu

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukan akibat dari suatu se tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut

an permintaan total.

dimana :

= Keterkaitan langsung ke belakang knis

epan menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor

3.2.2. Analisis Keterkaitan

Analisis k

Keterkaitan ini terdiri dari keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan lan belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

langsung dan tidak langsung ke belakang.

1

Keterkaitan langsung

terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan total. Keterkaitan ini dapat dirumuskan :

(3.5)

dimana :

= Keterkaitan langsung ke depan = Unsur matriks koefisien teknis

ktor

secara langsung per unit kenaik

(3.6)

= Unsur-unsur koefisien te

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan.


(32)

tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

imana :

tidak langsung ke depan sektor i. = Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka.

g.

taan total.

imana :

= Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i.

3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran

Beberapa analisis keterkaitan (indeks keterkaitan) yang telah diuraikan di i landasan dalam emilih

bulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

(3.7)

i = Keterkaitan langsung dan

d

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permin

(3.8)

d

= Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka.

atas sebelumnya ternyata belum memadai untuk dipakai sebaga

p an sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama, oleh karena itu indeks keterkaitan harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditim


(33)

nsep ini berguna untuk megetahui distribusi manfaat dari

pengembangan su i

mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai

kemampua industri hulunya.

Sektor j dikatakan memiliki kaitan ke belakang lebih tinggi apabila Pdj memiliki

us yang digunakan untuk mencari nilai

Pdj = Koefisien penyebaran sektor j

= Unsur matriks kebalikan Leontief

untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lainnya yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatak yeb ran yang tinggi apabila nilai Sdi leb

dari satu. Rumus yang digunakan :

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang)

Ko

atu sektor terhadap perkembangan sektor lainnya melalu

n suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan

nilai lebih besar daripada satu. Rum koefisien penyebaran adalah :

Pdj = (3.9)

; untuk i dan j = 1, 2, 3, …, n dimana :

n = Jumlah sektor

Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu sendiri sebesar nilai koefisien penyebaran.

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)

Konsep ini bermanfaat


(34)

(3.10)

= Unsur matriks kebalikan Leontief n = Jumlah sektor

jukan bahwa kenaikan

kepekaan dan keofisien penyebaran dapat menunjukan kemampuan menarik atau mendorong suatu sektor. Apabila suatu sektor memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih tinggi daripada nilai kepekaan p nyebarannya maka sektor tersebut memiliki kemampuan menarik

dengan sektor hilirnya.

3.2.4. Analisis Pengganda (Multiplier)

ana is penggandaan yang digunakan ialah output , multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.

ef, baik untuk model terbuka (αij) ukan nilai-nilai dari pengganda utput, kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Sdi =

; untuk i dan j = 1, 2, 3, …, n dimana :

Sdi = Koefisien penyebaran sektor i

Nilai kepekaan penyebaran dari suatu sektor menun

satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya nilai output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor-sektor tersebut, termasuk sektor-sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebaran. Apabila nilai kepekaan penyebaran dari suatu sektor bernilai lebih dari satu (tinggi), maka sektor i tersebut mampu menumbuhkan sektor hilirnya.

Perbandingan antara nilai

e

yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya apabila dibandingkan

Dalam penelitian ini, lis multiplier

Berdasarkan matriks kebalikan Leonti maupun untuk model tertutup (α*ij) dapat ditent o pendapatan dan tenaga


(35)

Tabel 3.1. Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Nilai

Pengganda

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Efek Awal 1 hi ei

Efek Putaran Pertama ∑iaij ∑iaij hi ∑iaij ei

Efek Dukungan Industri

∑iαij -1-∑iaij ∑iαij hi - hi - ∑iaij hi ∑iαij ei - ei - ∑iaij ei

Efek Induksi Konsumsi

∑iα*ij - ∑iαij ∑iα*ij hi - ∑iαij hi ∑iα*ij ei - ∑iαij ei

Efek Total ∑iα*ij ∑iα*ijhi ∑iα*ij ei

Efek Lanjutan ∑iα*ij – 1 ∑iα*ij hi - hi ∑iαij ei - ej

Sumber: Daryanto, 2010

dimana: aij = koefisien output

hi = koefisien pendapatan rumah tangga

ei = koefisien tenaga kerja

ij triks kebalikan Leontief terbuka α*ij = matriks kebalikan Leontief tertutup

Sedangkan untuk m

α = ma

elihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan patan, dan tenaga kerja, maka dihitung

