Penggunaan Kombinasi Hormon Progesteron dengan Estrogen dalam Menimbulkan Respons Estrus dan Angka Kebuntingan pada Sapi Perah Bermasalah

NAJAMUDIN. 1998.

Penggunaan Kombinasi Hormon Progesteron dengan

Estrogen terhadap Respons Estrus dan Angka Kebuntingan pada Sapi Perah
Bermasalah (di bawah bimbingan MOZES R. TOELMERE sebagai ketua, TUTY
L. YUSUF dan LMAN SUPRIATNA masing-masing sebagai anggota).
Penelitian yang

mempelajari pengaruh penggunaan kombinasi hormon

progesteron dengan estrogen dalam respons estrus dan angka kebuntingan pada sapi
perah yang bermasalah telah dilaksanakan di PT Taurus Dairy Farm, Cicurug
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Materi percobaan adalah sapi perah betina dewasa
sebanyak 38 ekor. Penelitian terdiri atas dua faktor yakni metode dan periode
pemberian progesteron dengan estrogen.

Metode pemberian terdiii atas dua

perlakuan, yaitu implan bersama intravaginal hormon progesteron dengan estrogen
dan injeksi hormon estrogen 24 jam sesudah pencabutan progesteron intravaginal.

Sedangkan periode pemberian terdiri atas tujuh dan sembilan hari.
Pada metode perlakuan pertama, hormon progesteron dan estrogen yang
masing-masing terdapat dalam kemasan controlled internal drug release (cIDR~)
dan CIDIROL~ diimplankan bersama secara intravaginal menggunakan aplikator.
Sedangkan pada metode perlakuan kedua, estrogen (CIDIROL~) diinjeksi secara
intramuskuler sehari setelah pencabutan progesteron (CIDR~)yang diimplan selama
.
dengan cara
periode yang ditentukan (tujuh atau sembilan hari). ClDRR dlcabut

menarik alat tersebut keluar melalui vulva.
Pemberian implan bersama hormon progesteron dengan estrogen periode
sembilan hari memberikan respons estrus (88.89 %) dan angka kebuntingan yang
paling tinggi (57.14 %) dibandingkan dengan pada perlakuan lainnya.
Injeksi estrogen 24 jam sesudah pencabutan implan progesteron periode tujuh
dan sembilan hari memberi respons estrus yang lebih cepat dan lebih serempak
(masing-masing 39

+ 1 jam dan 44 + 12 jam) dibandingkan dengan


implan bersama

progesteron dengan estrogen periode tujuh dan sembilan hari (masing-masing 41 ztr 5
jam dan 53

+ 37 jam).

Dalam batas-batas penelitian ini secara umum dapat disimpulkan bahwa
metode pemberian hormon progesteron dengan estrogen yang diimplankan bersama
secara intravaginal selama sembilan hari dapat lebih efisien

mengatur timbulnya

gelombang folikel, seleksi dan pertumbuhan foliel dominan baru yang berovulasi
secara hampir serentak pada sekelompok sapi perah bermasalah. Dengan demikian
kegiatan reproduksi pada sapi-sapi tersebut dapat diaktitkan kembali pada penggunaan
kombinasi hormon progesteron dan estrogen yang diimplan bersama selama sembilan
hari dengan persentase respons estrus dan angka kebuntingan yang relatif lebih tinggi
debandingkan dengan metode injeksi estrogen 24 jam sesudah pencabutan implan
progesteron dan periode pemberian selama tujuh hari.