Komunikasi organisasi Dalam Komunitas Wisata Mistis Forum Supranatural Kaskus Bandung (Studi Deskriptif Komunikasi Organisasi Komunitas Wisata Mistis Dalam Mengungkap Mitos Yang Berkembang di Bandung)
( Study Deskriptif Komunikasi Organisasi Komunitas Wisata Mistis Dalam
Mengungkap Mitos Yang Berkembang di Bandung)SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Strata-1 Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
Ferry Meysusanto NIM. 41809004
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
(3)
(4)
ix
……….… ii
ABSTRAK………...………... iii
ABSTRACT ……….. iv
KATA PENGANTAR ………... v
DAFTAR ISI ………. ix
DAFTAR TABEL ………..………. xiii
DAFTAR GAMBAR ……….……. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………..………. xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Rumusan masalah ……….. 10
1.2.1 Pertanyaan Penelitian Makro ……….10
1.2.2 Pertanyaan Penelitian Mikro ………...…...10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………11
1.3.1 Maksud Penelitian ……….. 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ………....11
1.4 Kegunaan Penelitian ………11
1.4.1 Keguanaan Teoritis ……….11
(5)
x
2.1.1 Kajian Penelitian Terdahulu ……… 14
2.1.2 Pengertian Komunikasi ……… 22
2.1.2.1 Bentuk Komunikasi ……… 24
2.1.2.2 Unsur Komunikasi ……….. 27
2.1.2.3 Sifat Komunikasi ……… 29
2.1.2.4 Proses Komunikasi ………. 30
2.1.2.5 Tujuan Komunikasi ………33
2.2 Kerangka Pemikiran ……….. 34
2.2.1 Kerangka Teoritis ………..………...… 34
2.2.2 Kerangka Konseptual ………... 38
2.2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi ……… 38
2.2.2.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ………. . 39 2.2.2.3 Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi ……… 43
2.2.2.4 Kajian Tentang Pola Komunikasi dalam Organisasi ….… 45 2.2.2.5 Kajian Tentang Arus Pesan dalam Organisasi. ……... 48
2.2.2.6 Kajian Tentang Hubungan dalam Organisasi …………....51
(6)
xi
3.1.1 Sejarah Komunitas Wisata Mistis ……… 57
3.1.2 Visi dan Misi Komunitas Wismis ……….... 59
3.1.2.1 Visi Komunitas Wismis ……….59
3.1.2.2Misi Komunitas Wismis ……….59
3.1.3 Konsep Dasar ……….60
3.1.4 Logo dan Makna Logo Wisata Mistis ………... 61 3.1.5 Struktur Organisasi Komunitas Wismis ……….62
3.2 Metode Penelitian ………...63
3.2.1 Desain penelitian ……….. 63
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ……….. 65
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ………. 68 3.2.4 Teknik Analisia Data ……… 69
3.2.4.1 Uji Keabsahan Data ……….... 72 3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….... 74 3.2.5.1 Lokasi Penelitian ………. 74 3.2.5.2 Waktu Penelitian ………. 74 BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pendekatan ………... 76
(7)
xii
4.3.2 Hambatan Dalam Komunitas Wisata Mistis …….……….91
4.3.3 Pola Komunikasi Organisasi Dalam Komunitas Wisata Mistis ………...…. 95
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 98
4.4.1 Arus pesan ……….…… 100
4.4.2 Hambatan ………...………. 102
4.4.3 Pola Komunikasi dalam Komunitas Wisata Mistis ……….... 103
4.5 Analisis Hasil Penelitian dengan Teori Jaringan ……….…. 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ………….……….… 107
5.1.1 Pola Komunikasi ………...………….. 107
5.1.2 Arus pesan ………..………... 108
5.1.3 Hambatan ………...……….... 109
5.2 Saran ………. 110
5.2.1 Saran Bagi Komunitas Wisata Mistis ……….…… 110
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ………. 110
DAFTAR PUSTAKA ………. 111
(8)
xiii
Tabel 2.1 : Tinjauan Terdahulu ………... 19
Tabel 3.1 : Daftar Informan Penelitian ……… 69
(9)
xiv
Gambar 3.2 : Struktur Organisasi ………. 62
Gambar 3.3 : Model Komponen Analisis Data ……… 71
Gambar 4.1 : Informan dan Peneliti ……….…… 78
Gambar 4.2 : Informan dan Peneliti ……….…… 79
Gambar 4.3 : Informan dan Peneliti ……….…… 80
(10)
xv
Lampiran 3 : Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengukuti Sidang Skripsi
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara
Lampiran 5 : Pedoman Observasi
Lampiran 6 : Surat Observasi
Lampiran 7 : Transkip Wawancara
(11)
v
Segala puji syukur Peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Agung dan
Maha Tinggi Allah SWT atas Rahmat, karunia dan hidayah-Nya, Akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan penelitan ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar (Sarjana)
pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas. Dalam penyusunan
penelitan ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami. Terbatasnya
kemampuan pengetahuan dan kesulitan manajemen waktu menjadi penghambat
terbesar dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi berkat kerja keras, optimisme dan
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya peneliti bisa menyelesaikan dengan
semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan agar dapat
memberikan manfaat dan kemajuan bagi peningkatan peneliti dimasa yang akan
datang.
Ucapan terimakasih kepada Ibu dan Bapak yang selalu memberikan support
moral, spiritual dan material serta daya juang mereka terhadap peneliti untuk
menyelesaikan perkuliahan ini dari awal hingga sekarang. Tak bisa melukiskan
betapa besarnya jasa Ibu dan Bapak kepada peneliti. Doa saya, semoga Tuhan selalu
memberikan kebahagian dan kesejahteraan bagi mereka, melalui tangan anakmu ini.
(12)
vi
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah
mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan memberikan
pengesahan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai literatur bagi
yang membutuhkan.
2. Bapak Drs. Manap Solihat., M.Si, selaku Dosen dan Ketua Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia.
3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si, selaku Dosen dan Sekretaris Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia.
4. Bapak. Sangra Juliano Prakasa.,S.I.Kom selaku Dosen Wali IK-1 2009
yang telah banyak memberikan nasihat, semangat dan arahan kepada
peneliti selama menempuh studi di UNIKOM
5. Ibu Ditha Prasanti. S.I.Kom, M.I.Kom, selaku dosen pembimbing
penelitian yang telah memberikan banyak pengarahan bimbingan dan
nasehat kepada peneliti selama menyusun skripsi.
6. Ibu Rismawaty,S.Sos.,M.Si, Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si.,
Bapak. Inggar Prayoga.,S.I.Kom, Bapak. Adiyana Slamet, S.IP.,M.Si, Bapak Arie Prasetyo, S.Sos., M.Si, Bapak Olih Solihin. S.Sos.,M.Si.,
(13)
vii
satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada
penulis selama perkuliahan berlangsung.
7. Ibu Astri Ikawati, A.Md Kom, Selaku staf Sekretariat Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer
Indonesia. Yang telah membantu peneliti selama perkuliahan.
8. Ibu Ratna Widiastuti, Selaku Sekertaris Dekan Fisip Universitas
Komputer Indonesia yang telah membantu semua keperluan peneliti
sebelum dan sesudah peneliti melakukan penelitian.
9. Keluarga yang sangat saya cintai, Bapak Agus Saptono, Ibu Susiyati.
Terima kasih untuk semua hal, dari yang terlihat sampai yang tidak
terlihat.
10.Sahabat-sahabatku: Ega, Lumbunk, Syahrudin, Andri, Irfan, Ilman,
Mella, Youke, Ratna yang selalu memberikan perhatian, motivasi,
semangat, keceriaan dan kebersamaan untuk selalu berbagi dalam susah
maupun senang.
11.Teman-teman seperjuangan yang penulis kagumi Nibras, Randi,
Yovianus, Rani, Imar, Dinda, Yandi, Byrex, Memot, Doni Abah dan
teman- teman yang tidak sempat saya sebutkan, terimakasih buat semua
(14)
viii
13.Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya dapat di
balas oleh Allah S.W.T.