Tipe I k awal + efek p rtama + e indus per unit pengukuran dari sisi output, penda

dengan menggunakan rumus pengganda tipe I dan tipe II sebagai berikut: = efe utaran pe fek dukungan tri efek awal

efek awal+efek putaran pertama+efek dukungan industri+efek konsumsi

Tipe II =

efek aw

imula ublik

alaupun dengan menggunakan analisis Input-Output dapat dihitung dan

nan dan d industr ada

tetapi akan lebih lengkap bila dapat disimulasikan dengan analisis blik. Denga angkum damp analisis sim estasi kemudian dapat diperbandi ak dari sing pengembangan sektor industri pengolahan di indonesia. nalisis dampak investasi dalam penelitian ini dilakukan dengan memasukkan al

3.3 Analisis S

W

si Investasi P

dianalisis pera Indonesia,

ampak sektor i pengolahan terh p perkonomian

investasi pu n mer ak dari ulasi inv publik tersebut ngkan damp masing-ma analisis simulasi terhadap


(36)

n beserta subsektor industri enelitian ini sikan total kepada sektor

ktor industri PMDN tahun

ayah.

nsep serta definisi dari Indutri engolahan, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah embentukan modal tetap, perubahan

produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh roduk domestik. Unit usaha yang pro

shock pada bagian investasi sektor industri pengolaha

pengolahan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam p diasumsikan sebesar Rp 86,66 triliun yang dialoka

industri pengolahan dan secara merata pada subsektor-subse pengolahan. Nilai investasi tersebut berasal dari total investasi

2006-2010, disini diasumsikan mengambil nilai total investasi selama lima tahun dikarenakan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang merupakan suatu strategi perencanaan pembangunan suatu daerah atau wil

3.4. Konsep dan Definisi Operasional Data

Konsep dan definisi menjelaskan ko P

tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, p

stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y., 2010).

1. Industri

Industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.

2. Output

Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka

karena itu, output sering dikatakan sebagai p

duksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang


(37)

tara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa

tara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa an dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan

4.

m kegiatan produksi ja keluarga yang tidak dibayar.

tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.

3. Input Antara Input an

yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input an

perbank

gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.

Input Primer

Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan input antara.

a.Upah dan Gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dala

selain peker b.Surplus Usaha

Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.


(38)

Netto

ng netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan

produsen. Subsidi disebut juga langsung negara.

5. Pe Pe pr pe pr 6. Pe

Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga,

onsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, pe

(i)

h rumah tangga dan badan-badan yang tidak

eri. nsumsi Pemerintah c.Penyusutan

Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d.Pajak Tak Langsung

Pajak tak langsu

subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada

sebagai pajak tak rmintaan Antara

rmintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi oses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah nawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam oses produksi.

rmintaan Akhir

pengeluaran k

rubahan stok, dan ekspor-impor.

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan ole

mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar neg

(ii) Pengeluaran Ko

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi


(39)

ngkatan bersenjata (pertahanan). Modal Tetap Bruto (PMTB)

usen, termasuk perubahan ternak trategis yang merupakan cadangan

(v)

u transaksi barang dan jasa

, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. elibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan a

(iii)Pembentukkan

Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya.

(iv) Perubahan Stok

Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh prod

dan unggas serta barang-barang s

nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.

Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor merupakan kegiatan ata

antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi

Transaksi ini m

pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya, dan yang termasuk dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya


(40)

7. Mar Mar pad oleh

baik ransportasi yang

an barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir. 8. Sek

Keg berc yan keh pen seca 9. Sek

Pert pen keg

tam uk padat, cair dan gas, baik yang i. Sifat dan tujuan pengusahaan

10.

tu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor.

gin Perdagangan dan Biaya Transportasi

gin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi a tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya t

timbul dalam menyalurk tor Pertanian

iatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk ocok tanam dan kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsektor g termasuk ke dalam sektor ini antara lain subsektor peternakan, utanan dan perikanan yang kegiatannya meliputi pemeliharaan dan angkapan ikan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan

ra sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional. tor Pertambangan dan Penggalian

ambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan ambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya usaha iatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang bang, mineral dan barang galian berbent

terdapat di dalam maupun di permukaan bum

benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri.

Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mu

mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya.


(41)

11.

listrik baik n Listrik Negara (PLN) maupun non

aluran erupa gas dan produknya berupa kokas dan ter.

12.

oleh ontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi ntuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti

13.

14.

Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga yang diselenggarakan oleh Perusahaa

PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses peny

gas alam. Produksi utama b

Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai. Sektor Bangunan

Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik k

u

individu yang melakukan kegiatan

misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya


(1)

Lanjutan Lampiran 3

180 301 302 303 304 305 306 309 310

752.174.799 481.384.291 0 2.205.677 -16.164.473 22.942.077 0 490.367.572 1.242.542.371

541.750.578 1.072.856 0 997.825 71.307.551 244.421.029 0 317.799.261 859.549.839

2.358.530.362 1.331.677.075 0 189.573.442 43.675.964 897.330.314 1.369.788 2.463.626.583 4.822.156.945

85.440.795 39.049.910 0 0 0 0 0 39.049.910 124.490.705

99.869.565 0 0 1.144.105.970 0 0 0 1.144.105.970 1.243.975.535

425.000.993 381.289.505 0 38.457.068 3.638.215 150.736.964 0 574.121.752 999.122.745

72.422.764 250.142.272 0 0 0 0 39.331.798 289.474.070 361.896.834

354.651.201 282.108.726 0 9.926.652 917.880 30.879.445 59.967.012 383.799.715 738.450.916

449.994.760 157.148.959 0 2.445.994 0 0 17.730.997 177.325.950 627.320.710

195.873.602 271.930.837 416.866.669 17.742.811 0 39.862 22.488.560 729.068.739 924.942.341 5.335.709.419 3.195.804.431 416.866.669 1.405.455.439 103.375.137 1.346.349.691 140.888.155 6.608.739.522 11.944.448.941 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2008, Klasifikasi 10 Sektor (diolah).


(2)

90 

 

Lampiran 4. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 17 Sektor (Juta Rupiah).

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 138.733.778 126.788 387.482.382 19.413.136 22.448.051 2.102.133 43.870.349 103.534 26.456 2 1.982 83.839.570 1.085.780 564.764 108.784 428.227 276.091.821 20.104.391 59.927.953

3 68.122.391 0 157.064.241 1.398.117 820.757 808.202 3.982.630 2.205 0

4 552.139 185.207 254.133 77.489.615 660.710 254.938 3.000.539 44.709 657.929 5 289.085 85.942 211.813 132.933 30.840.144 170.068 240.061 60.567 3.065.719 6 352.928 219.133 6.587.595 909.795 333.470 41.008.185 1.818.699 498.266 277.984 7 82.090.086 13.964.872 14.152.812 33.141.027 12.510.267 20.782.250 174.254.539 9.628.236 41.545.148

8 4.422 0 175.231 6.226 317.456 3.568 501.130 1.586.473 593.416

9 1.369.838 231.625 559.094 635.109 847.681 313.579 2.252.661 757.232 59.907.840 10 5.540.165 10.573.561 1.790.811 3.496.959 2.615.293 1.298.811 4.530.781 1.083.080 2.526.214 11 763.971 366.675 1.668.250 5.578.399 1.479.303 2.378.066 3.776.919 2.977.828 6.100.891 12 8.234.934 7.908.703 232.824 706.530 68.865 39.079 625.641 443.287 738.440 13 27.031.008 5.033.093 56.869.224 19.221.944 11.437.756 10.446.908 24.036.242 4.013.959 12.083.996 14 664.932 790.620 1.508.736 1.674.056 809.018 735.245 2.508.935 505.165 1.668.173 15 9.435.874 7.127.177 17.807.431 10.069.551 9.595.491 6.865.902 14.208.160 3.724.461 8.947.584 16 11.989.634 6.906.847 11.675.131 7.219.382 4.039.579 3.823.980 10.977.883 1.827.945 8.968.516 17 4.921.515 5.669.122 6.680.606 2.001.258 2.107.610 1.833.181 6.545.003 743.545 3.011.028 190 360.098.682 143.028.935 665.806.094 183.658.801 101.040.235 93.292.322 573.221.993 48.104.883 210.047.287 201 184.723.174 83.499.069 83.942.029 35.930.754 20.355.385 15.752.330 121.133.648 12.819.731 46.933.485 202 605.927.633 435.498.137 173.163.515 60.834.954 43.404.760 30.971.731 329.135.094 18.040.439 70.567.452 203 18.457.276 31.742.700 25.383.768 12.553.359 7.805.464 5.350.296 50.881.853 6.879.848 18.753.959 204 13.460.730 23.714.044 56.376.045 3.115.170 2.174.816 1.421.778 11.554.096 2.680.139 5.772.739

205 -985.248 0 0 0 0 0 -113.081.099 0 0

209 821.583.565 574.453.950 338.865.357 112.434.237 73.740.425 53.496.135 399.623.592 40.420.157 142.027.635 210 1.181.682.247 717.482.885 1.004.671.451 296.093.038 174.780.660 146.788.457 972.845.585 88.525.040 352.074.922


