Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pilihlah beberapa titik pada tabel persentase konsumsi makanan jadi, kemudian lakukanlah pembulatan, pilihan titik tersebut harus tepat agar dapat membuat sebuah persamaan garis lurus
yang semua titik tepat berada dalam grafik persamaan garis. Agar memudahkan pekerjaan, susunlah sebuah tabel untuk memilih titik-titik, kemudian gambarkan grafik persamaan garis.
Tuliskan pula aturan persamaan garis yang diperoleh.
4. Implementasi Desain Didaktik Awal pada Pembelajaran dan Desain Didaktik Revisi
Desain didaktik ini di implementasikan kepada semester VII sebanyak 37 orang dan semester I sebanyak 42 orang.
Hasil Respon mahasiswa dalam implementasi desain didaktik awal
Desain didaktik soal no 1. Pada soal ini, semua respon yang dihasilkan sesuai dengan prediksi, mahasiswa tidak menemui kesulitan dalam menjawab pertanyaan soal no 1. Sehingga
situasi didaktik untuk bahan ajar no 1 peneliti anggap sudah mencapai optimal. Hambatan belajar berupa keterbatasan konteks mahasiswa dalam menggambar diagram batang hanya satu tipe saja,
dapat diantisipasi sehingga respon mahasiswa semakin beragam dalam membuat diagram batang, dari satu tipe, yaitu horizontal, menjadi tipe vertikal dan tipe gabungan. Pengenalan nilai-nilai
budaya menjadi sebuah informasi awal dalam memberikan konteks nilai-nilai budaya Sunda pada setiap bahan ajar. Berikut desain didaktik revisi untuk bahan ajar I yang dianggap peneliti
sudah optimal dalam mengatasi
learning obstacles
yang ada.
Problema Budaya di Masyarakat Bidang pertanian
Saat ini petani pada umumnya bertanam dengan menggunakan sistem pertanian anorganik, tujuan utama petani memilih sistem tersebut karena pertumbuhan tanaman yang cepat sehingga
dapat menghasilkan keuntungan yang cepat pula. Namun kerusakan alam tidak dapat terhindarkan dari budaya pertanian saat ini.
Nilai Budaya Masyarakat Sunda
Masyarakat Sunda dalam pertanian selalu berhubungan akrab dengan alam sekitar, penggunaan pupuk seperti daun-daunan, kotoran hewan dll. Pertanian organik merupakan budaya masyarakat
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sunda yang harus kembali dilestarikan. Sehingga alam dapat terjaga dari kerusakan.
Gunung teu meunang dilebur, sagara teu meunang diruksak, buyut teu meunang dirempak
artinya gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan harus sesuai
dengan alam
Permasalahan Kontekstual
Berikut disajikan dua buah simulasi sistem pertanian anorganik dan organik,
Kegiatan I
a. Apakah perhitungan selisih keuntungan di atas sudah benar atau salah?Jelaskan
b. Apakah data di atas termasuk data diskritdengan cara menghitung, membilang atau
kontinudengan cara mengukur?jelaskan c.
Susunlah diagram batang yang memuat kedua sistem pertanian tersebut
Gunakan data dari variabel a-k
. Buatlah dalam jenis diagram batang yang berbeda yaitu
Tipe Horizontal,Tipe Vertikal dan Tipe Gabungan
a. Benih
b. Pupuk
c. Pupuk lanjutan
d. Pengelolaan tanah
e. Persemaian
f. Tandur
g. Penyiangan
h. Pengendalian OPT
i. Biaya Panen
j. Sewa lahan
k. Hand sprayer
10.000.000 NO
URAIAN
Biaya OrganikSistem Pertanian Sunda
Biaya AnorganikSistem pertanian anorganik
Selisih keuntungan Perbandingan usaha menanam padi anorganik dan organikbudaya Sunda
Luas 1 Hektar
Keterangan: Persemaian tempat memproses benih, Tandur menanam padi, Penyiangan penghilangan rumputtanaman liar,OPT Organisme
Pengganggu Tanaman, GKB Gabah Kering Panen,Hand sprayer penyemprot gendong
150.000,- 600.000,
2.400.000,- 1.050.000,-
100.000,- 630.000,-
705.000,- 150.000,-
830.000,- 2.550.000,-
300.000,- 35.000,-
500.000, 700.000,-
1.050.000,- 100.000,-
630.000,- 835.000,-
50.000,- 830.000,-
2.550.000,- 300.000,-
15.000.000,- 24.000.000,-
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kegiatan II
Budaya Sunda mengajarkan pada kita untuk kreatif dalam menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari.
Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih
artinya harus kreatif, inovatif, tekun dalam menghadapi kehidupan. Pembelajaran matematika pun mengajarkan untuk berpikir kreatif dan berprilaku kreatif dalam menghadapi
dan menyelesaikan masalah. Berikut kreativitas yang dapat Anda lakukan.
1. Perhatikan kembali data sistem pertanian organik yang sesuai dengan budaya Sunda. Ada
berapa cara menyajikannya dengan diagram batang? 2.
Ada berapa cara data pertanian organik dapat disajikan dalam bentuk diagram lainnya? 3.
Pilihlah sebuah diagram yang Anda sukai?Sertakan alasannya.
Desain didaktik soal no 2. Pada soal ini sebagian besar semua respon yang dihasilkan sesuai prediksi, namun ditemukan beberapa masalah, khususnya dalam penentuan titik potong x dan y.
Masih ada mahasiswa yang melakukan kesalahan dalam perhitungan. Sehingga peneliti harus memberikan bantuan berupa penjelasan ulang mengenai penyelesaian dalam menentukan titik
potong. Namun untuk situasi didaktik yang didesain, peneliti anggap sudah optimal, karena dapat menimbukan mahasiswa belajar dalam menentukan pemodelan yang disajikan. Hambatan
belajar mahasiswa dalam mengawali proses belajar, dapat diatasi dengan modifikasi situasi didaktik dengan pemberian tabel, langkah-langkah sistematik dalam penyelesaian soal sehingga
situasi didaktik dalam menyelesaikan soal ini dapat lebih meningkat dari sebelumnya. Berikut desain didaktik revisi dalam desain awal yang memberikan peningkatan situasi belajar
dalam kelas.
Desain didaktik revisi soal no 2.
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pada desain didaktik awal situasi belajar kurang optimal, sehingga peneliti melakukan revisi dan sebelum diimplementasikan kembali. Berikut situasi tambahan dalam desain didaktil awal soal
no 2
Kedua Garis yang berpotongan adalah:
Garis dari inflasi 2009 dengan titik …,… dan …,… , Persamaan Garis yang dipero
leh:Y=…+…X Garis dari inflasi 2010 dengan titik …,… dan …,…,Persamaan Garis yang diperoleh:
Y=…+…X Sehingga titik potong dari kedua garis tersebut adalah: …,…
Sehingga situasi didaktik yang dianggap peneliti optimal dengan memberikan revisi pada desain didaktik awal adalah sebagai berikut:
Kegiatan I
a. Jelaskan perbedaan inflasi pada bulan Januari dan Desember dalam tahun 2009 dan 2010?
b. Jelaskan perbedaan diagram garis inflasi antara tahun 2009 dan 2010?
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
c. Jika nama bulan disusun dari 1 sampai 12 sebagai sumbu X dan nilai tingkat inflasi sebagai
sumbu Y. Tentukan nilai titik potong antara kedua diagram garis tersebut?Dengan terlebih
melengkapi tabel dibawah ini:
Data Inflasi tahun 2009
X 1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Y 9.17 …
.. …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …..
Data inflasi tahun 2010
X 1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Y ….. ….. …… …… …… …… …… …… …… …… …… 6.96
Kedua Garis yang berpotongan adalah:
Garis dari inflasi 2009 dengan titik …,… dan …,… , Persamaan Garis yang diperoleh:Y=…+…X
Garis dari inflasi 2010 dengan titik …,… dan …,…,Persamaan Garis yang diperoleh: Y=…+…X
Sehingga titik potong dari kedua garis tersebut adalah: …,…
Kegiatan II
Ciri orang kreatif tergambar dalam nilai budaya Sunda :
Cai karacak ninggang batu laun-laun jadi legok
artinya keukeuh, semangat pantang mundur dan tekun. Setelah Anda berhasil menemukan persamaan garis inflasi 2009 dan 2010. Sekarang, Ubahlah persamaan garis inflasi
2009 dan 2010 yang diperoleh menjadi garis-garis yang salingsejajar, berpotongan tegak lurus dan berimpit, gunakan titik-titik sembarang agar Anda dapat dengan mudah memperoleh
persamaan garisnya. Buatlah ke dalam tabel titik-titik X dan Y sebagai contoh misalnya sampai 5 titik, kemudian gambarkan grafiknya. Peneliti kemudian berpikir agar memberikan
permasalahan yang serupa pada desain didaktik no 3. Agar proses berpikir mahasiswa tidak loncat ke konsep yang lain. Dengan desain ini diharapkan keterkaitan konsep yang sebelumnya
lebih banyak digunakan mahasiswa dalam mengerjakan situasi belajar yang berikutnya.
