Distribusi Freycinetia Spp. di Sumatera Utara

DISTRIBUSI Freycinetia spp. DI SUMATERA UTARA
T. Alief Aththorick,1* Etti Sartina Siregar,1 Elizabeth A. Widjaja2
1

Departemen Biologi FMIPA USU,
2
Puslitbang Biologi – LIPI,
*
Alamat Korespondensi

Abstrak
Jenis-jenis Freycinetia di Sumatera Utara telah dieksplorasi dan diinventarisasi sejak bulan Maret
2006 sampai Oktober 2007 pada empat belas lokasi yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara. Spesimen
Freycinetia yang dikoleksi dilakukan studi morfologi, anatomi dan studi herbarium. Untuk melihat
kekerabatan morfologi antar jenis Freycinetia dilakukan analisis phenogram dengan menggunakan software
NTSYS versi 2.0. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sumatera Utara memiliki 6 jenis Freycinetia
yaitu F. sumatrana, F. angustifolia, F. confusa, F. javanica dan F. imbricata. Dua lokasi memiliki jumlah
jenis tertinggi yaitu Tangkahan 5 jenis dan Taman Nasional Batang Gadis 4 jenis. Berdasarkan
distribusinya F. sumatrana merupakan jenis yang paling umum dan terdapat pada semua lokasi penelitian.
Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat kecenderungan sifat endemisme pada jenis F. kamiana. Jenis
ini memiliki distribusi yang sangat terbatas karena hanya ditemukan pada daerah Tangkahan. Hasil analisis

Phenogram memperlihatkan adanya dua kelompok kesamaaan taksonomi dan satu jenis pencilan pada
Freycinetia Sumatera Utara. Kelompok I terdiri dari F. javanica, F. imbricata dan F. confusa sedangkan
kelompok II terdiri dari F. angustifolia dan F. sumatrana. Jenis pencilan merupakan jenis yang tidak
berkelompok dengan jenis lainnya tetapi berdiri sendiri, jenis ini adalah F. kamiana. Ciri yang membedakan
jenis ini dengan jenis lainnya adalah ujung daunnya yang berbentuk aristate.
Kata kunci: Distribusi, Freycinetia, Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Freycinetia atau pandan hutan telah lama
dikenal dan digunakan bukan saja oleh masyarakat
Indonesia tetapi juga masyarakat di dunia karena
keistimewaannya baik sebagai tanaman hias maupun
penghasil serat dan fungsi lainnya. F. banksii
merupakan salah satu contoh jenis yang banyak
digunakan sebagai tanaman hias di New Zealand. Di
kepulauan Maluku akar penunjang F. javanica dan
F. scandens yang sudah diolah digunakan sebagai
bahan baku pembuat tali. Dalam keadaan darurat
tongkol bunga majemuk (inflorescences) marga ini
digunakan sebagai makanan di Pasifik Utara (Cox,
1981). Sementara itu warna merah bractea yang

mencolok dari F. funicularis dijadikan bahan
pewarna minuman beralkohol (sejenis arak) di China
(Heyne, 1987).
Informasi
yang
berkaitan
dengan
Freycinetia yang diketahui tumbuh cukup berlimpah
di Indonesia terutama New Guinea, Kalimantan,
Sulawesi, dan Sumatera seperti jumlah jenis,
ekologi, pollinasi dan fenologi, dan etnobotaninya
belum diketahui secara optimal. Laju kerusakan
hutan yang sangat tinggi di Sumatera (±1.7 juta
ha/tahun) dikhawatirkan akan dapat menjadi
penyebab erosi sumber daya genetik Freycinetia

mengingat tumbuhan ini mempunyai habit sebagai
pemanjat pada pohon-pohon besar di hutan. Untuk
itu penggalian informasi plasma nutfah Freycinetia
perlu dilakukan secara intens di berbagai kawasan

yang diyakini sebagai habitat dan pusat
penyebarannya.
Sumatera Utara merupakan salah satu
propinsi di pulau Sumatera yang perlu segera
mendapat perhatian yang serius dalam eksplorasi
Freycinetia. Kawasan hutan di propinsi ini telah
mengalami tingkat kerusakan hutan yang sangat
parah oleh kegiatan pertambangan, pertanian,
pemukiman, pengusahaan hutan dan terutama sekali
kegiatan illegal logging. Selain itu, kecenderungan
yang terjadi di Sumatera Utara adalah kegiatan
pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit
secara besar-besaran. Di satu sisi hal ini memang
dapat
mendatangkan
devisa
negara
dan
meningkatkan APBD setempat, tetapi jika hal ini
menjadi tidak terkendali maka berarti kehancuran

