PERANAN KEPALA DISTRIK DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Suatu Studi di Distrik Bibida Kabupaten Paniai Propinsi Papua
Oleh : NICOLAUS YATIPAI
Abstrak
Terselenggaranya good governanace di wilayah pemerintahan Distrik merupakan prasyarakat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-
cinta bangsa dan Negara. Dalam hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggunjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. perluh
diperhatikan pula adanya mekanisme untuk menguasai akutanbilitas pada instansi pemerintah di Distrik dan memperkuat peran dan kapasitas pemerintah Distrik, serta
tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas. Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikassi resposbilitas manajerial pada tiap lingkungan
organisasi yang tujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada tiap bagian. Masing-masing individu pada tiap jajaran aparatur bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang
dilaksanakan pada bagiannya. Peraturan pemerintah No. 101 Tahun 2000, merumuskan arti good governance sebagai berikut : emerintahan yang mengembang akan dan menerapkan
prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas , teransparansi, pelayana prima ,demokrasi, efektifitas dan efisiensi , supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
a. Latar Belakang
Didalam implementasi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 dibidang ketatanegaraan pemerintah Republik Indonesia dinyatakan bahwa pembagian daerah indonesia atas daerah
besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang pemerintah daerah. Salah satu agenda penting reformasi dan sebagai batu penjuru
penyelenggaraa pemerintahan daerah adalah kehadiran Undang-Undang No.32 tahun 2004 . Yaitu penyelenggaraan desentralisasi dan otomoni daerah telah membawah serangkaian
perubahan, baik pada tataran filosofi, pola dan fungsi utama penyelenggaraan pemerintahan daerah, maupun paradigmayang digunakan. Dengan keleluasaan kewenangan yang diberikan
kepada setiap daerah otonomi dan diterapkan pola otonomi asimetris, maka format dan isi otonomi daerah akan berbeda antara satu sama lainnya. Refleksi dan keleluasaan kewenangan
pemerintahan Distrikkecamatan telah berubah statusnya menjadi wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupatenkota, serta perubahan fungsi utama pemerintah daerah
yang menjadi fasilitator dan pelayanan masyarakat. Undang-undang 21 tahun 2001 tentang
otonomi khusus bagi propinsi papua, adalah kewenangan khusus yang diakuai dan memberikan kepada propinsi papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat.
Tentang pedoman organisasi DistrikKecamatan juga menyebutkan bahwa Kepala DistrikCamat mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan wewenang pemerintahan yang
dilimpahkan oleh Bupatiwalikota. Dan juga Kepala Distrik sebagai perangkat Daerah maka, kepala distrik memiliki kewenangan delegatif, yaitu: Distrik dipimpin oleh Kepala Distrik
yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang BupatiWalikota untuk menangani sebagian urusan otonomi. Tugas dan fungsi Kepala
Distrik sebagai administrator pemerintahan, administrator pembangunan, dan administrator kemasyarakatan. Jelas memainkan peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasikan
berbagai aktivitas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakat baik sebagai instansi vertikal maupun instansi-instansi otonomidinas-dinas daerah yang ada di wilayah Distrik.
Mekanisme koordinasi dalam rangka peranan Kepala Distrik dalam penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Distrik sangat ditentukan oleh unsur itu sendiri. Di lain sisi, Kepala
Distrik sebagai kepala wilayah dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk mengkoordinasikan seluruh aktivitas instansi terkait diwilayahnya, sementara disisi lain,
Kepala Distrik adalah perangkat daerah kabupatenkota.Tugasnyapelaksana sebagian wewenang yang dilimpahkan oleh BupatiWalikota.kepala distrik memiliki otoritas untuk
mengambil kebijakan-kebijakan, baik yang berkaitan dengan implementasi dari pusat atau menciptakan kondisi-kondisi baru yang mendukung kearah tujuan organisasi pemerintahan
diwilayahnya sebagai akibat dari tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.
Dalam otonomi khusus propinsi Papua, juga tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai individu yang merupakan bagian
dari integral yang sangat penting dari sistem pemerintah daerah. Karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi khusus Papua lebih ditinjau pada upaya membangun orgaranisasi
efektif dan efisien. Semangat reformasi telah mewarnai pemberdayagunaa aparatur pemerintah dengan tuntutan mewujudkan administrasi pemerintah yang mampu mendukung
kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan, dengan mempraktekan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik
good governance. Selain itu, masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dan mengikut sertakan dalam pengambilan kebijakan yang dilakukan
oleh kepala Distrik dalam penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Distrik serta, dalam menanggulangi korupsi, kolusi dan nepotisme KKN, sehingga tercipta pemerintahan yang
bersih dan mampu menyediakan iklim masyarakat yang konduktif public goods dan pelayanan service sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.
b. Perumusan Masalah