(3)

Lanjutan Lampiran 4

10 11 12 13 14 15 16 17 180 301

2.381.576 15 20.164.280 425.240 79.473.869 251.208 215.265 34.956.739 752.174.799 481.384.291 490.004 21.463.470 76.510.703 36.461 15.853 68.151 0 1.012.664 541.750.578 1.072.856 62.493 0 0 1.124.240 51.563.761 2.601.630 1.038.176 19.540.000 308.128.843 622.354.148 1.904.720 14.697 998.706 8.614.273 1.960.785 935.123 698.027 5.003.392 103.229.642 99.502.087 2.327.367 0 57.619.877 4.145.514 15.466 52.691 16.835 444.030 99.718.112 33.687.398 3.049.679 162.824 2.195.261 24.705.476 102.858 2.533.921 4.426.335 20.869.193 110.051.602 21.087.049 58.658.182 30.086.760 108.992.122 55.410.010 1.603.663 106.137.262 6.567.389 62.758.149 832.282.774 252.983.818 2.087.843 5.696 72.445.271 636.771 11.564 42.685 61.171 569.605 79.048.528 6.970.802 43.245.665 43.924 231.931.552 567.637 96.981 192.490 1.915.480 6.065.468 350.933.856 22.408.628 280.050.392 1.865.367 41.860.149 4.717.531 148.502 21.130.449 12.977.199 78.931.741 475.137.005 272.683.145 6.013.591 12.811.114 405.914 24.186.468 623.049 5.377.961 3.111.065 7.821.331 85.440.795 39.049.910 1.079.148 1.003.727 1.203.120 28.211.600 82.682 10.499.576 17.327.069 21.464.340 99.869.565 0 52.705.383 6.190.266 87.204.572 9.064.935 38.674.034 19.406.714 4.804.588 36.776.371 425.000.993 381.289.505 2.133.549 82.235 8.684.556 21.770.362 328.405 4.891.354 3.696.468 19.970.955 72.422.764 250.142.272 26.968.798 1.519.629 27.163.618 94.447.519 7.555.382 57.419.139 16.907.638 34.887.847 354.651.201 282.108.726 22.498.246 3.007.201 48.480.149 160.259.990 2.172.653 33.442.710 81.431.362 31.273.552 449.994.760 157.148.959 7.006.417 198.832 6.473.995 27.252.562 607.303 59.187.592 26.448.094 35.185.939 195.873.602 271.930.837 512.663.053 78.455.757 792.333.845 465.576.589 185.036.810 324.170.656 181.642.161 417.531.316 5.335.709.419 3.195.804.431

76.241.805 31.570.710 167.855.903 151.338.617 53.632.134 107.177.215 85.309.160 328.035.097 127.837.769 49.068.989 226.568.876 322.167.917 74.547.400 122.416.179 264.819.221 94.630.967 36.256.485 43.839.834 40.876.002 40.318.687 17.055.631 102.460.452 26.677.423 53.244.811 10.380.197 5.461.928 16.340.909 19.720.935 6.827.266 5.565.536 8.181.599 6.896.699 0 -83.906.513 0 0 0 -1.688.415 0 -40.700 250.716.256 46.034.948 451.641.690 533.546.156 152.062.431 335.930.967 384.987.403 482.766.874 763.379.309 124.490.705 1.243.975.535 999.122.745 337.099.241 660.101.623 566.629.564 900.298.190


(4)

92 

 

Lanjutan Lampiran 4

302 303 304 305 306 309 310

0 2.205.677 -16.164.473 22.942.077 0 490.367.572 1.242.542.371 0 997.825 71.307.551 244.421.029 0 317.799.261 859.549.839 0 0 -25.193.384 166.974.012 0 764.134.776 1.072.263.619 0 166.363 12.716.721 102.883.375 0 215.268.546 318.498.188 0 140.639 7.444.884 37.928.606 0 79.201.527 178.919.639 0 0 221.929 40.580.766 0 61.889.744 171.941.346 0 0 -54.107.232 308.138.679 0 507.015.265 1.339.298.039 0 84.377 4.623.208 6.048.331 0 17.726.718 96.775.246 0 7.694.272 31.906.418 89.643.348 0 151.652.666 502.586.522 0 181.487.791 66.063.420 145.133.197 1.369.788 666.737.341 1.141.874.346

0 0 0 0 0 39.049.910 124.490.705

0 1.144.105.970 0 0 0 1.144.105.970 1.243.975.535 0 38.457.068 3.638.215 150.736.964 0 574.121.752 999.122.745 0 0 0 0 39.331.798 289.474.070 361.896.834 0 9.926.652 917.880 30.879.445 59.967.012 383.799.715 738.450.916 0 2.445.994 0 0 17.730.997 177.325.950 627.320.710 416.866.669 17.742.811 0 39.862 22.488.560 729.068.739 924.942.341 416.866.669 1.405.455.439 103.375.137 1.346.349.691 140.888.155 6.608.739.522 11.944.448.941 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2008, Klasifikasi 17 Sektor (diolah).


