Adaptasi Interaksi Komunitas Tiger Kaskus (Studi Deskriptif Mengenai Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus di Kota Bandung)
ADAPTASI INTERAKSI KOMUNITAS TIGER KASKUS
(Studi Deskriptif Mengenai Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung)
Skripsi
Diajukan Untuk Menempuh Program Strata Satu Pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Jurnalistik
Oleh :
BAYU SATRIA GUMILAR
41809038
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
(3)
(4)
vii
SURAT PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
(5)
viii
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9
1.4.2.1 Untuk Peneliti ... 9
1.4.2.2 Untuk Lembaga Akademik ... 10
1.4.2.3 Untuk Masyarakat ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 11
2.1 Tinjauan Terdahulu ... 11
2.2 Tinjauan Pustaka ... 13
2.2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 13
2.2.1 1 Definisi Komunikasi ... 14
2.2.1.2 Bentuk Komunikasi ... 15
2.2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok ... 19
2.2.2.1 Tinjauan Tentang Psikologi Komunikasi ... 20
(6)
ix
2.3 Kerangka Pemikiran ... 31
2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 31
2.3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 34
BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Sejarah Honda Tiger ... 40
3.2 Sejarah Kaskus ... 41
3.3 Sejarah Komunitas Tiger Kaskus ... 43
3.4 Logo dan Arti Logo Tiger Kaskus ... 46
3.5 Tujuan Komunitas Tiger Kaskus ... 48
3.6 Metode Penelitian... 48
3.6.1 Desain Penelitian ... 49
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.6.2.1 Studi Pustaka ... 49
(7)
x
3.6.3 Teknik Penentuan Informan ... 52
3.6.3.1 Subjek Penelitian ... 52
3.6.4 Teknik Analisis Data ... 54
3.6.4.1 Uji Keabsahan Data ... 56
3.6.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59
3.6.5.1 Lokasi Penelitian ... 59
3.6.5.2 Waktu Penelitian ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
4.1 Deskripsi Identitas Informan ... 61
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
4.2.1 Pola Resiprokal Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Melakukan Adaptasi Interaksi Antar Anggotanya ... 67
4.2.2 Pola Kompensasi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Melakukan Adaptasi Interaksi Antar Anggotanya. ... 73
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
(8)
xi
5.1 Simpulan ... 90
5.1.1 Pola Resiprokal Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Melakukan Adaptasi Interaksi Antar Anggotanya. ... 90
5.1.2 Pola Kompensasi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Adaptasi Interaksi Antar Anggotanya. ... 91
5.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
(9)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Informan ... 49
Tabel 3.2 Waktu Penelitian ... 55
(10)
xiii
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 35
Gambar 3.1 Logo Tiger Kaskus ... 41
Gambar 3.2 Komponen Dalam Analisa Data ... 50
Gambar 4.1 Ariayanto Oktoriandi ( Ari Galau ) ... 63
Gambar 4.2 Heru Prabowo ( Kang Heru ) ... 64
Gambar 4.3 Ahmad Sopian ( Pian ) ... 65
Gambar 4.4 Berkumpul Bersama ... 68
Gambar 4.5 Model Adaptasi Interaksi ... 80
(11)
v
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis diberikan kekuatan, dan perlindungan yang tiada hentinya selama menyusun skripsi ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebagai bukti pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian ini.
Judul skripsi ini yakni “Adaptasi Interaksi Komunitas Tiger Kaskus ( Studi Deskriptif Mengenai Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung )”. Skripsi ini diajukan sebagai bukti bahwasannya penulis telah menjalankan penelitian untuk menyelesaikan skripsi. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari para pemimbing penulis juga bantuan kontribusi dari berbagai pihak yang telah membantu penulis untuk penyusunan skripsi ini. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs. M.A selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung.
2. Bapak Drs. Manap Solihat, M. Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Unikom Bandung.
3. Ibu Melly Maulin P., S. Sos., M. Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Unikom Bandung.
(12)
vi
5. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Unikom Bandung.
6. Untuk semua rekan Komunitas Tiger Kaskus yang senantiasa memberikan informasi dan membantu melancarkan jalannya penelitian ini.
7. Orang Tua Penulis, Ibu Mia Hermaya dan Bapak Ujang Subandar yang selalu sabar memberi dorongan semangat dan materi yang tak ada hentinya kepada penulis. Sehingga penulis dapat melancarkan tugasnya. Terima kasih.
8. Untuk teman – teman seperjuangan yang sekian lama mengarungi keilmuan konsentrasi Jurnalistik di lingkungan program studi Ilmu Komunikasi Unikom Bandung yang penulis banggakan, Arisa Sugiri, Maorachmansyah, Dony Indra, Devina, Rizky Cahya dan semua kawan – kawan yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga laporan usulan penelitian ini bisa diterima dengan sebaik – baiknya dan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan bagi akademisi maupun masyarakat luas nantinya.
April, 2013
(13)
93
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Arifin Anwar. 1984. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Armico
Ardianto, Elvinaro & Q-Anees, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada
---. 2009. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta. Kencana
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books
Devito, A. Joseph. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Ke Lima. Jakarta : Karisma Publishing Group
Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
---. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(14)
PT. Remaja Rosdakarya.
Fisher, B.Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : Remadja Karya CV
Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
M.A, Morissan, Psikologi Komunikasi, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
---. 2007. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
---. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Rachmiatie, Atie. 2007. Radio Komunitas : Eskalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
(15)
95
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: ALFABETA
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Suparlan, Parsudi. 1993. Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta : PT. Obor Indonesia.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta : Rineka Cipta
B. Internet Searching
http://support.kaskus.co.id/about/sejarah_kaskus.html/diakses pada 10-4-2013/pukul 09.04 WIB
http://www.kaskus.co.id/thread/515c2415e374b4f93e000002/tikustiger-kaskus---part-1/diakses pada 10-4-2013/pukul 10.48 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas/diakses pada 25-4-2013/pukul 2.39 WIB
http://bentukadaptasilingkungan.blogspot.com/2011/04/bentuk-adaptasi-lingkungan.html/diakses pada 25-3-2013/pukul 2.51 WIB
http://alantino.blogspot.com/2011/07/spesifikasi-honda-tiger.html/diakses pada 8-4-2013/pukul 8.16 WIB
http://www.perencanakeuangan.com/files/KebutuhanVSKeinginan.html/diakses pada 8-4-2013/pukul 10.48 WIB
http://ntaney-njio.blogspot.com/2012/05/primer-sekunder-tersier.html/ diakses pada 12-4-2013/pukul 2.36 WIB
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:HgbMiTV88AoJ:repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter%2520II.pdf+&hl=id&pid=bl&srcid=A DGEESg_eZUsauUUdl6iMkC5QImfKFlNWxe9VHI5MjbQ5EfnWnWLtBTLZPI OrJvUowGE3p9Iv5RMHsegC0XgS4UTniWn9lTx3iYBGOJ_hDoo14gWbRyQoJ 602k8_s98w4JBpvl2mLaID&sig=AHIEtbQgRYFff_84nnWMm3HYijMNFNkoD A/diakses pada 31-3-2013/pukul 5.22 WIB
(16)
Indonesia. UNIKOM
Oktavia, Nuraini. NIM. 41808069. Proses Interaksi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Penerapan Penggunaan Bahasa Sunda (Studi Deskriptif Mengenai Interaksi Orang Tua Dengan Anak Dalam Penerapan Penggunaan Bahasa Sunda Pada Keluarga Etnis Jawa Yang Tinggal Di Kota Bandung). Universitas Komputer Indonesia. UNIKOM
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini banyak pengendara motor yang tidak hanya menggunakan kendaraannya untuk sekadar berkerja atau alat transportasi saja. Tetapi sekarang sudah banyak yang menjadikan motor sebagai ajang penyaluran hobi dan bakat. Dengan begitu banyaknya merek motor dan juga bentuk serta model yang beragam. Motor Honda Tiger sendiri memiliki keunggulan dari motor-motor yang lain. Motor Honda Tiger memiliki badan yang cukup besar untuk disebut sebagai motor sport. Dan juga motor tersebut banyak diminati oleh berbagai kalangan, karena motor Honda Tiger sendiri termasuk motor yang irit bahan bakar dan tenaga yang cukup tinggi.
Komunitas Tiger Kaskus berawal dari keinginan orang - orang yang sering berinteraksi di sebuah thread bernama: Serba - serbi honda tiger (All variant) di kaskus.co.id untuk lebih akrab. Thread ini dibuat oleh seseorang dengan id kaskus Thompels, pada tanggal 21 Mei 2008. Thread ini berada di forum otomotif, sub forum kendaraan roda dua di kaskus.co.id
Pada pertengahan Februari 2010 dilakukan kopi darat atau pertemuan untuk pertama kalinya di tugu patung panahan Senayan (Jl. Asia - Afrika).
(18)
Mereka yang hadir di sana kemudian sepakat untuk membuat sebuah komunitas bagi mereka yang kerap berinteraksi di thread tersebut.