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Desain didaktik soal no 3. Pada soal ini sebagian besar mahasiswa mengerjakan telah sesuai prediksi, temuan masalah hampir sama dengan dengan situasi didaktik no 2. Beberapa
mahasiswa masih melakukan kesalahan perhitungan dalam penentuan titik x dan y dalam proses eliminasi dan substitusi. Namun situasi didaktik yang diharapkan dalam menyusun model sebuah
persamaan garis lurus dari data-data yang diberikan sudah sesuai prediksi, sehingga peneliti mempertahankan situasi didaktik pada soal no 3 ini. Antisipasi didaktik yang diberikan adalah
peneliti memberikan penjelasan lebih dalam menentukan titik potong tersebut, karena desain didaktik awal yang disajikan kurang meningkatkan situasi didaktik, berikut didaktik revisi yang
diberikan:
Kedua Garis yang berpotongan adalah:
Garis dari data produksi dengan titik …,… dan …,… , Persamaan Garis yang diperoleh:Y=…+…X. Garis dari data impor dengan titik …,… dan …,…, Persamaan Garis
yang diperoleh: Y=…+…X Sehingga titik potong dari kedua garis tersebut adalah: …,…
Setelah direvisi, peneliti mengimplementasikan kembali pada sejumlah mahasiswa semester I, dan dari hasil pengamatan dengan adanya revisi di atas situasi belajar menjadi semakin
meningkat. Sehingga peneliti menggangap situasi ini harus dipertahankan, dan bahan ajar selanjutnya yang dianggap peneliti sudah optimal adalah sebagai berikut:
Problema Budaya di Masyarakat
Meningkatnya harga-harga bahan pokok, karena kita kurang kreatif dalam memproduksi bahan pokok, masyarakat kita lebih banyak menjadi konsumtif daripada produktif dalam menghasilkan
makanan pokok, seperti beras dll. Dampaknya laju inflasi terus meningkat. Pengaruh semakin sempitnya area pesawahan yang disulap menjadi perumahan, ruko ataupun gedung-gedung pun
menjadi faktor penyebab berkurangnya minat kita dalam memproduksi pangan. Selain inflasi, dampak yang kita rasakan adalah semakin banyaknya hutan, sumber air yang kita rusak.
Nilai Budaya Masyarakat Sunda
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tuntutan agar kita kreatif dalam merubah budaya konsumtif menjadi produktif telah diajarkan oleh orang tua dalam filosofinya.
Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih
artinya harus kreatif, inovatif, tekun dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, anjuran untuk menjaga alam pun, masyarakat Sunda memiliki nilai-nilai budaya yang
dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari.
Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak
artinya hutan dan sumber air harus dijaga kalau tidak maka manusia akan sengsara.
Permasalahan Kontekstual
Kegiatan I
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
a. Bagaimana kecendrungan dalam produksi , konsumsi dan impor kedelai dari tahun
1993-2011?Apa yang dapat disimpulkan antara produksi dan impor kedelai di Indonesia jika dikaitkan dengan situasi ekonomi?
b.
Sajikan data produksi dan impor kedelai ke dalam diagram garis Jika nilai X,Y
dari Produksi adalah : 1,1709,2,1018,3,748,4,851 dan Impor 1,724,2,1278,3,1132,4,2126.
Data Produksi X
1 2
3 4
Y 1709
1018 748 851
Apakah kedua diagram garis tersebut memuat garis yang berpotongan?Jika yaTentukan persamaan kedua garisnya melalui dua titik dalam garis tersebut. Kemudian, Tentukan
nilai titik potongnya?
Kedua Garis yang berpotongan adalah:
Garis dari data produks i dengan titik …,… dan …,… , Persamaan Garis yang
diperoleh:Y=…+…X. Garis dari data impor dengan titik …,… dan …,…, Persamaan Garis yang diperoleh:
Y=…+…X
Sehingga titik potong dari kedua garis tersebut adalah: …,…
Kegiatan II:
Nilai budaya Sunda mengajarkan kita untuk selalu belajar dari orang lain yang lebih memahami.
