pendefinisian fungsi keanggotaan dan aturan fuzzy memerlukan usaha dan waktu yang lama. Algoritma genetika dapat digunakan untuk melakukan tuning terhadap
parameter sistem kendali fuzzy sehingga dapat diperoleh sistem kendali fuzzy yang lebih optimal. Algoritma genetik berperan di dalam pengubah posisi dan lebar
fungsi keanggotaan, juga mampu mengoptimasikan aturan-aturan dalam suatu sistem kendali fuzzy [6][7].
Dalam penelitian ini penulis menggunakan algoritma genetika dan logika fuzzy, dimana logika fuzzy digunakan untuk menentukan waktu panen yang diukur
berdasarkan tingkat kematangan dan tujuan pemanfaatan tanaman hortikultura. Algoritma genetika yang nantinya diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi
keanggotaan dan aturan logika fuzzy . 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana implementasi logika fuzzy untuk menghitung waktu panen tanaman hortikultura.
2. Bagaimana algoritma genetika dalam mengoptimalkan fungsi keanggotaan dan aturan logika fuzzy untuk menghitung waktu panen tanaman
hortikultura.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk untuk menerapkan algoritma genetika dan logika fuzzy untuk menghitung waktu panen tanaman hortikultura.
Tujuan yang dicapai untuk penelitian ini adalah:
1. Untuk menghitung waktu panen tanaman hortikultura. 2. Untuk mengoptimalkan fungsi keanggotaan dan aturan logika fuzzy.
1.4 Batasan Masalah
Beberapa hal yang diperlukan dalam penelitian ini guna membatasi masalah agar lebih terarah dan mencapai sasaran yang ditentukan, diantaranya adalah:
1. Algoritma yang digunakan adalah algoritma genetika yang digunakan dalam proses optimasi fungsi keanggotaan dan aturan fuzzy.
2. Sistem fuzzy yang dibangun menggunakan fungsi keanggotan trapezoid dengan model inference mamdani dan metode defuzzifikasi centroid.
3. Logika fuzzy digunakan menentukan apakah tanaman sudah memasuki usia panen atau belum berdasarkan tingkat kematangannya.
4. Tanaman hortikultura yang dipilih yaitu cabai dan tomat. 5. Aplikasi berupa simulasi berbasis Desktop PC. Dibangun dengan bahasa
pemrograman C. 6. Perangcangan perangkat lunak dibangun dengan menggunakan object
oriented programming dengan tools UML.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, Metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, dan kejadian saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada
saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa beberapa tahap yaitu:
1. Metode Pengumpulan Data
Metodologi yang digunakan dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian membuat perangkat lunak ini. Data diperoleh secara langsung
dari objek penelitian melalui studi pustaka. Studi pustaka yang dilakukan adalah dengan mempelajari berbagai literatur, seperti buku-buku, artikel-artikel, e-book,
website, dan sumber-sumber yang berkaitan dengan aplikasi yang akan dibangun, meliputi kecerdasan buatan, desain, tools dan juga pemodelan dengan
UML. 2. Metode Pembuatan Perangkat Lunak
Metode yang digunakan untuk kasus ini adalah model incremental. Model ini mendekatkan kepada pembangunan sebuah prototype untuk memahami kebutuhan
dari sistem. Tahapan Pembuatan aplikasi dengan menggunakan model ini dimulai mengumpulkan Requirement Analysis, Design and Development, Implementation,
Testing [9]. Proses pada model incremental dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Model Incremental [9]
1. Requirement Analysis Requirment Analysis adalah proses tahapan awal yang dilakukan pada
incremental model adalah penentuan kebutuhan atau analisis kebutuhan. Pertama menganalisis data masukan, menganalisis metode, menganalisis kebutuhan
fungsional dan non fungsional. 2. Design and Development
Perancangan software yang terbuka agar dapat diterapkan sistem pembangunan per-bagian pada tahapan selanjutnya. Dalam bagian design
membuat perancangan aristektur, struktur menu dan antarmuka. Development disini pembangunan perangkat lunak dengan bahasa c.
3. Implementation
Dengan melakukan presentasi kepada pengguna sebagai bagian dari proses pembangunan. Tahap ini merupakan tahap dimana aplikasi siapuntuk di
operasikan,yang terdiri dari penjelasan mengenai lingkungan implementasi, baik itu perangkat keras, maupun lingkungan perangkat lunak, serta implementasi
program. 4. Testing
Testing merupakan tahap pengujian dalam model ini. Pada bagian ini dilakukan pengujian system untuk mengetahui kesalahan – kesalahan dan
kekurangan – kekurangan. Pengujian bermaksud untuk mengetahui perangkat lunak yang telah dibuat sudah memenuhi kriteria yang sesuai dengan tujuan
perancangan perangkat lunak. 1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun untuk memberikan gambaran secara umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian yang
digunakan, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan budidaya tanaman hortikultura, pengertian budidaya tanaman, jenis-jenis tanaman
hortikultura, panen, waktu panen, penentuan waktu panen, kecerdasaan buatan, perbandingan kecerdasan buatan dan alamiah, teknik dasar pencarian, masalah
pencarian, algoritma pencarian, AI yang digunakan, Algoritma Gentika, Fuzzy Logic,Genetic Fuzzy System, OOP, UML, C.
