PENGGUNAAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR APRESIASI MUSIK NUSANTARA PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PEMALANG

(1)

i

PENGGUNAAN PENDEKATAN SAVI UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR APRESIASI MUSIK NUSANTARA PADA

SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PEMALANG

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Seni Musik

oleh

Anggoro Hamdan Saputro 2501409075

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

(3)

(4)

iv

Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan( QS. Al Insyirah: 5-6).

Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang(William J. Siegel).

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi(Ernest Newman).

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan untuk,

Bapakku Irfan dan Ibuku Erni Tinah, yang telah mendoakan dan memberikanku semangat.

Kakakku Van Afian Nugroho tercinta Keluarga Besar Sendratasik


(5)

v

dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

“Penggunaan Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Apresiasi Musik Nusantara Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang” dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengalami kesulitan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan dorongan serta bimbingan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di FBS Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas ijin penelitian penulis.

3. Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum, Ketua Jurusan Sendratasik yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Eko Raharjo, M.Hum selaku dosen pembimbing I dan Abdul Rachman,

S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu mengoreksi dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

vi

Pemalang yang telah membantu selama proses penelitian.

7. Keluarga besar SMP Negeri 7 Pemalang yang telah memberikan izin dan mendukung kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 7 Pemalang.

8. Teman-teman Sendratasik yang telah memberikan semangat dan dukungan selama penulis berada di Jurusan Sendratasik.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya, dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.

Semarang, Juli 2013

Penulis


(7)

vii

Nusantara Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang.. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I Ds. Eko Raharjo, M.Hum dan Pembimbing II Abdul Rachman, S.Pd, M.pd.

SAVI adalah sebuah metode pendekatan yang terdiri dari 4 aspek yaitu: Somatis dengan bergerak, Auditori dengan mendengarkan, Visual dengan melihat dan Intelektual dengan memecahkan masalah. Minat siswa terhadap pembelajaran dengan SAVI sangat tinggi. Hal itu dikarenakan pendekatan SAVI dirasa menarik, mudah dimengerti dan menyenangkan bagi siswa. Permasalahan yang dikaji yaitu: (1) apakah penggunaan pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar apresiasi musik nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang dan (2) apakah penggunaan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar apresiasi musik nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan kajian terhadap guru untuk menambah pengetahuan dalam upaya pemanfaatan pendekatan SAVI dalam proses belajar mengajar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menguraikan tentang langkah pembelajaran dan hasil proses pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan meliputi analisis data primer (hasil belajar) dan data sekunder (pengamatan langsung).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengamatan aktivitas menunjukkan pada pra siklus aspek perhatian 13 anak skor tinggi, interaksi 14 anak skor tinggi, penugasan 13 anak skor tinggi dan kerjasama 12 anak skor tinggi. Pada siklus 1 aspek perhatian 22 anak skor tinggi, interaksi 21 anak skor tinggi, penugasan 22 anak skor tinggi dan kerjasama 21 anak skor tinggi. Pada siklus 2.1 aspek perhatian 29 anak skor tinggi, interaksi 29 anak skor tinggi, penugasan 29 anak skor tinggi dan kerjasama 28 anak skor tinggi. Pada siklus 2.2 aspek perhatian 34 anak skor tinggi, interaksi 34 anak skor tinggi, penugasan 34 anak skor tinggi dan kerjasama 33 anak skor tinggi. Sedangkan, nilai hasil belajar siswa pada pra siklus, siswa yang mengalami ketuntasan hanya 25%. Pada siklus 1 ketuntasan siswa mengalami kenaikan sebesar 47%. Pada siklus 2 pertemuan 1 ketuntasan siswa meningkat sebesar 65%. Pada Siklus 2 pertemuan 2 ketuntasan siswa mengalami peningkatan sebesar 90%.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar apresiasi musik nusantara pada siswa serta penulis menyarankan agar pendekatan SAVI ini dapat terus diterapkan guru dalam proses pembelajaran di sekolah agar aktifitas dan hasil belajar siswa dapat lebih baik lagi.


(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis... 7

1.4.2 Manfaaf Praktis... 7

1.4.2.1 Manfaat Bagi Siswa... 7

1.4.2.2 Manfaat Bagi Guru... 7

1.4.2.3 Manfaat Bagi Sekolah... 7

1.4.2.4 Manfaat Bagi Peneliti... 8

1.5 Sistematika Skripsi ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1Pendekatan SAVI ... 9

2.1.1 Pendekatan... 9

2.1.2 SAVI... 9

2.1.3 Prinsip dasar... 9

2.1.4 Keunggulan dan kelemahan pendekatan SAVI... 10

2.1.4.1 Keunggulan pendekatan SAVI... 10

2.1.4.2 Kelemahan pendekatan SAVI... 10

2.1.5 Karakteristik... 11

2.1.5.1 Somatis... 11

2.1.5.2 Auditori... 12

2.1.5.3 Visual... 14

2.1.5.4 Intelektual... 15

2.2Aktifitas Belajar ... 16

2.3Hasil Belajar ... 19

2.4Apresiasi... 21


(9)

ix

2.5.3.2 Musik Keroncong... 28

2.5.3.3 Musik Dangdut... 28

2.5.3.4 Musik Mars... 29

2.5.3.5 Musik Pop... 29

2.6Kerangka Berpikir ... 29

2.7Hipotesis tindakan... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 32

3.2Setting Penelitian ... 32

3.3Obyek Penelitian ... 33

3.4Sumber Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 33

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.5Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 34

3.5.1 Teknik Tes ... 34

3.5.1.1 Tes Tertulis... 34

3.5.2 Teknik Bukan Tes ... 34

3.5.2.1 Observasi ... 34

3.5.2.2 Wawancara... 35

3.5.2.3 Dokumentasi... 35

3.6Analisis Dan Validitas Data ... 35

3.7Indikator Keberhasilan ... 36

3.8Prosedur Penelitian... 36

3.8.1 Pra Siklus... 37

3.8.1.1 Perencanaan... 37

3.8.1.2 Pelaksanaan... 38

3.8.1.3 Pengamatan... 38

3.8.1.4 Refleksi... 38

3.8.2 Siklus 1... 38

3.8.2.1 Perencanaan... 38

3.8.2.2 Pelaksanaan... 38

3.8.3 Siklus 2 pertemuan 1... 39

3.8.3.1 Perencanaan... 39

3.8.3.2 Pelaksanaan... 39

3.8.4 Siklus 2 pertemuan 2... 40

3.8.4.1 Perencanaan... 40

3.8.4.2 Pelaksanaan... 40

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian... 41


(10)

x

4.2 Pembahasan... 44

4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal Pra Siklus... 44

4.2.2 Deskripsi Siklus 1... 46

4.2.3 Deskripsi Siklus 2 Pertemuan 1... 49

4.2.4 Deskripsi Siklus 2 Pertemuan 2... 52

4.3 Pembahasan Tiap Siklus Dan Antar Siklus... 55

4.3.1 Pembahasan Tiap Siklus... 55

4.3.1.1 Kondisi Awal... 55

4.3.1.2 Siklus 1... 55

4.3.1.3 Siklus 2 Pertemuan 1... 58

4.3.1.4 Siklus 2 Pertemuan 2... 60

4.3.2 Pembahasan Antar Siklus... 62

BAB 5 PENUTUP 5.1Simpulan ... 64

5.1.1 Peningkatan Aktifitas Belajar Apresiasi Musik Melalui Pendekatan SAVI... 64

5.1.2 Peningkatan Hasil Belajar Apresiasi Musik Melalui Pendekatan SAVI... 65

5.2Saran ... 66

5.2.1 Peningkatan Aktifitas... 66

5.2.2 Peningkatan Hasil Belajar... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(11)

xi

Tabel 02. Data Ruang Kelas SMP Negeri 7 Pemalang... 43

Tabel 03. Data Ruang Lain... 44

Tabel 04. Kondisi Awal Data Kelas VIII B... ... 45

Tabel 05. Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal... ... 46

Tabel 06. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I... . 48

Tabel 07. Aktivitas Belajar Siklus 1... ... 48

Tabel 08. Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1... ... 51

Tabel 09. Aktifitas Belajar Pada Siklus II Pertemuan 1... 51

Tabel 10. Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 2... ... 53

Tabel 11. Aktivitas Belajar Siklus II Pertemuan 2... ... 54

Tabel 12. Kondisi Awal... ... 55

Tabel 13. Kondisi Siklus I... ... 56

Tabel 14. Kondisi Siklus II Pertemuan 1... ... 58

Tabel 15. Kondisi Siklus II Pertemuan 2... ... 61


(12)

xii

Foto 01. Kerangka Berpikir... 30

Foto 02. Desain Penelitian... 37

Foto 03. SMP Negeri 7 Pemalang ... 42

Foto 04. Proses Pembelajaran Pra Siklus ... 45

Foto 05. Proses Pembelajaran pada Siklus 1 ... 47

Foto 06. Proses Pembelajaran Apresiasi ... 50

Foto 07. Proses Pembelajaran Apresiasi pada Siklus 2 ... 53


(13)

xiii

Lampiran 01. Foto Penelitian ... 71

Lampiran 02. RPP Pra Siklus ... 76

Lampiran 03. RPP Siklus 1 ... 79

Lampiran 04. RPP Siklus 2... 82

Lampiran 05. Pedoman Wawancara ... 90

Lampiran 06. Pedoman Observasi ... 95

Lampiran 07. Pedoman Tes ... 96

Lampiran 08. Materi Pembelajaran ... 99

Lampiran 09. Daftar Pertanyaan Per Siklus ... 101

Lampiran 10. Tabel Nilai Siswa Per Siklus... 104

Lampiran 11. Tabel Aktifitas Siswa Per Siklus... 114

Lampiran 12. Tabel Pengamatan Kinerja Guru... 122

Lampiran 13. Surat Penetapan Dosen Pembimbing... 126

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian... 127

Lampiran 15. Surat Balasan Penelitian SMP N 7 Pemalang... 128

Lampiran 16. Surat Balasan Penelitian Dinas Pendidikan... 129


(14)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kerja pada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari (Darsono Max, 2000: 24). Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Menurut Sudaryo (1994: 31) komponen yang lain adalah materi, metode, evaluasi hasil belajar, media pembelajaran, administrasi pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah.