Peneliti, sepenuhnya menyadari bahwa Skipsi ini jauh dari sempurna, karena
keterbatasan waktu, dan keterbatasan pengetahuan peneliti, sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan agar penulis bisa lebih baik dalam
segala hal.
Akhir kata peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan mahasiswa UNIKOM secara umum, dan khususnya bagi rekan-rekan
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas.
Bandung. Juli 2013
(15)
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT. Reneka Cipta.
Effendy, Onong Uchjana, 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Effendi, Onong, Uchjana,.2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Kriyantono, Rachmat, 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. PT Prenada Media Group.
Liliweri, Allo. 2002. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Littlejhon.W, Stephen. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
Masmuh, Abdullah. 2010. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sendjaja, Djuarsa, Sasa. , 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta
(16)
Senjaya, Sasa Djuarsa. 2007. Teori Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta
Sugiyono, 2009. Model penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta
Wayne R. Pace & Don F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widjaya, H.A.W, 2002, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: PT Bina Aksara
Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
PENELUSURAN DATA ONLINE
http://www.wisatamistis.com/2012/02/tentang-wismis.html# Pada Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 20.34
http://sabdalangit.wordpress.com/2009/08/13/meluruskan-makna-mistik/ Pada hari Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 21.05 WIB
http://ridwanaz.com/umum/seni-budaya/pengertian-mitos-pada-masyarakat/ Pada hari Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 21.31 WIB
http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/08/mahluk-halus-antara-mitos-dan-kenyataan-371268.html Pada hari Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 22.15 WIB
http://syienaainie.blogspot.com/2010/11/komunitas.html Tanggal 9 April 2013 pukul 21.03 WIB
http://djepok.blogspot.com/2011/09/arti-komunitas.html Tanggal 9 April 2013 pukul 21.10 WIB
(17)
http://ahmadyusuf-fpsi08.web.unair.ac.id/artikel_detail-46452-Umum-Metode%20Penelitian.html Pada hari Selasa, tanggal 23 April 2013. Pukul 13.05
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/. Pada hari Selasa, tanggal 23 April 2013. Pukul 14.21
Skripsi
Denny Ruchiyat. 2012. Pola Komunikasi dalam Komunitas Sepeda Fixie South
Beach Queen Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.
Yuni Rizano. 2012. Komunikasi Organisasi Komunitas Motor "KNC" (Kawasaki
Ninja Club) Wilayah Bandung Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Organisasi
Komunitas Motor "KNC" (Kawasaki Ninja Club) Wilayah Bandung Dalam
Membangun Solidaritas Anggotanya. Bandung : Universitas Komputer Indonesia
Septian Nugraha. 2012. Pola Komunikasi Organisasi Komunitas The Panas Dalam
(Studi Deskriptif Pola Komunikasi Organisasi Komunitas The Panas Dalam Melalui
Program Trembesi Dalam Membangun Solidaritas Anggotanya). Bandung :
(18)
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunitas wisata mistis adalah sebuah wadah perkumpulan atau
komunitas yang memiliki kesamaan dalam hobi dan minat, yaitu
berpetualang, menginvestigasi dan mengungkap misteri-misteri serta mitos
yang beredar di Indonesia, khusus nya di kota Bandung. Komunitas ini
berdiri pada tanggal 10 April 2011 di Bandung.1
Awal mula terbentuknya komunitas wisata mistis, berawal dari
sekelompok orang yang suka berpetualang ke suatu tempat yang memiliki
mitos dan sejarah. Pada awalnya kelompok ini hanya terdiri dari beberapa
orang saja, yang tanpa memiliki konsep tujuan yang jelas untuk masuk
ketempat satu ketempat yang lainnya, tujuan mereka hanya ingin
berpetualang saja tanpa memikirkan sebab akibat yang akan terjadi
nantinya, akan tetapi walaupun demikian para pencinta wisata mistis pun
sepanjang hari ke hari, terus bertambah yang hingga sampai terbentuklah
sebuah komunitas yang bernama wisata mistis pada tanggal 10 April 2011.
Di mulai dengan dibuatnya suatu thread atau topik pembicaraan didalam
suatu forum web terkenal di Indonesia yang bernama kaskus, menjadikan
komunitas ini mulai terkenal di kota Bandung dan sekitarnya, akan tetapi
1
http://www.wisatamistis.com/2012/02/tentang-wismis.html# Pada Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 20.34
(19)
awal berjalan komunitas wisata mistis tidak begitu mulus, dan sempat
terjadi pro-kontra dari berbagai pihak, dan suatu hal yang sempat membuat
komunitas ini pun vakum beberapa bulan.
Pertengahan bulan November tahun 2012, menjadi awal yang baik
bagi komunitas ini, dengan konsep yang baru dan lebih matang membuat
para peminat wisata mistis pun semakin hari dan terus bertambah jumlah
keanggotaannya. Di mulai dari awal launcing thread yang baru di Kaskus
kembali, sebagai salah satu forum dunia maya terkenal di Indonesia,
sebagai salah satu tonggak baru kegiatan wisata mistis, setelah sebelumnya
yang thread awal sempat di nonaktifkan. Kegiatan pertama pun dimulai
dengan launching resmi setelah hampir mengalami vakum beberapa bulan
yang diadakan di salah satu tempat angker yang dinamakan, villa angker
ranca bentang dan fantastisnya jumlah anggota yang hadir dan mengikuti
pada acara saat itu hampir mencapi tiga puluh orang. Suatu perjalanan
awal yang baik setelah vakum cukup lama. Struktur kepengurusan pun
dirombak demi kokohnya keorganisasian wisata mistis dengan terpilihnya
Sepfian, Alan, Baruna sebagai dewan penasehat, yang merupakan suatu
apresiasi sebagai para pendiri wisata mistis dan Iman Abdul Rahman juga
terpilih menjadi ketua umum wisata mistis periode 2012/2013.2
Pada akhirnya dimulailah roda keorganisasian wisata mistis, dan
akhirnya dengan begitu besarnya apresiasi dari berbagai komponen yang
ingin mengikuti wisata mistis akhirnya terbentuk beberapa regional daerah
2
http://www.wisatamistis.com/2012/02/tentang-wismis.html# Pada Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 20.35
(20)
yang ingin membentuk wisata mistis yang terdiri dari komunitas wisata
mistis Bogor, komunitas wisata mistis Jambi dan juga wisata mistis
Mataram, Nusa Tenggara Barat dan mereka pada intinya tetap
mengunakan konsep, rules, garis besar yang berpedoman pada komunitas
wisata mistis yang berpusat di Bandung.3
Pada saat ini berwisata atau bertamasya ketempat dengan
pemandangan panorama yang indah, pasti adalah suatu hal yang sangat
menyenangkan, seperti melakukan perjalanan ketempat rekreasi yang
banyak dikunjungi dan dituju oleh banyak orang pada umumnya adalah
suatu hal yang biasa dan lumrah dilakukan oleh sebagian banyak
masyarakat. Tentu dengan perkembangan masyarakat pada masa kini tentu
membutuhkan suatu inovasi penyegaran ide dalam berwisata untuk
memenuhi kebutuhan, seperti adapun alternatif berwisata yang unik,
seperti wisata misteri, menelusuri mitos sejarah suatu tempat, seperti yang
dilakukan oleh komunitas wisata mistis Bandung, tidak dipungkiri berkat
tayangan di televisi beberapa tahun kebelakang hingga saat ini sedang atau
masih booming akan hal-hal tayangan yang mengandung unsur horor atau
mistis. Hal tersebutlah yang menjadi inspirasi dan berperan terbentuknya
suatu komunitas wisata mistis ini yang melalui media forum di internet,
kaskus.co.id
Mistis adalah ungkapan atau sebutan lain dari kata “misteri” dan “mistik”. Misteri adalah sesuatu yang belum diketahui dengan pasti dan
3
http://www.wisatamistis.com/2012/02/tentang-wismis.html# Pada Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 20.36
(21)
menarik keingintahuan orang-orang untuk mengetahui hal tersebut.
