Daur Volume Maksimum Tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sumatera Utara

DAUR VOLUME MAKSIMUM TEGAKAN Eucalyptus hybrid (IND-32) di HUTAN TANAMAN INDUSTRI
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk., SUMATERA UTARA
SARTIKA PUTRI 091201075
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

DAUR VOLUME MAKSIMUM TEGAKAN Eucalyptus hybrid (IND-32) di HUTAN TANAMAN INDUSTRI
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk., SUMATERA UTARA
SKRIPSI Oleh:
SARTIKA PUTRI 091201075
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

DAUR VOLUME MAKSIMUM TEGAKAN Eucalyptus hybrid (IND-32) di HUTAN TANAMAN INDUSTRI
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk., SUMATERA UTARA
SKRIPSI Oleh:
SARTIKA PUTRI 091201075 / Manajemen Hutan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Daur Volume Maksimum Tegakan Eucalyptus hybrid (IND-

32) di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.,

Sumatera Utara.

Nama

: Sartika Putri

NIM

: 091201075

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing


Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D Ketua

Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., M.P Anggota

Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SARTIKA PUTRI : Daur Volume Maksimum Tegakan Eucalyptus hybrid (IND32) di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sumatera Utara, dibimbing oleh SITI LATIFAH dan KANSIH SRI HARTINI.
Pengusahaan hutan yang marak dilakukan pada saat ini adalah pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), salah satunya adalah HTI-pulp dengan tujuan untuk mendapatkan hasil hutan tanaman berupa kayu yang mampu memenuhi permintaan akan bahan baku industri. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila HTI dikelola dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan daur volume maksimum tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) di HTI PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sektor Aek Nauli, Sumatera Utara yang telah dilakukan pada bulan Mei 2013. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari perusahaan tersebut dan kemudian diolah dengan menggunakan software Microsoft excel dan Curve Expert 1.4.
Hasil penelitian mendapatkan model terbaik untuk menduga nilai diameter (D), tinggi (H), dan volume (V) tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) masingmasing adalah D = 20,06 (0,2)1/x, H = 30,7 (0,22) 1/x, dan V = 486,54 (0,02) 1/x, dengan x adalah umur. Berdasarkan nilai volume yang dihitung dengan menggunakan model terpilih, daur volume maksimum tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) dicapai pada umur 4,4 tahun. Kata kunci : HTI, Eucalyptus hybrid (IND-32), Daur
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
SARTIKA PUTRI : The Maximum volume cycle for stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) at Industrial Plantations Forest PT. Toba Pulp Lestari Tbk., North Sumatra, supervised by SITI LATIFAH and KANSIH SRI HARTINI.
Forest products companies that bloom at this time is the development of Industrial Plantations Forest (HTI), one of which is the HTI-pulp in order to get results in the form of plantations forest are able to meet the demand for industrial raw materials. These objectives can be achieved if well managed plantations. This research was conducted to determine the maximum volume cycle for stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) at HTI PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sector Aek Nauli, North Sumatra, which has been conducted in May 2013. The research was conducted using data obtained from the company and then processed using Microsoft Excel software and Curve Expert 1.4.
The results of research was obtained the best model to estimate the diameter (D), high (H), and volume (V) for stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) respectively are D = 20,06 (0,2)1/x, H = 30,7 (0,22) 1/x, and V = 486,54 (0,02) 1/x, where x is the age. Based on the volume calculated using the model selected, the maximum volume cycle stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) achieved at the age of 4,4 years. Keywords : HTI, Eucalptus hybrid (IND-32), cycle

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 20 April 1991. Penulis merupakan anak tunggal dari bapak Sartono dan ibu Hj. Hanifah Nasut ion.
Tahun 2008, penulis lulus dari SMA Swasta SUTOMO 2, Medan dan pada tahun 2009 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih minat Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Sylva USU dan BKM Baitul Asyjar. Penulis pernah menjadi asisten Praktikum Penarikan Contoh dan Permodelan Data, telah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Penulis juga telah melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani KPH Saradan, Madiun, Jawa Timur dari tanggal 1 Februari 2013 sampai 1 Maret 2013. Akhir perkuliahan, penulis telah melakukan penelitian di PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sumatera Utara pada bulan Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Daur Volume Maksimum Tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan semangat serta mendukung penulis untuk doa dan materil dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ibu Dr. Kansih Sri Hartini S.Hut., M.P. selaku dosen pembimbing yang terus membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. Toba Pulp Lestari yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melakukan penelitian di perusahaan tersebut serta teman-teman yang telah membantu dan selalu mendukung dalam penyelesaian hasil penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..............................................................................


i

DAFTAR ISI ............................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

vi

PENDAHULUAN .................................................................................... Latar Belakang.................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................


1 1 1

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... Hutan Tanaman Industri (HTI)............................................................ Tanaman Eucalyptus sp....................................................................... Eucalyptus grandis........................................................................ Eucalyptus pellita.......................................................................... Pertumbuhan Tegakan......................................................................... Riap .................................................................................................... Daur.................................................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas HTI ......................... Faktor genetik ............................................................................... Faktor kualitas tapak ..................................................................... Sifat kimia tanah ........................................................................... Faktor perlakuan silvikultur........................................................... Kondisi Umum Lokasi Penelitian........................................................

4 4 6 7 8 9 10 13 17 17 19 19 19 20

METODE PENELITIAN.......................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... Prosedur Penelitian ............................................................................. Pengumpulan data ......................................................................... Data primer ............................................................................. Data sekunder.......................................................................... Perhitungan volume tegakan.......................................................... Penyusunan model pendugaan pertumbuhan.................................. Perhitungan nilai riap volume tegakan........................................... Riap rata-rata berjalan (CAI) ................................................... Riap rata-rata tahunan (MAI)................................................... Penentuan daur volume maksimum ...............................................