Keberhasilan pendidikan banyak bergantung pada kualitas pelaksanaan proses pembelajaran. Semua pihak yang berkepentingan dengan dunia pendidikan tentu berharap agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang baik, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan.

Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan pembelajaran, sehingga memperoleh hasil yang efektif dan efisien. Pendidikan tidak lagi hanya dilihat dari dimensi rutinitas, melainkan harus diberi makna mendalam dan bernilai bagi perbaikan kinerja sebagai salah satu instrumen utama pengembangan sumber daya manusia dengan multi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan menghendaki perencanaan dan pelaksanaan yang matang agar hasil yang diharapkan tercapai dan terwujud secara maksimal.


(15)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memasuki era globalisasi sekarang ini menuntut peningkatan mutu pendidikan. Usaha menuntut pendidikan sebagai titik tolak pembangunan pendidikan menghendaki perlunya penilaian terhadap semua komponen pendidikan dan komponen pembelajaran yang ada dan selanjutnya mengadakan langkah-langkah perbaikan dan penyempurnan.

Mata pelajaran Seni Budaya diberikan di satuan pendidikan formal penyelenggaraan pendidikan kesetaraan karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi

dan berapresiasi melalui pendekatan “ belajar dengan seni”, ”belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni". Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran

lain.

SMP Negeri 7 Pemalang dipilih dan dijadikan tempat penelitian karena didasari dari observasi yang pernah dilaksanakan peneliti sebelumnya. Hasil pengamatan menunjukan pembelajaran Seni Budaya yang telah dilaksanakan lebih menekankan pada pemberian materi oleh guru kepada siswa dengan tingkat aktifitas siswa yang rendah.

Mata pelajaran Seni Budaya (Seni musik) kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang terdapat kompetensi dasar : mengidentifikasi jenis karya seni musik tradisional nusantara. Tujuan pembelajaran adalah : siswa dapat mengidentifikasi karya seni musik tradisional dalam sebuah pembelajaran Seni Budaya. Sedangkan indikator keberhasilannya adalah: (1) Mengidentifikasi beragam karya musik nusantara sesuai dengan instrument musik yang digunakan. (2) Mengidentifikasi


(16)

elemen-elemen musik, diantaranya irama tempo nada dan dinamika musik nusantara yang didengarkan. (3) Mengungkapkan rasa/ kesan dalam bentuk tulisan terhadap isi syair lagu yang diperdengarkan dari intrumen yang digunakan. (4) Berlatih memainkan lagu nusantara dengan irama, tempo, nada dan dinamika musik secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran di kelas dalam kenyataannya tidak sesuai dengan indikator-indikator keberhasilannya. Kegagalan mencapai indikator-indikator tersebut meliputi: (1) Siswa tidak mampu mengidentifikasi beragam karya musik nusantara. (2) Siswa tidak mampu mengidentifikasi elemen-elemen musik : irama, tempo, nada dan dinamika. (3) Siswa kurang berani mengungkapkan rasa/ kesan dalam bentuk tulisan maupun lisan. (4) Kurangnya latihan memainkan lagu nusantara secara individu maupun kelompok.

Terjadinya kegagalan tersebut di atas disebabkan pada guru antara lain : (1) Pembelajaran masih menggunakan metode konvensional dengan paradigma lama. (2) Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru. (3) Minimnya media/alat–alat/peraga/sumber belajar dan sejenisnya. (4) Kurangnya pemberdayaan unsur SAVI (somatis, audio, visual, intelektual ). (5) Pembelajaran tidak dapat mengembangkan kemampuan siswa.

Begitu pula kegagalan terjadi pada siswa antara lain : (1) Kurangnya pelatihan – pelatihan dalam pembelajaran. (2) Kesulitan mengeliminasi rasa takut. (3) Terbelenggu kebiasaan plagiatisme siswa selalu meniru apa yang diperbuat guru. (4) Siswa terbiasa menghafal fakta, rumus dari pada penyelesaian masalah.


(17)

Apabila kenyataan pembelajaran yang demikian itu terus berlangsung tanpa adanya usaha perbaikan, jelas akan merugikan guru, siswa, maupun kelas. Kerugian guru, meliputi : (1) Tidak mencapai efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. (2) Tidak dapat mengembangkan kemampuan siswa. Sedangkan kerugian siswa, meliputi: (1) Tidak dapat mengembangkan potensi dan kreatifitas yang ada pada dirinya. (2) Tidak berani mengungkapkan rasa/ kesan dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Kerugian klasikal dengan KKM = 75 hanya mencapai 25% dari 40 anak. Berarti masih perlu adanya peningkatan hasil belajar. Melihat kenyataan tersebut penulis merasa tertantang untuk mengupayakan solusi dalam meningkatkan aktifitas dan hasil belajar apresiasi musik nusantara melalui pendekatan SAVI dalam proses pembelajarannya. Dengan penggunaan pendekatan SAVI ini diharapkan aktivitas belajar siswa meningkat sehingga hasil belajar pun menjadi baik. Pendekatan SAVI yang dimaksud adalah: (1) Somatis (S) : Somatis berarti belajar dengan indera peraba. (2) Auditori (A) : Auditori berarti belajar dengan terus menangkap dan menyimpan informasi dari orang lain. (3) Visual (V): Visual berarti belajar dengan menggunakan aspek ketajaman visual. (4) Intelektual (I) : Intelektual berarti belajar dengan menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan.

Pendekatan SAVI sebelumnya pernah diterapkan dalam disiplin bidang ilmu lain yaitu ilmu alam atau sains, dikarenakan dalam ilmu sains tidak hanya mengajarkan secara materi tetapi diperlukan adanya percobaan-percobaan melalui berbagai media untuk menguatkan materi yang diajarkan. Peneliti mencoba


(18)

menerapkan pendekatan SAVI kedalam pembelajaran Seni Budaya. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Seni Budaya tidak hanya mempelajari tentang materi tetapi diperlukan adanya percobaan-percobaan dan pembelajaran melalui berbagai media untuk menguatkan materi yang diajarkan, khususnya dalam hal berapresiasi.

Pendekatan SAVI digunakan sebab memiliki keunggulan antara lain : (1) Sesuai asas PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).(2) Pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa berkesempatan banyak berlatih. (3) Pembelajaran yang memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. (4) Efektifitas dalam proses pembelajaran.

Pendekatan SAVI selain mempunyai keunggulan-keunggulan

sebagaimana yang telah disebutkan, juga memiliki spesifikasi, yaitu : (1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktifitas intelektual. (2) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif. (3) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa. (4) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual.

Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran apresiasi pada mata pelajaran Seni Budaya melalui pendekatan SAVI di SMP Negeri 7 Pemalang. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah:


(19)

“Penggunaan Pendekatan SAVI Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Apresiasi Musik Nusantara Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar apresiasi musik nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang?. 2. Apakah penggunaan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar

apresiasi musik nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang?.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas maka hasil yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis : 1. Penggunaan pendekatan SAVI dalam meningkatkan aktifitas belajar apresiasi

musik nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang.

2. Penggunaan pendekatan SAVI dalam meningkatkan hasil belajar apresiasi musik nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu seni budaya di bidang


(20)

seni musik pada khususnya. Secara khusus penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain :

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai bahan kajian terhadap guru untuk menambah pengetahuan dalam upaya pemanfaatan pendekatan SAVI dalam proses belajar mengajar.

2. Sebagai tambahan pustaka yang diharapkan dapat dipakai sebagai bahan untuk mengembangkan karya ilmiah lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Manfaat Bagi Siswa

Melalui pembelajaran dengan pendekatan SAVI dimana siswa diberi kesempatan untuk dapat lebih meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar berarti siswa terbiasa berfikir dan berkaya dengan inovatif.

1.4.2.2 Manfaat Bagi Guru

Melalui pembelajaran dengan pendekatan SAVI dimana guru berkesempatan untuk menggunakan potensi yang ada pada siswa melalui interaksi dan pembelajaran aktif sehingga guru dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya.