Sedangkan mistik, bukanlah sekedar teori namun lebih kearah manifestasi
atau mempraktikkan perilaku batin ke dalam aktivitas hidup sehari-harinya
dalam berhubungan dengan sesama manusa dan makhluk lainnya. Apabila
dikaitkan dengan budaya, maka pada hakekatnya mistik merupakan
merupakan pengetahuan yang tidak rasional atau tidak dapat dipahami
rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami
rasio dan memiliki bentuk pemikiran dan ekspresi tentang kebenaran yang
mutlak di dalam suatu masyarakat. Ekspresi dan pemikiran yang tidak
rasional ini kemudian membentuk suatu perilaku dalam kehidupan
masyarakat dan menjadi suatu budaya.4
Mitos adalah tradisi lisan yang terbentuk di suatu masyarakat.
Mitos memiliki asal kata dari bahasa Yunani yang artinya sesuatu yang
diungkapkan. Secara pengertian mitos adalah cerita yang bersifat simbolik
yang mengisahkan serangkaian cerita nyata atau imajiner. Di dalam mitos
bisa berisi asal usul alam semesta, dewa-dewa, supranatural, pahlawan
manusia atau masyarakat tertentu yang mana memiliki tujuan untuk
meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup,
melegalisir aktivitas kebudayaan, pemberian makna hidup dan pemberian
model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan
dengan akal pikiran.5
4
http://sabdalangit.wordpress.com/2009/08/13/meluruskan-makna-mistik/ Pada hari Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 21.05 WIB
5
http://ridwanaz.com/umum/seni-budaya/pengertian-mitos-pada-masyarakat/ Pada hari Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 21.31 WIB
(22)
Misteri dan mitos yang diungkap dan diteliti tidak pernah lepas
dari mahluk gaib atau yang memilki bahasa ilmiahnya adalah mahluk
astral, yakni sosok mahluk yang tidak kasat mata, atau yang tidak bisa
dilihat oleh mata manusia pada umumnya, perlu keahlian khusus pada
seseorang untuk bisa melihat sosok mahluk gaib atau mahluk astral, hanya
seseorang yang memiliki dan diberi kelebihan oleh Tuhan yakni indera ke
enam, akan bisa melihat dan merasakan mahluk gaib yang tentu tidak
semua orang memiliki indera ke enam, hal tersebut bukan berarti manusia
lainnya tidak bisa merasakan keberadaan mahluk gaib, manusia pada
dasarnya memiliki insting atau radar yang bisa merasakan bahwa ada
mahluk gaib disekitarnya, dengan perasaan nya dan secara fisik manusia
akan merasakan bulu kuduk berdiri atau merinding bila ada mahluk gaib
berada didekatnya.
Pada dunia modern ini sering kita mendengar, berbicara, dan
bahkan mengadakan seminar tentang mahluk halus. Semua itu kita
lakukan untuk lebih mengenal dan mengetahui bagaimana kehidupan
mereka sebenarnya. Demikian juga dalam media massa, mahluk halus
sering menjadi bahan hiburan dalam acara infotaiment maupun
cerita-cerita film horor dan juga karya sastra maupun novel. Tidak saja di
negara miskin dan terbelakang secara teknologi tetapi juga di
negara-negara maju baik secara ekonomi maupun industri. Seperti dalam film
Ghost, Harry Potter, Six Senses, Ghostbuster, Pocong, Sundel Bolong,
(23)
Nyai Roro Kidul, dan masih banyak lagi. Kematian Michael Jackson,
penyanyi pop paling populer di dunia beberapa tahun yang lalu juga tidak
lepas dari dunia misteri ini. Dengan penampakan rohnya menjelang dan
sesaat setelah kematiannya.6
Misteri hal gaib tak kasat mata, selalu berdampingan dengan
mitos-mitos dan sejarah suatu tempat tertentu yang beredar dimasyarakat, hal
tersebut yang dicari untuk dikunjungi oleh para anggota komunitas wisata
mistis, jadikan suatu kemasan berwisata yang unik disisi lain yang bisa
bermanfaat bagi para pelaku wisata mistis tersebut, seperti pengetahuan
tentang tempat sejarah yang dikunjungi dan sarana peningkatan mental dan
spiritual terhadap Tuhan selaku maha pencipta seluruh alam beserta isinya.
Pandangan setiap masyarakat maupun kelompok tentunya
dipengaruhi budaya setempat dan agama yang dianutnya. Namun secara
umum keberadaan mahluk halus sungguh diakui dan mereka tinggal di
sekitar kita. Di dalam dan di luar rumah atau gedung, di tempat sepi dan
keramaian, di kegelapan dan di tempat yang terang benderang. Di tempat
yang dianggap suci dan keramat maupun di tempat maksiat. Di hutan,
sawah, lapangan, kebun, bahkan lautan.
Komunikasi berlangsung untuk menjalin hubungan antar individu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Komunikasi
memegang peran penting dalam sebuah lembaga, perusahaan ataupun
organisasi. Kegiatan komunikasi secara sederhana tidak hanya sekedar
6
http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/08/mahluk-halus-antara-mitos-dan-kenyataan-371268.html Pada hari Minggu, tanggal 7 April 2013. Pukul 22.15 WIB
(24)
menyampaikan pesan informasi tetapi juga mengandung unsur persuasif
yakni agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman dan pengaruh
maupun melakukan suatu perintah, bujukan dan sebagainya.
Dalam sebuah organisasi, proses aliran informasi merupakan
proses yang rumit sehingga membutuhkan mediator sebagai pihak yang
menjembatani penyampaian informasi sehingga tidak terjadi kesalah
pahaman antar anggota serta krisis informasi sesama anggota suatu
organisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu
tindakan yang memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan
informasi atau pesan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara
teoritis, kita mengenal beragam tindakan komunikasi berdasarkan pada
konteks dimana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Jika di lihat dari beberapa
konteks komunikasi di atas, konteks komunikasi yang berhubungan atau
sesuai dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi.
Sebagai titik awal dalam membangun suatu organisasi, tujuan
organisasi adalah arah bagi berjalannya organisasi dalam melakukan
aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan baik formal atau non formal.
Dalam komunitas “Wisata Mistis Forum Supranatural Kaskus Bandung”
komunikasi berlangsung saling berganti dimana setiap anggota
(25)
wisata mistis” lainnya, agar mampu menciptakan komunikasi yang efektif dan melakukan suatu pola komunikasi sebagai salah satu upaya untuk
mensejahterakan dan mempertahankan solidaritas komunitasnya, yaitu
dengan mengikuti kegiatan-kegiatan baik internal maupun eksternal.
Komunikasi berperan penting dalam sebuah organisasi , dengan
adanya komunikasi sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik sesuai
aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah organisasi. Organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal dan informal (Wiryanto, 2004 : 54 ).
Konteks komunikasi yang berhubungan atau sesuai dengan
penelitian ini adalah komunikasi organisasi.
Komunikasi organisasi menurut Redding dan Sanborn
mengatakan bahwa “komunikasi organisasi adalah pengirimian dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Termasuk dalam komunikasi ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi Downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi Upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi
program” (Redding dan Sanborn dalam Muhammad,2009:65).