22 22 22 22 22 22 23 23 23 25 25 26 26

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. Deskripsi Tanaman ............................................................................. Deskripsi Data .................................................................................... Model Pendugaan Pertumbuhan Tegakan E.hybrid (IND-32) .............. Diameter ....................................................................................... Tinggi ........................................................................................... Volume ......................................................................................... Nilai Riap Volume Tegakan E.hybrid (IND-32) .................................. Daur Volume Maksimum Tegakan E.hybrid (IND-32)........................
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. Kesimpulan......................................................................................... Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................

28 28 30 32 32 35 37 38 39
42 42 42

43
47

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi Menurut Guilford ............................ 24

2. Data Kompartemen dan Umur Tegakan E.hybrid (IND-32)................. 30

3. Model Pendugaan Diameter Tegakan E.hybrid (IND-32) .................... 32

4. Nilai Pendugaan Diameter Tegakan E.hybrid (IND-32)....................... 34

5. Model Pendugaan Tinggi Tegakan E.hybrid (IND-32) ........................ 35

6. Nilai Pendugaan Tinggi Tegakan E.hybrid (IND-32)........................... 36

7. Model Pendugaan Volume Tegakan E.hybrid (IND-32) ...................... 37


8. Nilai Pendugaan Volume serta Nilai CAI dan MAI Tegakan E.hybrid (IND-32).............................................................................................

39

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Grafik CAI dan MAI........................................................................... 15

2. Bagan Alur Penelitian ......................................................................... 27

3. Ciri-ciri IND-32 .................................................................................. 29

4. Bentuk Sebaran Data dan Trendline Model Terpilih untuk Menduga Nilai Diameter Tegakan E. hybrid (IND-32) ................................................ 33

5. Grafik Laju Pertumbuhan Diameter Tegakan E.hybrid (IND-32) Hasil Nilai Pendugaan dari Model yang Terpilih................................................... 35

6. Bentuk Sebaran Data dan Trendline Model Terpilih untuk Menduga Nilai Tinggi Tegakan E. hybrid (IND-32) .................................................... 36


7. Grafik Laju Pertumbuhan Tinggi Tegakan E.hybrid (IND-32) Hasil Nilai Pendugaan dari Model yang Terpilih ..........................................

37

8. Bentuk Sebaran Data dan Trendline Model Terpilih untuk Menduga Nilai Volume Tegakan E. hybrid (IND-32) .................................................. 38

9. Grafik CAI dan MAI Volume Tegakan E.hybrid (IND-32) ................. 40

10. Peta Sebaran Tegakan E.hybrid (IND-32) pada Estate A dan B ........... 50

11. Tegakan E. hybrid (IND-32) umur; (a) 1 tahun, (b) 3 tahun, (c) 4 tahun...........................................................................................

51

12. Bentuk Trendline dan Sebaran Data Model Pendugaan Diameter; (a) linier, (b) polynomial, (c) logaritma, (d) power, (e) eksponensial .................. 52

13. Bentuk Trendline dan Sebaran Data Model Pendugaan Tinggi; (a) linier, (b) polynomial, (c) logaritma, (d) power, (e) eksponensial .................. 53

14. Bentuk Trendline dan Sebaran Data Model Pendugaan Volume; (a) linier, (b) polynomial, (c) logaritma, (d) power, (e) eksponensial .................. 54


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Data Rata-rata Diameter dan Tinggi serta Nilai Volume Tegakan E.hybrid
(IND-32)............................................................................................. 47 2. Peta Sebaran Tegakan E.hybrid (IND-32) ........................................... 50 3. Foto Tegakan E.hybrid (IND-32) ........................................................ 51 4. Bentuk Trendline dan Sebaran Data Model Pendugaan Diameter ........ 52 5. Bentuk Trendline dan Sebaran Data Model Pendugaan Tinggi ............ 53 6. Bentuk Trendline dan Sebaran Data Model Pendugaan Volume .......... 54
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SARTIKA PUTRI : Daur Volume Maksimum Tegakan Eucalyptus hybrid (IND32) di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sumatera Utara, dibimbing oleh SITI LATIFAH dan KANSIH SRI HARTINI.
Pengusahaan hutan yang marak dilakukan pada saat ini adalah pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), salah satunya adalah HTI-pulp dengan tujuan untuk mendapatkan hasil hutan tanaman berupa kayu yang mampu memenuhi permintaan akan bahan baku industri. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila HTI dikelola dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan daur volume maksimum tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) di HTI PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sektor Aek Nauli, Sumatera Utara yang telah dilakukan pada bulan Mei 2013. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari perusahaan tersebut dan kemudian diolah dengan menggunakan software Microsoft excel dan Curve Expert 1.4.
Hasil penelitian mendapatkan model terbaik untuk menduga nilai diameter (D), tinggi (H), dan volume (V) tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) masingmasing adalah D = 20,06 (0,2)1/x, H = 30,7 (0,22) 1/x, dan V = 486,54 (0,02) 1/x, dengan x adalah umur. Berdasarkan nilai volume yang dihitung dengan menggunakan model terpilih, daur volume maksimum tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) dicapai pada umur 4,4 tahun. Kata kunci : HTI, Eucalyptus hybrid (IND-32), Daur
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
SARTIKA PUTRI : The Maximum volume cycle for stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) at Industrial Plantations Forest PT. Toba Pulp Lestari Tbk., North Sumatra, supervised by SITI LATIFAH and KANSIH SRI HARTINI.
Forest products companies that bloom at this time is the development of Industrial Plantations Forest (HTI), one of which is the HTI-pulp in order to get results in the form of plantations forest are able to meet the demand for industrial raw materials. These objectives can be achieved if well managed plantations. This research was conducted to determine the maximum volume cycle for stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) at HTI PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sector Aek Nauli, North Sumatra, which has been conducted in May 2013. The research was conducted using data obtained from the company and then processed using Microsoft Excel software and Curve Expert 1.4.
The results of research was obtained the best model to estimate the diameter (D), high (H), and volume (V) for stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) respectively are D = 20,06 (0,2)1/x, H = 30,7 (0,22) 1/x, and V = 486,54 (0,02) 1/x, where x is the age. Based on the volume calculated using the model selected, the maximum volume cycle stands of Eucalyptus hybrid (IND-32) achieved at the age of 4,4 years. Keywords : HTI, Eucalptus hybrid (IND-32), cycle
Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan Tanaman Industri (HTI) menurut Peraturan Menteri Kehutanan No.
3 tahun 2008 adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh pelaku usaha kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Salah satu bentuk HTI yang saat ini memegang peranan penting dalam menunjang pengembangan industri perkayuan di Indonesia adalah HTI-kayu serat atau HTI-pulp. Pembangunan HTI-pulp sendiri bertujuan untuk mendapatkan hasil hutan tanaman berupa kayu yang mampu memenuhi permintaan akan bahan baku pembuatan pulp. Maka dari itu, sangat penting bagi suatu perusahaan HTI-pulp untuk selektif dalam menentukan jenis tanaman yang tepat untuk ditanam pada hutan tanamannya.
Ekaliptus merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dikembangkan dalam perusahaan HTI-pulp. Pertumbuhannya yang cepat serta kegunaannya sebagai bahan baku industri pulp, kertas dan rayon membuat jenis ini menjadi tanaman yang diprioritaskan dalam program HTI (Mardin, 2009).
PT. Toba Pulp Lestari Tbk. (TPL) adalah perusahaan HTI-pulp dengan ekaliptus sebagai tanaman prioritasnya. Jenis-jenis yang diusahakan dahulunya adalah ekaliptus asli (pure) seperti Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, dan Eucalyptus pellita. Kebutuhan yang terus meningkat serta perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong pihak perusahaan melakukan pengembangan terhadap jenis ini dengan harapan dapat menciptakan suatu varietas baru yang unggul. PT. TPL mengusahakannya dengan melakukan
Universitas Sumatera Utara