1.4.2.3 Manfaat Bagi Sekolah

Sejalan dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran dimana guru dapat mengembangkan menggunakan potensi yang ada pada siswa melalui pendekatan SAVI dan siswa dapat meningkatkan motivasi dan aktifitas belajar sehingga dapat mencapai peningkatan kinerja sekolah/mutu sekolah.


(21)

1.4.2.4 Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah menambah pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran ansambel musik di tingkat sekolah menengah pertama.

1.5 Sistematika Skripsi

Pada bagian awal terdiri atas; halaman judul, halaman pernyataan, motto dan persembahan, sari, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar.

Pada bagian isi terdapat Bab 1 (Pendahulan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian); Bab 2 (Landasan teori yang berisi tentang pendekatan SAVI, pengertian aktivitas belajar, pengertian hasil belajar, pengertian musik nusantara dan kerangka berpikir); Bab 3 (Metode penelitian yang terdiri atas setting penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik dan alat pengumpulan data, analisis dan validitas data, indikator keberhasilan serta prosedur penelitian); Bab 4 (Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan); Bab 5 (Penutup yang berisis tentang simpulan dan saran).


(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Pendekatan SAVI

2.1.1 Pendekatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pendekatan secara etimologi dapat diartikan sebagai proses perbuatan, cara mendekati. Pendekatan dapat diartikan sebagai metode-metode untuk mencapai masalah penelitian

2.1.2 SAVI

SAVI merupakan kependekan dari Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual. Menurut DePorter (2006: 55) Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup (DePorter, 2006: 56).

2.1.3 PrinsipDasar

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu: (1) Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. (2) Pembelajaran berarti berkreasi bukan


(23)

mengkonsumsi. (3) Kerjasama membantu proses pembelajaran. (4) Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan. (5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik. (6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran. (7) Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. http://mbahnur.wordpress.com/2010/02/17/pendekatan-savi/

2.1.4 Keunggulan dan kelemahan pendekatan SAVI

Menurut Meier (2005: 91) pendekatan SAVI memiliki keunggulan dan kelemahan antara lain:

2.1.4.1 Keunggulan pendekatan SAVI

Keunggulan dari pendekatan SAVI antara lain: (1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. (2) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif. (3) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa. (4) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual

2.1.4.2. Kelemahan pendekatan SAVI

Kelemahan dari pendekatan SAVI antara lain: (1) Pendekatan ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh. (2) Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang besar terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang menarik. Hal ini dapat terlaksana oleh sekolah maju.


(24)

2.1.5 Karakteristik 2.1.5.1 Somatis

“Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikosomatis). Belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestesis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Namun, pembelajaran somatis yang kuat berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam kebudayaan barat, yang mempunyai sejarah panjang dalam memisahkan tubuh dan pikiran dan mengabaikan tubuh sebagai sarana untuk belajar.

Kendala terhadap para pembelajar somatis terus berlanjut hingga hari ini dan bahkan telah meningkat dalam dua puluh tahun terakhir. Anak-anak yang bersifat somatis tidak dapat duduk dengan tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup, sering dianggap mengganggu,tidak mampu belajar dan merupakan ancaman bagi sistem.

Pengertian budaya barat dan prasangka terhadap penggunaan tubuh dalam belajar menghadapi tantangan serius. Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah dua identitas yang terpisah. Temuan mereka menunjukkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh. Intinya, tubuh adalah pikiran. Pikiran adalah tubuh. Keduanya merupakan satu sistem elektris kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar, kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. (Mungkin dalam beberapa peristiwa, sistem pendidikan itu sendiri yang membuat sesuatu hal


(25)

yang kurang dalam proses belajar, dan faktornya bukan dari pembelajar itu sendiri).

Pembelajar Somatis dapat beraktifitas melalui: (1) Membuat model dalam suatu proses atau prosedur. (2) Menggerakkan berbagai komponen dalam suaru proses atau sistem. (3) Menciptakan piktogram besar serta periferalnya. (4) Memeragakan suatu proses, sistem atau seperangkat konsep. (5) Mendapatkan pengalaman kemudian membicarakannya. (6) Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik. (7) Menjalankan pelatihan belajar aktif melalui simulasi, permaianan belajar, dan lain-lain. (8) Melakukan tinjauan lapangan kemudian menerapkan dalam bentuk tulisan dan gamar serta mendiskusikan tentang hal-hal yang dipelajari. (9) Mewawancarai orang-orang di luar kelas. (10) Mengaktifkan pembelajaran pada seluruh kelas.

Peran tubuh dalam merangsang hubungan pikiran tubuh dapat menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik. Pola tersebut didukung dengan cara berganti-ganti menjalankan aktifitas belajar aktif dan pasif secara fisik. Cara tersebut dapat membuat pengajar terlibat secara fisik dalam belajar.

2.1.5.2 Auditori

Belajar Auditori pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran guru hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari,


(26)

menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. Belajar dengan auditori dapat menggunakan pengulangan dengan meminta siswa menyebutkan kembali konsep, guru menggunakan variasi vokal berupa perubahan nada, kecepatan dan volume (DePorter, 2005: 85).

Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras secara dramatis jika mereka mau. Ajaklah mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

Berikut ini merupakan gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan penggunaan sarana auditori dalam belajar, antara lain: (1) Mengajak para pembelajar membaca dengan suara yang keras dari buku panduan dan layar komputer. (2) Mengajak para pembelajar membaca sebuah paragraf, kemudian mintalah mereka menguraikan dengan kata-kata sendiri setiap paragraf yang dibaca dan merekamnya ke dalam kaset untuk mereka perdengarkan. (3) Mintalah pembelajar membuat rekaman sendiri yang berisi kata-kata kunci, proses, definisi atau prosedur dari apa yang telah dibaca. (4) Menceritakan kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran di dalam buku pembelajaran. (5) Mengajak


(27)

para pembelajar untuk berpasang-pasangan mendiskusikan secara terperinci tentang materi yang mereka pelajari dan penerapannya. (6) Mengajak pembelajar mempraktikan suatu keterampilan atau memeragakan suatu fungsi yang kemudian diucapkan secara terperinci apa yang dikerjakan. (7) Mengajak para pembelajar membuat sajak atau hafalan dari hal yang dipelajari. (8) Mengajak pembelajar berdiskusi secara berkelompok untuk menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang.

2.1.5.3 Visual

Visual berarti belajar dengan menggunakan indra penglihatan. Meier (2005: 97) mengemukakan bahwa belajar visual berarti belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Guru juga dapat menggunakan variasi tulisan, warna, gambar dan kertas. Guru harus mendorong siswa untuk menyusun pelajaran mereka dengan berbagai kreasi pada catatan, tugas, peta konsep dan lain-lain.

( http://goez17.wordpress.com/2011/11/23/pendekatan-savi/ )

Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mereka mengamati situasi


(28)

dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan prose, prinsip atau makna yang dicontohkannya.

Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk membuat pembelajaran lebih visual: (1) Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi), (2) Grafik peresentasi yang hidup, (3) Benda tiga dimensi, (4) Bahasa tubuh yang dramatis, (5) Cerita yang hidup, (6) Kreasi piktogram (oleh pembelajar), (7) Ikon alat bantu kerja, (8) Pengamatan lapangan, (9)Dekorasi berwarna-warni, (10) Periferal ruangan, (11) Pelatihan pencitraan mental.

2.1.5.4Intelektual

Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang digunakan

manusia untuk “berpikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf

baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman (kita harap) menjadi kearifan.

Aspek Intelektual dalam belaja akan terlatih jika anda mengajak pembelajar terlibat dalam aktifitas seperti: (1) Memecahkan masalah, (2) Menganalisis pengalaman, (3) Mengerjakan perencanaan strategis, (4) Melahirkan gagasan kreati, (5) Mencari dan menyaring informasi, (6) Merumuskan pertanyaan, (7) Menciptakan model mental, (8) Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan. (9) Menciptakan makna pribadi, (10) Meramalkan implikasi suatu gagasan.


(29)

S-A-V-I: Satukanlah. Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V) tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A) dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I). Atau, mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah(I) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu(S) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan(A).( http://goez17.wordpress.com/2011/11/23/pendekatan-savi/ ).

Pendekatan SAVI dapat disimpulkan sebagai salah satu bentuk metode pembelajaran yang mementingkan unsur Somatis (gerak), Auditori (bicara), Visual (gambar) dan Intelektual (daya pikir) untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

2.2 Aktivitas belajar

Aktivitas belajar dari kata aktif yang berarti kegiatan, kesibukan (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 17). Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan


(30)

mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara

operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2241185-pengertian-aktivitas-belajar/#ixzz2LnUMe4Vl

Belajar (dalam Hamalik, 1985: 27) terbagi dalam dua pandangan, antara lain:

1. Pandangan tradisional mengatakan bahwa, belajar adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Pandangan ini juga disebut pandangan intelektualis, terlalu menekankan pada perkembangan otak. Untuk memperoleh pengetahuan siswa harus mempelajari berbagai pengetahuan. Dalam hal ini, buku pelajaran atau buku bacaan, menjadi sumber pengetahuan yang utama, sehingga sering ditafsirkan bahwa belajar berarti mempelajari buku bacaan.