dan kemusnahan keanekaragaman hayati pasti akan
terjadi. Perubahan pola ekosistem hutan yang kaya
jenis menjadi perkebunan yang monokultur juga
sangat berbahaya ditinjau dari ketahanan sumber
daya hayati. Dikhawatirkan seiring dengan
terjadinya degradasi habitat maka terjadi pula
degradasi sumber daya hayati Freycinetia.
65
Universitas Sumatera Utara

T. Alief Aththorick, Etti Sartina Siregar, dan Elizabeth A. Widjaja

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan penelitian untuk mengetahui jenisjenis dan pola distribusi Freycinetia di Sumatera
Utara.
Hasil
penelitian

diharapkan
dapat
menggambarkan tentang pola hubungan kekerabatan
morfologi Freycinetia Sumatera Utara. Hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak
yang
berkepentingan
untuk
pelestarian,
pemanfaatan, dan pengembangan serta untuk studi
lebih lanjut Freycinetia di Sumatera Utara.
METODE PENELITIAN
Inventarisasi dan Koleksi Spesimen
Inventarisasi dan koleksi spesimen dilakukan
di 7 kabupaten yang tersebar pada empat belas lokasi
penelitian yaitu Kabupaten Dairi, Karo, Langkat, Deli
Serdang, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan dan
Mandailing Natal. Kawasan hutan di Kabupaten Dairi
yang di survei yaitu Hutan Lindung Sopokomil; Karo:
Hutan Sibayak - Taman Hutan Raya (TAHURA),

Cagar Alam Deleng Lancuk dan Hutan Gunung
Sinabung; Langkat: Hutan Kawasan Wisata
Tangkahan, Hutan Telaga Taman Nasional Gunung
Leuser (TNGL), dan Hutan Register Aras Napal (Plot
Permanen LIPI); Kabupaten Deli Serdang: Hutan
Tabel 1. Ciri Morfologi yang Diamati
No.
Ciri
1.
Panjang ruas batang (cm)
2.
Diameter batang (cm)
3.
Susunan daun
4.
Panjang daun (cm)
5.
Lebar daun tengah (cm)
6.
Auricle

7.
Ujung auricle
8.
Tepi auricle
9.

Bentuk ujung auricle

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.


Arah tumbuh ujung auricle
Panjang ujung auricle (cm)
Panjang total auricle (cm)
Lebar auricle (cm)
Ujung daun
Tepi ujung daun
Tepi tengah
Tepi basal daun
Spina pada basal daun
Tekstur helai daun
Helaian daun kering

Kawasan Wisata Sibolangit; Labuhan Batu: Hutan
Lindung Holiday Resort; Tapanuli Selatan: Hutan
Cagar Alam Sibual-buali, Hutan Register Batang Toru
dan Hutan Taman Nasional Batang Gadis; Mandailing
Natal: Hutan Register Panyabungan dan Hutan
Register Batang Natal.
Spesimen Freycinetia yang dijumpai dari
setiap lokasi tersebut dikoleksi dan diambil

spesimen yang terbaik dengan ciri-ciri yang masih
lengkap terutama ciri kuping pelepah daun yang
mudah sekali sobek dan gugur. Di samping itu bila
daun panjang, harus diukur panjang dan lebar daun
dengan memperhatikan bentuk ujung daunnya.
Untuk bunga perlu dicatat letak bunga muncul: di
ketiak daun (axillaries) atau di ujung daun
(terminalis), jumlah stigma pada bunga betina dan
anther pada bunga jantan, bunga terpisah menjadi
dua (dioecious) atau satu (monoecious), bentuk
buah, jumlah bekas stigma, panjang peduncle dan
ciri morfologi lainnya. Jenis-jenis yang telah
dikoleksi dari lapangan pada mulanya dijadikan
spesimen
herbarium
basah,
yaitu
dengan
menaruhnya pada lipatan-lipatan kertas koran,
dimasukkan ke dalam kantung plastik berukuran 60

x 40 cm, disiram dengan alkohol 70%, kemudian
ditutup dengan isolasi setelah mengosongkan udara
seminimal mungkin.