Neangan luang tipapada urang
artinya belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain. Diskusikan dengan teman-teman Anda, buatlah interpretasi lain untuk
diagram batang di atas, jika judul diagram diganti dengan permasalahan lain. Misalnya perkembangan harga barang A, perkembangan penduduk dll. Susunlah beberapa pertanyaan dari
interpretasi yang Anda buat. Data Impor
X 1
2 3
4 Y
724 1278
1132 2126
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Desain didaktik soal no 4. Pada soal ini sebagian besar mahasiswa belum pernah mempelajarinya, konsep persamaan garis regresi termasuk konsep yang baru. Berdasarkan
implementasi desain didaktik awal, situasi belajar dalam membuat model persamaan regresi ini semua mahasiswa memberikan respon yang sesuai dengan prediksi, namun di sini timbul
pemikiran dari peneliti dalam meningkatkan situasi belajar untuk situasi ini, peneliti memberikan modifikasi tambahan berupa desain revisi untuk soal ini, yaitu dengan memberikan tabel berupa
langkah-langkah penyelesaian sebagai berikut:
Lengkapi tabel di bawah
Kemudian gabungan desain awal dan revisi ini diimplementasikan kepada mahasiswa semester I, berdasarkan pengamatan peneliti semua mahasiswa memberikan respon yang sesuai
prediksi, situasi belajar lebih meningkat. Temuan masalah yang muncul adalah masih ada mahasiswa salah dalam melakukan perhitungan dan memisalkan data X. Peneliti menganggap
Xi Yi
Xi
2
XiYi
Jumlah b =…
a=… Y=…+…X
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
situasi didaktik untuk bahan ajar ini sudah optimal karena dapat meningkatkan proses berpikir dan situasi belajar. Berikut bahan ajar selanjutnya yang peneliti anggap sudah optimal:
Problema Budaya di Masyarakat Budaya menonton TV menciptakan generasi yang vakum dan tidak produktif, karena setiap
hari dihabiskan dengan menonton dan terus menonton. Akibatnya mental generasi muda kita adalah mental penonton, bukan mental pemain. Hal ini disebabkan budaya menonton
menghasilkan pola pikir linier dan simplitis. Yaitu pemikiran bahwa kehidupan akan terus berjalan dengan sendirinya. Generasi kita malas bertindak, tidak terarah dan tidak memiliki
gairah untuk melakukan sesuatu perubahan yang inovatif dan kreatif. Orang yang banyak membaca adalah informan. Membaca, bukan hanya menyerap informasi-
informasi
up to date,
melainkan juga informasi lama yang diakui keakuratannya. Kebaruan informasi tidak menjadi masalah, alasannya setiap informasi berpeluang untuk memecahkan
masalah yang terjadi di masyarakat. Membaca bisa juga diartikan kegiatan mendokumentasikan data dan peristiwa dengan menggunakan
software
manusia.
Nilai Budaya Masyarakat Sunda
Pinter
yaitu insan yang berilmu, berprestasi serta arif bijaksana serta mampu mengatasi masalah hidupnya dengan baik dan benar.
Singer
yaitu insan yang pro aktif, beretos kerja tinggi dan terampil
Permasalahan Kontekstual
Berikut disajikan data BPS tahun 2013 persentase berumur 10 ke atas yang mendengar radio, menonton TV, membaca surat kabarmajalah dan melakukan olahraga
Indikator Budaya 2003
2006 2009
2012
Mendengar radio 50,29
40,26 23,50
18,57 Menonton TV
84,94 85,86
90,27 91,68
Membaca surat kabarmajalah 23,70
23,46 18,94
17,66 Melakukan olahraga
25,45 23,23
21,76 24,99
a.
Sajikan salahsatu data indikator budaya ke dalam diagram batang, lingkaran dan pencar
b.
Jika X adalah data tahun dan Y adalah data persentase. Sajikan salah satu data tersebut
dalam persamaan garis regresi jika diketahui
Y=a+bX
dengan
a
=
�
∑ � − � ∑ � dan
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
b
=
� ∑ � �− ∑ � ∑ � � ∑ �
2
− ∑ �
2
, Misal kita memilih indikator menonton TV: X
1
=1, Y
1
=84,94 sampai X
4
=4, Y
4
=91,68.
Lengkapi tabel di bawah
Xi Yi
Xi
2
XiYi
Jumlah b =…
a=… Y=…+…X
Kegiatan II
Jika Anda menemukan kesulitan dalam mengatasi masalah matematika, jangan cepat menyerah, terus berusaha.
Ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah angga ng jauh kudu dijugjug anggang kudu diteang
artinya maju terus pantang mundur dan harus selalu berusaha. Lakukanlah pembulatan pada salahsatu indikator budaya di atas, kemudian buatlah persamaan garisnya
menggunakan persamaan garis melalui dua titik atau menggunakan rumus:
− −
=
− −
. Apakah pemodelan garis yang Anda buat, dapat memenuhi sebuah persamaan garis lurus,
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
cukuplah data di atas, jika sudah cukup selesaikan, jika belum lengkapi data yang dapat membantu menyelesaikan membuat persamaan garisnya.
Desain didaktik awal soal no 5. Temuan masalah didaktik hampir sama dengan desain sebelumnya pada konsep persamaan garis regresi bahan ajar 4. Situasi belajar yang terjadi
terhambat dalam proses pemodelan soal bagian b, sehingga peneliti kembali memberikan desain didaktik revisi dengan memberikan tambahan teknik dalam menyelesaikan soal ini. Berikut
desain revisi yang dibuat:
Lengkapi tabel di bawah
Xi Yi
Xi
2
XiYi
Jumlah b =…
a=… Y=…+…X
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kemudian diimplementasikan bahan ajar ini ke mahasiswa semester I, berdasarkan pengamatan respon-respon yang dihasilkan, sebagian besar telah memenuhi prediksi sehingga
situasi didaktik ini akan dipertahankan. Peneliti beranggapan situasi didaktik yang sudah optimal untuk bahan ajar selanjutnya adalah:
Problema Budaya di Masyarakat Budaya Konsumsi Makanan Jadi
Dari segi budaya, pergeseran ini dikhawatirkan menjadi pertanda bahwa masyarakat semakin menyukai hal-hal yang bersifat instan, praktis. Selain itu, dari segi keamanan pangan, ada
beberapa isu yang harus menjadi perhatian. Makanan jadi banyak digemari karena kepraktisannya. Teknologi pangan yang berkembang pesat telah memudahkan konsumen untuk
menyantap beragam produk pangan kapan pun dengan cita rasa yang bervariasi. Namun di sisi lain teknologi pangan akan menyebabkan semakin tumbuhnya kekhawatiran akan tingginya
resiko tidak aman bagi makanan yang dikonsumsi. Teknologi pangan telah mampu membuat makanan-makanan sintetis, menciptakan berbagai macam zat pengawet makanan, zat additives
Berta zat-zat flavor. Zat-zat kimia tersebut merupakan zat-zat yang ditambahkan pada produk- produk makanan, sehingga produk tersebut lebih awet, indah, lembut dan lezat. Produk-produk
inilah yang disukai konsumen untuk dikonsumsi. Nilai Budaya Masyarakat Sunda
Masyarakat Sunda sangat memperhatikan kesehatan, dalam memilih makanan masyarakat Sunda memperhatikan nilai-nilai budaya seperti,
Cageur
yaitu insan yang sehat fisik dan psikisnya. Manusia yang sehat fisiknya maka akan mendukung kesehatan psikisnya. Sehingga kualitas
seseorang dalam hidupnya, sangat diperhatikan dalam kebudayaan Sunda.
Permasalahan Kontekstual
Berikut disajikan data konsumsi penduduk Indonesia yang paling tertinggi yaitu mengkomsumsi
makanan jadi berdasarkan persentase pengeluaran rata-rata perkapita sebulan
No 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Tahun
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
Persentase 9,81 10,28
11,44 10,29
10,48 11,4
12,63 12,79
12,78 12,72
Data BPS 2013
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kegiatan I
a. Gambarkan diagram pencar untuk data di atas
b. Jika X adalah data tahun dan Y adalah data persentase . Sajikan data tersebut dalam
persamaan garis regresi jika diketahui
Y=a+bX
dengan
a
=
�
∑ � − � ∑ � dan
b
=
� ∑ � �− ∑ � ∑ � � ∑ �
2
− ∑ �
2
Misal X
1
=1,….., X
10
=10 dan Y
1
=9,81,…...,Y
10
=12,72.