BAB III ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA
Berisi Analisis Masalah, Analisis Sistem, Analisi Algoritma, Analisis Kebutuhan Fungsional, Analisis Kebutuhan Non-Fungsional, dan Perancangan
Sistem. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang implementasi dan pengujian sistem yang telah dikerjakan, yang terdiri dari menerapkan rencana implementasi, melakukan
kegiatan implementasi, dan tindak lanjut implementasi. Selain itu juga berisi pengujian aplikasi yang dikerjakan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan terhadap hasil penelitian berikut saran-saran. Saran-saran disini digunakan untuk pengembangan aplikasi
yang dibuat oleh penulis.
7
BAB 2 2.
LANDASAN TEORI
2.1. Budidaya Tanaman Holtikultura
Kata hoktikultura horticulture berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan terutama sekali
mikroorganisme pada suatu medium buatan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Akan tetapi,
pada umumnya para pakar mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang memperlajari budidaya tanaman sayura, buah-buahan, bunga-bungaan, atau
tanaman hias [12].
Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah- buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu
masak, tanaman obat-obatan, dan tanaman penghasil rempah-rempah. Sementara itu, di Negara-negara maju budidaya tanaman hortikultura sudah
merupakan susatu usaha tani berpola komersial, yakni diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas, misalanya perkebunan apel, anggur,
tomat, dan pear Pyrus Communis di Amerika; perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland, Australia; serta perkebunan tomat hidroponik di
New Zeland.
Seiring dengan semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber berbagai vitamin dan mineral di samping
sebagai bahan baku berbagai produk olahan, pengusahaan hortikultura, khususnya buah-buahan, di Indonesia kini mulai dikelola dengan pola
agribisnis.
2.1.1. Jenis – Jenis Tanaman Holtikultura
Hortikultura dapat dikelompokkan atas 3 kategori yaitu [2]
1. Tanaman Buah-buahan, kelompok tanaman ini memiliki keanekaragaman morfologi, seperti ada yang berbentuk pohon misalnya rambutan, mangga,
durian, jeruk, dan sebagainya, bentuk semak markisa.
2. Tanaman sayuran, tanaman ini merupakan tanaman hortikultura yang utama. Beberapa jenis sayuran ada yang berasal dari buah tomat, daun
bayam, akar wortel, biji buncis, bunga kembang kol dan sebagainya. Berbeda dengan tanaman buah-buahan, sayuran memiliki umur yang relatif
singkat. Tanaman ini umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, oleh karenanya proses penanganannya lebih spesifik dibandingkan dengan
hortikultura lainnya.
3. Tanaman Hias, manfaat dari tanaman hias ini adalah meningkatkan aestetika lingkungan. Budidaya tanaman ini dapat dilakukan pada ruang
terbuka maupun didalam ruangan.
2.1.2. Ekologi Tanaman Hortikultura
Budidaya tanaman hortikultura menghendaki perhatian yang serius, khusunya dalam penentuan persyaratan ekologinya. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat tergantung ekologi atau lingkungan di mana tanaman tersebut tumbuh. Apabila tanaman diusahakan
pada lingkungan yanga memenuhi kebutuhan syarat tumbuhnya, dapat dipastikan tanaman tersebut akan tumbuh dan berproduksi secara maksimal.
Hal sebaliknya akan terjadi apabila tanaman tersebut tumbuh ada lingkungan yang tidak atau kurang mendukung.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura dapat dikelompokan atas faktor iklim cahaya, suhu, dan
keadaan udara dan faktor medium tumbuh tanah dan air.
2.1.3. Panen
Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menetukan dalam kegiatan operasional hortikultura, dan seringkali merupakan bagian termahal dari
kegiatan produksi. Secara sederhana, istilah pemanenan diartikan sebagai
upaya memisahkan bagian tanaman yang memiliki nilai ekonomi dati tanaman induknya. Pada tanaman buah-buahan, bagian yang dipisahkan tersebut sudah
tentu adalah buah, sedangkan pada tanaman sayuran, bagian-bagian tersebut dapat berupa daun, batang, akar, maupun buah. Sementara itu pada tanaman
hias, bagian tanaman yang dipanen dapat berupa bunga berikut tangkainya tanaman hias berbunga atau daun berikut tangkainya tanaman hias tidak
berbunga [12].