Sebelum komunitas ini terbentuk, para penggemar motor Honda Tiger ini sempat berunding dan mempertimbangkan alasan mengapa mereka membentuk komunitas tiger kaskus. Beberapa pertimbangan mengapa orang - orang ini sepakat membentuk komunitas adalah:
1. Mempunyai wadah berkumpul yang sekaligus dapat dijadikan sebagai identitas bagi mereka.
2. Memperat tali persaudaraan tanpa harus dibebankan oleh aturan - aturan atau kewajiban - kewajiban mengikat selayaknya sebuah klub motor.
Dengan berlandaskan maksud dan tujuan yang sama, Komunitas Tiger Kaskus ini terbentuk. Peneliti mengambil objek penelitian Komunitas Tiger Kaskus karena di dalam Komunitas Tiger Kaskus terdapat interaksi sosial untuk mengenal anggota satu dengan yang lainnya. Juga untuk mengetahui bagaimana proses adaptasi yang terjadi dan dilakukan oleh anggota Komunitas Tiger Kaskus dalam melakukan penyesuaian dirinya agar bisa masuk ke dalam lingkungan komunitas tersebut. Komunitas Tiger Kaskus juga memiliki program yang positif, selain hanya berkumpul dan bertukar pendapat, Komunitas Tiger Kaskus juga mengadakan bakti sosial kepada
(19)
3
panti asuhan, dan juga sahur on the road ke panti asuhan. Kegiatan selain bakti sosial yaitu Komunitas Tiger Kaskus juga sering mengadakan Touring ke berbagai tempat. Serta tidak melupakan keamanan anggotanya, anggota yang ikut Touring diharuskan untuk memakai safety seperti body protector dan yang lainnya.
Komunitas yaitu suatu kelompok sosial dari beberapa organism yang memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas terdapat individu yang mempunyai maksud, kepentingan, kepercayaan, kebutuhan yang serupa. Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen: 1. Berdasarkan Lokasi atau Tempat Wilayah atau tempat. Sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. 2. Berdasarkan Minat. 3. Berdasarkan Komuni Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.
Setiap orang apabila menemukan lingkungan yang baru pasti akan beradaptasi dan menyesuaikan dirinya dalam lingkungan tersebut. Dengan contoh lingkungan tersebut adalah komunitas. Secara tidak langsung orang tersebut akan melakukan pendekatan kepada semua anggota komunitas dengan cara berinteraksi dengan anggotanya. Untuk mendapatkan perhatian dari anggota komunitas tersebut.
(20)
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Entah dimanapun itu, manusia pasti akan berkomunikasi dengan siapa saja untuk mendapatkan informasi yang ia perlukan. Komunikasi juga dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, dan komunikasi dapat dilakukan baik secara tradisional maupun modern, dengan alat-alat yang canggih maupun alat yang sederhana. Tujuan komunikasi itu sendiri agar komunikasi yang kita sampaikan dapat tercapai secara umum, dan menyerapkan pengertian, gagasan dan tindakan dari orang lain.
Di dunia ini terdapat berbagai macam tempat dan situasi yang berbeda, dengan tempat dan situasi yang berbeda tersebut, manusia harus dapat beradaptasi dengan tempat dan situasi tersebut agar bisa diterima di lingkungan sekitarnya. Manusia dalam hidupnya terus menerus berkembang dan melangsungkan hidup dimanapun itu. Dengan menghadapi hal yang terus menerus berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu. Maka dari itu manusia memerlukan adaptasi untuk penyesuaian dirinya.
Adaptasi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Karena dalam adaptasi memerlukan cara berkomunikasi yang baik, agar nantinya menghasilkan timbal balik yang baik pula. Adaptasi adalah penyesuaian diri individu terhadap lingkungan yang dihadapinya. Menyesuaikan diri di lingkungan yang baru bukanlah hal mudah, karena dalam lingkungan baru tersebut terdapat pula sesuatu hal baru seperti berbagai macam ras dan suku di
(21)
5
dalamnya. Dalam proses adaptasi, terdapat komunikasi yang dinamakan konvergensi dan divergensi. Konvergensi lebih kepada menerima dan meniru perilaku komunikasi dari lawan bicara, sedangkan divergensi lebih kepada mempertahankan dan menjaga jarak komunikasi.
Interaksi ialah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Interaksi juga adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi, ada aksi dan ada reaksi didalamnya, pelakunya lebih dari satu, yaitu individu dan individu, individu dan kelompok, kelompok dan kelompok dan yang lainnya. Interaksi sosial juga terjadi karena didorong oleh sejumlah faktor, baik yang ada pada diri seseorang maupun ada pada orang lain atau pada lingkungan sekitar. Seperti faktor dari dalam diri seseorang maupun dorongan kodrati sebagai mahluk sosial.
Dalam interaksi terdapat teori adaptasi interaksi yang dikemukakan oleh Burgoon. Didalam penelitiannya, Burgoon menemukan bahwa komunikator memiliki semacam ‘sinkroni interaksi’ yaitu pola saling bergantian yang terkoordinasi. Dan juga terdapat dua pola dalam interaksi. Pola resiprokal dan pola kompensasi.
Pola resiprokal masih sama dengan konvergensi komunikasi, yaitu komunikasi yang dilakukan dengan lawan bicara sehingga mendapatkan
(22)
respon dari lawan bicaranya, dan lawan bicara pun bisa sampai menirukan gaya bicara si komunikator ataupun sebaliknya. Karena adanya ketertarikan komunikasi di antara keduanya.
Sedangkan pola kompensasi lebih kepada penghindaran terhadap komunikasi yang diberikan. Pola kompensasi masih sama dengan divergensi komunikasi, pada komunikasi ini komunikator tidak meniru komunikan. Bahkan cenderung menghindari dan lebih mempertahankan apa yang ia punya. Misalnya seperti mempertahankan cara khas ia berbicara atau cara ia berkomunikasi.
Pada kehidupan sehari-hari, pengaplikasian interaksi dengan pola resiprokal dan pola kompensasi sangat sering dilakukan. Pola resiprokal masih sama seperti komunikasi konvergensi. Komunikan menerima pesan komunikator, contohnya seperti komunikator melambaikan tangan dan komunikan memberi timbal balik dengan melambaikan tangan juga. Berbeda dengan pola kompensasi, komunikator melambaikan tangan kepada komunikan, tetapi komunikan enggan untuk membalasnya.
Menurut Burgoon, ‘posisi interaksi’ yaitu tempat atau titik awal dimana individu memulai komunikasinya. dalam adaptasi interaksi terdapat pula tiga faktor yang menentukan posisi interaksi. Yang dinamakan RED, yaitu Requirements (kebutuhan), Expectation (harapan) dan Desires
(23)
7
(keinginan). Ketiga faktor tersebut mendukung adanya adanya proses adaptasi interaksi. (Morrisan, 2000 : 120)
Interaksi digunakan dimanapun oleh siapa saja untuk melakukan adaptasi dan pendekatan di lingkungan tertentu. Maupun itu di sekolah, kampus, dan di kalangan komunitas. Setiap orang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, dan itu sudah mutlak. Pada saat-saat tertentu, setiap orang harus mampu menyesuaikan diri di lingkungannya. Sama halnya pada komunitas, didalam komunitas pasti terdiri dari berbagai macam anggota yang mempunyai latar belakang dan karakter yang berbeda satu sama lainnya. Di komunitas tertentu ada yang memiliki perbedaan ras, suku, dan agama. disini adaptasi diperlukan agar interaksi dengan sesama anggota terjalin dengan baik dan lancar.
Maka dari itu, peneliti memilih Komunitas Tiger Kaskus untuk diangkat menjadi penelitian. Karena dalam Komunitas Tiger Kaskus terdapat anggota yang memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda, namun mempunyai satu maksud, tujuan, dan hobi yang sama.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti membagi rumusan masalah menjadi dua bagian, yaitu rumusan masalah makro dan rumusan masalah mikro.
(24)
1.2.1 Rumusan Masalah Makro
Bagaimana Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung ?
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro
1. Bagaimana Pola Resiprokal Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung ?
2. Bagaimana Pola Kompensasi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan Tujuan yang penelitian yang peneliti lakukan di lapangan adalah sebagai berikut :
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk mennganalisa, menjawab, menjelaskan dan mendeskripsikan tentang Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung).
(25)
9
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Pola Resiprokal Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung.
2. Untuk Mengetahui Pola Kompensasi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini mengembangkan ilmu komunikasi dan dapat memberikan masukan, juga untuk memperdalam pengetahuan dan juga teori yang berhubungan dengan ilmu komunikasi secara umum. dan hasil penelitian ini dapat berguna dan memberikan wawasan lebih untuk masyarakat dan pengetahuan yang baru untuk penulis.
1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1 Untuk Peneliti
Sebagai wawasan, pengalaman, pengetahuan dan pembelajaran bagi peneliti dalam mengaplikasikan teori komunikasi yang dimiliki guna untuk menganalisis fakta, peristiwa, dan gejala yang terjadi yang kemudian ditarik kesimpulan untuk dipertanggung jawabkan.