Sifat Ciri
Diukur
Diukur
tumpang tindih/berselang
Diukur
Diukur
bertahan/luruh
bebas/melekat
rata/seluruh sisi bercilia/cilia hanya pada sisi dalam/cilia hanya pada sisi
luar
rata/datar/runcing/membulat/datar-membulat/datar-meruncing/runcingmembulat
lurus ke atas/ke samping berlekuk/rata
Diukur
Diukur
Diukur
acute/acuminate/aristate

serrate/minutely serrate/integer
serrate/minutely serrate/integer
serrate/minutely serrate/integer
rapat/jarang/integer
kaku-tebal/lembut-tipis
menggulung ke bawah/menggulung ke atas/tetap

66
Universitas Sumatera Utara

T. Alief Aththorick, Etti Sartina Siregar, dan Elizabeth A. Widjaja

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

Selanjutnya
spesimen
dibawa
ke
laboratorium untuk dikeringkan dalam oven.
Spesimen yang sudah kering diletakkan di atas
kertas mounting yang sudah diberi label, diatur
sedemikian rupa kemudian dijahit dengan benang.
Ciri-ciri morfologi dan anatomi yang harus diamati
dapat dilihat pada Tabel 1 yang nantinya akan
digunakan dalam membuat deskripsi morfologi jenis
tersebut.
Spesimen Freycinetia yang dikoleksi
dilakukan studi morfologi, anatomi, dan studi
herbarium. Untuk melihat kekerabatan morfologi
antar jenis Freycinetia dilakukan analisis phenogram
dengan menggunakan software NTSYS versi 2.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Freycinetia Sumatera Utara
Pada tahun 1900, Warburg melaporkan
bahwa jumlah jenis Freycinetia di Sumatera terbatas
hanya dua yaitu F. tenuis dan F. sumatrana.
Berdasarkan studi koleksi spesimen di berbagai
herbarium seperti Bogor (BO), Leiden (L) dan

Firenze (FI), Stone (1970) melaporkan bahwa
jumlah jenis Freycinetia di Sumatera adalah 10
jenis. Dari sepuluh jenis Freycinetia Sumatera
tersebut, yang terdapat di Sumatera Utara ada 4 jenis
yaitu F. sumatrana, F. angustifolia, F confusa, dan
F. javanica. Hasil survei pada 14 (empat belas)
lokasi penelitian menemukan ada 6 jenis Freycinetia
di wilayah Sumatera Utara. Hasil ini menunjukkan
bahwa lebih dari 50% jenis-jenis Freycinetia yang
dilaporkan ada di Sumatera terdapat di Sumatera
Utara. Ke-enam jenis Freycinetia tersebut adalah F.
angustifolia, F. confusa, F. imbricata, F. javanica,
F. kamiana dan F. sumatrana seperti terlihat pada
Tabel 2.
Dari Tabel 2 tampak muncul dua jenis yang
sebelumnya tidak dilaporkan oleh Stone (1970) di
Sumatera Utara yaitu F. imbricata dan F. kamiana.
Jenis F. imbricata ditemukan di Dairi, Panyabungan,
Deleng Lancuk, Sibolangit, Batang Gadis,
Tangkahan dan Sibual-buali; sedangkan F. kamiana
ditemukan di hutan Tangkahan Kabupaten Langkat.
Sebaliknya jenis F. confusa dan F. javanica tidak
lagi dijumpai di Rantau Prapat pada survei terakhir.