perkawinan silang antar jenis ekaliptus yang hasilnya secara umum sering disebut dengan nama Eucalyptus hybrid. IND-32 adalah salah satu klon E. hybrid yang dikembangkan oleh PT. TPL. Jenis ini merupakan hasil persilangan antara E. grandis dengan E. pellita.
Selain memperhatikan jenis tanaman yang tepat untuk ditanam sesuai dengan tujuannya, HTI juga harus memperhatikan prinsip kelestarian sumberdaya hutan dan prinsip kelestarian hasil. Untuk mendukung upaya ini perlu dibuat rencana pengelolaan HTI dengan seksama terkait dengan jadwal penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan yang kemudian diikuti dengan penanaman kembali. Penyusunan rencana pengelolaan HTI tersebut diatas dapat dilakukan dengan baik apabila perusahaan memiliki data/informasi yang mendukung, salah satunya adalah data mengenai daur volume maksimum tegakan di HTI tersebut.
Daur volume maksimum adalah jangka waktu perkembangan suatu tegakan yang memberikan hasil kayu tahunan terbesar, baik dari hasil penjarangan maupun tebangan akhir (Dephut, 1992). Sesuai dengan definisinya, jelas bahwa data mengenai daur volume maksimum ini sangat penting untuk diketahui. Berdasarkan data tersebut, suatu perusahaan HTI dapat menentukan waktu pemanenan yang tepat untuk mendapatkan hasil terbaik dari suatu tegakan. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian dalam menentukan daur volume maksimum dari tegakan E. hybrid (IND-32) di PT. TPL, Sektor Aek Nauli.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menyusun model pendugaan pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume tegakan E. hybrid IND-32.
2. Menghitung nilai riap tegakan E. hybrid IND-32. 3. Menentukan daur volume maksimum tegakan E. hybrid IND-32. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan referensi bagi pihak terkait yakni PT. Toba Pulp Lestari Tbk.,
Sektor Aek Nauli dalam perencanaan pemanenan hasil hutan tanaman. 2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis yakni dalam menyusun
model pendugaan pertumbuhan tegakan dengan jenis yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Tanaman Industri (HTI) Sejarah pembangunan hutan di Indonesia, khususnya hutan tanaman telah
berlangsung sejak era sebelum memasuki era kemerdekaan. Berbagai kebijakan ditetapkan sebagai landasan hukum kegiatan pembangunan hutan tanaman. Pada dekade 1990, seiring dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1990, maka dimulai pembangunan hutan tanaman yang dilakukan secara terintegrasi dengan industri kehutanan. Program Hutan Tanaman Industri ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas lahan, menjamin ketersediaan bahan baku kayu bagi kepentingan industri serta penyerapan tenaga kerja dan lapangan berusaha (Iskandar dkk., 2003).
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 3 tahun 2008, HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh pelaku usaha kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Hak Pengusahaan HTI adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam suatu kawasan hutan yang kegiatannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengelolaan dan pemasaran.
Adapun tujuan pembangunan HTI menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman (2009) adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan produktivitas hutan produksi, dalam rangka pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri perkayuan dan penyediaan lapangan usaha (pertumbuhan ekonomi/pro-growth), penyediaan lapangan kerja (pro-job),
Universitas Sumatera Utara

pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan (pro-poor) dan perbaikan kualitas lingkungan hidup (pro-enviroment). 2. Mendorong daya saing produk industri perkayuan (penggergajian, kayu lapis, pulp dan paper, meubel dan lain-lain) untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Selain itu, HTI juga dikelola dan diusahakan berdasarkan prinsip pemanfaatan yang optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan sumber daya alamiah serta dengan menerapkan prinsip ekonomi dalam pengusahaannya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Pengelolaan satu kesatuan HTI yang disebut unit HTI merupakan unit pengusahaan yang terdiri dari satu atau lebih kelas perusahaan. Menurut Dephut (1996), kelas perusahaan pada pengusahaan HTI ada empat, yaitu: 1. Kelas perusahaan kayu pertukangan 2. Kelas perusahaan kayu serat 3. Kelas perusahaan kayu energi 4. Kelas perusahaan kayu perusahaan hasil hutan bukan kayu
Menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman (2009), setiap unit pengusahaan pada HTI telah diatur tata penggunaan lahannya/tata ruangnya sebagai berikut : a. Areal Tanaman Pokok ± 70 % b. Areal Tanaman Unggulan ± 10 % c. Areal Tanaman Kehidupan ± 5 % d. Kawasan Lindung ± 10 % e. Sarana Prasarana ± 5 %
Universitas Sumatera Utara