2. Pandangan modern mengatakan bahwa, proses perubahan tingkah laku karena adanya interaksi dengan lingkungannya. Maksudnya adalah bahwa seseorang dinyatakan dalam kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yaitu perubahan tingkah laku contohnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pada prinsipnya perubahan tingkah laku tersebut adalah perubahan kepribadian pada diri seseorang.


(31)

Aktivitas belajar banyak dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Ada 177 macam kegiatan yang termasuk dalam aktivitas siswa, antara lain:

1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.

3. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya.

4. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.

6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7. Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,

tenang, gugup, dan sebagainya. (


(32)

Aktifitas belajar dapat disimpulkan sebagai seluruh aktivitas siswa dalam interaksi belajar mengajar yang menunjang keberhasilan proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

2.3 Hasil belajar

Menurut Gagne (dalam Trianto, 2011: 135), bahwa hasil belajar yang dicapai seorang meliputi lima kemampuan antara lain: (1)Kemampuan intelektual, kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukan, misalnya kemampuan mendeskriminasi, konsep konkret dan konsep terdefinisi. (2) Kemampuan verbal (pengetahuan deklaratif), pengetahuan yang disajikan dalam bentuk proporsi (gagasan) dan bersifat statis, misalnya fakta, kejadian pribadi dan generalisasi. (3) Sikap, merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat memengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup lainnya. (4) Keterampilan motorik, kemampuan yang meliputi kegiatan fisik, penggabungan motorik dengan ketermpilan intelektual, misalnya menggunakan mikroskop dan alat biuret. (5) Strategi kognitif, merupakan suatu proses control, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir.

Menurut Kimble dan Garmezy dalam Sumiati dan Asra (2009: 56) menyatakan bahwa sifat perubahan perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-diulang dengan hasil yang


(33)

sama. Kita membedakan antara perubahan perilaku hasil belajar dengan yang terjadi secara kebetulan. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu tidak dapat menghalangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan orang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukannya secara berulang-ulang dengan hasil sama.

Menurut pendapat di atas, tidak semua perilaku itu hasil dari belajar. Ada diantarnya terjadi dengan sendirinya karena proses perkembangan dan pertumbuhan, seperti halnya kematangan dan maturation. Seperti halnya bayi dapat memegang sesuatu setelah mencapai usia tertentu. Tetapi hal ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar. Artinya, belajar akan memperoleh hasil lebih baik jika ia telah matang melakukan hal itu.

Hasil belajar tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi memerlukan usaha, sadangkan usaha itu juga memerlukan waktu, cara dan metoda pembelajaran (Sumiati, 2009: 7). Suatu proses belajar harus bersifat praktis dan langsung, artinya jika seseorang ingin mempelajari sesuatu maka dia sendirilah yang harus melakukannya tanpa melalui perantara orang lain. Meskipun demikian karena individu itu tidak pernah lepas hubungannya dengan lingkungan seperti tempat belajar, teman belajar dan suasana sekitar maka faktor-faktor itu juga dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Howart Kingsley dalam Sudjana (2004: 45) membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.


(34)

Hasil belajar dapat disimpulkan sebagai kemampuan keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari- hari.

2.4 Apresiasi

Apresiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 53) adalah kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya atau penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu. Menurut Bastomi (1989: 91), apresiasi secara singkat diartikan sebagai penghayatan dan penghargaan terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam hasil seni. Jadi unsur-unsur seni harus lebih dahulu di pahami oleh seseorang, agar ia bisa memberikan apresiasinya terhadap suatu hasil seni. Hal ini akan menyebabkan perbedaan antara satu orang dengan orang yang lainnya, meskipun nilai yang terkandung di dalam seni itu tetap sama.

Menurut Jazuli (2008: 78) menyatakan bahwa berapresiasi berarti menghargai. Kata menghargai melibatkan dua pihak, yaitu subyek sebagai pihak yang menghargai dan obyek yangbernilai sebagai pihak yang dihargai. Dalam berapresiasi seseorang berperan sebagai penikmat atau pengamat yang menyerap atau menghayati suatu karya seni atau suatu keindahan alam untuk kemudian menanggapi dan menilainya.

Hal senada dengan pendapat di atas juga diungkapkan oleh Gove (dalam Nugroho, 2010: 23 ) apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kesepakatan batin dan pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan. Jadi, nilai-nilai estetika dalam suatu hasil seni budaya bersifat objektif.


(35)

Untuk itu, seseorang apresiator harus memiliki kepekaan batin agar bisa memahami serta memberikan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan suatu karya seni.

Apresiasi dapat disimpulkan merupakan sebagai pengenalan, pemahaman, pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan, penilaian dan penghayatan serta penghargaan terhadap suatu hasil karya manusia terutama karya seni.

Menurut pendapat Sahman (dalam Nugroho, 2010: 24) apresiasi adalah perbuatan membentuk gambaran tentang sesuatu, menginterprestasi, menilai dan memberinya penghargaan karena sesuatu itu pantas diperkirakan atau nilai tertentu bagi apresiator. Dengan demikian kegiatan apresiasi musik dapat didefinisikan sebagai tercapainya kemampuan untuk mendengarkan musik dengan penuh pengertian.

Daya tangkap musikal setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam daya tangkap musikal mereka, dan usaha secara sadar merupakan keharusan yang dituntut sepanjang waktu dan latihan mendengarkan musik dengan penuh pengertian. Menurut Arief (1990: 10), kegiatan apresiasi bertujuan untuk menimbulkan sikap menghargai unsur keindahan, baik dalam kesenian

maupun dalam kehidupan seseorang. Adapun kegiatan–kegiatan dalam

mengapresiasi kerya seni musik dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Menyaksikan pergelaran hidup. Kegiatan ini merupakan kegiatan audio visual

secara langsung misalnya mengunjungi pertunjukan konser atau paduan suara. 2. Menyaksikan gambar hidup tentang pergelaran musik, misalnya melalui film


(36)

3. Mendengarkan rekaman musik baik melalui radio atau tape recorder. Kegiatan ini merupakan kegiatan auditif.

4. Memainkan karya sendiri sebuah karya musik, baik karya orang lain ataupun karya sendiri.

Karya seni musik yang mendapat apresiasi siswa tidak dapat lepas dari aktivitas dirinya sebagai pengamat seni musik dengan mengikuti keseluruhan proses pada kegiatan musik tersebut, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penghargaan terhadap karya seni tersebut.

Apresiasi adalah proses pengamatan dalam menikmati,menyerap atau menghayati melalui perasaan terhadap nilai-nilai dan keindahan suatu karya seni untuk kemudian menanggapi serta menilai sebagai bentuk penghargaan dari apresiator.

Kegiatan mengapresiasi karya seni dapat dilakukan tahapan penikmatan, penghargaan, pemahaman, dan penghayatan. Tahapan-tahapan ini dalam proses apresiasi bukan urutan yang mutlak, namun tahapan yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Jika seseorang melakukan pengamatan terhadap karya seni, ada kemungkinan orang tersebut langsung dapat memberikan penghargaan atau penghayatan terhadap karya seni yang diamati untuk mencapai tingkatan apresiasi estetik, empatik, dan kritis.

2.4.1 Tahapan-tahapan dalam Apresiasi

Menurut Wadiyo (1991: 75) kegiatan berapresiasi terhadap karya seni dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: penikmatan, penghargaan, pemahaman, dan penghayatan. Dalam proses apresiasi, tahapan ini bukan urutan


(37)

yang mutlak, namun tahapan yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Jadi bila seseorang melakukan pengamatan terhadap karya seni, ada kemungkinan orang tersebut langsung dapat memberikan penghargaan atau penghayatan terhadap karya seni yang diamati.

Penikmatan adalah tanggapan di mana seseorang dapat menghargai atau menilai sebuah karya seni dengan merasakan dan menikmati suatu keindahan atau kebaikan karya seni tersebut dan mengerti serta menerangkan kebaikan atau keindahan yang ada pada pada karya seni tersebut. Sebenarnya keindahan itu sudah dapat dirasakan oleh manusia sejak usia dini (Wadiyo, 1991: 75).

Analisis yang dilakukan seseorang merupakan penghayatan yang, menafsirkan dan menyusun pendapatnya. Selama kegiatan ini berlangsung apresiator mengadakan seleksi terhadap obyek, sehingga terjadi proses penyesuaian antara nilai yang terkandung di dalam obyek dengan persepsi dari apresiator tersebut. Pada tahap ini apresiator juga dapat menerima nilai-nilai estetis yang terkandung di dalam obyek itu sebagian atau sepenuhnya. Namun demikian ada kalanya pengamat menerima tanpa kesadaran dan tanpa kritik, sehingga seluruh objek diterima sepenuhnya.

Pemahaman, pada tahap ini apresiator dapat menerima nilai-nilai estetis yang terkandung di dalam obyek itu sebagian atau sepenuhnya. Namun demikian adakalanya pengamat menerima tanpa kesadaran dan tanpa kritik, sehingga seluruh obyek diterima seluruhnya. Pada tahapan ini apresiator sudah mengerti unsur-unsur karya seni tersebut serta dapat menyimpulkan.