Tabel 2. Jenis-Jenis Freycinetia di Sumatera dan Sumatera Utara
Jenis-jenis Freycinetia Sumatera Utara
No.
Jenis-jenis Freycinetia Sumatera
(Stone, 1970)
(Aththorick, et al 2007)
1.
F. angustifolia
Sibolga, Mentawai
F. angustifolia Sibolangit, Sikundur,
Telaga, Dairi, D. Lancuk
2
F. confusa
Dumai, Palembang,
F. confusa
Batang Toru, Batang Gadis
Banyuasin, R Prapat.
3
F. distigmata
P. Siberut, Mentawai
4
F. imbricata
Gunung Merapi
F. imbricata
Dairi, Panyabungan, D.
Lancuk
Sibolangit, Batang Gadis
Tangkahan, Sibual-buali,
5
F. javanica
Palembang, Dumai,
F. javanica
Deleng lancuk, Telaga, G.
Sibolangit,
Pantai
Timur,
Sinabung, Batang
Rantau Prapat, P. Simalur
Gadis, Tangkahan.
6
F. kamiana
Sumatera
F. kamiana
Tangkahan
7
F. rigidifolia
Bengkulu, Rimbo
Pangadang
8
F. sumatrana
Bandar Baru, G. Sibayak, F. sumatrana
Sibolangit, Tahura, Dairi,
Sibolangit,
Tanah
Karo,
Deleng Lancuk, Sikundur,
Asahan, Deleng Pisopiso dan
G. Sinabung, Tangkahan,
G. Singgalang.
Telaga, L. Batu,Sibual-buali,
Batang Toru, Panyabungan,
Batang Gadis, Natal.
9
F. tenuis
Sumatera
10
F. winkleriana
Palembang, Banyuasin,
Indragiri

67
Universitas Sumatera Utara

T. Alief Aththorick, Etti Sartina Siregar, dan Elizabeth A. Widjaja

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

Dari pengamatan lapangan diketahui bahwa
hal ini disebabkan telah terjadinya konversi lahan
yang sangat hebat di Labuhan Batu dari kawasan
hutan menjadi lahan perkebunan.
Keanekaragaman Freycinetia di Sumatera
Utara tergolong paling tinggi jika dibandingkan
dengan Propinsi lainnya di Sumatera berdasarkan
perkiraan sementara para ahli. Stone (1970)
memperkirakan bahwa jumlah jenis Freycinetia di
berbagai propinsi di Sumatera berkisar 1 sampai 5
jenis (gambar 1). Perkiraan tertinggi terdapat pada
daerah Sumatera Utara dan Sumatera Barat diikuti
oleh Aceh, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.
Jumlah yang sebenarnya dapat saja jauh lebih tinggi
dari perkiraan mengingat belum banyak dilakukan
penelitian Freycinetia di daerah-daerah ini.

4/2

Distribusi Freycinetia Sumatera Utara
Freycinetia memiliki daerah penyebaran
yang luas di daerah tropis, mulai dari hutan dataran
rendah, rawa, hutan dataran tinggi sampai hutan
pegunungan. Wilayah Sumatera Utara memiliki
semua keragaman habitat tersebut, oleh karena itu
adalah wajar jika wilayah ini memiliki jumlah jenis
Freycinetia yang tinggi. Masing-masing lokasi
penelitian memiliki jumlah jenis Freycinetia yang
bervariasi, lokasi yang memiliki jumlah jenis
tertinggi adalah Tangkahan sebanyak 5 jenis dan
Batang Gadis 4 jenis sedangkan lokasi yang
memiliki jumlah jenis terendah yaitu Labuhan Batu,
Tahura dan Natal masing-masing 1 jenis (Tabel 3).

Perkiraan sementara jmlh jns
per lokasi pengambilan
spesimen di masing-masing
provinsi

3/5

4/3

0

KEPRI

3/5
4/1

2/1 BANGKA

4/3

1/1

BELITUNG

0

Gambar 1. Perkiraan Jumlah Jenis Freycinetia di Masing-Masing Propinsi di Sumatera

68
Universitas Sumatera Utara

T. Alief Aththorick, Etti Sartina Siregar, dan Elizabeth A. Widjaja

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

Tabel 3. Distribusi Freycinetia di Sumatera Utara
No. Sibolangit
Tahura
D.Lancuk
1.

F.angustifolia

2.

F.imbricata

3.

F.sumatrana

F.sumatrana

G. Sinabung

Dairi

Tangkahan

Telaga

F.javanica

F.javanica

F.imbricata

F.javanica

F.javanica

F.sumatrana

F.sumatrana

F.sumatrana

F.imbricata

F.angustifolia

F.sumatrana

F.sumatrana

4.

F. angustifolia

5.

F.kamiana

No. Sikundur

L. Batu

Sibual-buali

Panyabungan B. Toru

B. Gadis

Natal

1.

F.angustifolia

F.sumatrana

F.imbricata

F.imbricata

F.confusa

F.javanica

F.sumatrana

2.

F.sumatrana

F.sumatrana

F.sumatrana

F.sumatrana

F.imbricata

3.