(26)
1.4.2.2 Untuk Lembaga Akademik
Penelitian ini berguna untuk mahasiswa dan mahasiswi Universitas Komputer Indonesia secara umum, Program Ilmu komunikasi sebagai literature atau untuk sumber tambahan bagi peneliti lainnya dengan kajian yang sama.
1.4.2.3 Untuk Masyarakat
Penelitian ini diharapkan berguna untuk masyarakat banyak dan dapat memberikan sumbangan pikiran serta pengetahuan untuk masyarakat dan juga untuk Anggota Komunitas Tiger Kaskus di kota Bandung.
(27)
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Terdahulu
No Data Peneliti Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Markus
NIM 41807021 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Komputer Indonesia
Pola Komunikasi Komunitas Black Scooter Bandung Dalam Mempertahankan Solidaritas Anggotanya. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
Arus pesan komunikasi organisasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hambatan
yang dialami oleh
Komunitas Black
Scooter Bandung berupa bahasa dan perbedaan umur dan sifat antara anggota. Selain itu pola komunikasi organisasi yang terjadi meski rumit tetapi berjalan dengan baik.
(28)
2. Nuraini Oktavia NIM 41807021 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia. Proses Interaksi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Penerapan Penggunaan Bahasa Sunda (Studi Deskriptif Mengenai Interaksi Orang Tua Dengan Anak Dalam Penerapan Penggunaan
Bahasa Sunda Pada Keluarga Etnis Jawa Yang Tinggal Di Kota Bandung)
Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
Penelitian ini
mengambil kesimpulan bahwa unsur simpati, unsur imitasi, unsur sugesti, dan unsur identifikasi adalah
faktor yang
menyebabkan orang tua dan anak pada etnis
jawa tersebut
menerapkan bahasa
sunda sebagai bahasa pengantar sehari-hari yang bertujuan untuk memahami pihak lain.
(29)
13
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dan digunakan oleh manusia untuk bertukar pesan. Pertukaran pesan akan terus menerus dilakukan oleh manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan hubungan dengan orang lain. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan luput dari komunikasi dan tidak akan bisa hidup tanpa bantuang orang lain.
Komunikasi pada umumnya digunakan untuk bertukar pendapat antar individu satu dengan yang lainnya. Sehingga komunikasi tersebut melengkapi kebutuhan yang diperlukan oleh komunikator dan komunikan sebagai proses pertukaran pesan yang dilakukan. Selain berkomunikasi dengan antar individu, komunikasi pun dapat diartikan sebagai hubunngan kontak antar dan antara manusia baik individu ataupun kelompok.
Menurut Edward Depari yang dikutip oleh H.A.W. Widjaja dalam buku komunikasi dan publisistik menyebutkan bahwa :
“Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan”(Widjaja, 2000 : 13)
(30)
Umumnya, manusia akan terus mengembangkan pemikirannya dengan berkomunikasi antara individu satu dengan yang lainnya, dan untuk mendapatkan sebuah informasi yang mereka inginkan. juga untuk menyampaikan gagasan yang dianggap penting untuk setiap individu. Dengan itu manusia tidak akan terlepas dari komunikasi, karena komunikasi adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua manusia.
2.2.1.1 Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi (communication) di dalam buku Deddy Mulyana yaitu Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar berasal dari kata: common, yang berarti “sama”, dengan maksud sama makna, sehingga secara sederhana, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran, dan rasa antara komunikator dengan komunikan.
Definisi komunikasi menurut Berelson dan Stainer (1964) yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat yaitu komunikasi adalah :
“Penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan symbol-kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain”(Jalaluddin Rakhmat, 1986:10)
Peneliti dari berbagai pelosok dunia mendefinisikan arti dari komunikasi dengan ragam dan berbeda, para peneliti menarik arti dari
(31)
15
komunikasi tersebut dengan unsur-unsur tertentu yang berkaitan dengan komunikasi itu sendiri.
Menurut Carl I Hovland, Ilmu Komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.” (Effendy, 2005:10).
Lain halnya dengan definisi komunikasi yang diberikan oleh Onong Uchjana Effendy, menurutnya komunikasi yaitu:
“Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.” (Effendy, 1993:28)
Dari berbagai definisi yang tertera diatas dapat menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pesan yang dapat menimbulkan persamaan makna dan juga proses menyamakan pikiran, gagasan dan juga tentang penggunaan simbol dalam berkomunikasi antar individu untuk menyalurkan informasi kepada lawan bicara.
2.2.1.2 Bentuk Komunikasi
Terdapat beberapa konteks komunikasi berdasarkan tingkatan (level), dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta
(32)
komunikasi paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling banyak. Di dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar yang ditulis oleh Deddy Mulyana, yang diuraikan sebagai berikut :
1. Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi ini adalah komunikasi dengan diri sendiri. Dan komunikasi ini inheren dengan dua orang, tiga orang dan seterusnya. Karena biasanya sebelum berkomunikasi dengan orang lain, kita berkomunikasi dulu dengan diri sendiri. Hanya saja kita tidak menyadari bahwa komunikasi tersebut telah berlangsung.
2. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi berbeda dengan Intrapribadi, Komunikasi Antarpribadi berlangsung dengan tatap muka, biasanya dilakukan oleh dua orang. Komunikasi ini bersifat langsung dan melakukan kontak fisik. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya.
(33)
17
3. Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Dengan demikian, Komunikasi intrapribadi adalah landasan komunikasi antar komunikasi kelompok, dan biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan oleh kelompok kecil.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang, Ciri-ciri komunikasi publik yaitu terjadi ditempat umum (public), misalnya di pasar, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri banyak orang atau merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan. Misalnya terjadi rapat pada suatu perusahaan. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.
(34)
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunika si vertikal yang terdiri dari komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat.
6. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak ataupun elektronik, yang dikelola suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khusus media elektronik). (Mulyana, 2003 : 72-75)
(35)
19
2.2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merupakan salah satu bentuk komunikasi yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Dalam komunikasi kelompok, kita bisa memecahkan berbagai masalah dalam kelompok. Karena dengan adanya komunikasi kelompok, sebuah kelompok akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu komunikasi kelompok sangat penting, terutama untuk mempengaruhi anggota kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tempat berdiskusi, dan lain sebagainya yang terdiri dari banyak orang. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Michael Burgoon yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai:
“Interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. “(Wiryanto, 2005)
(36)
Dengan pengertian diatas bisa dilihat bahwa komunikasi kelompok berguna untuk memecahkan masalah maupun itu di keluarga, komunitas, atau tempat lainnya yang anggotanya memiliki karakteristik yang hampir sama atau mempunyai ciri khas yang sama.
2.2.2.1 Tinjauan Tentang Psikologi Komunikasi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harfiah psikologi dapat juga diartikan sebagal ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Davis dan Wasserman menyebutkan bahwa, Komunikasi sangat esential untuk pertumbuhan kepribadian manusia, ahli-ahli ilmu sosial telah berkali-kali mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. (Rakhmat, 2001:2)
Psikologi komunikasi merupakan bagian dari psikologi sosial. Karena komunikasi adalah peristiwa sosial atau peristiwa yang terjadi ketika kita berinteraksi dengan manusia lainnya. Psikologi memandang bahwa komunikasi ini selain sebagai suatu usaha pertukaran simbol-simbol atau lambang-lambang baik itu verbal maupun nonverbal. Komunikasi juga merupakan sebuah proses
(37)
21
penyampaian pesan atau stimuli dari alat-alat indera yang akan dilanjutkan ke otak. Peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh diantara berbagai didalam diri organisme dan diantara organisme.
Psikologi memandang komunikasi bukan hanya sebagai proses yang mempunyai makna yang luas, yang meliputi segala penyampaian energi. Psikologi juga mempelajari komponen komunikasi, bahkan psikologi juga memandang lambang-lambang pada proses komunikasi. Sangat jelas kaitannya antara psikologi dengan komunikasi. Oleh karena itu, psikologi komunikasi ialah :
Ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. peristiwa mental adalah apa yang disebut internal mediation of stimuli, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Peristiwa Behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi. (Rakhmat, 2001:9)
Psikologi komunikasi dapat menafsirkan bahwa simbol-simbol yang dipakai untuk berkomunikasi mempunyai makna tertentu dan juga dapat mempengaruhi komunikan untuk terbawa dalam komunikasinya
(38)
2.2.2.2 Tinjauan Tentang Akomodasi Komunikasi
Akomodasi komunikasi adalah komunikasi yang dapat memiliki peran penting, karena dapat memperkuat identitas sosial dan penyatuan. Namun dapat juga menjadi sebaliknya, dapat menjadi alat untuk memperkuat perbedaan dan pemisahan.