Lengkapi tabel di bawah
Xi Yi
Xi
2
XiYi
Jumlah b =…
a=… Y=…+…X
c. Setelah mendapatkan persamaan garis regresi, tentukan nilai X,Y dan gambarkan garis
regresinya dalam diagram pencar tersebut
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Persamaan Garis Regresi : Y=…..+….X
X 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Y
Kegiatan II
Jika Anda menyusun sebuah strategi dalam menyelesaikan permasalahan matematika, pilihlah mana yang paling Anda sukai atau mudah, sehingga solusi yang Anda peroleh akan menemukan
kelancaran. Seperti nilai budaya Sunda ini:
Bobot pangayun timbang taraju
artinya semua yang dilakukan harus penuh pertimbangan. Pilihlah beberapa titik pada tabel persentase konsumsi
makanan jadi, kemudian lakukanlah pembulatan, pilihan titik tersebut harus tepat agar dapat membuat sebuah persamaan garis lurus yang semua titik tepat berada dalam grafik persamaan
garis. Agar memudahkan pekerjaan, susunlah sebuah tabel untuk memilih titik-titik, kemudian gambarkan grafik persamaan garis. Tuliskan pula aturan persamaan garis yang diperoleh.
Pembahasan Hasil Persiapan Bahan Ajar PKBE-DDR
1.
Learning Obtacles
yang diperoleh melalui tes
learning obstacles
pada materi penyajian data statistika dan persamaan garis lurus dan regresi:
a. Mahasiswa kesulitan dalam menjawab soal yang berbentuk pengetahuan dalam
mendefinisikan suatu konsep statistik karena definisi yang mereka dapatkan tidak diingat kembali. Sehingga muncul pertanyaan peneliti, mengapa konsep hafalan dalam
matematika sulit untuk diingat oleh mahasiswa. b.
Mahasiswa memiliki
concept image
bahwa model menggambar diagram batang hanya ada satu jenis yaitu tipe vertikal, karena pengalaman belajar mereka selama ini baru mengenal
tipe tersebut. c.
Mahasiswa kesulitan memberikan intepretasi sebuah model data statistik d.
Mahasiswa kesulitan terkait koneksi konsep persamaan garis lurus dengan konteks soal yang diberikan
e. Mahasiswa kesulitan terkait informasi soal yang diberikan pada soal sehingga mereka
tidak dapat mengembangkan aktivitas dalam memecahkan masalah yang diberikan.
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
f. Mahasiswa kesulitan dalam membedakan persamaan garis lurus dengan persamaan garis
regresi. g.
Mahasiswa memiliki kecendrungan memilih menjawab soal matematika daripada pertanyaan mengenai sikap terhadap nilai-nilai budaya
2. Desain Didaktik Awal
Berdasarkan
Learning Obtacles
yang diperoleh dari maka disusunlah sebuah desain didaktik awal yang terdiri dari metapedadidaktik dosen berupa antisipasi didaktik dan antisipasi
pedagogik dalam pengembangkan desain didaktik awal:
a. Antisipasi Didaktik
Antisipasi Didaktik yang dilakukan adalah memberikan informasi tambahan pada soal yang berbentuk hafalan sebagai bantuan bagi mahasiswa untuk memberikan kemudahan dalam
mengingat kembali definisi tersebut. Memberikan keterangan pada informasi yang tertera pada soal untuk informasi yang kurang dikenal oleh mahasiswa, seperti teknik-teknik
pertanian yang belum dikenal, diberikan penjelasan yang lengkap. Dosen memberikan soal untuk beberapa tipe diagram batang sehingga
concept image
dapat teratasi. Dosen memberikan skema pemecahan masalah pemodelan pada materi persamaan garis lurus dan
persamaan garis regresi sehingga mahasiswa akan memperoleh bantuan awal dalam menyelesaikannya. Soal yang berhubungan dengan intepretasi data statistik, dosen
memberikan gambar-gambar bantuan pembeda pada data yang disajikan, sehingga mahasiswa akan mudah memahami data yang disajikan. Dosen merubah pertanyaan
mengenai pendapat terhadap nilai-nilai budaya Sunda diubah menjadi informasi awal untuk dijadikan sebuah relasi awal bagi mahasiswa dalam menghubungkan antara problema budaya
yang terjadi dengan nilai-nilai luhur budaya Sunda. b.
Antisipasi Pedagogik yang dilakukan adalah mahasiswa yang kesulitan membaca sebuah filosofi nilai-nilai budaya Sunda maka dosen menunjuk mahasiswa lain untuk membantu
kesulitan temannya. Pembentukan kelompok dalam pembelajaran tidak boleh homogen,
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
karena mahasiswa PGSD pada setiap kelas hanya memiliki jumlah mahasiswa lelaki yang berjumlah dibawah lima orang sedangkan sisanya didominasi perempuan, sehingga
cenderung jika memilih kelompok semuanya homogen, sehingga muncul kelompok yang kurang aktif. Berdasarkan pengamatan kelompok yang semuanya laki-laki cenderung kurang
aktif. Solusi yang dilakukan adalah dosen mengatur agar setiap kelompok ada mahasiswa laki-laki dan perempuan. Karena pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika budaya
Sunda berisi aktivitas pemodelan matematik dan kreativitas dalam pemodelan matematika maka model yang tidak selesai dijadikan tugas mahasiswa di rumah dan dibahas dalam kelas
pada pertemuan selanjutnya. c.