(38)

Penghargaan, dalam proses apresiasi adalah tingkatan apresiasi yang paling tinggi. Pada tahapan ini apresiator dapat melihat kebaikannya, nilainya, manfaatnya, serta dapat merasakan pengaruh karya seni tersebut ke dalam jiwa. Menghargai dan menyukai adalah istilah-istilah yang berhubungan tetapi keduanya tidak berarti sama. Sangatlah mungkin untuk menyukai musik yaitu untuk mendapatkan kesenangan dari musik itu sendiri dan memahaminya dengan sungguh-sungguh mengapresiasinya (Bastomi, 1989: 62).

Tahapan tersebut menjadikan siswa akan memiiki kemampuan berapresiasi pada tingkat tertentu. Dalam buku Estetika (MGMP Seni Budaya SMP 2009: 4) menyebutkan ada tiga tingkatan dalam apresiasi, yaitu: (1) Apresiasi empatik adalah apresiasi yang hanya menilai baik dan tidaknya sebuah karya seni berdasarkan indrawi (penglihatan/ pendengaran). (2) Apresiasi estetis adalah apresiasi tentang keindahan dan memiliki kemampuan untuk menilai keindahan karya seni tersebut. Menilai disini disertai pengamatan dan perasaan yang mendalam. (3) Apresiasi kritis adalah apresiasi pada tingkatan penganalisaan. Jadi penilaian disini dengan menganalisa secara akurat sehingga hasilnya lebih terurai dan jelas.

Kegiatan mengapresiasi karya seni dapat dilakukan tahapan penikmatan, penghargaan, pemahaman, dan penghayatan. Tahapan-tahapan ini dalam proses apresiasi bukan urutan yang mutlak, namun tahapan yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Jika seseorang melakukan pengamatan terhadap karya seni, ada kemungkinan orang tersebut langsung dapat memberikan penghargaan atau penghayatan terhadap karya seni yang diamati apresiasi estetik, empatik, kritis.


(39)

2.5 Musik Nusantara 2.5.1 Musik

Menurut pendapat Soeharto (dalam Nugroho, 2010), Pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Namun dalam penyajiannya, sering dengan unsur-unsur lain, seperti bahasa, gerak, atau pun warna. Melodi adalah rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch) atau naik turunnya. Dapat merupakan satu bentuk rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch) atau naik-turunnya. Dapat merupakan satu bentuk ungkapan penuh atau hanya berupa penggalan ungkapan. Irama adalah gerak yang teratur yang mengalir, karena munculnya aksen secara tetap. Keindahan akan lebih terasa oleh adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan-satuan bunyinya (duration). Disebut juga ritme, rhythm, atau pun rhythm. Harmoni adalah perihal keselarasan paduan bunyi. Secara teknis meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya, atau dengan bentuk keseluruhannya.

Musik adalah seni yang paling abstrak sekaligus juga merupakan realitas fisika bunyi yang memiliki banyak keunggulan untuk membantu pendidikan watak halus seseorang. Musik telah banyak dikaji oleh para pemikir, kaum agama, pendidik, dan teoretikus seni, selain sebagai seni musik banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari tradisi, adat, hiburan, maupun pendidikan. (http://yunacahnjati.Blogspot .com/2008/12/ pengertian-musik.html)


(40)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602), musik merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi yang mengungkapkan pikiran dan bentuk ekspresi dalam penciptaannya melalui rangkaian suara atau nada- nada yang memiliki unsur unsur musik, yaitu ritme, melodi, harmoni dan bentuk serta memilik nilai kesatuan, keseimbangan dan keindahan.

2.5.2 Musik nusantara

Musik nusantara adalah musik yang tumbuh dan berkembang di wilayah kepulauan dan merupakan kebiasaan turun-temurun yang masih digunakan dalam masyarakat (Purnomo, 2010: 82). Musik nusantara dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Musik nusantara tumbuh dan berkembang didaerah setempat sehingga bahasa yang digunakan pula berasal dari daerah tersebut.

2. Daerah lain merasa tidak memiliki musik nusantara, melainkan musik tersebut hanya dimiliki daerah setempat.

3. Musik nusantara berkembang atau tumbuh seirama dengan konteks sosial budaya setempat.


(41)

2.5.3 Ragam Musik Nusantara

Menurut Setiawati (2007: 23) ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisional gamelan, musik keroncong, musik dangdut, musik mars, dan musik pop.

2.5.3.1 Musik Tradisional Gamelan

Gamelan merupakan instrumen musik orkes yang dikenal di beberapa daerah Indonesia, seperti di pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan. Sebagian besar perangkat gamelan terdiri dari alat musik pukul seperti gong, kenong dan kempul. Alat musik gesek (rebab) dan suling digunakan untuk menentukan nada dan memperindah lagu. Musik gamelan menggunakan dua jenis tangga nada yaitu, pelog dan slendro.

2.5.3.2Keroncong

Orkes keroncong dipengaruhi oleh musik Portugis. Istilah “Keroncong”

sendiri diduga berasal dari kata Protugis “crouco”, yang berarti kecil. Kata tersebut digunakan untuk menyebut nama alat musik petik kecil berbentuk gitar, yaitu ukulele yang menghasilkan bunyi “crong”. Musik ini berkembang sesuai dengan improvisasi masyarakat indonesia. Perkembangan ini diikuti dengan memasukkan alat musik lain sebagi pelengkap, sehingga menjadi orkes keroncong seperti sekarang.

2.5.3.3 Musik Dangdut

Musik dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik India dengan musik Melayu. Musik ini muncul pada tahun 1970-an. Kata “dangdut” berasal dari bunyi gendang khas yang umum digunakan dalam pertunjukan dangdut, yaitu


(42)

tabla. Gendang tersebut dapat menghasilkan bunyi yang unik yaitu “duuut”. Musik dangdut populer di masyarakat Indonesia dikarenakan suara gendang dalam musik tersebut mirip dengan suara gendang asli Indonesia.

2.5.3.4 Musik Mars

Musik mars lahir dari kondisi masyarakat Indonesia yang sedang terjajah oleh bangsa asing. Musik ini mempunyai ciri khas dengan ketukan keras. Musik mars tidak hanya dimainkan oleh band militer dalam baris-berbaris, tetapi juga saat ini masyarakat indonesia menggunakan musik mars sebagai media hiburan dalam peristiwa-peristiwa khusus.

2.5.4.5 Musik Pop

Musik pop adalah penggunaan ritme yang terasa bebas dan bersifat menghibur, mengesankan dan menarik dengan berbagai gaya. Musik dan lagu-lagu pop memiliki daya tarik bahkan jenis musik tersebut menjadi musik yang serius pada generasi-generasi selanjutnya.

2.6 Kerangka Berpikir

Pembelajaran seni musik yang diberikan di sekolah untuk meningkatkan apresiasi seni musik nusantara masih didominasi dengan menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang konvensional banyak ceramah tetapi sedikit praktek. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang aktif dan hasil belajar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Begitu pula rumitnya teori dalam pembelajaran seni musik yang menjadikan siswa belum mampu mengapresiasi karya musik nusantara secara maksimal. Untuk itu dibutuhkan sebuah pendekatan pembelajaran inovatif, aktif dan kreatif melalui pendekatan SAVI dalam kegiatan


(43)

belajar mengajar. Dengan aktifnya siswa dalam kelas diharapkan akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagaimana gambar berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Kondisi awal dalam proses pembelajaran guru telah menetapkan KKM 70 tetapi realitasnya yang mencapai ketentuan KKM hanya 30% dari siswa sejumlah 40 anak sedangkan 70% belum mencapai KKM 70. Selah satu penyebabnya guru belum menggunakan pendekatan SAVI. Hal inilah yang mengakibatkan aktivitas dan hasil belajar masih rendah. Tindakan berikutnya karena aktifitas dan hasil belajar yang masih rendah guru menggunakan pendekatan SAVI melalui tahapan siklus I : perncanaan, tidakan, observasi dan refleksi. Pada kondisi akhir telah

Kondisi awal Guru belum

menggunakan pendekatan SAVI

Aktivitas dan Hasil Belajar

Rendah

Tindakan Siklus I dan II :

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Guru menggunakan pendekatan SAVI Guru sudah menggunakan pendekatan SAVI dalam proses pembelajaran Aktivitas dan Hasil belajar meningkat Kondisi akhir


(44)

melakukan tindakan melalui penggunaan pendekatan SAVI dengan membandingkan hasil siklus I dan II akan dicapai aktifitas dan hasil belajar yang meningkat.

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diajukan suatu hipotesis 1. Pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar apresiasi musik

nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang.

2. Pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar apresiasi musik nusantara pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang.


(45)

32 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat disebut PTK (Kusumah dan Dwitagama 2010: 9).

Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam pelaksanaan PTK, peneliti menggunakan metode kolaborasi (kerjasama) antara peneliti dan guru dalam melakukan pembelajaran apresiasi musik Nusantara. Penelitian ini terbagi dalam dua siklus yang diawali dengan tahap prasiklus. Prasiklus dilaksanakan dengan menyesuaikan pembelajaran yang biasa oleh guru, dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam berapresiasi sebelum menggunakan metode yang akan diterapkan peneliti. Siklus I dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam berapresiasi dengan menggunakan metode yang diterapkan. Siklus II dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat peningkatan atau perkembangan siswa dalam mengapresiasi musik Nusantara.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Pemalang pada siswa kelas VIII B semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 yang dilaksanakan dalam 2 siklus


(46)

dengan perincian: siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu tanggal 13 dan 20 April 2013. Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu tanggal 27 April dan 4 bulan Mei 2013.

Penentuan waktu dilaksnakan tindakan kelas disesuaikan dengan jadwal tugas mengajar dan pembahasan kompetensi dasar: mengidentifikasi jenis karya seni musik tradisional nusantara.

3.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang, semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 40 siswa yang terdiri dari 18 laki – laki dan 22 perempuan.

Kelas VIII B dijadikan obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa hasil belajar kelas tersebut setelah dilakukan pembelajaran oleh guru dengan materi kompetensi mengidentifikasi jenis karya seni musik tradisional nusantara dengan KKM= 75 ketuntasan secara klasikal pada kondisi awal baru mencapai 25% dibandingkan dengan kelas lain.

3.4 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data yaitu : 3.4.1. Data primer

Data primer diambil dari hasil belajar siswa berupa hasil tes formatif. 3.4.2. Data sekunder

Data sekunder diambil dari hasil observasi selama berlangsungnya KBM di kelas.


(47)

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ada dua macam yaitu : 3.5.1. Teknik Tes

Teknik penilaian dengan teknik tes bermaksud untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa, hasil belajar siswa serta pertumbuhan dan perkembangan prestasi siswa. Dari hasil penilaian tersebut, akan dilakukan refleksi untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pengayaan materi dengan metode yang diterapkan.

3.5.1.1Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis baik pertanyaan maupun jawabannya. Tes tertulis ini dilakukan secara perorangan dengan mengerjakan sejumlah tes berbentuk pilihan ganda dan soal tes bentuk uraian (essay).

3.5.2. Teknik Bukan Tes 3.5.2.1Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Asmani 2011: 123). Observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung di tempat objek penelitian. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsung suatu kejadian yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti akan melakukan observasi terhadap siswa, yang dapat dilihat dari aspek perhatian, interaksi, tugas dan kerjasama. Selanjutnya, peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan


(48)

guru seni budaya yang meliputi penguasaan materi, teknik, metode, bahasa, kelas, alat evaluasi serta penyampaian tujuan pembelajaran, bahasa pengantar, materi pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran.

3.5.2.2Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti (Kusumah dan Dwitagama 2010: 77). Arikunto (2006: 155) menyatakan bahwa wawancara adalah sebuah dialog lisan yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan peneliti terhadap siswa dan guru seni budaya tentang pembelajaran dengan metode yang diterapkan.

3.5.2.3Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan merekam atau menyajikan data visual. Dalam hal ini dokumentasi dapat berupa data tentang objek penelitian dan data proses kegiatan belajar mengajar atau hasil pembelajaran. Dari beberapa dokumentasi yang dapat berupa data sekolah dan dokumentasi foto dapat memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan hasil penelitian, khususnya yang berhubungan dengan perilaku siswa selam proses pembelajaran.

3.6 Analisis dan Validasi Data

Pada penelitian ini data yang dianalisa adalah data primer (hasil belajar siswa) dan data sekunder (observasi pengamatan langsung). Analisa data primer yaitu analisis hasil belajar mata pelajaran seni musik dengan kompetensi dasar mengidentifikasi jenis karya seni musik tradisional nusantara.


(49)

Dalam pelaksanaan penelitian menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai awal, hasil yang dicapai dengan target, sedangkan data sekunder dianalisis dengan mengamati perubahan – perubahan yang terjadi pada setiap siklus.

Validasi data pada penelitian ini menggunakan deskripsi kuantitatif dan kualitatif yang dimaksudkan untuk menganalisis perkembangan pembelajaran dengan membandingkan kondisi awal dengan aktifitas dan hasil yang dicapai.

3.7 Indikator Keberhasilan

Kemampuan kompetensi dasar mengidentifikasi jenis karya seni musik tradisional nusantara dibagi menjadi empat skala dengan katagori sebagai berikut: (1) Tuntas (T) apabila siswa memperoleh nilai mencapai KKM atau lebih (2) Tidak Tuntas (TT) apabila siswa memperoleh nilai kurang dari KKM

Ketuntasan individual dengan KKM= 75. Ketuntasan klasikal, apabila siswa yang memperoleh nilai sama atau lebih dari KKM= 75 sudah mencapai 80 %

3.8 Prosedur Penelitian

Alur penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:


(50)

Siklus I

Siklus II Si

Gambar 2. Desain Penelitian Menurut Kusumah dan Dwitagama Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :

3.8.1 Pra Siklus 1

3.8.1.1Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan: 1. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2. Penyiapan skenario pembelajaran.

3.8.1.2Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal. 2. Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran. 3. Mengadakan tes tertulis.

Refleksi (Reflecting

)

Tindakan (Acting) Pengamatan

(Observing)

Perancanaan (Planning)

Tindakan (Acting)

Pengamatan (Observing) Refleksi

(Reflecting ) Perubahan

Perancanaan (Planning)


(51)

4. Penilaian hasil tes tertulis.

3.8.1.3 Pengamatan (observing) dilakukan dengan mengamati proses

pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

3.8.1.4 Refleksi (reflection) yaitu dengan menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada pra siklus.

3.8.2 Siklus I

3.8.2.1Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan: 1. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2. Penyiapan skenario pembelajaran.

3.8.2.2Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal.

2. Proses pembelajaran dengan menerapkan penanaman dan pemahaman konsep pendekatan SAVI.

3. Memodelkan strategi dan langkah-langkah model pembelajaran pendekatan SAVI antara lain:

a. Visual dilakukan dengan melihat visualisasi gambar dan video.

b. Auditori dilakukan dengan mendengarkan ceramah atau informasi dari guru serta melakukan tanya jawab terhadap siswa.

c. Somatis dilakukan dengan mengadakan pembelajaran aktif melalui alat gerak siswa.


(52)

4. Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran. 5. Mengadakan tes tertulis.

6. Penilaian hasil tertulis. 3.8.3 Siklus II pertemuan I

3.8.3.1Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan: 1. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2. Penyiapan skenario pembelajaran.

3.8.3.2Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal.

2. Proses pembelajaran dengan menerapkan penanaman dan pemahaman konsep metode SAVI.

3. Memodelkan strategi dan langkah-langkah model pembelajaran pendekatan SAVI.

a. Visual dilakukan dengan melihat visualisasi gambar dan video.

b. Auditori dilakukan dengan mendengarkan ceramah atau informasi dari guru serta melakukan tanya jawab terhadap siswa.

c. Somatis dilakukan dengan mengadakan pembelajaran aktif melalui alat gerak siswa.

d. Intelektual dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara tertulis. 4. Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran.

5. Mengadakan tes tertulis. 6. Penilaian hasil tertulis.


(53)

3.8.4 Siklus II pertemuan II

3.8.4.1Perencanaan (planning) dalam siklus II pertemuan II peneliti akan melakukan pemantapan pendekatan SAVI dengan tujuan agar tiap siswa dapat menyelesaikan tugas. Peneliti kemudian membuat RPP untuk perbaikan siklus II.

3.8.4.2Pelaksanaan (acting) terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal..

2. Memodelkan strategi dan langkah-langkah model pembelajaran pendekatan SAVI.

a. Visual dilakukan dengan melihat visualisasi gambar dan video.

b. Auditori dilakukan dengan mendengarkan ceramah atau informasi dari guru serta melakukan tanya jawab terhadap siswa.

c. Somatis dilakukan dengan mengadakan pembelajaran aktif melalui alat gerak siswa.


(54)

41 BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Peneliti telah mengadakan pengamatan selama satu bulan ( awal April – awal Mei 2013) dengan cara tidak langsung maupun langsung. Pengamatan dilakukan pada awal penelitian untuk memperoleh data mengenai gambaran umum SMP Negeri 7 Pemalang. Sedangkan pengamatan secara langsung dilakukan pada jam pelajaran Seni Budaya untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran Seni Budaya, khususnya pada pokok bahasan mengapresiasi karya seni musik melalui Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti. 4.1.1 Gambaran Umum SMP Negeri 7 Pemalang

4.1.1.1 Letak dan Status

SMP Negeri 7 Pemalang berlokasi di jalan Pemuda No. 32 Desa Mulyoharjo Kabupaten Pemalang. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di pusat kota Pemalang dan merupakan daerah pelajar-pelajar kota Pemalang menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan ada beberapa sekolah yang berdekatan dengan SMP Negeri 7 Pemalang antara lain SMP Negeri 4 Pemalang, SMP Negeri 2 Pemalang, dan sekolah swasta antara lain SMP Pius Pemalang dan SMP Veteran RI Pemalang.

SMP Negeri 7 Pemalang didirikan pada tahun 1958 dengan luas tanah 6007 m2. Sekolah tersebut merupakan peralihan dari SKN (Sekolah Kejuruan Negeri) yang pada tahun 1964 berubah menjadi ST (Sekolah Teknik) dan mulai tahun 1994 sampai sekarang berubah menjadi SMP Negeri 7 Pemalang. Kondisi


(55)

sekolah

tersebut sampai pada saat ini cukup kondusif dan status terakreditasi “

A “.