Dilihat dari pengertian di atas bahwa komunikasi organisasi sangat
penting, karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberi
perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi
yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi. Ada
beberapa arus komunikasi yang berlangsung dalam komunikasi organisasi,
(26)
communication) dan arus komunikasi dari bawah ke atas (upward
communication) serta arus komunikasi yang berlangsung antara dan
diantara bagian dalam tingkatan yang sama. Arus komunikasi ini dikenal
dengan nama komunikasi horizontal. Dan komunikasi diagonal,
komunikasi dalam organisasi antara seseorang dengan lainnya yang satu
sama lain berbeda dalam kedudukan dan unitnya. Komunikasi diagonal
tidak menunjukkan kekakuan sebagaimana dalam komunikasi vertikal,
tetapi tidak juga menunjukkan keakraban sebagaimana dalam komunikasi
horizontal. Dilain hal komunikasi diagonal kadang terjadi menyimpang
dari jalur prosedur birokrasi, misal seorang pegawai suatu unit
mengeluhkan masalah pekerjaan kepada kepala unit lain.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh
beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama
dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap
masyarakat. Organisasi yang dianggap baik, adalah organisasi yang oleh
masyarakat disekitarnya telah diakui keberadaannya. Berdasarkan
perkembangannya, manusia membentuk sebuah kelompok yang tergabung
dalam suatu tempat tertentu dan di dalamnya terdapat orang-orang yang
mempunyai kepentingan, kegemaran, kebiasaan, tujuan, minat, hobi
ataupun pola pikir yang sama terhadap suatu hal yang mereka yakini,
itulah yang dinamakan komunitas.
Berdasarkan literatur yang peneliti pelajari bahwa di dalam sebuah
(27)
dilakukan melalui pola komunikasi. Pola komunikasi merupakan proses
komunikasi dalam menyampaikan sebuah pesan dari anggota satu kepada
anggota lain didalam suatu organisasi. Komunitas wisata mistis melakukan
suatu pola komunikasi untuk mempertahankan solidaritas organisasinya,
karena dengan menjalin suatu hubungan yang baik dan solid diperlukan
komunikasi yang efektif.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang pola komunikasi organisasi yang terjadi pada komunitas
“Wisata Mistis Forum Supranatural Kaskus Bandung” dalam mengungkap
mitos yang berkembang di masyarakat Kota Bandung.
Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Komunikasi Organisasi Dalam
Komunitas Wisata Mistis Forum Supranatural Kaskus Bandung”?.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menetukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.2.1 Pertanyaan Penelitian Makro
- Bagaimana komunikasi organisasi dalam komunitas wisata
mistis forum supranatural kaskus Bandung ?
1.2.2 Pertanyaan Penelitian Mikro
1. Bagaimana pola komunikasi organisasi dalam komunitas wisata
(28)
2. Bagaimana arus pesan dalam komunitas wisata mistis forum
supranatural kaskus Bandung ?
3. Bagaimana hambatan dalam komunitas wisata mistis forum
supranatural kaskus Bandung ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan
mendeskripsikan mengenai pola komunikasi organisasi komunitas wisata
mistis forum supranatural kaskus Bandung dalam mengungkap mitos yang
berkembang di Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola komunikasi dalam komunitas wisata
mistis forum supranatural kaskus Bandung.
2. Untuk mengetahui arus pesan dalam komunitas wisata mistis
forum supranatural kaskus Bandung.
3. Untuk mengetahui hambatan organisasi komunitas wisata mistis
forum supranatural kaskus Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Keguanaan Teoritis
1. Sebagai pengembangan ilmu pada Program Studi Ilmu
Komunikasi, khususnya mengenai bidang kajian Komunikasi
(29)
2. Secara teoritis, penulis berharap bisa dijadikan sebagai rujukan
bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang
perkembangan dalam bidang ilmu komunikasi dan bisa menambah
wawasan serta referensi pengetahuan bagi seluruh pihak yang
tertarik untuk melakukan penelitian serupa, serta menjadi
pengembangan ilmiah mengenai komunitas yang berpartisipasi
dengan masyarakat.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Kegunaan Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu
rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian
yang sama dalam konteks komunikasi organisasi.
2. Kegunaan Bagi Universitas
Penelitian yang dilakukan berguna bagi universitas,
khususnya untuk jurusan ilmu komunikasi sebagai literature bagi
penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian dibidang
dan kajian yang sama. Hasil ini penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa tentang komunikasi dalam suatu
(30)
3. Kegunaan Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai
komunikasi organisasi dalam suatu komunitas. Agar masyarakat
bisa membentuk suatu komunitas yang bisa lebih baik lagi untuk
(31)
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kajian Penelitian Terdahulu
A. Pola Komunikasi Dalam Komunitas Sepeda Fixie South Beach
Queen Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Dalam Komunitas Sepeda Fixie Bandung)
Penyusun :
Denny Ruchiyat
NIM. 41806810
Penelitian ini untuk mengetahui Pola Komunikasi Dalam
Komunitas Sepeda Fixie "South Beach Queen" Bandung. Tujuan dari
penelitian ini bermaksud untuk mengetahui arus pesan, hubungan, dan
pola komunikasi dalam komunitas Sepeda Fixie "South Beach
Queen"Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah
informan 4 orang. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi
kepustakaan, penelusuran data online, dokumentasi. Adapun teknik
analisis data yang dilakukan, melalui beberapa tahap yaitu reduksi data,
(32)
Hasil penelitian menunjukan bahwa arus pesan komunikasi
organisasi berjalan dengan baik, saling menghargai, saling membantu, dan
saling berkerja sama. Hubungan yang dialami oleh Komunitas "South
Beach Queen" Bandung sangat baik, sangat dekat, hubungan terjalin
bersinergi, harmonis, saling menolong satu sama lainnya. Hubungan
dalam komunitas "south beach queen" adanya kedekatan antar sesama
anggota dan antara kelompok-kelompok lain. Pola komunikasi yang
terjadi sesuai dengan peranan-peranan dan tugas masing-masing anggota.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu seluruh anggota "South Beach
Queen" saling berkomunikasi melalui arus pesan komunikasi organisasi
yang ada. Saran yang dapat peneliti berikan, sebaiknya Komunitas "South
Beach Queen" Bandung lebih meningkatkan lagi interaksi dengan
masyarakat dengan kegiatan bakti sosial.
B. Komunikasi Organisasi Komunitas Motor "KNC" (Kawasaki Ninja Club) Wilayah Bandung Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Organisasi Komunitas Motor "KNC" (Kawasaki Ninja Club) Wilayah Bandung Dalam Membangun Solidaritas Anggotanya
Penyusun :
Yuni Rizani
NIM. 41807120
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Pola Komunikasi
(33)
Bandung Dalam Membangun Solidaritas Anggotanya. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui arus pesan komunikasi organisasi, peranan
jaringan kerja komunikasi organisasi, pola komunikasi organisasi, dan
solidaritas pada organisasi komunitas motor "KNC"(Kawasaki Ninja Club)
wilayah Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Teknik yang peneliti gunakan adalah purvosif sampling, lalu
diperoleh informan kunci berjumlah 4 (empat) orang dan informan
tambahan berjumlah 2 (dua) orang. Pencarian data diperoleh dari observasi
ke lapangan, wawancara, studi pustaka, dan pencarian di internet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa arus pesan terjalin saling
bergantung dan saling mempengaruhi antara satu jabatan dengan jabatan
yang lain, hal ini membentuk pola komuniasi organisasi yang dapat
terlihat dari peranan jaringan kerja komunikasi organisasi KNC (Kawasaki
Ninja Club) Bandung. Dengan adanya perbedaan jabatan pada
masing-masing pengurus dan anggota, tidak menjadikan salah satunya menjadi
terpisah, semua saling berkaitan dan saling berhubungan satu sama lain,
sehingga dalam diri masing-masing anggota dapat merasa satu, satu 'sakit'
semua 'sakit', sehingga terbentuklah suatu solidaritas anggota pada
organisasi komunitas motor KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung
Kesimpulan Penelitian ini menjelaskan bahwa pada komunitas
motor KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung, terjalin arus pesan
(34)
jabatan-jabatan yang ada dan terbentuk sebuah peranan jaringan kerja komunikasi
organisasi yang pada akhirnya membentuk pola Rasi bintang yang mana
antara individu yang satu dengan yang lain saling berhubungan, dari hal
ini terbentuklah sebuah solidaritas pada anggota-anggotanya.
