BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan
1. Kejahatan terhadap Comfort Women dapat dikategorikan sebagai sebuah
kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pemahaman kejahatan seksual atau kejahatan berbasis gender pertama kali diakui sebagai bagian dari
kejahatan berat pada ICTY 1994 dan ICTR 1998. Keduanya mengakui bentuk perkosaan sebagai bagian dari penyiksaan dan genosida. Sejak saat itulah
kejahatan seksual berbasis gender terhadap perempuan menjadi sebuah kejahatan berat yang tercantum dalam Statuta Roma Pasal 7, yakni kejahatan
terhadap kemanusiaan dan Pasal 8, yakni kejahatan perang.
2. WIWCT bukanlah merupakan sebuah lembaga yang legal menurut Hukum
Internasional. Hal ini dikarenakan WIWCT tidak memenuhi ketentuan dasar yang diminta dalam hukum internasional. Pertama, WIWCT tidak
menggunakan sumber hukum yang tepat untuk menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang dituju. Kedua, WIWCT juga tidak menjadi
subyek hukum internasional yang memiliki posisi tawar dalam masyarakat
internasional.
3. Pengadilan ini tidak memiliki kewenangan untuk mengadili secara cakap
layaknya pengadilan internasional pada umumnya. Hal ini dikarenakan ketiadaan yurisdiksi melalui lembaga internasional yang memiliki kekuatan
Universitas Sumatera Utara
untuk memaksa. Jepang hanya mengakui lembaga pengadilan bantuan atau pelengkap yang berada dalam kedaulatan negara dan atau organisasi
internasional yang diakui oleh negara sebagai pengadilan yang legal. WIWCT juga tidak mengindahkan azas peradilan yang berimbang, dimana WIWCT
mampu memutuskan secara pihak dengan menyatakan tergugat bersalah tanpa
kehadiran representatif resmi pihak Jepang.
Putusan WIWCT juga tidak dapat dieksekusi bagi Jepang yang telah diputus bersalah. Hal ini dikarenakan putusan yang diberikan oleh WIWCT hanya
bersifat rekomendatif, dan tidak memiliki deskripsi hukuman bagi masing- masing individu secara jelas. Putusan ini baru dapat diimplementasikan
dengan baik ketika WIWCT telah mendapatkan pengakuan oleh Jepang ataupun telah mendapat dukungan penuh dari lembaga internasional yang
memiliki kekuasaan dan akan membuat Jepang mengakui WIWCT. Sejauh ini, WIWCT bukan merupakan sebuah pengadilan yang berfungsi untuk
mengadili, melainkan sebagai bentuk tekanan moral, sosial, politik bagi pemerintah Jepang yang menolak melakukan pertanggungjawaban hukum
dalam kasus kejahatan terhadap Comfort Women. Selaku gabungan dari NGO, WIWCT hanya memiliki ruang gerak untuk menghimbau dan memberikan
informasi kepada dunia internasional.
B. Saran