Gambar 3. SMP Negeri 7 Pemalang ( Foto : Anggoro Hamdan Saputro, April 2013) 4.1.1.2 Data Siswa, Rombongan Belajar dan Daftar Gedung

Pada tiga tahun pelajaran terakhir (2010-2013) perkembangan siswa SMP Negeri 7 Pemalang dapat dijelaskan sebagai berikut: Tahun pelajaran 2010/2011 jumlah siswa SMP Negeri 7 Pemalang sebanyak 813 siswa, tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 839 siswa dan tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 885 siswa dan rombongan belajar 24 kelas dengan rincian: kelas VII sebanyak 8 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 321 anak, kelas VIII sebanyak 8 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 319 anak dan kelas IX sebanyak 885 anak. Keadaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:


(56)

Tabel 1. Data Peserta Didik dan Rombel SMP Negeri 7 Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011- 2012/2013

Tahun ajaran Jml Penda

ftar

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jml(VII,VIII,

IX) Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel

2010/2011 529 275 7 267 7 271 7 813 21

2011/2012 520 321 8 258 8 260 8 839 24

2012/2013 496 321 8 319 8 245 8 885 24

(Sumber : SMP Negeri 7 Pemalang, tahun 2013) 4.1.1.3 Data Ruang Sekolah

Ruang sekolah sebagai bentuk sarana penunjang keberhasilan proses belajar mengajar keberadaannya sangat diperlukan. Oleh karena itu, pihak sekolah berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keadaan ruang atau gedung sebagai penunjang proses pembelajaran secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

a. Data Ruang Kelas

Tabel 2. Data Ruang Kelas SMP Negeri 7 Pemalang

Jumlah ruang kelas asli Jumlah ruang

lain yg digunakan untuk R. Kelas

Jml ruang yang digunakan R. Kelas Ukuran 7x9m2 Ukuran > 63m2 Ukuran < 63m2 Jumlah Ruang

Kelas 21 - 3 24 - 24


(57)

b. Data Ruang lainnya

Tabel 3. Data Ruang Lain SMP Negeri 7 Pemalang

Jenis Ruang Jml Ukuran

( m2 )

Jenis Ruang Jml Ukuran

( m2 )

1. Perpustakaan 1 7 x 15 4. Lab IPA 1 9 x 12

2. Ketrampilan 1 3 x 13 5. Lab. Bahasa - -

3. Multimedia - - 6. Lab Komputer 1 5 x 9

(Sumber: SMP Negeri 7 Pemalang tahun 2013) 4.1.1.4 Kondisi kelas obyek penelitian

Dari sejumlah kelas yang ada di SMP Negeri 7 Pemalang, peneliti mengambil sample kelas VIII yang berjumlah 8 kelas. Dari 8 kelas yang ada, peneliti memutuskan untuk menunjuk kelas VIII B sebagai obyek penelitian. Hal ini dikarenakan kelas VIII B sangat tepat untuk dijadikan obyek penelitian guna meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Seni Budaya dibandingkan dengan kelas lainnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal Pra siklus

Siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Pemalang berjumlah 40 anak yang terdiri atas 18 laki-laki dan 22 perempuan. Dari 40 siswa yang mengikuti ulangan harian 40 siswa. Soal ulangan harian sebanyak 15 butir dengan waktu 30 menit dan KKM 75. Hasil ulangan harian sangat rendah dimana nilai rata-ratanya hanya mencapai 71 dengan tingkat ketuntasan sebesar 25%. Faktor penyebab rendahnya prestasi belajar Seni Budaya apresiasi musik nusantara siswa kelas VIII B tersebut siswa belum optimal dalam mengikuti proses pembelajaran. Upaya penanaman


(58)

konsep yang dilakukan guru belum tepat. Proses pembelajaran masih berlangsung searah, artinya guru yang aktif sedangkan siswa pasif.

Hasil belajar pada prasiklus diperoleh dari tes yang dilakukan peneliti yang berkolaborasi dengan guru mata pelajaran seni budaya. Data hasil belajar pra siklus sebagai berikut:

Tabel 4. Gambaran kondisi awal data kelas VIII B

No Uraian Hasil

1 Tertinggi 78

2 Tengah 71

3 Terendah 63

3 Rata-rata 71,73

4 Ketuntasan 25%

( Sumber: Data Pra Siklus SMP N 7 Pemalang, April 2013)

Gambar 4. Proses Pembelajaran Pra Siklus (Foto: Anggoro Hamdan Saputro, April 2013) Data selengkapnya pada uraian dan tabel berikut :


(59)

Kondisi awal prestasi belajar siswa sangat rendah dilihat dari nilai tertinggi hanya mencapai 78, nilai tengah 71 dan nilai terendah 63. Rata- rata nilai kelas sebesar 71,3 dan ketuntasan hanya mencapai 25% dari 40 anak.

Tabel 5. Gambaran Aktivitas pada kondisi awal

Aktivitas

Kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Perhatian 13 15 12

Interaksi 14 16 10

Tugas 13 16 11

Kerjasama 12 18 10

(Sumber: Data Aktivitas Pada Prasiklus SMP N 7 Pemalang, April 2013)

Memperhatikan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa seperti tabel di atas dapat diuraikan sebagai berkut:

1. Pada aspek perhatian 13 siswa pada kriteria tinggi , 15 siswa berkriteria sedang dan 12 siswa berkriteria rendah.

2. Pada aspek interaksi 14 siswa pada kriteria tinggi, 16 siswa berkriteria sedang dan 10 siswa berkriteria rendah.

3. Pada aspek penugasan 13 siswa pada kriteria tinggi, 16 siswa berkriteria sedang dan 11 siswa berkriteria rendah.

4. Pada aspek kerjasama 12 siswa pada kriteria tinggi, 18 siswa berkriteria sedang dan 10 siswa berkriteria rendah.

4.2.2 Deskripsi Siklus 1

Tindakan yang diberikan kepada siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI terlaksana dalam program pembelajaran pada siklus I merupakan tahap penanaman dan pemahaman konsep yang terdiri atas menanamkan dan


(60)

memahamkan konsep. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan SAVI antara lain: Visual dilakukan dengan cara menunjukan tayangan video mengenai materi musik nusantara, kemudian Auditori dilakukan dengan cara guru memberikan ceramah atau informasi serta melakukan tanya jawab terhadap siswa. Selanjutnya, peneliti dan guru seni budaya dalam penelitian ini memanfaatkan media pembelajaran alat musik angklung sebagai media pembelajaran apresiasi musik nusantara, Somatis dilakukan dengan cara siswa diajak untuk memainkan angklung secara individu dan berurutan. Untuk tahap yang terakhir, aspek Intelektual dilakukan peneliti dan guru dengan berkolaborasi memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui sejauh apa siswa dapat menerima materi yang diajarkan. Penerapan berbagai metode pembelajaran tersebut dapat menarik minat siswa.

Gambar 5. Proses pembelajaran apresiasi pada siklus I (Foto: Anggoro Hamdan Saputro, April 2013)

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan, siswa diberikan tes berupa soal. Data yang terkumpul dianalisis menurut prosedur analisis deskriptif kuantitatif. Soal tes sebanyak 15 butir berbentuk obyektif


(61)

dengan waktu mengerjakan 30 menit. KKM yang ditentukan 75. Hasil tes siswa disajikan dengan tabel berikut:

Tabel 6. Gambaran Kondisi Hasil Belajar Pada Siklus I

No Uraian Hasil

1 Tertinggi 80

2 Tengah 76

3 Terendah 68

3 Rata-rata 74,9

4 Ketuntasan 47%

( Sumber: Anggoro Hamdan Saputro, April 2013)

Data selengkapnya pada uraian dan tabel berikut:

Pada siklus I prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang didapat pada siklus I dengan nilai tertinggi mencapai 80, nilai tengah 76 dan nilai terendah 68. Rata- rata nilai kelas sebesar 74,9 dan ketuntasan mencapai 47% dari 40 anak. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran seni budaya melakukan pengamatan selama berlangsungnya program pembelajaran. Obyek pengamatan meliputi kegiatan siswa dan guru. Hasil pengamatan siklus I terhadap siswa pada lembar pengamatan berikut :

Tabel 7. Gambaran Aktivitas Pada Siklus I

Aktivitas

Kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Perhatian 22 9 9

Interaksi 21 11 8

Tugas 22 10 8

Kerjasama 21 11 8


(62)

Memperhatikan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa seperti tabel di atas dapat diuraikan sebagai berkut:

1. Pada aspek perhatian 22 siswa pada kriteria tinggi , 9 siswa berkriteria sedang dan 9 siswa berkriteria rendah.

2. Pada aspek interaksi 21 siswa pada kriteria tinggi, 11 siswa berkriteria sedang dan 8 siswa berkriteria rendah.

3. Pada aspek penugasan 22 siswa pada kriteria tinggi, 10 siswa berkriteria sedang dan 8 siswa berkriteria rendah.

4. Pada aspek kerjasama 21 siswa pada kriteria tinggi, 11 siswa berkriteria sedang dan 8 siswa berkriteria rendah.

4.2.3 Deskripsi Siklus II Pertemuan I

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, penulis menyusun perencanaan tindakan siklus II pertemuan 1 diawali menyusun RPP perbaikan. Tindakan dilaksanakan dalam bentuk program pembelajaran. Program pembelajaran Siklus II pertemuan 1 dengan penerapan pendekatan SAVI merupakan tahap melakukan percobaan. Penerapan pendekatan SAVI diharapkan menumbuhkan semangat siswa dalam belajar. Aktivitas siswa belajar Seni Budaya menjadi lebih tinggi karena pembelajaran yang menyenangkan. Penerapan pendekatan SAVI dalam proses pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 antara lain: Visual dilakukan dengan cara menunjukan tayangan video mengenai materi musik nusantara, kemudian Auditori dilakukan dengan cara guru memberikan ceramah atau informasi serta melakukan tanya jawab terhadap siswa. Selanjutnya, peneliti dan guru seni budaya dalam penelitian ini kembali memanfaatkan media pembelajaran alat musik angklung


(63)

sebagai media pembelajaran apresiasi musik nusantara, Somatis dilakukan dengan cara siswa diajak untuk memainkan angklung secara berkelompok dan bergantian. Untuk tahap yang terakhir, aspek Intelektual dilakukan peneliti dan guru dengan berkolaborasi memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui sejauh apa siswa dapat menerima materi yang diajarkan.

Gambar 6. Proses pembelajaran apresiasi (Foto: Anggoro Hamdan Saputro, April 2013)

Untuk mengetahui tingkat kebrhasilan pelaksanaan tindakan, siswa diberi tes berupa soal. Data yang terkumpul dianalisi menurut prosedur analisis deskriptif kuantitatif. Soal tes sebanyak 15 butir berbentuk objektif dengan waktu mengerjakan 30 menit. KKM yang ditentukan 75. Hasil tes siswa disajikan dengan tabel berikut:


(64)

Tabel 8. Gambaran Kondisi Hasil Belajar Pada Siklus 2 Pertemuan 1

No Uraian Hasil

1. Tertinggi 82

2. Tengah 77

3. Terendah 70

4. Rata-rata 77

5. Ketuntasan 65%

(Sumber: Anggoro Hamdan Saputro, April 2013)

Pada siklus II pertemuan 1 prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang didapat pada siklus II pertemuan 1 dengan nilai tertinggi mencapai 82, nilai tengah 77 dan nilai terendah 70. Rata- rata nilai kelas sebesar 77 dan ketuntasan mencapai 65% dari 40 anak. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran seni budaya melakukan pengamatan selama berlangsungnya program pembelajaran. Obyek pengamatan meliputi kegiatan siswa dan guru. Hasil pengamatan siklus I terhadap siswa pada lembar pengamatan berikut :

Tabel 9. Gambaran Aktivitas Pada Siklus II Pertemuan 1

Aktivitas

Kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Perhatian 29 6 5

Interaksi 29 7 4

Tugas 29 6 5

Kerjasama 28 8 4

(Sumber: Data Aktivitas Siklus II Pertemuan 1 SMP N 7 Pemalang, April 2013)

Memperhatikan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa seperti tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut:


(65)

1. Pada aspek perhatian 29 siswa pada kriteria tinggi , 6 siswa berkriteria sedang dan 5 siswa berkriteria rendah.

2. Pada aspek interaksi 29 siswa pada kriteria tinggi, 7 siswa berkriteria sedang dan 4 siswa berkriteria rendah.

3. Pada aspek penugasan 29 siswa pada kriteria tinggi, 6 siswa berkriteria sedang dan 5 siswa berkriteria rendah.

4. Pada aspek kerjasama 28 siswa pada kriteria tinggi, 8 siswa berkriteria sedang dan 4 siswa berkriteria rendah.

4.2.4 Deskripsi SIKLUS II Pertemuan 2

Berdasarkan hasil refleksi siklus II pertemuan 1, penulis menyusun perencanaan tindakan Siklus II pertemuan 2 diawali menyusun RPP perbaikan. Tindakan dilaksanakan dalam bentuk program pembelajaran. Program pembelajaran Siklus II pertemuan 2 dengan penerapan pendekatan SAVI merupakan tahap melakukan percobaan. Penerapan pendekatan SAVI diharapkan menumbuhkan semangat siswa dalam belajar. Aktivitas siswa belajar Seni Budaya menjadi lebih tinggi karena pembelajaran yang menyenangkan. Penerapan pendekatan SAVI dalam siklus II pertemuan 2 antara lain: Visual dilakukan dengan cara menunjukan tayangan video mengenai materi musik nusantara, kemudian Auditori dilakukan dengan cara guru memberikan ceramah atau informasi yang lebih serta melakukan tanya jawab terhadap siswa. Selanjutnya, peneliti dan guru seni budaya dalam penelitian ini kembali memanfaatkan media pembelajaran alat musik angklung sebagai media pembelajaran apresiasi musik nusantara, Somatis dilakukan dengan cara siswa diajak untuk memainkan


(66)

angklung secara berkelompok dan bergantian. Untuk tahap yang terakhir, aspek Intelektual dilakukan peneliti dan guru dengan berkolaborasi memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui sejauh apa siswa dapat menerima materi yang diajarkan.

Gambar 7. Proses pembelajaran apresiasi pada siklus II (Foto: Anggoro Hamdan Saputro, Mei 2013)

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan, siswa diberi tes berupa soal. Data yang terkumpul dianalisa menurut prosedur analisis deskriptif kuantitatif. Soal tes sebanyak 15 butir berbentuk obyektif dengan waktu mengerjakan 30 menit. KKM yang ditentukan 75. Hasil tes siswa disajikan dengan tabel berikut:

Tabel 10. Gambaran kondisi Hasil Belajar Pada Siklus 2 pertemuan 2

No Uraian Hasil

1. Tertinggi 86

2. Tengah 81

2. Terendah 74

3. Rata-rata 79,7

4. Ketuntasan 90%


(67)

Data selengkapnya pada tabel nilai ulangan harian berikut :

Pada siklus II pertemuan 2 prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang didapat pada siklus II pertemuan 2 dengan nilai tertinggi mencapai 86, nilai tengah 81, nilai terendah 74 dan rata- rata nilai kelas sebesar 79,7. Kondisi Siklus II pertemuan 2 meningkat dilihat dari rata-rata kelas dan ketuntasan 90%. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran Seni Budaya melakukan pengamatan selama berlangsungnya program pembelajaran. Obyek pengamatan meliputi kegiatan siswa dan guru. Hasil pengamatan siklus II pertemuan 2 terhadap siswa pada lembar pengamatan berikut:

Tabel 11. Gambaran Aktivitas Pada Siklus II Pertemuan 2

Aktivitas

Kriteria

Tinggi Sedang Rendah

Perhatian 34 4 2

Interaksi 34 5 1

Tugas 34 3 3

Kerjasama 33 5 2

(Sumber: Data Aktivitas Siklus II pertemuan 2 SMP N 7 Pemalang, April 2013)

Memperhatikan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa seperti tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pada aspek perhatian 34 siswa pada kriteria tinggi , 4 siswa berkriteria sedang dan 2 siswa berkriteria rendah.

2. Pada aspek interaksi 34 siswa pada kriteria tinggi, 5 siswa berkriteria sedang dan 1 siswa berkriteria rendah.

3. Pada aspek penugasan 34 siswa pada kriteria tinggi, 3 siswa berkriteria sedang dan 3 siswa berkriteria rendah.


(1)

125

HASIL PENGAMATAN TERHADAP GURU PADA SIKLUS II PERTEMUAN II

No Indikator

Tingkat

Keterangan Tinggi Sedang Rendah

1 Penguasaan materi V

2 Penguasaan teknik V

3 Penguasaan metode V

4 Penguasaan Bahasa V

5 Penguasaan kelas V

6 Penguasaan alat evaluasi V

7 Penyampaian tujuan pembelajaran V Ada, Jelas

8 Penyampaian bahasa pengantar V Mudah dipahami

9 Penyampaian materi pembelajaran V Jelas, runtut


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA ALAT MUSIK RITMIS DAN MELODIS MATERI MENGENAL ALAT MUSIK RITMIS DAN MELODIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 01 WIYOROWETAN ULUJAMI PEMALANG

6 65 222

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA Penerapan Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 02 Sukoharjo Tahun 2015/2016.

0 2 12

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA Penerapan Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 02 Sukoharjo Tahun 2015/2016.

0 2 18

PENDAHULUAN Penerapan Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 02 Sukoharjo Tahun 2015/2016.

0 2 6

PENGARUH AKTIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Aktivitas Dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Purwodadi Tahun 2012/2013.

0 1 16

PENGARUH AKTIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 Pengaruh Aktivitas Dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Purwodadi Tahun 2012/2013.

0 1 12

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII.B SMP PGRI PEKANBARU

0 1 7

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

0 0 11

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Tanjung Menggunakan Pendekatan Eksperimen

0 0 8

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PALU

0 0 11