Adapun beberapa ciri pokok HTI, di antaranya adalah: 1. Sistem silvikultur yang diterapkan adalah tebang habis dengan penanaman
kembali. 2. Komposisi jenisnya murni atau campuran. 3. Potensi produksi yang tinggi, baik kuantitas maupun kualitasnya, yang dicapai
dengan penerapan silvikultur intensif. 4. Pengusahaan HTI adalah pengusahaan hutan dalam suatu kawasan hutan yang
meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan tegakan, pemungutan hasil, pengolahan sampai pemasarannya.
Tanaman Eucalyptus sp. Eucalyptus sp. termasuk kedalam famili Myrtaceae, terdiri dari kurang
lebih 700 jenis. Daerah penyebaran meliputi Australia, New Britian, Papua, Tasmania, Irian jaya, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. Ekaliptus secara umum tumbuh pada ketinggian 600-1800 m dpl dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 23°C dan maksimum 31°C di dataran rendah, serta pada suhu minimum rata-rata 13°C dan maksimum 29°C di pegunungan (Sutisna dkk., 1998).
Ekaliptus pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Ciri khas lainnya adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai cokelat, merah, sawo matang sampai cokelat. Ekaliptus merupakan jenis yang
Universitas Sumatera Utara

tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Jenis ekaliptus dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir dan sedikit bercabang. Sistem perakarannya yang masih muda cepat sekali memanjang hingga menembus ke dalam tanah (Dephut, 1994).

Eucalyptus grandis

Taksonomi dari E. grandis adalah :

Divisio : Spermatophyta

Sud Divisio : Angiospermae

Class

: Dicotyledone

Ordo

: Myrtiflorae

Family : Myrtaceae

Genus

: Eucalyptus

Species : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

E. grandis adalah pohon hutan yang sangat tinggi, umumnya dapat

mencapai ketinggian 45-55 m dan diameter 1,2-2 m dbhob (diameter setinggi

dada di atas kulit). Jenis tanaman ini dapat tumbuh cepat pada lokasi yang sesuai, dengan pertumbuhan 20-30 m3/Ha/tahun. Bunga berwarna putih dalam kelompok

7-11, umumnya mulai dari bulan April sampai Agustus. Buah berbentuk kapsul,

sedikit membulat seperti buah pir dan mengkerucut. E. grandis ini biasanya paling

sering diperbanyak dari biji, namun dapat juga direproduksi secara vegetatif

(Brooker dkk., 2002 dalam McMahon, 2010).

Jenis E. grandis menghendaki iklim C dan D pada ketinggian tempat

sekitar 0-800 m dpl, curah hujan tahunan rata-rata 1000-3500 mm dengan

Universitas Sumatera Utara

temperatur maksimum sekitar 24 sampai 30oC. Jenis ini tumbuh baik pada lahan datar atau dengan kemiringan yang tidak curam, serta tumbuh pada tanah alluvial di tempat-tempat dekat air tetapi tidak tergenang air dan mengandung lempung (Boland dkk., 1984 dalam McMahon, 2010).

Eucalyptus pellita

E. pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar

dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Tanaman ini merupakan

jenis asli New South Wales, Queensland, dapat tumbuh pada tanah berpasir,

menyenangi cahaya matahari serta perawatan tanaman yang mudah. E. pellita

dapat tumbuh tinggi hingga 40-130 m dan diameter hingga 1 m. Batang lurus

dengan mahkota yang besar dan sangat bercabang. Kulit kasar, berserat, pecah-

pecah, dan berwarna coklat sampai coklat kemerahan.

Taksonomi jenis ini adalah:

Divisio : Spermatophyta

Sud Divisio : Angiospermae

Class

: Dicotyledone

Ordo

: Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus

: Eucalyptus

Species : Eucalyptus pellita F. Muell

Tingkat pertumbuhan ekstrim dari E. pellita dan E. grandis dapat

mencapai rata-rata lebih dari 2 m per tahun. Hasil tanaman yang ditanam oleh

Amazonia Reboisasi telah mencapai pertumbuhan lebih dari 6 m di 12 bulan

pertama setelah melakukan transplantasi dari pembibitan pohon tropis. Tingkat

Universitas Sumatera Utara

produksi rata-rata E. pellita sebesar 40 m3/Ha/tahun. Jika kegiatan kehutanan dikelola dengan baik, maka produksi dapat meningkat hingga mencapai lebih dari 50 m3/Ha/tahun. Pertumbuhan yang cepat ini tidak saja dianggap penting oleh investor kayu, tetapi juga menunjukkan adanya penyerapan karbon yang tinggi sehingga tersirat bahwa jenis ini memiliki manfaat untuk menyerap karbon. Kegiatan pemanenannya tergantung pada penggunaan, untuk industri pulp dan kertas dipanen pada umur 8 tahun sedangkan untuk industri kayu dipanen pada umur 10 tahun (Dombro, 2010). Sedangkan hasil penelitian Bristow dkk. (2006) mendapatkan bahwa nilai maksimum diameter E. pellita adalah sebesar 30,3 cm dan nilai maksimum untuk tingginya adalah sebesar 28,8 m.
Pertumbuhan Tegakan Pertumbuhan tegakan adalah pertambahan dimensi dari satu atau lebih
individu dalam suatu tegakan hutan dalam suatu jangka waktu (Vanclay, 1994). Pertumbuhan tegakan merupakan perubahan ukuran sifat terpilih dari dimensi tegakan yang terjadi selama periode tertentu (Davis dan Johnson, 1987).
Pertumbuhan merupakan hasil interaksi dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain sifat genetik pohon, persediaan bahan makanan dalam pohon dan persediaan air di dalam pohon. Faktor eksternal antara lain kerapatan tegakan, suhu, curah hujan, kelembapan udara, komposisi kimia tanah, kandungan hara mineral, dan kandungan organisme-organisme dalam tanah (Bruce dan Schumacher, 1950). Sedangkan menurut Husch dkk. (1982), pertumbuhan tanaman merupakan interaksi antara lingkungan dan kemampuan genetik dari tanaman tersebut. Pertumbuhan tanaman biasanya terbagi pada dua fase yakni fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif (fase awal) adalah fase
Universitas Sumatera Utara