(5)

GEMA SETYA ANGGARA PUTRA. Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh

ALLA ASMARA).

Sektor industri merupakan sektor yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia yang pada tahun 1991 selama pembangunan jangka pendek 1 telah mengalami perubahan struktur perekonomian yang pada awalnya berbasis sektor pertanian menjadi sektor industri. Di dalam pelaksanaannya, sektor industri pengolahan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja, dan kemampuan untuk menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah.

Sektor industri pengolahan di Indonesia di satu pihak memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tertinggi, dan nilai investasi yang tertanam cukup besar, namun kontribusi tersebut tidak sebanding dengan daya serap tenaga kerjanya. Sektor industri yang merupakan penyumbang terbesar PDB hanya mampu menduduki peringkat ketiga dalam menyerap tenaga kerja setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan.

Berdasarkan masalah dan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia, (2) Menganalisis peranan dan keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia, (3) Menganalisis berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor industri pengolahan, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja, (4) Menganalisis besarnya dampak yang ditimbulkan dari investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 klasifikasi 66 sektor yang diagregasi menjadi 10 sektor dan 17 sektor. Dalam studi ini menggunakan metode analisis Input-Output (I-O). Pengolahan data dengan menggunakan bantuan software I-O

Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell 2007.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kontribusi sektor industri pengolahan dalam kaitannya dengan pembentukan permintaan total, permintaan akhir, konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga, ekspor netto, nilai tambah bruto, dan pembentukan struktur output sektoral menempati urutan pertama dibandingkan dengan sektor lainnya. Namun dalam pembentukan struktur investasi, sektor industri pengolahan menempati urutan kedua setelah sektor bangunan.

Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran pada Tabel I-O klasifikas 10 sektor, sektor industri pengolahan memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari nilai kepekaan penyebaran. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan lebih mampu meningkatkan sektor hulunya daripada sektor hilirnya. Subsektor dari industri pengolahan yang memiliki kemampuan untuk


(6)

menjadi sektor unggulan dalam suatu perekonomian adalah sektor industri bambu, kayu dan rotan serta industri kertas, barang dari kertas, dan karton.

Sesuai dengan hasil analisis multiplier pada Tabel I-O klasifikasi 10 sektor menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan baik untuk tipe I dan tipe II pada

multiplier output menempati urutan keenam, pada multiplier pendapatan

menempati urutan pertama, dan pada multiplier tenaga kerja menempati urutan ketiga. Sedangkan sesuai dengan hasil analisis multiplier pada Tabel I-O klasifikasi 17 sektor menunjukkan bahwa sektor industri makanan, minuman, dan tembakau pada multiplier pendapatan menempati urutan pertama dibandingkan dengan subsektor dari industri pengolahan lainnya, dan yang memiliki nilai terbesar dalam meningkatkan multiplier output adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, sedangkan pada multiplier tenaga kerja tertinggi diduduki oleh sektor industri kimia, karet, plastik, dan pengilangan minyak.

Berdasarkan nilai keterkaitan dan multiplier sektor industri pengolahan yang relatif tinggi, maka peningkatan investasi di sektor tersebut mampu meningkatkan perekonomian Indonesia melalui peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja. Dengan adanya investasi tersebut mampu meningkatkan output dan pendapatan dengan persentase yang tertinggi. Subsektor dari industri pengolahan yang mendapat dampak terbesar dari adanya penambahan investasi tersebut dari sisi output dan pendapatan adalah sektor industri kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak, sedangkan dari sisi tenaga kerja adalah sektor industri bambu, kayu, dan rotan.

Agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia memiliki dampak yang positif, dari hasil penelitian disarankan agar pengambil keputusan dapat memprioritaskan pengembangan sektor yang memiliki basis yang kuat untuk memajukan pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya yaitu sektor industri bambu, kayu dan rotan serta sektor industri kertas, barang dari kertas dan karton.