2.1.4. Perhitungan Waktu Panen Hortikultura
Waktu panen sangat ditentukan jenis varietas tanaman, hari tanam atau hari berbunga, dan kondisi lingkungan selama musim tanam. Selain itu,
beberapa kriteria fisikologis juga telah digunakan untuk menentukan saat panen, seperti kekerasan, warna, dan kandungan karbohidrat. Pada sejumlah
tanaman adakalanya digunakan kriteria lain, misalnya terbentuknya daerah absisi pada tangkai buah misalnya pada labu dan blewah, tingkat
perkembangan kuncup bunga misalnya pada tanaman hiasa seperti mawar, warna buah misalnya pada tomat, cabai, rambutan, dan nanas, rasio gula :
asam misalnya pada jeruk, bunyi kalau dipukul atau ditepuk misalnya pada semangka dan nangka. Sedangkan pada tanaman durian, jatuhnya buah
merupakan petunjuk yang paling tepat untuk pemanenan.
Penentuan tingkat kematangan buah yang tepat akan sangat nyata mengurangi kemerosotan kualitas buah yang dipanen. Apabila buah dipanen
sebelum memasuki fase matang fisiologis, maka kualitasnya akan cepat sekali turun di dalam penyimpanan dan pengankutan karena tingginya laju tranpirasi
yang mengakibatkan buah menjadi keriput akibat penuruan turgiditas.
Menurut [12] Penentuan waktu panen dilakukan dengan beberapa cara yaitu cara visual atau penampakan. Cara fisik: dengan perabaan. Cara
komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar. Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran atau
analisis kandungan zat atau senyawa yang ada dalam komoditas.
Tabel 2.1 Tingkat Kematangan Buah dah Sayuran [1][ 2][ 3]
Index Kematangan Tanaman
Hari setelah berbunga Apple, Pir
Rata-rata panas selama pertumbuhan Apple, jagung manis Ukuran
Kebanyakan buah dan sayuran warna
Kebanyakan buah dan sayuran Bentuk
Pisang, brocoli
Sedangkan kematangan pada hortikultura [1] adalah ketika tanaman atau bagian tanaman memiliki prasyarat pemanfaatan oleh konsumen untuk tujuan
tertentu. 1. Tahap buah dan sayuran di mana konsumen menginginkan buah dan
sayuran atau buah-buahan dan sayuran yang dibutuhkan oleh pasar. tingkat kematangan hortikultura tergantung pada tujuan yang dipanen. Contoh:
kacang polong Perancis okra polong matang bila lembut dengan ukuran maksimum, sesuai dengan kematangan hortikultura.
2. Tahap muncul setiap saat antara pembangunan dan pertumbuhan setiap tanaman pada buah.
3. Hal ini dapat diprediksi dengan menggunakan terminologi yang berbeda seperti belum matang, matang dan terlalu matang.
4. Tidak ada keharusan penuaan.
2.2. Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence AI merupakan cabang dari ilmu komputer yang berhubungan dengan pengautomatisan tingkah laku
cerdas. Kecerdasan buatan didasarkan pada teori suara sound theoretical dan prinsip-prinsip aplikasi dari bidangnya [5]. Prinsip-prinsip ini meliputi
struktur data yang digunakan dalam representasi pengetahuan, algoritma yang diperlukan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut serta bahasa
dan teknik pemrograman yang digunakan dalam mengimplementasikannya. Berdasarkan sudut pandang, AI dapat dipandang sebagai berikut:
1. Sudut pandang kecerdasan, AI adalah bagaimana membuat mesin yang cerdas dan dapat melakukan hal -hal yang sebelumnya hanya dapat
dilakukan manusia. 2. Sudut pandang bisnis, AI adalah sekelompok alat bantu yang berdaya
guna dan metodologi yang menggunakan alat -alat bantu tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
3. Sudut pandang pemrograman, AI meliputi studi tentang pemrograman simbolik, pemecahan masalah dan proses pencarian.
4. Sudut pandang penelitian: a. Riset tentang AI dimulai pada awal tahun 1960-an, percobaan Pertama
adalah membuat program permainan catur, membuktikan teori dan general problem solving.
b. AI adalah nama pada akar dari studi area. Kecerdasan buatan memiliki sejumlah sub disiplin ilmu yang sering digunakan untuk pendekatan
yang esensial bagi penyelesaian suatu masalah dan dengan aplikasi bidang AI yang berbeda. Berikut gambar bidang-bidang tugas dari AI
yaitu [5]:
Gambar 2.1 Pembagian tugas AI