dimana pertumbuhan terjadi pada daun, batang, dan akar. Sedangkan fase generatif adalah fase pertumbuhan untuk menghasilkan bunga, buah, dan biji. Riap
Kata riap biasanya dipakai untuk menyatakan pertambahan volume pohon atau tegakan per satuan waktu tertentu. Definisi riap berbeda dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ditetapkan sebagai terminologi yang bersifat umum, sedang riap lebih spesifik. Chapman (1950), menyatakan bahwa riap adalah rasio bersih tahunan dari suatu tegakan yang merupakan penjumlahan aljabar dari penambahan volume setiap tahun tersebut.
Menurut Simon (2007), riap dapat dibagi atas dua macam yaitu : a. Riap individu pohon
Riap individu pohon terdiri dari riap diameter, riap luas bidang dasar, riap tinggi, dan riap volume. Riap diameter biasanya diwakili oleh riap diameter setinggi dada. Sesuai dengan peranannya dalam perhitungan volume, riap diameter merupakan salah satu komponen yang penting dalam menentukan riap volume. Alat yang paling banyak dipakai untuk mengukur riap diameter ini adalah “bor riap”. Namun alat ini hanya efektif untuk mengukur riap pohon yang mempunyai lingkaran tahun yang jelas.
Riap tinggi juga mempunyai peranan dalam perhitungan riap volume, terutama untuk tegakan yang masih muda. Untuk tegakan tua peranan riap tinggi berkurang karena setelah umur tertentu, suatu jenis pohon pertambahan riap tingginya mendekati nol. Ada empat macam pendekatan yang dipakai untuk menentukan riap tinggi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara

1. Menaksir atau mengukur panjang ruas tahunan. 2. Analisis tinggi terhadap pohon yang ditebang. 3. Mengukur pertambahan tinggi pohon selama periode waktu tertentu. 4. Menentukan riap tinggi dengan kurva tinggi.
Riap volume pohon adalah pertumbuhan volume selama jangka waktu tertentu. Dalam teori riap volume dapat ditentukan secara tepat dengan mengurangi volume pada akhir periode (B) dengan volume pohon tersebut pada awal periode (A).
b. Riap tegakan Riap volume suatu tegakan bergantung pada kepadatan (jumlah) pohon
yang menyusun tegakan tersebut, jenis, dan kesuburan tanah. Riap volume suatu pohon dapat dilihat dari kecepatan tumbuh diameter, yang setiap jenis mempunyai laju yang berbeda-beda. Untuk hutan tanaman, pertumbuhan diameter biasanya mengikuti grafik berbentuk huruf S (sigmoid) karena pada mulanya tumbuh agak lambat, kemudian cepat lalu menurun. Lambatnya pertumbuhan diameter pada waktu muda disebabkan tanaman hutan ditanam rapat untuk menghindari percabangan yang berlebihan (Karyaatmadja, 2000).
Riap volume tegakan selama satu daur menurut Loetsch (1973) dalam Yudistira (2004) dapat dibedakan menjadi : 1. Riap rata-rata berjalan (Current Annual Increment, CAI), yaitu riap yang
diukur untuk setiap satuan waktu pengukuran terkecil, biasanya 1 tahun. Fungsi riap ini merupakan turunan pertama dari fungsi pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara

2. Riap rata-rata tahunan (Mean Annual Increment, MAI), yaitu besarnya riap rata-rata pada umur tertentu. Fungsi ini merupakan hasil bagi antara pertumbuhan sampai umur tertentu dengan umurnya.
3. Riap rata-rata periodik (Periodical Annual Increment, PAI), yaitu besarnya riap rata-rata yang terjadi selama periode waktu tertentu di antara dua kali pengukuran. Fungsi riap ini merupakan hasil bagi antara selisih total pertumbuhan dengan lamanya periode waktu di antara dua kali pengukuran tersebut. Produktivitas E. hybrid (E. grandis vs E. urophylla) sangat tinggi,
memiliki riap tahunan rata-rata dapat mencapai sebesar 70 m3/Ha/tahun (Campinhos, 1993). E. hybrid ini menghasilkan riap rata-rata tahunan (MAI) dengan kisaran 12-48 m3/Ha/tahun. Produktivitas hibrid E. hybrid sangat ditentukan oleh jenis tanah serta besarnya curah hujan tahunan di kawasan tersebut (Gonçalves dkk., 1997). Hal ini terlihat dari hasil penelitian tegakan hibrid E. urograndis di Bahia, Brazil yang ditanam pada ketinggian 0-300 meter dari permukaan laut, mempunyai riap rata-rata sekitar 30 m3/Ha yang ditanam pada lahan dengan curah hujan 1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan menjadi sekitar 58 m3/Ha pada tanah ultisol berlempung, sekitar
Universitas Sumatera Utara