F.confusa

4.

F.sumatrana

Pola penyebaran Freycinetia mengikuti pola
pembagian kawasan Sumatera Utara berdasarkan
pengaruh dua gugusan pegunungan api. Pusat
penyebaran Freycinetia di kawasan pegunungan
Sinabung dan Sibayak adalah daerah Tangkahan
dengan jumlah jenis tertinggi 5 jenis, sedangkan
pusat penyebaran Freycinetia di kawasan
pegunungan Sorik Merapi dan Sibual-buali adalah
daerah Batang Gadis dengan jumlah jenis tertinggi 4
jenis. Berdasarkan letak geomorfologinya, Asahan
dan Labuhan Batu sebenarnya merupakan daerah
transisi atau pertemuan kedua kawasan tersebut dan
oleh karenanya diharapkan daerah ini memiliki
keanekaragaman Freycinetia yang lebih tinggi,
namun karena hampir semua kawasan hutan di
daerah ini sudah dikonversi menjadi lahan
perkebunan maka keberadaan Freycinetia sangat
terancam bahkan menuju kepunahan. Di Asahan
sudah tidak terdapat kawasan hutan lagi, sedangkan
di Labuhan Batu hanya terdapat 1 jenis Freycinetia
yaitu F. sumatrana.
Dari Tabel 3 tampak bahwa F. kamiana
memiliki penyebaran terbatas dan mungkin
merupakan jenis endemik untuk Sumatera Utara
karena tidak ditemukan di lokasi lainnya. Namun hal
ini perlu diteliti lebih lanjut dengan melakukan
survei menyeluruh di kawasan Sumatera Utara.
Sebaliknya F. sumatrana memiliki penyebaran yang
sangat luas dan ditemukan pada semua lokasi
penelitian (Gambar 2). F. kamiana merupakan jenis
yang tumbuh semi-tegak di tanah ketika tingginya
baru mencapai kira-kira 2 m dan baru memanjat
setelah lebih tinggi dari itu. Jenis ini sering
menghuni tempat-tempat lembab di pinggir alur
kecil dalam hutan. Menurut Stone (1970) F.

kamiana adalah jenis yang paling baru ditemukan
dan memiliki penyebaran di Malaya dan Sumatera.
Jenis F. sumatrana adalah jenis yang paling umum
dan tersebar luas di kawasan Malesia. Jenis ini
dicirikan oleh auriclenya yang memiliki lobed yang
jelas dan dalam. Berdasarkan bentuk auriclenya,
jenis ini memilik variasi yang besar di alam.
Auriclenya ada yang berbentuk runcing – lurus panjang; runcing – bengkok – pendek; runcing –
gemuk – pendek; dan besar – membulat.
Jenis lainnya yang tergolong memiliki
distribusi yang luas di Sumatera Utara adalah F.
imbricata dan F. javanica. F. imbricate ditemukan
di Dairi, Sibolangit, Tangkahan, Panyabungan,
Sibual-buali dan Batang Gadis, sedangkan F.
javanica ditemukan di Deleng lancuk, G. Sinabung,
Tangkahan, Telaga dan Batang Gadis. Kedua jenis
ini bersama-sama dengan F. sumatrana terdistribusi
di kedua wilayah pengaruh gunung api Sumatera
Utara. Hal yang menarik lainnya adalah F.
angustifolia terbatas hanya terdapat di wilayah
gugusan G. Sinabung – G. Sibayak yaitu di
Sibolangit, Sikundur, Telaga, Deleng Lancuk dan
Dairi, sebaliknya F. confusa hanya terdapat di
wilayah gugusan G. Sorik Merapi – G. Sibual-buali
yaitu Batang Toru dan Batang Gadis.
Kesamaan Taksonomi Freycinetia Sumatera
Utara
Tumbuhan dapat memiliki variasi morfologi
dan anatomi sesuai dengan letak, ketinggian dan
sifat tanahnya. Variasi ini akan semakin besar jika
variasi habitatnya juga besar. Berdasarkan hasil
koleksi spesimen Freycinetia di Sumatera Utara
dibuat deskripsi ciri-ciri morfologinya.
69
Universitas Sumatera Utara