C. Pola Komunikasi Organisasi Komunitas The Panas Dalam
(Studi Deskriptif Pola Komunikasi Organisasi Komunitas The Panas Dalam Melalui Program Trembesi Dalam Membangun Solidaritas
Anggotanya)
Penyusun :
Septian Nugraha
NIM. 41807134
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pola komunikasi
organisasi komunitas The Panas Dalam melalui program TREMBESI
dalam membangun solidaritas anggotanya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui arus pesan, hambatan dan peranan dalam pola
komunikasi organisasi komunitas The Panas Dalam melalui program
TREMBESI dalam membangun solidaritas anggotanya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, peneliti menggunakan teknik purvosive sampling dan diperoleh
informan berjumlah 3 (tiga) orang dan 2 (dua) orang key informan. Data
diperoleh melalui wawancara mendalam, studi pustaka, observasi, dan
(35)
beberapa tahap yaitu reduksi data, pengumpulan data, penyajian data,
penarikan kesimpulan, dan evaluasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa arus pesan komunikasi
organisasi yang di lakukan oleh komunitas The Panas Dalam di dalam
kegiatan TREMBESI sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Hambatan dalam pola komunikasi organisai dalam kegiatan TREMBESI
lebih kepada penggunaan bahasa dam persepsi selektif dari peserta yang
sebelumnya sudah mengenal komunitas The Panasdalam sebagai
komunitas yang main-main. Peranan dalam pola komunikasi organisasi di
dalam kegiatan TREMBESI dijalankan sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing, baik itu yang berperan sebagai opinion leader, gatekeeper,
bridge, cosmopolities, liaison, dan isolate. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah, seluruh anggota The Panadalam melalui program TREMBESI
berkomunikasi dengan arus pesan dan disesuaikan dengan kondisi
organisasi yang ada.
Hambatan di dalam pola komunikasi organisasi pada saat kegiatan
TREMBESI bisa diantisipasi oleh komunitas The Panas Dalam. Peranan
(36)
Tabel 2.1
Tabel Tinjauan Terdahulu
No Judul
Penelitian Peneliti
Metode
Penelitian Tahun Hasil Penelitian
Perbedaan Dengan Peneliti
1. Pola
Komunikasi Dalam Komunitas Sepeda Fixie South Beach Queen Bandung Denny Ruchiyat
Deskriptif 2012 Arus pesan komunikasi
organisasi berjalan dengan baik, saling menghargai, saling membantu, dan saling berkerja sama. Hubungan yang dialami oleh Komunitas "South Beach Queen" Bandung sangat baik ,sangat dekat ,hubungan terjalin bersinergi ,harmonis ,saling menolong satu sama lainnya. Hubungan dalam komunitas "south beach queen" adanya kedekatan antar sesama anggota dan antara
kelompok-kelompok lain. Pola komunikasi yang terjadi sesuai dengan peranan-peranan dan tugas masing-masing anggota. Perbedaan dengan peneliti ialah, dimana dalam penelitian terdahulu disini, lebih menekankan pada hubungan dalam suatu komunitas, tidak menekankan pada hambatan yang terjadi di dalam suatu komunitas, peneliti di sini menekankan meneliti hambatan yang terjadi di komunitas yang diteliti, karena peniliti berpikir dalam setiap kegiatan yang membentuk pola komunikasi pasti terdapat unsur hubungan, maka peneliti tidak berhenti hanya pada meneliti hubungan, yakni lebih lanjut pada hambatan yang di alami komunitas Objek penelitiannya pun berbeda, karena komunitas yang berbeda, serta
(37)
terdahulu lebih mengacu pada komunikasi kelompok, sedangkan peneliti komunikasi organisasi 2. Komunikasi
Organisasi Komunitas Motor "KNC" (Kawasaki Ninja Club)
Yuni Rizani Deskriptif 2012 Arus pesan terjalin saling bergantung dan saling
mempengaruhi antara satu jabatan dengan jabatan yang lain, hal ini membentuk pola komuniasi organisasi yang dapat terlihat dari peranan jaringan kerja komunikasi organisasi KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung. Dengan adanya perbedaan jabatan pada masing-masing pengurus dan anggota, tidak menjadikan salah satunya menjadi terpisah, semua saling berkaitan dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga dalam diri masing-masing anggota dapat merasa satu, satu 'sakit' semua 'sakit', sehingga terbentuklah suatu solidaritas anggota pada organisasi komunitas motor Perbedaan dengan peneliti ialah, dimana objek penelitian terdahulu lebih mengacu pada membangun solidaritas anggota karena komunitas tersebut adalah komunitas yang membutuhkan hubungan solidaritas untuk tetap menjaga eksistensi,
sedangkan peneliti menitik beratkan pada pola komuniasi yang terdapat pada komunitas yang diteliti.
Tema komunitas pun meskipun
berlatarbelakang sama-sama hobi, yakni antara hobi motor dengan hobi berputualang dalam mengungkap mitos sejarah, berbeda secara garis besar, jadi inti
permasalahan yang diteliti pun berbeda.
(38)
KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung
3. Pola
Komunikasi Organisasi Komunitas The Panas Dalam Septian Nugraha
Deskriptif 2012 Arus pesan komunikasi organisasi yang di lakukan oleh komunitas The Panas Dalam di dalam kegiatan TREMBESI sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hambatan dalam pola komunikasi organisai dalam kegiatan TREMBESI lebih kepada penggunaan bahasa dan persepsi selektif dari peserta yang sebelumnya sudah mengenal komunitas The Panasdalam sebagai komunitas yang main-main.
Peranan dalam pola komunikasi
organisasi di dalam kegiatan TREMBESI dijalankan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Perbedaan dengan peneliti ialah terdapat pada objek penelitian masing-masing, yang dimana setiap komunitas yang berbeda tentunya memiliki ketentuan aturan dan kegiatan komunikasi yang berbeda pula, dengan cara masing-masing, baik itu tema komunitas masing-masing, yang pasti berdampak pada hasil penelitian yang akan di teliti oleh peneliti.
(39)
2.1.2 Pengertian Komunikasi
Semua mahluk di bumi ini termasuk manusia melakukan komunikasi,
apalagi posisi manusia yang telah kita ketahui bersama sebagai mahluk sosial
tentu membutuhkan sebuah interaksi, yang dimana interaksi tersebut tidak dapat
seseorang lakukan tanpa adanya komunikasi.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris (communication) yang
berhulu dari kata Latin (communicatio), dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Dalam komunikasi yang melibatkan dua orang, komunikasi berlangsung
apabila adanya kesamaan makna. (Effendy, 2009 : 9) sesuai dengan definisi
tersebut pada dasarnya seseorang melakukan komunikasi adalah untuk mencapai
kesamaan makna antara manusia yang terlibat dalam komunikasi yang terjadi,
dimana kesepahaman yang ada dalam benak komunikator (penyampai pesan)
dengan komunikan (penerima pesan) mengenai pesan yang disampaikan haruslah
sama agar apa yang komunikator maksud juga dapat dipahami dengan baik oleh
komunikan sehingga komunikasi berjalan baik dan efektif, seperti yang
dikemukakan oleh Raymond S. Rossm mendefinisikan “Komunikasi (intensional) sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirim simbol-simbol sedemikian
rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud oleh sang komunikator” (Mulyana, 2007:69).
Beberapa pakar juga meyakini bahwa komunikasi dapat digunakan sebagai
(40)
persepsi, seperti yang diungkapkan oleh Gerald R. Miller, yakni “Komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu
pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima” (Mulyana, 2007:61), lalu kemudian definisi dari Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”
(Mulyana, 2007:69).
