12
3 Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keduabelas Kadaluarsa Penagihan
Pasal 25
1 Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui
jangka waktu 3 tiga tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindakan pidana di bidang retribusi.
2 Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat 1 tertangguh
apabila : a.
Diterbitkan Surat Teguran, atau; b.
Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi secara tertulis, baik langsung maupun tidak langsung.
BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 26
1 Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan Izin pembuangan air
limbah merupakan tanggung jawab Bupati yang secara teknis operasional dilaksanakan oleh BAPEDALDA dan instansi terkait lainnya.
2 BAPEDALDA atau instansi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib
melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.
Pasal 27
1 Setiap pembuangan air limbah yang telah mendapat izin harus dilengkapi
dengan bangunan dan atau alat ukur debit air. 2
Pengadaan dan pemasangan bangunan dan atau alat ukur debit air menjadi tanggung jawab pemegang izin.
3 Pemegang izin bertanggung jawab atas kerusakan bangunan dan atau alat
ukur debit air. 4
Para pemegang izin yang membuang air limbah wajib mencatat buangan air limbah setiap bulan.
Pasal 28
Untuk kepentingan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 26, setiap pemegang izin wajib memberikan kesempatan kepada petugas untuk mengadakan
pemeriksaan serta memperlihatkan data yang diperlukan.
BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 29
1 Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia penyidikan atas
tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
13
2 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1, adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan dan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan dan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
c. Meminta keterangan danatau barang bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; d.
Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g.
Menyuruh berhenti, melarang sesorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf e
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
Retribusi Daerah; i.
Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah menurut ketentuan peraturan yang berlaku.
3 Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, memberitahukan saat
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
BAB X KETENTUAN PIDANA