18
f. Faktor kondisi
Faktor kondisi di hitung dengan menggunakan rumus  faktor kondisi relatif Le Cren, 1951 :
K
n
=
� Ŵ
Keterangan : K
n
= Faktor kondisi W  = Berat ikan gram
Ŵ = Berat ikan duga mm = Ŵ = aL
b
g. Kebiasaan makan
Metode yang digunakan dalam pengamatan kebiasaan makan adalah : 1
Sampel usus dibersihkan menggunakan akuades. 2
Isi usus dikerik dan dipisahkan dari dinding usus. 3
Isi usus kemudian diencerkan menggunakan 1 cc akuades. 4
Isi  usus  yang  telah  diencerkan  kemudian  diambil  menggunakan  pipet tetes dan dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam sedegwick rafter.
5 Pengamatan menggunakan sedgwick rafter dibagi menjadi 5 titik lapang
pandang yang diamati dibawah mikroskop. 6
Dari  hasil  pengamatan  dicatat  plankton  yang  ditemukan  disetiap  titik lapang pandang dengan menggunakan buku identifikasi.
19
Analisis kajian isi lambung menggunakan metode frekwensi kejadian. Metode frekuensi kejadian  jenis makanan ditentukan dengan menggunakan persamaan:
�� = ��
� �
Keterangan: Fk  : Frekuensi Kejadian
Ni  : Jumlah lambung yang berisi satu jenis makanan I
: Jumlah seluruh lambung yang berisi makan Effendi 1979
4. Analisis Data
Pada penelitian ini data biologi reproduksi berupa nisbah kelamin TKG, IKG, fekunditas  dan  data  ekologi  berupa  hubungan  panjang  dan  berat,  faktor  kondisi,
kebiasaan  makan  dan  faktor  habitat  alamiah  palau  yang  akan  dianalisis  secara deskriptif dengan menggunakan tabel dan gambar.
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun  kesimpulan  dari  penelitian  Kajian  Biologi  Ikan  Palau  Osteochilus vittatus di Way Tulang Bawang ini adalah :
1. Palau memiliki bentuk tubuh pipih lebih memanjang kesamping dengan sirip
punggung  relatif   panjang, panjang badan ikan palau 2,5 – 3 kali dari tinggi
tubuhnya, ujung mulut runcing dengan moncong rostral terlipat, pada bagian ekornya terdapat titik hitam besar dan memiliki jenis sisik
ctenoid. 2.
Palau melakukan pemijahan pada saat terjadinya penurunan tinggi permukaan air dan pemjahan dilakukan pada sekitar  pinggiran sungai dan rawa.
3. Berdasarkan  pengamatan  hubungan  panjang-berat,  palau  memiliki  pola
pertumbuhan  allometrik  positif  dimana  pertumbuhan  berat  lebih  dominan daripada pertumbuhan panjang tubuhnya
4. Berdasarkan hasil penelitian, pada bulan Agustus dan September  palau banyak
ditemukan pada TKG  III dan  IV  menunjukkan bahwa ikan sudah mengalami matang gonad dan siap untuk memijah.
5. Berdasarkan  hasil  penelitian,  palau  merupakan  omnivora  cenderung  herbivor
karena  banyak  ditemukan  fitoplankton  Bacillariophyceae,  Chlorophyceae  dan
Cyanophyceae.
39
B. Saran
Adapun saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah : 1.
Diharapkan  adanya  penelitian  lebih  lanjut  tentang  domestikasi  palau  di Way Tulang Bawang.
2. Apabila ada penelitian yang serupa disarankan dalam pengambilan sampel
ikan  di  lapangan  harus  memperhatikan  alat  tangkap  yang  digunakan  dan pengambilan  sampel  ikan  sebanyak  2  kali  dalam  1  bulan  agar  dapat
mengetahui  lebih  detail  tingkah  laku  ikan  pada  fase  pertumbuhan, perkembangan gonad dan  musim pemijahan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi,  R  dan  Tang,  U.M.  2002.  Fisiologi  Hewan  air.  Unri  Press.  Pekanbaru. 213.
De  Oliveira,  M.D.    Calheiros,  D.F.,  2000.  Flood  pulse  influence  on phytoplankton  communities  of  the  south  pantanal  floodplain,  brazil.
Hydrobiologia, 427 : 101-112
B.A. Shinkafi, J.K. Ipinjolu and W.A. Hassan, 2011. Gonad Maturation Stages og Auchenoglanis  occidentalis  Valenciennes  1840  in  River  Rima,  North-
Western Nigeria. Departemen of  Forestry and Fisheries, Animal Science, Usmanu Danfodiyo University, P.M.B. 2345, Sakato, Negeria.
BPS  Kabupaten  Tulang  Bawang.  2010.  Tulang  Bawang  dalam  Angka.  2010. Badan Statistik Tulang bawang
Cuvier,  G.   and  A.  Valenciennes  1842  Aug.  [ref.  1009]  Histoire  naturelle  des poissons. Tome seizième. Livre dix-huitième. Les Cyprinoïdes. v. 16: i-xx
+ 1-472, Pls. 456-487. [Valenciennes authored volume. i-xviii + 1-363 in Strasbourg edition.]
Djajadireja,  R.,  S.  Hatimah  and  Z.  Arifin.  1977.  Economical  freshwater  fish spesies of indonesia. Directorate general of fisheries, Jakarta. 96 p.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Elvyra,  R.  2009.  Kajian  keragaman  genetik  dan  biologi  reproduksi  ikan  lais  di
sungai  Kampar  Riau.  Disertasi  Program  Studi  Biologi  Institut  Pertanian Bogor. Bogor.
Ernawati,  Yunizar,  M.  Mukhlis  Kamal  dan  Noncy  Ayu  Y.P.  2009.  Biologi Reproduksi  Ikan  Betok  Anabas  testudineus  Bloch,  1792  Di  Rawa
Banjiran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Jurnal Ikhtologi Indonesia. Volume 9, nomor 2. Hal 113-127.