Definisi dari Carl I.Hovland, “Komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain” (Mulyana, 2007:69). Namun ada juga pakar komunikasi yang mempunyai pandangan bahwa
komunikasi adalah alat yang digunakan oleh masing-masing pihak untuk sekedar
bertukar jalan pikiran saja tanpa bermaksud untuk melakukan perubahan apapun
seperti yang diungkapkan oleh John B. Hoben bahwa “Komunikasi itu adalah pertukaran fikiran atau gagasan” (Mulyana, 2007:62).
Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, dari
kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dimanapun,
kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia selalu
terjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karna dengan berkomunikasi
merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh karena itu
sebagai makhluk sosial manusia ingin berhubungan dengan manusia lainnya.
(41)
yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia
perlu berkomunikasi.
Dari definisi di atas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses
penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Maka dari itu
komunikasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal, komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi secara langsung
dengan lisan atau tulisan. Didalam kegiatan komunikasi, kita menempatkan kata
verbal untuk menunjukan pesan yang di kirimkan atau yang diterima dalam
bentuk kata – kata baik lisan maupun tulisan. Kata verbal sendiri berasal dari bahasa latin, verbalis verbum yang sering pula dimaksudkan dengan berarti atau
bermakna melalui kata atau yang berkaitan dengan kata yang digunakan untuk
menerangkan fakta, ide atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan
daripada tulisan. (Liliweri,2002:135).
2.1.2.1 Bentuk Komunikasi
Menurut Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar, ada beberapa konteks komunikasi berdasarkan tingkatan (level),
dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling
sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling banyak.
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
Komunikasi intra pribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri,
baik disadari atau tidak. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
(42)
lain, komunikasi intra pribadi ini inheren dalam komunikasi dua orang,
tiga orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang
lain orang biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri, hanya saja caranya
sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi orang dengan orang lain
bergantung pada keefektifan komunikasi orang dengan diri sendiri.
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.
Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin
pada jenis-jenis pesan atau respons non verbal mereka, seperti sentuhan,
tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Sebagai
komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antar pribadi
berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai
emosi. Komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab
dengan sesamanya.
3. Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya kelurga, kelompok diskusi,
(43)
komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan
oleh kelompok kecil.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak dapat dikenali satu
persatu. Ciri-ciri komunikasi publik adalah : terjadi ditempat umum
(public), misalnya auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya
yang dihadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa sosial yang
biasanya telah direncanakan; terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk
untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan
pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan
sebelum dan atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi
publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan
penghormatan, atau membujuk.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat
formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang
lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah
komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi vertikal yang
terdiri dari komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas, dan komunikasi
horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur
(44)
6. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media
massa, baik cetak ataupun elektronik, yang dikelola suatu lembaga atau
orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang
yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya
bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khusus
media elektronik). (Mulyana, 2003 : 72-75)
2.1.2.2 Unsur Komunikasi
Menurut Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
ada lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain yang
diambil dari definisi Lasswell yang terdiri dari :
1. Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan.
2. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang.
3. Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya
4. Komunikan : Orang yang menerima pesan.
5. Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Berdasarkan dari unsur-unsur tersebut Lasswell menyebutkan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
(45)
a. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi dalam artian komunikator adalah
orang yang menyampaikan pesan. Seorang komunikator harus pintar
membaca perasaan atau pikiran komunikan, agar komunikan dapat
memahami apa yang disampaikan oleh komunikator.
b. Pesan
Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada
komunikan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal maupun non
verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber
tadi. Kata-kata memungkinkan orang berbagi pikiran dengan orang
lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara non verbal, seperti melalui
tindakan atau isyarat anggota tubuh, juga melalui musik, lukisan,
patung, tarian, dan sebagainya. (Mulyana, 2003 : 63)
c. Media
Media yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk
menyampaikan pesannya kepada komunikan. Saluran merujuk pada
penyajian pesan: apakah langsung (tatap muka) atau lewat media cetak
(surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi).
(Mulyana, 2003 : 63)
d. Komunikan
Komunikan yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator.
(46)
persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan
atau menafsirkan seperangkat simbol verbal maupun non verbal yang
dia terima menjadi gagasan yang dapat dia pahami. ( Mulyana, 2003 :
64)
e. Efek
Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan
tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan
sikap, perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan sebagainya. (
Mulyana, 2003 : 64)
2.1.2.3 Sifat Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:
1. Tatap muka ( face-to-face )
2. Bermedia ( Mediated )
3. Verbal ( Verbal )
Lisan ( Oral )
Tulisan
4. Non verbal ( Non-verbal )
Gerakan atau isyarat badaniah ( Gestural )
(47)
Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada
komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan
pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu
sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (
face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat
menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia
kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam
menyampaikan pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non
verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan
(Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau
isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan
mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide
atau gagasannya.
2.1.2.4 Proses Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang
memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses
komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik dengan
berbagai tujuannya. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada suatu
alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam pengungkapan
(48)
Komunikasi, Teori dan Praktek”, Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder.
1. Proses Komunikasi Primer
Sebagaimana yang dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy :
“Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang
secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.” (Effendy, 2009: 11).
Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Bahasa digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi karena dengan jelas
bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang untuk dapat
dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara terbuka.” (Effendy, 2009: 11).
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi
adalah proses membuat pesan setala Effendy mengatakan bahwa,
“Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni
paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and
meanings) yang pernah diperoleh oleh komunikan.” (Effendy, 2009:13). Kemudian Wilbur Schramm menambahkan, sebagaimana yang
dikutip oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi.” (Effendy, 2009:13). Pernyataan ini mengandung pengertian, jika bidang pengalaman
(49)
komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka
komunikasi akan berlangsung lancar.
2. Proses Komunikasi Sekunder
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy
bahwa “Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama.” (Effendy, 2009:16).
Proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari
komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Seorang
komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat
yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak. Surat, telepon, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain-lain adalah media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini
memudahkan proses komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir
berbagai keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang, dan waktu.
Maka, dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan
isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau
sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan
dipergunakan perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan
yang akan dituju. Menurut Effendy pada proses komunikasi secara
(50)
1. Media Massa (Mass Media), yakni tertuju kepada sejumlah orang
yang relative amat banyak. Seperti seperti surat kabar, radio,
televisi, film.
2. Media Non Massa, yakni tertuju kepada satu orang atau sejumlah
orang yang relatif sedikit.Seperti telepon,surat,telegram,spanduk,
papan pengumuman. (Effendy, 2009:18).
2.1.2.5 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan
dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah
mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita
serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara
kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut.
Menurut Onong Uchjana Effendy, tujuan dari komunikasi adalah :
1. Perubahan sikap (attitude change) 2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behavior change)
4. Perubahan sosial (sosial change). (Effendy, 2009: 8)
Jadi dapat disimpulkan tujuan komunikasi itu adalah
mengharapkan perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku,
perubahan sosial. Serta tujuan utama adalah agar semua pesan yang kita
sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan dan
(51)
2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis
Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan
sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam
kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok
masalah penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara
teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
Penelitian ini didasari pula pada kerangka pemikiran secara teoritis
dengan fokus penelitian adalah Studi Deskriptif Komunikasi Organisasi
dalam Komunitas Wisata Mistis Forum Supranatural Kaskus Bandung.
Pola komunikasi menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa :
Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah dalam Nurohman, 2004 : 10)
Sedangkan Menurut R.Wayne Face & Don F. Faules (2005) yang
dikutip oleh Deddy Mulyana “Analisis eksperimental pola komunikasi
menyatakan bahwa pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada
siapa” mempunyai konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi.
Peranan individu dapat ditentukan oleh hubungan struktur antara
satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini pula
ditentukan oleh pola komunikasi individu dengan arus pesan dalam
(52)
1. Opinion Leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. 2. Gatekeepers adalah individu yang mengontrol arus informasi
diantara anggota organisasi.
3. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan antara organisasi dengan lingkungannya.