Dalam akomodasi komunikasi terdapat 3 jenis komunikasi yaitu :
1. Konvergensi Komunikasi
Konvergensi dalam sebuah komunikasi mempunyai ciri khas tersendiri yaitu memiliki bahasa atau system non verbal yang sama. Konvergensi dapat didefinisikan sebagai “a strategy where by individuals adapt to each other’s communicative behaviors”. Yaitu suatu strategi di mana individu menyesuaikan diri dengan kecepatan bicara, jeda bicara, senyuman, pandangan mata, perilaku verbal dan non verbal.
Selain berdasarkan persepsi terhadap lawan bicara, konvergensi juga terjadi berdasarkan daya tarik individu. Biasanya ketika individu tertarik kepada individu lainnya, maka akan terjadi konvergensi ketika mereka terlibat dalam percakapan.
(39)
23
Dalam hal ini, konvergensi berperan penting untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan agar terjadi adaptasi interaksi yang seimbang, dikarenakan adanya kesamaan persepsi diantara keduanya.
2. Divergensi Komunikasi
Divergensi adalah proses disosiasi (dissociation) atau pemisahan satu individu terhadap individu yang lainnya. Divergensi ini berbanding terbalik dengan konvergensi. Karena divergensi tidak melakukan persamaan dengan individu lainnya. Melainkan divergensi ini menghindari persamaan tersebut.
Hal yang harus diketahui tentang divergensi ini adalah jangan dipahami sebagai upaya untuk tidak memberikan tanggapan kepada lawan bicara. Divergensi ini hanya saja memisahkan diri mereka dari lawan bicara dan juga percakapan yang dilakukan.
Divergensi sering terjadi dalam percakapan apabila terdapat perbedaan peran, sama halnya dengan guru yang berbicara dengan muridnya, dokter dengan pasennya, orang tua dengan anaknya, orang kaya dengan pengemis.
Pada akhirnya, divergensi timbul bisa karena individu menganggap lawan bicaranya mempunyai perilaku yang buruk
(40)
ataupun berasal dari kelompok yang tidak diinginkan oleh individu tersebut.
3. Akomodasi Berlebihan
Akomodasi berlebihan atau overaccomodation dapat diartikan sebagai label atau tanda untuk seseorang yang memperlakukan lawan bicaranya secara berlebihan. Dengan kata lain akomodasi berlebihan bisa juga disebut sebagai upaya untuk melebih-lebihkan dalam mengatur, memodifikasi, atau memberikan tanggapan kepada orang lain. Yang pada akhirnya terjadi kesalah pahaman dan ketidak nyamanan yang diterima oleh lawan bicara.
2.2.2.2 Tinjauan Tentang Adaptasi Interaksi
Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi
Menurut Suparlan (Suparlan, 1993:20) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:
(41)
25
1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya).
2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).
3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).
Ketika melakukan percakapan, individu kerap berperilaku sama yaitu adanya upaya untuk saling meniru atau konvergensi dalam suatu ‘pola resiprokal’ (reciprocal pattern). Pada waktu lain, individu menjauhi lawan bicara atau divergensi dalam suatu pola yang disebut ‘pola kompensasi’ (compensation pattern). Dilihat dari teori adaptasi interaksi, perilaku individu yang mempengaruhi dan dipengaruhi perilaku orang lain akan menghasilkan pola-pola tertentu yang teratur.
Dalam melakukan adaptasi, diperlukan sebuah komunikasi untuk proses pendekatan yang dilakukan individu. Dalam proses adaptasi tersebut, terdapat pola komunikasi yang memiliki dua jenis
(42)
komunikasi. Yaitu pola resiprokal dan pola kompensasi yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Pola resiprokal
Pola resiprokal ini memiliki arti yang sama dengan konvergensi komunikasi. Didalamnya terdapat komunikasi yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan pihak lain atau lawan bicaranya. Apabila komunikator dan komunikan sudah memiliki rasa nyaman dalam percakapannya. Maka komunikator ataupun komunikan dengan otomatis akan mengikuti gerak atau cara bicara lawan bicaranya. Yang mendorong ketertarikan terjadinya komunikasi tersebut karena adanya kesamaan percayaan, kesamaan kepribadian atau memiliki perilaku yang sama.
Menurut Giles and Smith (1979) dikutip dari buku Morrisan, M.A, menyatakan bahwa sejumlah faktor lainnya memengaruhi ketertarikan kita kepada orang seperti kemungkinan interaksi di masa depan dengan lawan bicara, kemampuan individu dalam berkomunikasi dan perbedaan status antara komunikator.
(43)
27
2. Pola Kompensasi
Pola kompensasi sama halnya dengan divergensi komunikasi, yaitu komunikasi yang cenderung menjaga jarak dengan lawan bicaranya. Dalam pola kompensasi ini tidak bisa kita pahami sebagai khalayak tidak memberikan tanggapan kepada lawan bicaranya. Komunikasi ini tidak sama dengan tidak memberikan perhatian. Hanya saja dalam komunikasi ini individu lebih memilih untuk memisahkan diri atau menjaga jarak dengan individu lainnya. Dan juga bisa terjadi karena perbedaan kekuasaan dan peran dalam percakapan.
Di dalam hal ini Street (1991) dalam buku Morissan menyebutkan bahwa:
“Interactants having greater status may speak for longer periods, initiate most of the conversational topics, speak more slowly, and maintain a more relaxed body posture than does the less powerful”
“Pembicara dengan status yang lebih tinggi akan berbicara lebih lama, berinisiatif memulai sebagian besar topic pembicaraan, berbicara secara lebih lambat, dan menunjukkan postur tubuh yang lebih santai dibandingkan dengan mereka yang kurang berkuasa”(Morissan, M.A, 2010 : 117)
Akomodasi pada dasarnya menjadi suatu proses adaptasi yang lebih kompleks yang terdapat pada suatu interaksi sebagaimana
(44)
dikemukakan Jude Burgoon dalam teorinya yang dinamakan ‘teori adaptasi interaksi’.
Menurut Burgoon dalam buku Morrisan, M.A menyebutkan bahwa ketika anda mulai berkomunikasi dengan orang lain, Anda memiliki ide umum mengenai apa yang akan terjadi yang disebut Burgoon sebagai ‘posisi interaksi’ yaitu dimana titik awal Anda akan memulai komunikasi. (Morrisan, M.A, 2010:120)
Burgoon menyatakan bahwa posisi interaksi ditentukan oleh 3 faktor yang dinamakan RED yang merupakan singkatan dari requirements (kebutuhan), expectation (harapan) dan desires (keinginan).
1. Requirements (Kebutuhan)
Segala hal yang diperlukan dalam interaksi. Kebutuhan dalam fokus ini adalah kebutuhan yang bersifat biologis. Seperti meminta makan, atau kebutuhan untuk berteman.
2. Expectation (Harapan)
Pola-pola yang diperkirakan akan terjadi. Jika individu tidak terlalu mengenal seseorang, maka individu tersebut akan mengandalkan norma-norma kesopanan di situasi tertentu.
(45)
29
3. Desires (Keinginan)
Kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang menarik perhatian. Apa yang ingin individu capai, individu tersebut percaya bahwa apa yang ingin dicapai akan terjadi.
2.2.3 Tinjauan Tentang Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang. Arti Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, tujuan, kebutuhan, risiko dan lain-lain yang bersifat serupa.
Menurut Soenarno (2002), Definisi Arti Komunitas yaitu sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.
Definisi komunitas yang dianggap ideal oleh Yudistira Garna (1999) dalam buku Atie Rachmiatie adalah:
“Suatu kelompok manusia yang menempati suatu kawasan geografis, yang terlibat dalam aktivitas ekonomi, politik, dan juga membentuk suatu satuan sosial yang memiliki nilai-nilai tertentu, serta rasa kebersamaan”.(Atie Rachmiatie, 2007:72)
(46)
Sedangkan Menurut Kertajaya Hermawan (2008), Arti Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.
Horton dan Hunt, (1975:18) dalam bukunya Atie Rachmiatie menyebutkan bahwa :
Komunitas dapat didefinisikan baik sebagai suatu kelompok kesatuan manusia (kota kecil, kota dan desa maupun sebagai seperangkat perasaan (rasa keterikatan, kesetiaan).” (Atie Rachmiatie, 2007:71)
Faktor utama yang juga menyebabkan komunitas terbentuk yaitu karena adanya interaksi yang lebih besar yang menyebabkan tumbuhnya rasa ketertarikan dan keakraban yang menimbulkan kenyamanan bagi para anggotanya. Umumnya hal tersebut tumbuh karena mereka memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sama dan hal lain yang serupa seperti hobi dan ketertarikan kepada sesuatu yang sama.
Seperti yang dipaparkan oleh Rubin dan Rubin (1997) mereka menyebutkan bahwa dalam kehidupan modern saat ini, kelompok orang-orang yang memiliki kepentingan, membentuk suatu komunitas, dan mengadakan
aksi atau gerakan menuntut komunitas lain dalam memenuhi
(47)
31
2.3 Kerangka Pemikiran
2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam penelitian ini, sebagaimana yang dijelaskan pada latar belakang masalah, Peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka diatas, maka peneliti mengambil titik konsentrasi pada penelitian ini ialah mengenai Adaptasi Interaksi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Di Kota Bandung ditinjau melalui studi deskriptif dan adaptasi interaksi.
