Kerangka Teoritis Kerangka Teoritis dan Konseptual

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penulisan skripsi ini adalah : a. Kegunaan Teoritis Kegunaan Teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran serta pengetahuan bagi perkembangan disiplin ilmu hukum , khususnya yang berhubungan dengan kebebasan seseorang dalam melakukan pembelaan terpaksa menurut Pasal 49 KUHP. b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan maupun sebagai sumber informasi bagi para pengkaji ilmu hukum ataupun rekan-rekan mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama dan dapat menjadi sumbangan pemikiran penegak hukum dalam menangani perkara pidana.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil penelitian atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. Soerjono Soekanto, 1986: 124 Pada setiap penelitian selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Hal ini karena adanya hubungan timbal balik yang erat antara dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, konstruksi data. Untuk memperoleh suatu kebenaran atas suatu peristiwa yang terjadi diperlukan suatu proses kegiatan yang sistematis dengan mengunakan ukuran dan pemikiran yang layak dan rasional. Pembelaan terpaksa merupakan perbuatan pelaku memenuhi rumusan suatu tindak pidana, namun karena syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 49 KUHP tersebut maka perbuatan tersebut dianggap tidak melawan hukum. Penjelasan mengenai pembelaan terpaksa dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal dalam KUHP. Dalam Pasal 49 ayat 1 KUHP mengatur tentang Pembelaan Terpaksa Noodweer, yang isi “Tidak dipidana, barangsiapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan, kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum” Berdasarkan Pasal 49 ayat 1 KUHP yang mengatur tentang Pembelaan Terpaksa, maka adanya pembelaan terpaksa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Adanya serangan. 1. Seketika. 2. yang langsung mengancam. 3. melawan hukum. 4. sengaja ditujukan pada, kehormatan kesusilaan dan harta benda. b. Adanya pembelaan yang perlu diadakan terhadap serangan itu. 1. pembelaan harus dan perlu diadakan. 2. Pembelaan harus menyangkut kepentingan-kepentingan yang disebut dalam undang-undang, yaitu badan, kesusilaan dan harta benda. Tri Andrisman, 2009: 120 Pasal 49 ayat 2 KUHP ”pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung dapat disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana“

2. Konseptual