47 m3/Ha pada tanah ultisol berpasir dan sekitar 38 m3/Ha pada tanah oxisol berpasir (Stape dkk., 1997).
Daur Daur adalah jangka waktu antara waktu penanaman sampai tanaman hutan
dimaksud masak untuk dipanen (Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan, 1999). Terdapat 6 jenis daur menurut Dephut (1992) yakni : 1. Daur fisik
Yaitu jangka waktu yang berhimpitan dengan periode hidup suatu jenis untuk kondisi tempat tumbuh tertentu, sampai jenis tersebut mati secara alami. Daur fisik juga dapat disamakan dengan berapa umur suatu pohon sampai pohon tersebut masih mampu menghasilkan biji yang baik untuk melakukan permudaan. Jadi, daur ini tidak mempunyai hubungan yang erat dengan nilai ekonomi suatu hutan. 2. Daur silvikultur
Yaitu jangka waktu selama hutan masih menunjukkan pertumbuhan yang baik dan dapat menjamin permudaan dengan kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya. Daur silvikultur sangat dekat atau hampir mirip dengan daur fisik. Daur silvikultur pada umumnya sangat panjang dan mempunyai batas yang sangat lebar. 3. Daur teknik
Yaitu jangka waktu perkembangan sampai suatu jenis dapat menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya, untuk keperluan tertentu. Untuk suatu jenis, daur pendek atau panjang tergantung pada tujuan pengelolaannya. Misalnya, daur
Universitas Sumatera Utara

untuk kayu bakar dan pulp pada umumnya pendek, sedangkan jika tujuan pengelolaan untuk kayu pertukangan, maka daurnya panjang. 4. Daur volume maksimum
Yaitu jangka waktu perkembangan suatu tegakan yang memberikan hasil kayu tahunan terbesar, baik dari hasil penjarangan maupun tebangan akhir. Daur ini merupakan perkembangan yang terpenting dan paling banyak dipakai di lapangan, baik secara langsung atau tidak langsung. Panjang daur volume maksimum ini berhimpitan dengan umur tegakan pada waktu riap rata-rata tahunan (MAI) mencapai maksimum. 5. Daur pendapatan maksimum
Daur ini juga dikenal sabagai daur “bunga hutan” maksimum (the highest forest rental), yaitu daur yang menghasilkan rata-rata pendapatan bersih maksimum. Pendapatan bersih dihitung dari hasil penjarangan dan hasil akhir, setelah dikurangi dengan seluruh biaya. Daur ini pada umumnya hampir sama dengan daur volume maksimum. Rata-rata pendapatan tahunan bersih diperoleh dari total pendapatan bersih dibagi dengan panjang daur. 6. Daur finansial
Yaitu daur yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan maksimum dalam nilai uang. Di kehutanan, keuntungan dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu dari nilai harapan lahan (land expectation value) dan dari hasil finansial.
Menurut Hendromono dkk. (2003), daur volume maksimum adalah jangka waktu perkembangan suatu tegakan yang memberikan hasil kayu tahunan terbesar. Daur volume maksimum tersebut dapat ditentukan dengan cara membuat
Universitas Sumatera Utara

kurva yang menunjukkan perpotongan antara grafik riap rata-rata tahunan (MAI) dengan grafik riap berjalan (CAI). Perpotongan grafik tersebut adalah merupakan daur volume maksimum suatu tegakan (Gambar 1).
volume (m3/Ha)

MAI

CAI

Gambar 1. Grafik CAI dan MAI

umur (tahun)

Menurut Simon (2007), dalam pengelolaan hutan kedua grafik ini mempunyai arti yang penting. Manipulasi perlakuan tegakan melalui penelitian untuk memperoleh riap tegakan maksimal, baik CAI maupun MAI masih memberi peluang yang besar untuk meningkatkan nilai manfaat dari hutan. Grafik hubungan antara riap berjalan tahunan (CAI) dengan riap rata-rata tahunan (MAI) mempunyai karakteristik yaitu : 1. Kurva riap berjalan (CAI) mencapai puncak secara cepat dan menurun secara
cepat, jika dibandingkan dengan kurva riap rata-rata tahunan (MAI) yang mencapai puncak secara perlahan-lahan dan menurun secara perlahan-lahan. 2. Titik potong antara CAI dan MAI merupakan saat pemanenan yang paling efisien untuk mendapatkan produksi maksimum. Hal ini disebabkan setelah

Universitas Sumatera Utara

titik potong tersebut kedua kurva akan menurun yang berarti riap akan terus menurun.
Penentuan panjang daur tebang tergantung pada interaksi beberapa faktor (Osmaton, 1968 dalam Nuhamara, 2008), yaitu: 1. Tingkat kecepatan pertumbuhan tegakan yang bergantung pada jenis pohon,
kondisi tempat tumbuh dan intensitas pemeliharaan. 2. Karakteristik jenis tanaman dengan memperhatikan umur maksimum secara
alami, umur untuk dapat menghasilkan benih, fase umur kecepatan tumbuh terbaik dan fase umur kualitas terbaik. 3. Pertimbangan ekonomi melalui perhitungan ukuran yang layak dipasarkan dan harga tertinggi yang dapat dicapai. 4. Respon tanah yang sama terhadap penggunaan yang kontiniu atau berulangulang, erat hubungannya dengan bahan induk tanah, pelapukan tanah dan ada tidaknya faktor alelopati tanaman.
Penentuan daur volume maksimum yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu dengan cara membuat model pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume pohon. Dari model tersebut, didapat hasil pendugaan pertumbuhan tegakan pada suatu hutan tanaman yang kemudian dapat ditentukan daur volume maksimumnya. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dalam menentukan daur volume maksimum untuk jenis ekaliptus dan lainnya adalah sebagai berikut : 1. Harbagung (1991) menyimpulkan bahwa daur volume maksimum untuk
tegakan hutan tanaman E. urophylla berdasarkan perpotongan antara kurva riap tahunan berjalan dengan kurva riap rata-rata tahunan adalah 5-6 tahun. Penelitian ini dilakukan di daerah Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Universitas Sumatera Utara

