Paritas Merokok Kontrasepsi Oral Defisiensi Gizi Aziz. M.F 1995 menganalisis terjadinya peningkatan displasia ringan

9 belum matangnya daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya risiko pada usia, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan konsep pria berisiko tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang berkaitan dengan penyakit hubungan seksual Suwiyoga, 2007. Sedangkan Nugraha B.D 2003 menganalisis bahwa akan terjadinya perubahan pada sel leher rahim pada wanita yang sering berganti-ganti pasangan, penyebabnya adalah sering terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda- beda sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari displasia menjadi kanker.

2.1.3.2 Paritas

Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering melahirkan. Semakin sering melahirkan, semakin besar risiko mendapatkan kanker serviks. Paritas dapat meningkatkan insiden kanker serviks, lebih banyak merupakan refleksi dari aktivitas seksual dan saat mulai kontak seksual pertama kali daripada akibat trauma persalinan. Pada wanita dengan paritas 5 atau lebih mempunyai risiko terjadinya kanker serviks 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan paritas 3 atau kurang Suwiyoga, 2007.

2.1.3.3 Merokok

Menurut Suwiyoga 2007 dilihat dari segi epidemiologinya, perokok aktif dan pasif berkontribusi pada perkembangan kanker serviks yaitu 2 sampai 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak perokok. Pada wanita yang merokok terdapat nikotin yang bersifat ko karsinogen di cairan serviksnya sehingga dapat mendorong terjadinya pertumbuhan kanker.

2.1.3.4 Kontrasepsi Oral

Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. World Health Organization WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian Sjamsuddin, 2001. Universitas Indonesia Studi kualitatif..., An Nur Fatimah, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia 10

2.1.3.5 Defisiensi Gizi Aziz. M.F 1995 menganalisis terjadinya peningkatan displasia ringan

dan sedang yang berhubungan dengan defisiensi zat gizi seperti beta karotin, vitamin A dan asam folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung bahan-bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat untuk mencegah terjadinya kanker. Dari beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karotin, atau retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.

2.1.3.6 Sosial Ekonomi