T. Alief Aththorick, Etti Sartina Siregar, dan Elizabeth A. Widjaja

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

Gambar 2. Distribusi Freycinetia di Sumatera Utara

Ciri morfologi yang dipakai terutama adalah
bagian vegetatif, sedangkan bagian generatif seperti
bunga dan buah tidak disertakan karena bunga dan
buah sangat sedikit dijumpai di lapangan.
Kemungkinan waktu koleksi tidak sama dengan
masa pembungaan sehingga perlu dilakukan
pengkoleksian kembali dengan waktu yang berbeda
dengan sebelumnya. Selanjutnya dari data morfologi
dibuat pengelompokan kesamaan taksonominya
dalam bentuk phenogram dengan software NTSYS
versi 2.0 (Gambar 3).
Phenogram pada Gambar 4 memperlihatkan
adanya dua kelompok kesamaaan taksonomi dan
satu jenis pencilan pada Freycinetia Sumatera Utara.

Kelompok I terdiri dari F. javanica, F. imbricata
dan F. confusa. Kelompok ini dicirikan oleh
kesamaan arah tumbuh ujung auricle yang rata.
Kelompok II adalah F. angustifolia dan F.
sumatrana yang dicirikan oleh arah tumbuh ujung
auricle lurus ke atas atau berlekuk ke samping. Dari
phenogram di atas tampak bahwa F. sumatrana
Sikundur masuk pada kelompok F. javanica – F.
imbricata – F. confusa. Hal ini menunjukkan bahwa
variasi morfologi F. sumatrana begitu besar
sehingga ada yang sampai terpisah jauh dari
kelompok induknya.
Jenis pencilan merupakan jenis yang tidak
berkelompok dengan jenis lainnya tetapi berdiri

70
Universitas Sumatera Utara

T. Alief Aththorick, Etti Sartina Siregar, dan Elizabeth A. Widjaja

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

sendiri, jenis ini adalah F. kamiana. Ciri yang
membedakan jenis ini dengan jenis lainnya adalah
ujung daunnya yang berbentuk aristate. Jenis ini
juga memiliki perawakan yang berbeda dengan
jenis-jenis Freycinetia lainnya yaitu habitusnya yang
semi-tegak dan tidak langsung memanjat ke pohon

inangnya. Keadaan ini terjadi sampai tingginya kirakira 2 m atau sampai tubuhnya tidak mampu lagi
menopangnya untuk tegak. Berdasarkan bukti-bukti
ini dapat disimpulkan bahwa F. kamiana jauh
berbeda dengan jenis-jenis Freycinetia lainnya baik
dari ciri morfologi, habitus, maupun distribusinya.

Phenogram Freycinetia spp
Fjavatlg
Fjavagsk
Fjavatkhn
Fimbripybg
Fimbrida
Fimbrisb
Fsumskd
Fconfusbt
Fconfustnbg
Fangussb
Fangustlg
Fangusskd
Fsumlb
Fsumgs
Fsumbt
Fsumtkhn
Fsumsp
Fsumpybg
Fsumsb
Fkamiana
0.22

0.56

0.89

1.22

1.55

Coefficient

Gambar 3. Phenogram Freycinetia Sumatera Utara

Keterangan:
Fjavatlg
Fjavagsk
Fjavatkhn
Fimbripybg
Fimbrida
Fimbrisb
Fsumskd
Fconfusbt
Fconfustnbg
Fangussb

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

F. javanica Telaga
F. javanica G. Sinabung
F. javanica Tangkahan
F. imbricata Panyabungan
F. imbricata Dairi
F. imbricata Sibolangit
F. sumatrana Sikundur
F. confusa Batang Toru
F. confusa Batang Gadis
F. angustifolia Sibolangit

Fangustlg
Fangusskd
Fsumlb
Fsumgs
Fsumbt
Fsumtkhn
Fsumsp
Fsumpybg
Fsumsb
Fkamiana

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

F. angustifolia Telaga
F. angustifolia Sikundur
F. sumatrana L. Batu
F.sumatrana G.Sinabung
F. sumatrana B. Toru
F. sumatrana Tangkahan
F.sumatrana Sibual-buali
F.sumatrana Panyabungan
F. sumatrana Sibolangit
F. kamiana