4. Bridge adalah anggota kelompok dalam organisasi yang menghubungkan kelompok satu dengan kelompok lainnya. 5. Liaison hampir sama peranannya dengan bridge tetapi individu
itu bukanlah anggota dari satu kelompok yang menghubungkan dengan kelompok lainnya.
6. Isolate adalah anggota organisasi yang di asingkan oleh anggota lain tapi dia mempunyai kontak dengan anggota orang lain dalam organisasi. (Muhammad, 2009 : 103)
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang
menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling
terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang
membentuk jaringan dinamakan pola komunikasi. Suatu pola komunikasi
berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya diantara
dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang
dalam organisasi. Bentuk struktur dan pola itu pun juga akan
berbeda-beda. (Muhammad, 2009 : 102)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendapat Weick dan
Taylor mengenai Teori jaringan :
Teori jaringan melihat pola-pola komunikasi akan berkembangan seiring waktu dalam sebuah organisasi. Salah satu cara untuk melihat susunan organisasi adalah dengan menguji pola-pola interaksi ini untuk melihat siapa yang berkomunikasi dengan siapa. Karena tidak ada seorang pun yang berkomunikasi sama dengan semua anggota organisasi. Sehingga dapat melihat kelompok-kelompok hubungan komunikasi yang saling terhubung untuk membentuk keseluruhan jaringan. Jaringan (networks) merupakan susunan sosial yang diciptakan oleh komunikasi antar Individu dan Kelompok. (Littlejohn,2009:370-371)
(53)
Jaringan atau network didefinisikan sebagai social structures
created by communication among individuals and groups (struktur sosial
yang diciptakan melalui komunikasi diantara sejumlah individu dan
kelompok). ketika orang berkomunikasi dengan orang lain, maka
terciptalah hubungan (link) yang merupakan garis-garis komunikasi dalam
organisasi. Sebagian dari hubungan itu merupakan jaringan formal (formal
network) yang dibentuk oleh dibentuk oleh aturan-aturan organisasi,
seperti struktur organisasi sebagaimana dikemukakan Weber sebelumnya.
Namun, jaringan formal pada dasarnya mencakup hanya sebagian dari
struktur yang terdapat pada organisasi. Selain jaringan formal, terdapat
pula jaringan informal (emergent network) yang merupakan saluran
komunikasi nonformal yang terbentuk melalui kontak atau interaksi yang
terjadi di antara anggota organisasi setiap harinya.
Gagasan struktural dasar dari teori jaringan adalah keterkaitan
(connectedness) – gagasan bahwa ada pola komunikasi yang cukup stabil antar individu. Individu- individu yang saling berkomunikasi saling
terhubung ke dalam kelompok – kelompok yang selanjutnya saling terhubung ke dalam keseluruhan jaringan. Setiap orang memiliki susunan
hubungan yang khusus dengan orang lain dalam organisasi. Hal ini disebut
jaringan pribadi (personal network). Jaringan pribadi adalah hubungan
yang dimiliki dari komunikasi yang dijalin dengan orang lain dalam
(54)
Sebuah organisasi tidak pernah terdiri atas jaringan tunggal, tetapi
dibentuk oleh banyak jaringan yang saling menimpa. Walaupun sebagian
jaringan bersifat multifungsi, atau majemuk (multiplex), jaringan dapat
lebih berkonsentrasi pada salah satu fungsi daripada fungsi yang lain.
Sebuah jaringan dapat dibentuk oleh sejumlah kualitas. Salah satunya
adalah ukuran (size), atau jumlah orang yang besar.
Karena manusia cenderung lebih sering berkomunikasi dengan
anggota-anggota lain dari organsasi, terbentuklah jaringan kelompok
(group network). Organisasi biasanya terdiri atas kelompok-kelompok
yang lebih kecil yang saling terhubung dalam kelompok yang lebih besar
dalam jaringan organisasi (organizational network).
Terdapat cukup banyak pemikiran yang membahas cara-cara
jaringan berfungsi dalam organisasi, misalnya jaringan dapat mengontrol
aliran informasi, manyatukan orang-orang dengan kepentingan yang sama,
membangun interpretasi yang sama, mendorong pengaruh sosial,
memungkinkan terjadinya tukar menukar sumber daya.
Teori jaringan memberikan gambaran mengenai organisasi, atau
lebih tepatnya memberikan berbagai gambaran yang masing-masing
berupaya menjelaskan salah satu aspek fungsi organisasi. Teori jaringan
membantu orang melihat suatu sistem yang tengah bekerja. Karl Weick
memberikan suatu pandangan mikro, dimana interaksi menciptakan
kejelasan dan menentukan sistem bagi anggotanya. James Taylor
(55)
kesepakatan organisasi. Pada saat yang sama, interaksi akan mengatur
dirinya kedalam garis-garis komunikasi dan juga pengaruh yang menyebar
pada organisasi sebagaimana yang dikemukakan teori jaringan.
(Littlejohn,2009:370-374)
2.2.2 Kerangka Konseptual
2.2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi
Menurut R Wayne Pace & Don F Faules, ada dua perspektif utama
yang akan mempengaruhi bagaimana komunikasi organisasi didefinisikan,
yaitu : (1) perspektif objektif dan (2) perspektif subjektif.
Perspektif objektif menekankan definisi komunikasi organisasi
sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi
yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Fokusnya adalah
penanganan pesan, yakni menerima, menafsirkan, dan bertindak
berdasarkan informasi dalam suatu peristiwa komunikasi organisasi.
Komunikasi dipandang sebagai alat untuk merekayasa atau
mengkonstruksi organisasi yang memungkinkan individu (anggota
organisasi) beradaptasi dengan lingkungan organisasi.
Perspektif subjektif mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai
proses penciptaan makna atas interaksi diantara unit-unit organisasi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Fokusnya adalah
bagaimana individu anggota organisasi bertransaksi dan kemudian
(56)
lain, bagaimana anggota organisasi berperilaku akan bergantung kepada
makna informasi itu bagi mereka.
Maka dari uraian di atas Pace & Feules mengambil kesimpulan
bahwa, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai penunjukan dan
penafsiran suatu pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu (R. Wayne Pace and Don F
Faules,2005:32).
Hubungan antara ilmu komunikasi dengan organisasi adalah pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan suatu organisasi. Ilmu komunikasi mempertanyakan serta
turut menjelaskan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam
organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang
dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi
penghambat, dan sebagainya, dari berbagai pertanyaan tersebut akan
muncul jawaban yang lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang akan
melekat dan menjadi ciri khas dari penggunaan suatu komunikasi.
2.2.2.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Conrad (dalam, Wayne dan Faules. 2005) mengidentifikasikan tiga
fungsi utama komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah,
fungsi relasional, fungsi manajemen ambigu.
1. Fungsi perintah berkenaan dengan angota-anggota organisasi
mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima,
(57)
fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota
yang bergantung dalam organisasi tersebut.
2. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi yang
memperbolehkan anggota-anggota untuk menciptakan dan
mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan
anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan
mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam
berbagai cara. Misal: kepuasan kerja, aliran komunikasi ke
bawah maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional, dan
tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan
antarpersona yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika
anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan
tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi,
sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu
konflik, kurang ditaati, dsb.
3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam
situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat
ambigu. Misal: motivasi berganda muncul karena pilihan yang
diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi,
demikian juga diri sendiri, tujuan organisasi tidak jelas dan
konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya
pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat
(58)
yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan
lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi
baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama.
Sementara itu Mudjoto dalam teknik komunikasi yang di kutip
oleh Widjaya menyatakan bahwa fungsi komunikasi itu meliputi :
1. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh
kegiatan organisasi itu dapat diorganisasikan (dipersatukan)
untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku para
anggota dalam suatu organisasi.
3. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan
kepada seluruh anggota organisasi.
