9
belum matangnya daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya risiko pada
usia, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan konsep pria berisiko tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan
infeksi yang berkaitan dengan penyakit hubungan seksual Suwiyoga, 2007. Sedangkan Nugraha B.D 2003 menganalisis bahwa akan terjadinya perubahan
pada sel leher rahim pada wanita yang sering berganti-ganti pasangan, penyebabnya adalah sering terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda-
beda sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari displasia menjadi kanker.
2.1.3.2 Paritas
Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering melahirkan.
Semakin sering melahirkan, semakin besar risiko mendapatkan kanker serviks.
Paritas dapat meningkatkan insiden kanker serviks, lebih banyak merupakan refleksi dari aktivitas seksual dan saat mulai kontak seksual pertama kali daripada
akibat trauma persalinan. Pada wanita dengan paritas 5 atau lebih mempunyai risiko terjadinya kanker serviks 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita
dengan paritas 3 atau kurang Suwiyoga, 2007.
2.1.3.3 Merokok
Menurut Suwiyoga 2007 dilihat dari segi epidemiologinya, perokok aktif dan pasif berkontribusi pada perkembangan kanker serviks yaitu 2 sampai 5 kali
lebih besar dibandingkan dengan yang tidak perokok. Pada wanita yang merokok terdapat nikotin yang bersifat ko karsinogen di cairan serviksnya sehingga dapat
mendorong terjadinya pertumbuhan kanker.
2.1.3.4 Kontrasepsi Oral
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan
risiko relatif 1,53 kali. World Health Organization WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai
dengan lamanya pemakaian Sjamsuddin, 2001.
Universitas Indonesia
Studi kualitatif..., An Nur Fatimah, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
10
2.1.3.5 Defisiensi Gizi Aziz. M.F 1995 menganalisis terjadinya peningkatan displasia ringan
dan sedang yang berhubungan dengan defisiensi zat gizi seperti beta karotin, vitamin A dan asam folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang
mengandung bahan-bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat untuk mencegah terjadinya kanker.
Dari beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karotin, atau retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko
kanker serviks.
2.1.3.6 Sosial Ekonomi