2. Latifah (2004) menyimpulkan bahwa daur volume maksimum untuk tegakan hutan tanaman E. grandis di HTI PT. TPL Tbk. adalah pada umur 8 tahun.
3. Arifiandy (2006) menyatakan bahwa daur volume maksimum tegakan Acacia Mangium di PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur, adalah pada umur 5,25 tahun.
4. Mindawati (2010) mendapatkan hasil bahwa daur volume maksimum hutan tanaman E. urograndis pada rotasi 1 adalah 5,5 tahun dengan nilai riap sekitar 35,83 m3/Ha. Sedangkan daur volume maksimum pada rotasi kedua adalah 5 tahun. Penelitian ini dilakukan di PT. TPL Tbk., Sektor Aek Nauli, Sumatera Utara.
5. Darwo dkk. (2012) menyatakan bahwa riap volume maksimum tegakan ekaliptus di PT. TPL Tbk., Sektor Aek Nauli, Sumatera Utara adalah sebesar 31,13 m3/Ha/tahun pada umur 8,1 tahun sehingga daur volume maksimum dan umur indeks tempat tumbuh ditetapkan 8 tahun dengan rata-rata volume tegakan 249,34 m3/Ha dan riap tahunan rata-rata 31,17 m3/Ha/tahun.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas HTI Soepardi (1992) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah faktor genetik dan faktor kualitas tapak, khususnya kualitas tanah yang keduanya dapat dimanipulasi atau diubah secara buatan. Faktor genetik dapat dimanipulasi melalui kegiatan pemuliaan tanaman, sedangkan faktor tanah dapat dimanipulasi melalui kegiatan silvikultur.
Faktor genetik Peningkatan produktivitas tegakan perlu diikuti dengan peningkatan mutu
genetik. Mutu genetik dapat dicapai melalui pemuliaan dengan modal utama
Universitas Sumatera Utara

keragaman genetik untuk tujuan pengembangan jenis dengan sifat unggul. Seleksi dilakukan dalam rangka memilih sifat-sifat yang diinginkan dari suatu pohon, seperti kecepatan pertumbuhan, kecepatan adaptasi lingkungan, dan adaptasi atau resisten hama dan penyakit dan lain-lain. Hibrida adalah metode untuk menghasilkan tanaman baru dan merupakan suatu hasil persilangan dari dua jenis atau lebih tanaman yang memiliki susunan genetik berbeda. Biasanya persilangan dalam genus yang sama, antar ras atau bahkan antar dua genotip berlainan dalam populasi yang sama atau sejenis tetapi berbeda sedikit “gen” nya. Hibrida-hibrida hasil persilangan mendapat warisan sifat-sifat pohon parental atau tetuanya. Oleh karena itu, jika persilangan ditujukan untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik atau untuk hibrida yang tahan serangan penyakit, maka pohon induk harus mempunyai sifat yang diinginkan tersebut (Zobel dan Talbert, 1984).
Menurut Hardiyanto (2004), tidak semua hibrid menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding dengan kedua induknya, hibrid dapat pula tumbuh lebih buruk daripada induknya. Oleh karena itu perlu strategi pemuliaan yang disusun dengan baik. Strategi pengembangan hibrid dapat sangat sederhana atau dapat sangat kompleks. Strategi sederhana berupa seleksi hibrid alami pada pertanaman komersial, sedangkan strategi yang lebih kompleks meliputi hibridisasi alami dan hibridisasi terkendali yang dilakukan pada individu terpilih dari masing-masing jenis (Mulawarman, 2003).
Program hibridisasi ekaliptus merupakan salah satu strategi yang sangat sukses dalam pembangunan hutan tanaman. Hibridisasi buatan genus ekaliptus melalui penyerbukan terkendali banyak dikembangkan dan memiliki kelebihan dibandingkan dengan tetuanya yang ditanam secara murni. Hasil dari beberapa
Universitas Sumatera Utara

penelitian menunjukkan bahwa persilangan antar jenis dari ekaliptus memiliki tingkat keseragaman yang lebih tinggi dan memungkinkan produksi tanaman dengan kombinasi karakter yang dilakukan akan menguntungkan secara ekonomi (Souvannavong, 1992 dalam Koranto, 2003).
Faktor kualitas tapak Faktor tempat tumbuh tegakan adalah totalitas dari peubah keadaan tempat
tegakan mencakup bentuk lapangan, sifat-sifat tanah, dan iklim memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup tinggi dengan dimensi suatu tegakan hutan tanaman (Suhendang, 1990). Kualitas tempat tumbuh merupakan jumlah total faktor-faktor lingkungan (tanah, iklim mikro, kelerengan dan lain-lain) yang merupakan fungsi geologis, fisiografi, iklim mikro dan perkembangan suksesi (Daniel dkk., 1997).
Sifat kimia tanah Beberapa sifat kimia tanah yang penting dan berpengaruh terhadap
pertumbuhan suatu tanaman adalah reaksi pH tanah, bahan organik tanah, unsur hara dan kapasitas tukar kation (KTK). Nilai pH tanah yang merupakan indikator kualitas tanah terbaik adalah antara pH6 - pH7, karena sebagian unsur hara menjadi tersedia (USDA, 1998).
Faktor perlakuan silvikultur Produktivitas maksimum akan tercapai jika dalam pengelolaan hutan
dilakukan tindakan silvikultur intensif bersamaan dengan pemuliaan tanaman. Berbagai teknik silvikultur dapat diterapkan terhadap tanah dan pengelolaan tegakan untuk meningkatkan ketersediaan air dan unsur hara selama pertumbuhan. Pada hutan tanaman cepat tumbuh, penerapan pengelolaan dengan teknik
Universitas Sumatera Utara