71
Universitas Sumatera Utara

T. Alief Aththorick, Etti Sartina Siregar, dan Elizabeth A. Widjaja

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Di kawasan Propinsi Sumatera Utara terdapat 6
jenis Freycinetia, yaitu F. sumatrana, F.
javanica, F. imbricata, F. angustifolia, F.
confusa dan F. kamiana.
2. Pusat penyebaran Freycinetia terdiri dari dua
daerah penyebaran mengikuti pola pewilayahan
dua gugusan pegunungan aktif yaitu gugusan
pegunungan Sinabung – Sibayak di Utara
dengan daerah pusat penyebaran Hutan
Tangkahan; dan gugusan pegunungan Sorik
Merapi – Sibual buali di Selatan dengan pusat
penyebaran Hutan Batang Gadis.
3. F. sumatrana dijumpai di seluruh lokasi
penelitian, sedangkan F. kamiana terbatas hanya
terdapat di Hutan Tangkahan. F. angustifolia
hanya terdapat pada wilayah gugusan Gunung
Sinabung – Sibayak, sebaliknya F. confusa
hanya terdapat pada gugusan Gunung Sorik
Merapi – Sibual buali.
4. Terdapat dua kelompok kesamaan taksonomi
Freycinetia di Sumatera Utara, kelompok I
terdiri dari F. javanica, F. imbricata dan F.
confusa, sedangkan kelompok II terdiri dari F.
angustifolia dan F. sumatrana.
Saran
1. Perlu dilakukan kajian fenologi terhadap
Freycinetia
untuk
mengetahui
siklus
reproduksinya, juga terhadap hewan penyerbuk
dan pemencarnya.
2. Perlu dilakukan kajian kekerabatan genetik
Freycinetia mengingat jenis tertentu telah
menunjukkan variasi morfologi yang cukup
signifikan, contohnya F. sumatrana.
DAFTAR PUSTAKA
Callmander MW, P. Chassot, P Kupfer & PP Lowry.
2003. Recognition of Martellidendron, a new
genus of Pandanaceae, and its Biogeographic
implications. Taxon 52: 747-762.
Cox. P.A. 1981. Bisexuality in The Pandanaceae:
New Finding in The Genus Freycinetia.
Biotropica 13 (3): 195 – 198.

Dahlgren, R.M.T., H. T. Clifford & P.F. Yeo. 1985.
The Families of The Monocotyledons.
Structure,
Evolution,
and
Taxonomy.
Springer-Verlag. Berlin.
Fahn, A. 1982. Plant Anatomy. Third Edition.
Pergamon Press Ltd. Hebrew.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Huynh KL. 2000. The Genus Freycinetia
(Pandanaceae) in New Guinea (Part 3).
Candollea 55: 283-306.
Huynh KL. 2002. The Genus Freycinetia
(Pandanaceae) in New Guinea (Part 4).
Blumea 47:513-536.
Stone BC. 1967. Material for a Monograph of
Freycinetia (Pandanaceae) I. Gardens,
Bulletin, Singapore-XXII: 29-152.
Stone BC. 1970. Malayan climbing pandans-the
genus Freycinetia in Malaya. Malay. Nat. J.
23:44-91.
Stone BC. 1972a. Materials for A Monograph of
Freycinetia Gaud (Pandanaceae) XV. The
Sumatran Species. Federation Museum
Journal Vol XV:203-207.
Stone BC. 1972b. A. Reconsideration of the
Evolutionary
Status
of
the
Family
Pandanaceae and its Significance in
Monocotyledon Phylogeny. The Quarterly
Review of Biology. Vol 47 (1): 34-45.
Stone BC. 1974. Studies in Malesian Pandanaceae
XIII. New and noteworthy Pandanaceae
Papuasia. Contr. Herb. Australianse 4:7-40.
Stone BC. 1975a. The Morphology and Systematics
of
Pandanus
Today
(Pandanaceae).
International Botanical Congress Leningrad.
Stone BC. 1975b. On the biogeography of Pandanus
(Pandanaceae). Compt. Rend. Sommaire
Seances Soc. Biogeogr. 457:67-90.
Stone BC 1983. A guide to collecting Pandanacaeae
(Pandanus, Freycinetia, and Sararanga). Ann
Missouri Bot. Garden 70: 137-145.
Wilson, E. O. 1992. The Strategy for Biodiversity
Conservation in Global Biodiversity Strategy.
Copyright WRI, IUCN, UNEP.

72
Universitas Sumatera Utara