Berdasarkan fungsi komunikasi itu, maka komunikasi memegang
peranan penting dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuannya
masing-masing, karena komunikasi adalah faktor yang terpenting dalam
menunjang semua kegiatan dalam sebuah organisasi.
Ada pun fungsi komunikasi organisasi dalam suatu organisasi, baik
yang berorientasi komersil maupun sosial, aktivitas komunikasi
melibatkan empat fungsi. Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam buku
Teori Komunikasi yaitu:
1. Fungsi Informatif
Dalam fungsi informatif organisasi dipandang sebagai suatu
(59)
sebanyak-banyaknya dengan kualitas sebaik-baiknya dan tepat
waktu. Informasi yang diperoleh oleh setiap orang dalam
organisasi diharapkan akan memperlancar pelaksanaan tugas
masing-masing. Melalui penyebaran informasi ini, setiap orang
didalam organisasi menjadi mengerti akan tata cara serta
kebijaksanaan yang diterapkan pimpinan.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif berhubungan dengan peraturan-peraturan
yang berlaku dalam suatu organisasi, ada dua hal yang berperan
dalam fungsi ini, yaitu:
a. Atasan atau orang-orang yang berada pada pucuk
pimpinan (tatanan manajemen) adalah mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan informasi.
b. Berhubungan dengan pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja, artinya bawahan membutuhkan
kepastian tata cara dara batasan mengenai pekerjaannya.
3. Fungsi Persuasif
Fungsi persuasif lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak
pimpinan dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk
memperoleh dukungan dari karyawan tanpa adanya unsur
paksaan apalagi kekerasan. Dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
(60)
banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Pekerjaaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibandingkan jika pemimpin
sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Untuk menjalankan fungsi integrasi, setiap organisasi
berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. (Sendjaja, 2007:4.8 – 4.10)
2.2.2.3 Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
1. Komunikasi Internal
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian
pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk
kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan
dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses
komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antar pribadi
ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa
merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder
(menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke
(61)
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,
informasi-informasi, dll kepada bawahannya.
Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan,
saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada
pimpinan.
b. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi
antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan,
manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini
bisa mengalir di bagian yang sama di dalam.
Organisasi atau mengalir antar bagian. Komunikasi lateral
ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode,
dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari
beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta
membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara
pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada
organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh
kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang
(62)
yang dianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal
terdiri dari jalur secara timbal balik :
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak.
Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada
hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai
bentuk, seperti: majalah organisasi, press release,
artikel surat kabar atau majalah, pidato radio, film
documenter, brosur, leaflet; poster, konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan
komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. (Effendy,
2009 : 122 - 128)
2.2.2.4 Kajian Pola Komunikasi Organisasi
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang
menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling
terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang
membentuk jaringan dinamakan pola komunikasi. Suatu pola komunikasi
berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya diantara
(63)
dalam organisasi. Bentuk struktur dan pola itu pun juga akan
berbeda-beda. (Muhammad, 2009 : 102)
Menurut R.Wayne Face & Don F. Faules (2005) editor Deddy
Mulyana “Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan
bahwa pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa”
mempunyai konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi.
Sedangkan definisi pola komunikasi menurut Syaiful Bahri
Djamarah mengatakan bahwa pola komunikasi dapat dipahami sebagai
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan
penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami.(Dalam nurohman,Djamarah, 2004:1).
Pola komunikasi dalam sebuah organisasi dapat tergambarkan
melalui jaringan komunikasi. Dengan berkomunikasi, maka dalam sebuah
jaringan organisasi dapat terlihat pola komunikasi yang berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan. Penyampaian pesan dalam organisasi
keseluruh bagian organisasi tersebut sangat diperlukan sebuah arus
komunikasi yang menggambarkan bagaimana masing-masng jabatan
berkomunikasi.
Pola komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan
informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi
dari seluruh bagian organisasi. Pengertian pola disini adalah saluran yang
digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Peranan
(1)
72
3.2.4.1 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji kredibilitas (validitas interbal) atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (Sugiyono, 2009:270)
1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda.
(2)
73
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2009:270-274). Pada penelitian ini triangualasi data dilakukan dengan cara membandingan jawaban yang disampaikan oleh informan utama dengan infroman pendukung untuk mendapatkan data yang cocok dan sesuai.
4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)
5. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. (Sugiyono, 2009:275-276)
(3)
74
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Bandung. Penelitian yang dilakukan ditempat berkumpul atau kongkow komunitas wismis di depan pintu masuk kawasan ITB atau tepatnya angkringan ITB, dan penelitian dilakukan setiap saat kegiatan komunitas wisata mistis berlangsung. 3.2.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh penulis dengan menggunakan kurun waktu penelitian selama 6 (enam) bulan terhitung mulai bulan Februari 2013 sampai Juli 2013. Berikut waktu penelitian dapat dilihat dalam tabel.
(4)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Ferry Meysusanto
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 2 Mei 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Telepon : 08562292822
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Agus Saptono
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nama Ibu : Susi Yati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Komplek Baleendah Permai 3 blok R no 26. Kab Bandung Motto : Akan ku lewati meski tak berarti walau hidup hanya
sementara
(5)
PENDIDIKAN FORMAL
No. Tahun Uraian Keterangan
1 2009 - 2013 Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Berijazah
2 2006 – 2009 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung Berijazah 3 2003 – 2006 SMP Negeri 14 Bandung Berijazah 4 1997 - 2003 SD Negeri Ciujung 1 Bandunf Berijazah
PENGALAMAN ORGANISASI
No. Tahun Uraian Keterangan
1 2006 - 2009 Anggota Pramuka Kartika Siliwangi - 2 2009 - Sekarang Pengurus KONI Cabang Taekwondo - 3 2011 - Sekarang Anggota Pecinta Burung Ocehan
Priangan
- 4 2013 Anggota Komunitas Wisata Mistis
Bandung
-
PENGALAMAN KERJA
No. Tahun Uraian Keterangan
1 2010 Menjadi panitia Kejuaraan Taekwondo IT Telkom Cup I
- 2 2010 Menjadi panitia kejuaraan Taekwondo
Bandung Open
- 3 2011 Menjadi panitia Kejuaraan Taekwondo
Walikota Cup - V
- 4 2012 Praktek Kerja Lapangan di Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat bagian PNFI
-
(6)
PELATIHAN DAN SEMINAR
Bandung, Juli 2013 Peneliti
Ferry Meysusanto NIM. 41809004
No. Tanggal Nama Kegiatan Keterangan
1 Selasa, 24 November 2009
Kuliah Umum “Kebudayaan Film & Sensor Film” (Ilustrasi Tentang
Perfilman)
Bersertifikat 2 Kamis, 26
November 2009
Ceramah Umum Dekan FISIP Unikom “ Peningkatan Kualitas Keilmuan, Keterampilan ICT dan Kewirausahaan Sebagai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Unggulan”
Bersertifikat
3 Senin, 15 Maret 2010
Table Manner Course Banana-Inn
Hotel & Spa Bersertifikat 4 Kamis, 1 April
2010
Mentoring Agama Islam
Bersertifikat 5 Rabu, 29
Desember 2010
Seminar Budaya Preneurship “Mengangkat Budaya Bangsa Melalui
Jiwa Enterpreneurship” Bersertifikat
6 2011 Study Tour Media Massa 2011 Bersertifikat 7 Rabu, 28
September 2011
Shutter
Bersertifikat 8 Sabtu, 29
Desember 2012
One Day Workshop Great Managing Event
“ Master of Ceremony” Bersertifikat
9 Sabtu, 29 Desember 2012
One Day Workshop Great Managing Event
“ Event Management” Bersertifikat
10 Jumat, 4 Januari 2013
Extra Large Workshop “ Merakit &
Instalasi PC Bersertifikat 11 2013 Seminar ASEAN Community 2015
“Peluang dan Tantangan Bagi