Proses adaptasi hampir dilakukan oleh siapapun dan kapanpun itu di berbagai macam situasi. Adaptasi dapat juga diartikan sebagai penyesuaian diri individu untuk melakukan pendekatan pada situasi tertentu untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam adaptasi terdapat pula proses interaksi yang dilakukan oleh individu. Interaksi tersebut berlangsung untuk mencari persamaan dan untuk mempengaruhi individu yang lainnya. Menurut Gillin dan Gillin proses interaksi merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara
(48)
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.1
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
Sumber : Data Peneliti, April 2013
1
http://masudumar.wordpress.com/2012/09/19/kehidupan-sosial-manusia/diakses pada 14-4-2013/pukul 10.04 WIB
Anggota Komunitas Tiger Kaskus
Adaptasi Interaksi
Proses penyesuaian pribadi terhadap lingkungan yang di
hadapi
Pola Resiprokal
Komunikasi yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan pihak lain atau lawan
bicaranya. (Burgoon)
Pola Kompensasi
Proses pemisahan satu individu terhadap individu
yang lainnya (Burgoon)
Kepercayaan Kesamaan Kepribadian Kesamaan Perilaku Mempertahankan Identitas Kebanggaan Budaya Perbedaan Individu
(49)
33
Pada adaptasi interaksi terdapat pola komunikasi adaptasi interaksi, yaitu pola resiprokal dan pola kompensasi. Pola resiprokal lebih kepada saling meniru pesan. Tetapi apabila pola kompensasi lebih kepada menjaga jarak komunikasi.
Menurut Burgoon dalam buku Morissan yang menjelaskan tentang teori adaptasi interaksi, dengan menggunakan teori adaptasi interaksi ini dapat diperhatikan bahwa perilaku individu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh individu lainnya sehingga menghasilkan pola-pola tertentu yang teratur. Dan pola yang teratur tersebut ditujukan kepada pola resiprokal (reciprocal pattern) dan pola kompensasi (compensation pattern).
Berikutnya dalam kerangka pemikiran ini peneliti akan menjelaskan sub-sub fokus yang akan diteliti.
Kata kunci yang pertama adalah Pola resiprokal atau (reciprocal pattern). Didalamnya terdapat komunikasi yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan pihak lain atau lawan bicaranya. Dan apabila komunikator dan komunikan sudah memiliki rasa nyaman dalam percakapannya. Maka komunikator ataupun komunikan dengan otomatis akan mengikuti gerak atau cara bicara lawan bicaranya. Dan yang mendorong
(50)
ketertarikan terjadinya komunikasi tersebut karena adanya kesamaan percayaan, kesamaan kepribadian atau memiliki perilaku yang sama.
Kata kunci yang kedua adalah Pola kompensasi atau (compensation pattern). Pola kompensasi sama halnya dengan divergensi komunikasi, yaitu komunikasi yang cenderung menjaga jarak dengan lawan bicaranya. Dalam pola kompensasi ini tidak bisa kita pahami sebagai khalayak tidak memberikan tanggapan kepada lawan bicaranya. Komunikasi ini tidak sama dengan tidak memberikan perhatian. Hanya saja dalam komunikasi ini individu lebih memilih untuk memisahkan diri atau menjaga jarak dengan individu lainnya. Dan juga bisa terjadi karena perbedaan kekuasaan dan peran dalam percakapan.
2.3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan dalam kerangka pemikiran teoritis maka peneliti berusaha untuk mengaplikasikan seluruh kata kunci berhubungan dengan adaptasi interaksi anggota komunitas tiger kaskus di kota bandung.
Dengan tersusunnya kerangka tersebut akan tersusun proses yang terjadi pada komunitas tiger kaskus tersebut untuk menggapai kepuasan atau sesuatu hal yang dibutuhkan oleh individu dalam melakukan penyesuaian diri.
(51)
35
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber : Data Peneliti, April 2013
Kata kunci yang pertama yaitu pola resiprokal, dengan dijelaskannya arti dari pola resiprokal pada kerangka teoritis, maka pada kerangka konseptual peneliti mengaplikasikannya. Pengaplikasian tersebut dapat dilihat bahwa pada pola resiprokal ini anggota komunitas tiger kaskus melakukan pendekatan atau adaptasi yang bersifat positif. Dalam arti lain komunikasi ini
Anggota Komunitas Tiger Kaskus
Adaptasi Interaksi
Anggota komunitas menyesuaikan pribadi terhadap lingkungan yang di hadapi
Pola Resiprokal Anggota komunitas menyesuaikan diri dengan
anggota lainnya
Pola Kompensasi Anggota Komunitas melakukan
proses pemisahan satu individu terhadap individu yang lainnya Kepercayaan
Kesamaan Kepribadian
Kesamaan Perilaku
Mempertahankan Identitas
Kebanggaan Budaya
Perbedaan Individu
(52)
memiliki timbal balik yang baik untuk kedua individu yang sedang berkomunikasi. Karena dalam pola resiprokal ini individu tertarik satu sama lain, dan memiliki kemungkinan untuk menirukan gaya lawan bicara ataupun nada dan kecepatan bicaranya.
Kata kunci yang kedua yaitu pola kompensasi. Pada kerangka konseptual ini, pola kompensasi diaplikasikan pada komunikasi anggota Tiger Kaskus. Pada pola kompensasi ini, cenderung individu melakukan pemisahan diri. Tetapi bukan berarti individu tersebut tidak menanggapi individu lainnya. Hanya saja ia menjaga jarak dikarenakan ada hal yang ia tidak sukai mungkin dari latar belakang lawan bicara ataupun karena strata sosialnya. Dalam pola kompensasi, individu mempertahankan ciri khasnya dan tidak ingin terpengaruh oleh lawan bicaranya. Bahkan individu menghindari kesamaan dengan lawan bicara. Dari penjelasan tersebut timbul unsur yang peneliti pilih yaitu mempertahankan identitas, kebanggaan budaya dan perbedaan individu. Dari unsur tersebut teruraikan bahwa dalam komunikasi ini terdapat perbedaan dan lebih kepada pemisahan diri, Dan yang memiliki peran tertinggi akan lebih mudah untuk melakukan divergensi. Contohnya seperti atasan dengan bawahan di sebuah perkantoran, guru dengan muridnya.
Dalam melakukan komunikasi yang berkaitan kepada pola resiprokal, setiap anggota atau individu akan membangun kepercayaan kepada setiap anggota komunitas tersebut dengan berkomunikasi dan melakukan
(53)
37
pendekatan, karena kepercayaan adalah suatu hal yang penting dalam melakukan proses adaptasi. Apabila kepercayaan sudah dipupuk dan tumbuh dengan baik, maka pendekatan pun akan berjalan dengan baik dan lancar.
Kepercayaan yang dipupuk akan membuahkan hasil, hasil yang didapat yaitu kenyamanan pada setiap anggota. Anggota akan merasa nyaman berkomunikasi apabila didalam diri setiap anggota sudah tertanam rasa kepercayaan. Melalui rasa nyaman tersebut sebuah komunikasi akan berjalan dengan lancar dan akan bergulir terus menerus tanpa ada halangan.
Perilaku yang sama akan menyebabkan kenyamanan pula, bahkan akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan tujuan yang sama ataupun hobi yang sama kepada setiap anggota. Sebab dari rasa nyaman tersebut setiap anggota tidak memiliki perasaan khawatir, karena sudah menyimpan suatu kepercayaan kepada teman sekaligus anggota komunitas tersebut.
Masalah seperti hambatan dalam proses komunikasi sudah biasa terjadi dimanapun itu. Pada pola kompensasi ini, komunikasi tidak berjalan baik karena pesan tersebut disampaikan dengan tidak maksimal. Pesan tersebut mengalami sedikit penolakan dari lawan bicaranya. Pada pola kompensasi ini, individu seolah-olah menghindar dari komunikasi yang sedang dijalaninya, dikarenakan rasa yang muncul seperti ketidak nyamanan pada individu tersebut.
(54)
Identitas yang berbeda-beda didalam kelompok atau komunitas tersebut. Identitas berpengaruh besar pada berjalannya komunikasi pada komunitas ini, karena seringkali rasa canggung muncul dari perbedaan identitas tersebut. Selain identitas yang sering menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi di komunitas tersebut. Budaya yang berbeda-beda pada setiap anggota komunitas juga berpengaruh kepada proses komunikasi antar anggota. Perbedaan budaya setiap anggota adalah suatu hal yang membuat komunikasi tersebut tidak berjalan lancar. Perbedaan tersebut bisa mencakup kepada latar belakang budayanya seperti sifat dari budaya tersebut dan juga bisa dari bahasa budaya tersebut. Maka dari itu dalam berjalan komunikasi pasti akan ada proses penghindaran yang terjadi diantara setiap anggota dalam menjalani proses komunikasi atau pendekatannya. Dilihat dari perbedaan bahasa tersebut, maka pada komunitas tersebut diharuskan untuk memakai bahasa yang universal agar setiap anggota bisa menangkap pesan yang disampaikan dengan baik dan juga akan menghasilkan timbal balik yang baik juga.