Implementasi Desain Didaktik Awal Setelah diimplementasikan dosen melakukan retrosfektif terhadap hasil desain didaktik awal.
Pada tahap ini masih diperoleh beberapa hambatan seperti masih ada mahasiswa yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam perhitungan karena telalu cepat menyelesaikan
masalah, mahasiswa masih kesulitan melakukan intepretasi sebuah model yang dihasilkan sehingga belum memenuhi kelengkapan sebuahkan jawaban benar. Berdasarkan informasi
tersebut dosen melakukan antisipasi didaktik dan pedagogik dalam merevisi desain didaktik awal
Antisipasi didaktik yang dilakukan adalah memodifikasi soal dengan memberikan tabel agar hambatan tersebut dapat teratasi.
Antisipasi pedagogik: Dosen memberikan motivasi pada mahasiswa untuk selalu memeriksa kembali jawaban model yang dihasilkan agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan.
Dosen lebih banyak memberikan bantuan pada mahasiswa yang masih kesulitan memahami permasalahan, sedangkan mahasiswa yang sudah memahami banyak ditunjuk ke depan untuk
mempresentasikan jawabannya. d.
Implementasi Desain Didaktik Revisi Setelah direvisi, kemudian diimplementasikan kembali pada kelas yang berbeda sehingga
dihasilkan situasi didaktik yang baru. Berdasarkan pengamatan dosen, setelah proses pembelajaran berakhir diperoleh kesesuaian prediksi dosen yang dibuat dengan respon
mahasiswa sehingga bahan ajar dihasilkan telah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Selain
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
itu, langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika budaya Sunda dapat berjalan dengan lancar, sehingga akan dihasilkan hasil belajar yang optimal.
Dari persiapan yang telah dilaksanakan diperoleh bahan ajar pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika yang tersusun dalam lembar kerja mahasiswa LKM. LKM I dengan
materi penyajian data statistika, terdiri dari problema budaya dalam bidang pertanian, kemudian disajikan nilai budaya Sunda
Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang dirempak
gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan harus sesuai dengan alam
sebagai acuan mahasiswa dalam mengaitkan makna kontekstual berupa banyaknya masyarakat yang memilih pertanian
kimiaanorganik daripada pertanian organik padahal melalui pemodelan dan berpikir kreatif matematik diperoleh makna bahwa pertanian organik lebih baik dan memberikan nilai positif
bagi manusia dan alam. LKM kedua berisi materi penyajian data statistik dan persamaan garis, terdiri dari problema
budaya konsumtif dalam masyarakat, kemudian disajikan nilai budaya Sunda
Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih
harus kreatif, inovatif, tekun dalam menghadapi kehidupan,
leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak
hutan dan sumber air harus dijaga kalau tidak maka manusia akan sengsara, dan
cai karacak ninggang batu laun-laun jadi dekok
artinya keukeuh, semangat pantang mundur dan tekun. sebagai acuan mahasiswa dalam mengaitkan makna kontekstual berupa membudayanya sikap
konsumtif masyarakat yang berdampak pada meningkatnya laju inflasi. Melalui pembelajaran di LKM ini diharapkan mahasiswa memperoleh nilai positif bahwa dengan membiasakan hidup
produktif, kreatif maka budaya konsumtif akan dapat dihilangkan. Kegiatan pemodelan dan berpikir kreatif dalam LKM ini mengkaji sebuah kurva inflasi di Indonesia.
LKM ketiga berisi materi penyajian data statistik dan persamaan garis lurus, memiliki problema budaya budaya yang sama dengan LKM kedua, namun ada perbedaan dalam nilai
budaya
Neangan luang tipapada urang
artinya belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain dan permasalahan kontekstual berupa tingginya impor kedelai yang dilakukan bangsa
Indonesia, padahal kita dulu disebut negara pertanian terbesar. LKM ketiga ini diharapkan
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
memicu semangat bagi mahasiswa dalam meningkatkan sikap produktif dan kreatif dalam segala hal, khususnya dalam pembelajaran matematika.