silvikultur intensif dapat menaikkan dan mempertahankan produktivitas. Pada umumnya pengelolaan intensif dilakukan pada fase persiapan bibit, persiapan lahan dan fase pemeliharaan tegakan berupa pemberian input hara atau pemupukan (Nambiar, 1996).
Hutagalung (2008) menyatakan bahwa ekaliptus dapat membentuk simbiosis yang saling menguntungkan dengan mikroorganisme sehingga akan memperbesar kemampuan tanaman dalam menyerap hara, mampu melarutkan P tidak tersedia menjadi tersedia dan mampu mengurai sisa tanaman.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian PT. Toba Pulp Lestari Tbk. yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon
Utama Tbk. (IIU) adalah suatu perusahaan yang mendapatkan hak pengusahaan hutan yang bertujuan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan kertas dalam negeri yang diimpor oleh beberapa negara. Perusahaan ini memiliki areal konsesi Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang terletak di beberapa kabupaten yaitu Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan dengan total luas ijin HPHTI berdasarkan SK. Menhut No. 493/KPTS-II/1992 seluas 269.060 ha dengan jangka pengelolaan 43 tahun dan pemanfaatan Pinus berdasarkan SK. Menhut No. 236/KPTS-IV/1984 seluas 15.763 ha yang berada di luar areal HPHTI sehingga total areal berjumlah berjumlah 284.816 ha (TPL, 2008).
Areal konsesi PT. Toba Pulp Lestari Tbk. terdiri dari 6 sektor yang masing-masing sektor berada pada wilayah geografis yang terpisah, yaitu:
Universitas Sumatera Utara

1. Sektor Tele berada pada Kabupaten Samosir yang meliputi Kecamatan H. Boho, Sumbul, Parbuluan, Kerajaan, Sidikalang dan Salak pada 2° 15’ 00” 2° 50’ 00” LU dan 98° 20’ 00” BT - 98° 50’ 00” BT.
2. Sektor Padang Sidempuan berada pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi Kecamatan Padang Bolak, Sosopan, Padang Sidempuan, dan Sipirok pada 1° 15’ 00” LU - 1° 50’ 00” LU dan 99° 13’ 00” BT - 99° 33’00” BT.
3. Sektor Aek Nauli berada pada Kabupaten Simalungun yang meliputi Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, dan Jorlang pada 2° 40’ 00” LU - 2° 50’ 00” LU dan 98° 50’ 00” BT - 99° 10’ 00” BT.
4. Sektor Habinsaran berada di Kabupaten Toba Samosir yang meliputi kecamatan Siborong-borong, Sipahutar, Habinsaran, Silaen, dan Laguboti pada 2° 7’ 00” LU - 2° 2’ 00” dan 99° 05’ 00” BT - 99° 18’ 00” BT.
5. Sektor Tarutung berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan Dolok Sanggul, Sipaholon, Onan Gajang, Parmonangan, Adian Koting, Gaya Baru, Tarutung, Lintong Nihuta, dan Sorkam pada 1° 54’ 00” LU - 2° 15’ 00” LU dan 98° 42’ 00” - 98° 58’ 00” BT.
6. Sektor Sarulia berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Lumut, dan Batang Toru pada 1° 30’ 00” LU - 1° 55’ 00” LU dan 98° 20’ 00” BT - 99° 10’ 00” BT.
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Lokasi penelitian berada
di areal Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Sektor Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat PC
(Personal Computer), alat tulis, kalkulator dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni
data rata-rata diameter dan tinggi tegakan dari keseluruhan kompartemen areal operasional yang merupakan hasil pengukuran berulang pada Petak Ukur Permanen (PUP) yang telah dilakukan oleh pihak PT. TPL. Bahan lain yang digunakan adalah peta kawasan khususnya di Sektor Aek Nauli serta software Microsoft Excel dan Curve Expert 1.4.
Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan dengan alur
penelitian seperti pada Gambar 2. Tahapan-tahapan tersebut adalah : Pengumpulan data 1. Data primer Data primer yang dimaksud adalah gambaran umum lokasi dan tegakan
yang disajikan dalam bentuk gambar/foto yang langsung diambil dari lapangan.
Universitas Sumatera Utara

2. Data sekunder Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini adalah PT. TPL., Sektor Aek Nauli. Data ini berupa data ratarata diameter dan tinggi tegakan operasional, data letak geografis, dan peta kawasan.

Perhitungan volume tegakan Perhitungan volume tegakan yang dilakukan adalah volume tegakan untuk
tiap kompartemen yang terpilih dengan rumus Simon (2007) sebagai berikut : V = ¼ π D2 x H x f
dimana : V = volume tegakan D = diameter rata-rata H = tinggi rata-rata f = angka bentuk = 0,42 (TPL, 2013)

Penyusunan model pendugaan pertumbuhan

Model pertumbuhan disusun berdasarkan hubungan antara diameter,

tinggi, volume dengan umur tegakan. Beberapa model yang disusun untuk

menduga pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume tegakan adalah :

- Model linier - Model polynomial

: y = a + bx .................................. (1) : y = a + bx + cx2 + dx3 ................ (2)

- Mode

Dokumen yang terkait

Analisis Finansial Dan Daur Volume Maksimum Tegakan Eukaliptus Eucalyptus Hybrid (IND-47) Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli

5 57 68

Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Tanaman Industri Tegakan Eucalyptus spp. Studi Kasus di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli

0 51 96

Penyusunan Tabel Volume Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele Kabupaten Samosir

11 104 75

Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden di Areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sumatera Utara

0 30 76

Serangan Uret Dan Cara Pengendaliannya Pada Tanaman Eucalyptus Hybrid Di Hutan Tanaman Pt. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Na Uli Sumatera Utara

0 11 56

Pendugaan Simpanan Karbon Tegakan Hutan Tanaman Industri Eucalyptus Grandis Hybrid Menggunakan Citra Landsat 8 Di Pt.Toba Pulp Lestari

1 14 39

Daur Volume Maksimum Tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sumatera Utara

1 9 18

Daur Volume Maksimum Tegakan Eucalyptus hybrid (IND-32) di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sumatera Utara

0 0 13

Analisis Finansial Dan Daur Volume Maksimum Tegakan Eukaliptus Eucalyptus Hybrid (IND-47) Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli

0 5 14

Analisis Finansial Dan Daur Volume Maksimum Tegakan Eukaliptus Eucalyptus Hybrid (IND-47) Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli

0 3 11