Perbedaan yang ada di komunitas ini tidak menghalangi komunitas ini untuk berkembang. Komunitas ini bisa dijadikan sebagai wadah untuk menyatuka berbagai budaya yang berbeda walau tak semudah itu dalam prakteknya, karena butuh proses dalam menyatukan berbagai budaya yang berbeda di dalam suatu kelompok. Rasa canggung yang ada di komunitas ini
(55)
39
selalu ada, dan diawali oleh beberapa faktor mengapa rasa canggung itu timbul ke permukaan kelompok. Serta adanya gap atau jurang pemisah diantara individu juga menjadi faktor mengapa suatu komunikasi tidak berjalan dengan baik. Gap tersebut tidak bisa dihindari karena bisa berupa dari segi materil atau memang sesuatu yang sudah ada. Namun gap tersebut bisa diatasi dengan komunikasi yang membutuhkan proses untuk membuat rasa canggung hilang.
Pada komunitas ini dapat dilihat bahwa tidak semua komunikasi berjalan dengan baik. ada pula komunikasi yang tidak berjalan dengan baik, dengan segala faktor yang menghambat komunikasi tersebut. Oleh karena itu peran setiap individu disini sangat penting untuk mengatur alur dan jalannya komunikasi itu agar berjalan dengan baik.
(56)
40
3.1 Sejarah Honda Tiger
Honda Tiger dibuat pertama kali oleh perusahaan Honda yaitu pada tahun 1994. Honda Tiger 1994 pertama kali muncul dengan harga sekitar 7 juta rupiah, masih dengan tromol dan velg jari-jari yang berwarna ungu. Kemudian Honda Tiger mengalami perubahan pada tahun 1997 dengan mengeluarkan motor Tiger dengan velg racing berpalang 3, dengan cover belakang yang masih seperti tawon. Honda Tiger tahun 1994 hingga 2000 belum ada perubahan yang berarti, hanya di velg yang tadinya jari-jari kemudian berubah menjadi velg racing.
Perbedaan tidak begitu signifikan juga terjadi pada tahun 2000 ke atas, pada tahun 2000 tiger mengalami perubahan di sektor buntut, tidak seperti tawon lagi dan bentuk lampu juga tidak kotak seperti tiger 1994 sampai 1998. Namun sudah agak besar tetapi masih single lamp untuk lampu belakang. kemudian sekitar tahun 2004 Honda Tiger berganti lampu belakang menjadi dual lamp. perubahan yang sangat drastis terjadi pada tahun 2007, pada tahun 2007 dengan tidak tanggung-tanggung honda melepas tiger dengan bodi yang berubah total mulai dari tangki, bodi, lampu, knalpot hanya mesin saja yang
(57)
41
masih tidak ada perubahan. Hanya standar emisi euro di genjot oleh pabrikan sayap burung ini.
Gebrakan yang fantastis membuat segmen kelas 200cc bergejolak lagi. tidak lama kemudian Honda melepas kembali tiger dengan lampu asimetris dengan gaya ala motor eropa, dengan lampu depan di buat terpisah serta didukung dengan lampu jauh. Hanya itu perubahannya segi bodi dan yang lainnya masih sama seperti tahun 2008. dan pada tahun 2008 kedepan honda pun melepas kembali tigernya dengan kembali ke single lamp namun lampu asimetris masih di produksi oleh honda dengan maksud agar masyarakat bisa memilih sesuai dengan minat dan kesukaan mereka.
3.2 Sejarah Kaskus 1
KASKUS didirikan pada tanggal 6 November 1999 oleh tiga pemuda asal Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Seattle, Amerika Serikat. Mulanya Andrew Darwis, Ronald, dan Budi membuat KASKUS untuk memenuhi tugas kuliah mereka. KASKUS sendiri bertujuan untuk mengobati kerinduan mahasiswa Indonesia di luar negeri akan Indonesia melalui berita-berita Indonesia yang diterjemahkan.
Di tahun 2006 KASKUS terpaksa berubah domain dari .com menjadi .us karena penyebaran virus Brontok yang menyerang situs-situs besar
1
(58)
Indonesia termasuk KASKUS. Sejak saat itulah alamat situs KASKUS berubah menjadi kaskus.us, yang juga sekaligus mengartikan bahwa KASKUS adalah us atau kita.
Sejak tahun 2009, KASKUS menjadi pemain penting di ranah online Indonesia. KASKUS menerima banyak penghargaan diantaranya “The Best Innovation in Marketing” dan “The Best Market Driving Company” oleh Marketing Magazine, dan “The Greatest Brand of the Decade” (2009-2010) oleh Mark Plus Inc. KASKUS dengan bangga berada di peringkat 1 untuk kategori situs komunitas, dan merupakan situs lokal nomor 1 di Indonesia, menurut Alexa.
Tahun 2011 KASKUS memulai kemitraannya dengan Global Digital Prima, sebuah perusahaan Indonesia yang berfokus untuk mengembangkan industri digital dan konten lokal Indonesia. Kemitraan ini mendorong pertumbuhan KASKUS yang lebih besar lagi, baik dari sisi infrastuktur, tenaga profesional & jaringan bisnisnya dalam usaha menjadi situs nomor 1 di Indonesia serta pemain global online di dunia. Mengimbangi ekspansi, KASKUS pun memindahkan kantor utamanya ke Menara Palma di daerah Kuningan dan menamakannya KASKUS Playground.
Di tahun 2012 KASKUS juga meluncurkan versi baru KASKUS 2.0 dimana terjadi penyempurnaan pada tampilan, navigasi, fitur search, layanan
(59)
43
Forum Jual Beli (FJB), serta menambah server untuk mengakomodir kebutuhan member KASKUS yang telah mencapai lebih dari 4,5 juta member.
3.3 Sejarah Komunitas Tiger Kaskus 2
Komunitas Tiger Kaskus berawal dari keinginan orang - orang yang sering berinteraksi pada sebuah thread bernama Serba - serbi honda tiger (All variant) di salah satu forum yang bernama kaskus.co.id. Thread ini di buat oleh seseorang dengan id kaskus Thompels, pada tanggal 21 mei 2008. Thread ini terletak di forum otomotif, sub forum kendaraan roda dua pada forum kaskus.co.id
Pada pertengahan februari 2010 dilakukan kopi darat untuk pertama kalinya di tugu patung panahan senayan (Jl. Asia - afrika). Mereka yang hadir di sana kemudian sepakat untuk membentuk sebuah komunitas bagi mereka yang kerap berinteraksi di thread tersebut. Karena dengan membentuk komunitas tersebut komunikasi bisa terjalin dengan lancar dan dapat lebih dekat satu sama lain. Karena adanya kopi darat.
Dari sekian banyak nama yang diajukan akhirnya nama Tikus (Tiger Kaskus) terpilih menjadi nama komunitas ini. Nama Tikus dianggap mampu
2
http://www.kaskus.co.id/thread/515c2415e374b4f93e000002/tikustiger-kaskus---part-1/diakses pada 10-4-2013/pukul 10.48 WIB
(60)
mewakili semangat orang - orang di thread serba serbi honda tiger (All variant) yang menginginkan sebuah komunitas yang terdiri dari orang - orang pengguna Honda Tiger namun jauh dari kesan garang, liar, brutal, ugal - ugalan di jalan dan lain sebagainya.
Sampai saat ini Komunitas Tiger Kaskus telah memasuki umur yang ke 5 tahun lebih. Dan telah memiliki anggota sebanyak 100 orang lebih. Thread yang dibuat di kaskus pun sudah mengalami pergantian halaman sebanyak 3 kali. Dan saat ini thread Komunitas Tiger Kaskus memiliki postingan sekitar berpuluh ribuan lebih postingan dari anggotanya yang aktif setiap harinya.
Setiap komunitas pastinya memiliki syarat tertentu sebagai acuan untuk masing-masing anggota yang ingin bergabung. Di dalam komunitas tiger kaskus sendiri, persyaratannya yang paling penting adalah mempunyai akun kaskus.co.id. dan sering membuat postingan di thread tiger kaskus itu sendiri. Dan selain memiliki akun kaskus, pastinya harus memiliki motor merk tiger. dan tidak dipatok usia, komunitas ini memperbolehkan siapa saja untuk masuk ke dalamnya.
Banyak kegiatan positif yang Komunitas Tiger Kaskus lakukan, selain hanya berkumpul dan bertukar pendapat. di thread kaskus Maupun di tempat kopdar, sesama anggota sering kali saling bertukar pendapat mengenai
(61)
45
berbagai macam keluhan kendaraannya yang dialami oleh masing-masing pengendara.