LKM keempat berisi materi penyajian data statistika dan persamaan garis, problema budaya yang terjadi adalah banyak masyarakat kita yang menyenangi menonton TV daripada membaca.
Nilai budaya yang disajikan adalah
Neangan luang tipapada urang
artinya belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain dan
ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah anggang jaug kudu dijugjug anggang kudu diteang
artinya maju terus pantang mundur dan harus selalu berusaha. Melalui pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mendapatkan nilai positif bahwa
budaya membaca lebih baik daripada budaya menonton TV. LKM kelima berisi materi penyajian data statistika dan persamaan garis, terdiri dari problema
budaya komsumsi makanan jadi. Nilai budaya yang disajikan
Cageur
yaitu insan yang sehat fisik dan psikisnya dan
Bobot pengayun timbang taraju
artinya semua yang dilakukan harus penuh pertimbangan. Melalui pembelajaran di LKM ini diharapkan mahasiswa mendapatkan
nilai bahwa kita harus senantiasa memperhatikan kesehatan, khususnya dalam mengkomsimsi makananan.
Bahan Ajar Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika-Non DDR
Bahan ajar pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika Non DDR merupakan bahan ajar yang sesuai dengan langkah-langkah kontekstual namun tidak melalui proses DDR. Peneliti
menyajikan LKM untuk pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika- Non DDR sama dengan yang DDR dalam hal nilai-nilai budaya dan permasalahan kontekstual yang disajikan
namun berbeda dalam pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam setiap LKM. Di Pembelajaran ini pertanyaan tentang budaya ada dalam setiap LKM dengan asumsi awal
mahasiswa akan dapat mengerjakan dengan optimal dengan aspek pertanyaan matematika yang ada. Semua tujuan nilai dalam setiap LKM yang diharapkan diperoleh oleh mahasiswa dalam
LKM ini sama dengan apa yang diharapkan di LKM DDR, namuan situasi didaktik yang terjadi di LKM ini tidak sama dengan situasi didaktik yang terjadi di LKM dengan DDR.
Bahan Ajar Pembelajaran Konvensional
Supriadi, 2014 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA
PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Bahan ajar pembelajaran konvensional tidak memenuhi langkah-langkah pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika. LKM ini tidak juga menyajikan nilai-nilai budaya dalam
setiap lembar kerjanya. LKM pertama berisi materi penyajian data statistika yang dilengkapi dengan penyajian data berupa tabel tingkat pendidikan, LKM kedua sampai kelima berisi materi
penyajian data statistika dan persamaan garis yang dilengkapi dengan data mengenai penjualan mobil. Kemudian berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai penyajian data statistika dan
persamaan garis lurus.
F. Kegiatan Pembelajaran PKBE-DDR, PKBE Non-DDR dan PKV
Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini pada setiap kelas, eksperimen I, dengan PKBE DDR, eksperimen II dengan PKBE Non DDR dan kontrol dengan PKV memiliki perbedaan
dalam hal bahan ajar dan model pembelajaran yang digunakan. Agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kerangka teoritis maka peneliti menyajikan gambaran
kegiatan pembelajaran PKBE-DDR, PKBE Non DDR dan PKV.
Kegiatan Pembelajaran PKBE-DDR, PKBE Non-DDR dan PKV 1.
Persiapan dosen sebelum mengajar PKBE Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika-DDR :
Dosen mengembangkan bahan ajar yang sesuai prinsip dan langkah-langkah pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika dengan menggunakan nilai-nilai budaya sebagai elemen
etnomatematika yang dikaitkan dengan kegiatan pemodelan matematika. Kemudian diadakan analisis situasi didaktik prediksi dan antisipasi terhadap setiap respons mahasiswa yang akan
muncul dalam pembelajaran. Sebelum digunakan pembelajaran bahan ajar diujicobakan pada kelas yang sesuai dan dilakukan analisis metapedadidaktik untuk mengidentifikasi dan
menganalisis setiap hambatan pembelajaran
learning obstacles
yang muncul. Setelah uji coba, dosen melakukan analisis retrosfektif yaitu analisis tentang kesesuaian antara rencana
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran. Kemudian direfleksikan dalam bentuk tindakan didaktik dan pedagogik lanjutan yang akan dilanjutkan pada rencana pembelajaran selanjutnya
sehingga
learning obstacles
sudah berkurang atau sudah tidak ada lagi.