Dengan sharing, hal tersebut sangat membantu masing-masing individu untuk mengatasi masalah yang dialaminya. Komunitas Tiger Kaskus juga pernah mengadakan bakti sosial kepada panti asuhan, dan juga sahur on the road ke panti asuhan. Kegiatan selain bakti sosial yaitu Komunitas Tiger Kaskus juga sering mengadakan Touring ke berbagai tempat. Dengan tidak melupakan keamanan anggotanya, anggota yang ikut Touring diharuskan untuk memakai safety seperti body protector dan yang lainnya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Komunitas Tiger Kaskus ini memiliki jadwal kumpul pada hari jumat malam. Sesuai pada daerah atau regionnya masing-masing, memiliki tempat berkumpul atau kopi darat yang berbeda. Region Jakarta dan sekitarnya melaksanakan pertemuan di panahan yang bertempatan di tugu patung panahan senayan Jalan Asia – Afrika. Apabila region Bandung, biasa melakukan pertemuan di warung kopi depan itenas, tepatnya di Jalan PHH. Mustopha. Sedangkan region Bogor mengadakan pertemuan di Sekitaran Air Mancur, Jl. Jend. Ahmad Yani. Biasanya pertemuan dimulai dari jam 9 malam sampai larut malam. Apabila anggota merasakan penat, mereka sering melakukan rolling atau jalan-jalan dengan tujuan yang berbeda-beda setiap
(62)
waktunya, guna untuk melepas penat dan mencari hiburan dikala waktu santai.
3.4 Logo dan Arti Logo Tiger Kaskus Gambar 3.1 Logo Tiger Kaskus
Nama Tikus muncul karena adanya rundingan dari para anggota komunitas Tiger Kaskus itu sendiri. Dan tentunya dalam membuat logo tiger kaskus tidak dilakukan sendirian. Pembuatan logo tersebut dibuat dengan bersama-sama dan disepakati oleh semua anggota. Logo dari Tikus sendiri memiliki banyak arti di dalamnya. Dapat dilihat logo Tikus tersebut berbentuk seperti orang yang memakai helm.
Dalam pembuatan nama dan logo, anggota Tikus melakukan voting untuk nama serta logo, sehingga jatuh kepada penamaan Tikus, karena tikus adalah sesuatu binatang yang kecil, yang tidak sangar. Pada dasarnya kami
(63)
47
ingin menjauh dari sifat sangar itu sendiri. logo Tikus kita dapat dari logo orang di kaskus yang kita modif sedikit, agar tidak menampakkan kesangarannya, Itu filosofinya. Tidak arogan, sangar, sopan dan santun didalam bersaudara, berteman dan dijalan raya (Wawancara Bapak Bayu Murti).
Dalam logo Tikus itu sendiri terdapat berbagai macam arti. Wajah yang sedang tersenyum itu adalah karakter unik dari kaskus.co.id dan oleh komunitas tiger kaskus dipilih sebagai logo mereka. Yang mengartikan bahwa komunitas tiger kaskus ini adalah bagian dari kaskus.co.id
Arti dari karakter yang tersenyum sendiri adalah memiliki makna bahwa komunitas tiger kaskus ini sangat menjunjung tinggi keramahan dan kehangatan bagi siapa saja. Baik di jalan raya maupun tidak.
Arti dari karakter yang sedang menggunakan helm yaitu menunjukkan bahwa Tikuser adalah orang-orang yang selalu taat pada peraturan lalu lintas pada saat berada di jalan raya. Dan juga mematuhi rambu-rambu dan marka jalan.
Warna yang dipilih adalah dominan ke warna oranye dan biru. Karena warna oranye dan biru identik dengan warna kaskus.co.id itu sendiri, dan agar lebih menggambarkan bahwa komunitas ini terlahir dari kaskus. Maka warna tersebut dipakai pada logo Tikus. Dengan menggabungkan warna dan karakter
(64)
dari kaskus itu sendiri, maka logo Tikus tidak terkesan garang dan lebih kepada logo yang ramah dan sopan.
3.5 Tujuan Komunitas Tiger Kaskus
Komunitas Tiger Kaskus memiliki tujuan tersendiri dalam membentuk komunitasnya, berikut adalah tujuannya :
1. Berguna untuk personal dan keluarganya (kekeluargaan). Bukan hanya dikalangan tikus sendiri tetapi juga harus memiliki kontribusi terhadap masyarakat.
2. Sebagai wadah bertukar pikiran. Terbuka untuk semua, dengan tidak membentengi dan megkultuskan hanya pemilik motor tiger saja, selama masih didalam path yang sama.
3. Untuk menyambangi komunitas otomotif, bakti sosial dan berbagai kegiatan positif.
3.6 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
(65)
49
3.6.1 Desain Penelitian
Menurut Sugiyono,Metode penelitian kualitatif adalah :
Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2013 : 1)
Menggunakan definisi yang sederhana, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpetif (menggunakan penafsiran) yang menggunakan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya (Mulyana, 2007:5)
Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehendak mengadakan akumulasi data dasar. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan mengenai adaptasi interaksi pada komunitas tiger kaskus bandung.
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data 3.6.2.1 Studi Pustaka
Pada studi pustaka peneliti menggunakan :
(66)
b. Dokumen-dokumen dari beberapa sumber yang terkait dengan penelitian.
c. Laporan-laporan dari beberapa sumber yang terkait dengan penelitian.
3.6.2.2 Studi Lapangan A. Wawancara mendalam
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawacara mendalam (depth interview) atau wawancara terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui pandangan personal subjek penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap anggota komunitas tiger kaskus, serta pihak-pihak yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal-hal yang ditanyakan yaitu berkaitan dengan adaptasi interaksi pada komunitas tersebut. Guna untuk mendapatkan data yang akurat dan tepat dari informan yang terpercaya.
B. Observasi
Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway dalam Nurohman (2011:19), Observasi menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis mengenai sebuah peristiwa, artefak-artefak, dan perilaku-perilaku informan yang terjadi dalam situasi tertentu, bukan
(67)
51
seperti yang belakangan diingat, diceritakan kembali dan digeneralisasikan oleh peneliti itu sendiri.
C. Penelusuran Data Online
Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawa bkan secara akademis. (Bungin dalam Nurohman, 2011: 19).
D. Dokumentasi
Pada penelitian ini, peneliti juga mendokumentasikan segala kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan fokus penelitian yang dikaji, dalam hal ini adalah proses interaksi antara anggota komunitas tiger kaskus. Dari dokumentasi-dokumentasi tersebut kemudian dianalisis, dicermati segala manajemen komunikasi dan interaksi yang informan lakukan sebagai data yang menjadi pendukung dalam penelitian ini.
(68)
3.6.3 Teknik Penentuan Informan 3.6.3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun kelompok yang sifat-keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Subjek penelitian yaitu keseluruhan objek dimana terdapat beberapa narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anggota komunitas tiger kaskus.
Informan (narasumber) penelitian adalah orang yang memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut.Dalam hal ini, informan merupakan sumber data penelitian yang utama yang memberikan informasi dan gambaran mengenai pola perilaku dari kelompok masyarakat yang diteliti. (Kuswarno, 2008 : 162).
Dalam menentukan informan penelitian yang diambil dari subjek, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sample dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengertian menurut
(69)
53
sugiyono dalam bukunya “Memahami Penelitian Kualitatif”, menyebutkan bahwa:
“purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Petimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menejelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.”(Sugiyono, 2013:51).
Informan dipilih untuk penelitian ini adalah tiga orang yang dijadikan sebagai sumber informasi dan akan dimintai keterangannya melalui wawancara mereka dipilih karena mereka mempunyai informasi yang peneliti harapkan. Informan tersebut dipilih karena termasuk kepada anggota komunitas Tiger Kaskus dan tiga informan tersebut sudah lama bergabung di komunitas tersebut. Para informan bergabung sudah lebih dari 3 tahun serta memiliki banyak pengalaman di komunitas tersebut. Semua anggota yang dipilih oleh peneliti merupakan anggota yang masih aktif di komunitas Tiger Kaskus. Aktif di tempat berkumpul maupun di thread kaskus itu sendiri. Data informan tersebut ditampilkan sebagai berikut :
(70)
Tabel 3.1 Data Informan
Sumber : Peneliti, 2013 3.6.4 Teknik Analisis Data
Analisa data Kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982 ) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, esintesiskannya, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. (Moleong 2001:248)
Tahapan-tahapan analisis data di lapangan menurut Miles & Huberman (1984) dalam buku Sugiyono, yaitu :
“Bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing atau verification” (Sugiyono, 2009:246)
No. Nama Profesi Umur
1 Ariayanto Mahasiswa 34
2 Heru Prabowo Bumn 32
(71)
55
Gambar 3.2
Komponen Dalam Analisis Data
Sumber : ( Sugiyono, 2013:92 )
Reduksi Data (Data Reduction). Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang perinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah. Bila tidak segera dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi, laporan lapangan sebagai bahan “mentah” disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data bila diperlukan.
Penyajian Data (Display Data). Agar dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu dari penelitian itu, harus diusahakan
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions: Drawing/Verifying
(72)
membuat berbagai macam matriks, grafik, networks, dan charts. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.
Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing or verification). Menurut Miles dan Huberman kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2013:99)
3.6.4.1 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau datayang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan
(73)
57
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (Sugiyono dalam Deni, 2010:121)
1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis
3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2010 :127)
(1)
penghindaran komunikasi dari khalayak. Pada komunikasi ini khalayak cenderung untuk menjaga jarak dengan lawan bicaranya. Hal tersebut dapat disebabkan dari perbedaan peran atau perbedaan kekuasaan tersebut. Pesan tersebut mengalami sedikit penolakan dari lawan bicaranya. Pada pola kompensasi ini, individu seolah-olah menghindar dari komunikasi yang sedang dijalaninya, dikarenakan rasa yang muncul seperti ketidak nyamanan pada individu tersebut.
Identitas yang berbeda-beda didalam kelompok atau komunitas tersebut menjadi suatu faktor yang menyebabkan penghindaran pada setiap anggota. Identitas itu sendiri pada konteks komunitas ini yaitu suatu hal yang keluar dari setiap individu yang memberikan suatu ciri khas pada setiap individu. Identitas yang berupa ciri khas yaitu seperti sebuah jaket yang dipakai oleh individu untuk memberitahukan bahwa ia adalah anggota komunitas ataupun anggota club motor. Pada sebagian orang, identitas ini diperlukan untuk memberitahu bahwa ia termasuk kepada suatu kelompok. Contoh yang lain seperti emblem atau logo yang dipakai di pakaiannya, atau syal yang dipakai untuk sekedar menghangatkan tubuh atau untuk memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang biker.
Identitas berpengaruh besar pada berjalannya komunikasi pada komunitas ini, karena seringkali rasa canggung muncul dari perbedaan identitas tersebut. Rasa canggung yang timbul pada komunitas ini bisa dari apa yang sudah dijelaskan diatas yaitu sebuah emblem atau logo. Komunitas yaitu suatu wadah yang menampung semua kalangan dengan bebas tanpa syarat, maka dari itu dalam komunitas tersebut pasti ada anggota yang memang sudah lama menjadi biker dan mengikuti club motor lain, dan apabila jaket pada club tersebut dipakai, maka akan
(2)
menimbulkan rasa canggung pada setiap individu yang mengerti akan logo tersebut. Selain identitas yang berupa asesoris, identitas yang berupa tahta atau suatu kedudukan yang tinggi pada setiap individu dapat pula menimbulkan kecanggungan pada setiap individu. Seperti yang kita ketahui status sosial di masyarakat berbeda-beda, begitu juga pada komunitas ini.
Komunitas ini memiliki anggota yang memiliki identitas yang berbeda-beda, setiap individu memiliki status sosial yang berberbeda-beda, ada yang menengah kebawah dan menengah keatas. Status sosial pada individu yang memiliki status menengah kebawah memiliki rasa canggung apabila berkomunikasi atau bergaul dengan kalangan menengah keatas, karena pergaulan yang cenderung tinggi dan mewah. Maka dari itu kecanggungan pun cenderung muncul dari segi materil.
Selain identitas yang sering menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi di komunitas tersebut. Budaya yang berbeda-beda pada setiap anggota komunitas juga berpengaruh kepada proses komunikasi antar anggota. Komunitas ini terdiri dari bermacam-macam anggota yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Perbedaan budaya setiap anggota adalah suatu hal yang membuat komunikasi tersebut tidak berjalan lancar. Penyebab tidak lancarnya komunikasi ini berjalan yaitu bisa muncul karena perbedaan bahasa. Bahasa yang berbeda pada setiap individu dapat menghambat komunikasi, karena setiap individu tidak mengerti akan apa yang dibicarakan, selain dari bahasa yaitu dari gaya bicara. Setiap individu dengan budayanya pasti akan memiliki gaya bicara yang berbeda-beda. Misanya pada komunitas ini ada orang sumatera yang dominan berbicara keras, ataupun pulau yang lainnya yang apabila mereka berkomunikasi
(3)
memiliki gaya yang berbeda. Seperti gaya bicara yang memiliki tempo yang cepat, itu akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar karena individu yang menjadi lawan bicara tersebut tidak bisa menangkap percakapan dengan cepat. Selain perbedaan tersebut dari bahasa budayanya dan juga gaya bicara, perbedaan dapat muncul juga dari sifat setiap individu.
Perbedaan yang ada di komunitas ini tidak menghalangi komunitas ini untuk berkembang. Komunitas ini bisa dijadikan sebagai wadah untuk menyatukan berbagai budaya yang berbeda walau tak semudah itu dalam prakteknya, karena butuh proses dalam menyatukan berbagai budaya yang berbeda di dalam suatu kelompok.
Rasa canggung yang ada di komunitas ini selalu ada, dan diawali oleh beberapa faktor mengapa rasa canggung itu timbul ke permukaan kelompok. Rasa canggung tersebut bisa muncul dari apa yang sudah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya yang berupa identitas pada setiap individu. Kecanggungan itu muncul juga dari suatu gap atau jurang pemisah. Adanya gap atau jurang pemisah diantara individu juga menjadi faktor mengapa suatu komunikasi tidak berjalan dengan baik. Gap tersebut tidak bisa dihindari karena bisa berupa dari segi materil atau memang sesuatu yang sudah ada. Gap tersebut muncul secara tidak langsung, karena gap tersebut bisa berupa sesuatu yang sudah ada dan tidak bisa dihindari. Dapat diberi contoh seperti dari segi materil pada setiap anggota yang masing-masing berbeda, ada suatu individu yang memang pada segi materil sangat baik bahkan mewah, sedangkan anggota yang lain memiliki kendaraan yang sederhana dan biasa saja. Pada konteks komunitas ini yaitu kendaraan yang ia bawa,
(4)
kendaraan yang mewah dapat dilihat dari hasil modifikasi atau tampilan yang ditampilkan pada anggota yang lain. Setiap anggota dengan otomatis secara tidak langsung akan ada yang merasakan rasa minder karena faktor materil tersebut. Namun gap tersebut bisa diatasi dengan komunikasi yang membutuhkan proses untuk membuat rasa canggung hilang. Komunikasi yang baik dan terus menerus akan membuat gap tersebut secara tidak langsung akan luntur dan rasa canggung pada individu tersebut pun akan berkurang, dikarenakan rasa kedekatan pada individu tersebut.
IV.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.1 Pola Resiprokal Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Melakukan
Adaptasi Interaksi Antar Anggotanya.
Pola Resiprokal Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Melakukan Adaptasi Interaksi Antar Anggotanya adalah bahwa komunitas tiger kaskus telah dengan baik melakukan sebuah adaptasi interaksi, dimana pada pola kompensasi ini setiap individu melakukan proses pendekatan dengan cara berkomunikasi yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan pihak lain atau lawan bicaranya, dengan penyesuaian diri tersebut maka akan timbul rasa nyaman dan kedekatan antar individu dengan baik. Rasa kenyamanan dan kedekatan tersebut nantinya akan
(5)
membentuk suatu kebersamaan yang akan membuat setiap anggota merasa dekat dengan anggota komunitas yang lainnya.
4.2 Pola Kompensasi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Adaptasi
Interaksi Antar Anggotanya.
Pola Kompensasi Anggota Komunitas Tiger Kaskus Dalam Adaptasi Interaksi Antar Anggotanya adalah dimana proses adaptasi interaksi pada komunitas ini tidak selalu berjalan dengan mulus. Pola kompensasi adalah pola yang menyebabkan Anggota Komunitas Tiger Kaskus Bandung cenderung menjaga jarak dengan lawan bicaranya. Setelah itu faktor yang lainnya yaitu status sosial, status sosial berpengaruh dalam sebuah komunikasi karena setiap individu memiliki berbagai macam status sosial dan hal tersebut dapat menimbulkan suatu proses penghindaran komunikasi, Lalu yang menyebabkan penghindaran komunikasi yaitu perbedaan budaya dan adanya gap atau jurang pemisah pada setiap individu.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini, Peneliti memberikan saran bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dalam meningkatkan komunikasi antar anggotanya Komunitas Tiger Kaskus Bandung sebaiknya lebih lagi meningkatkan kegiatan-kegiatannya baik itu kegiatan yang berhubungan dengan otomotif, kegiatan sosial dan lainnya sehingga para anggota pun nantinya dapat lebih akrab dan kompak lagi dalam menjalin komunikasi.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Arifin Anwar. 1984. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Armico
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada
M.A, Morissan, Psikologi Komunikasi, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Suparlan, Parsudi. 1993. Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta : PT. Obor Indonesia.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta : Rineka Cipta
B. Internet Searching
http://support.kaskus.co.id/about/sejarah_kaskus.html/diakses pada 10-4-2013/pukul 09.04 WIB
http://www.kaskus.co.id/thread/515c2415e374b4f93e000002/tikustiger-kaskus---part-1/diakses pada 10-4-2013/pukul 10.48 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas/diakses pada 25-4-2013/pukul 2.39 WIB