Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.).

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS
(Asparagus officinalis L.)

OLEH
MUTIARA HANUM
A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS
(Asparagus officinalis L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor


Oleh
Mutiara Hanum
A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

RINGKASAN

MUTIARA HANUM. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan
Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.). (Dibimbing oleh
ADIWIRMAN dan WINARSO DRAJAD WIDODO).
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap
pertumbuhan bibit tanaman asparagus dan mengetahui jenis media tanam yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman asparagus terbaik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2009, di screenhouse (rumah ketat serangga) Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF (International Cooperation and Development Fund), Cikarawang, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor yaitu media tanam dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari:
pasir : kompos (M1); pasir : tanah : pupuk kandang ayam (M2); pasir : tanah :
arang sekam (M3); pasir : tanah : kompos (M4); pasir : tanah : dan serbuk sabut

kelapa (M5).
Bahan tanaman yang digunakan adalah benih asparagus varietas UC 800.
Varietas ini dihasilkan oleh Universitas California dan khusus dikembangkan untuk daerah tropika seperti Indonesia. Varietas ini memiliki rebung agak panjang
dan berkualitas bagus. Saat ini varietas UC 800 dikembangkan di Bogor, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dapat meningkatkan peubah yang diamati yaitu: tinggi tanaman, jumlah cladophyl, jumlah
cabang, jumlah tunas baru, diameter batang, bobot basah, bobot kering tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Media tanam yang menghasilkan pertumbuhan paling baik pada bibit asparagus adalah campuran pasir dan kompos.(M1).

Judul : PENGARUH..JENIS..MEDIA..TANAM..TERHADAP
PERTUMBUHAN..BIBIT..TANAMAN..ASPARAGUS..
(Asparagus officinalis L.)
Nama : Mutiara Hanum
NRP

: A24050822

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Ir. Adiwirman, MS.

Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS.

NIP. 19620416 198703 1001

NIP. 19620831 198703 1001

Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.
NIP : 19611101 198703 1003

Tanggal Lulus : .............................

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1987. Penulis merupakan anak keenam dari pasangan Bapak Zaini Hamzah dan Ibu Karnasih.
Latar belakang pendidikan penulis diawali dari TK Al-Azhar Pusat Jakarta
pada tahun 1993. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SD Al-Azhar Pusat Jakarta,
kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Al-Azhar Pusat
Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Al-Azhar 1 Jakarta pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis sempat menjadi anggota dalam beberapa organisasi dan menjadi anggota panitia dalam suatu acara serta menjalani kegiatan magang di beberapa tempat. Pada tahun 2007 penulis menjadi anggota
LENSA yang menggeluti bidang fotografi. Pada tahun 2008 penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) dan masuk ke dalam divisi
Pengembangan Pertanian (BANGTAN). Penulis cukup aktif di kepanitiaan acara
mahasisa antara lain sebagai anggota divisi acara pada Festival Tanaman ke – 28
(FESTA XXVIII) dan anggota divisi acara pada Masa Perkenalan Departemen.
Penulis juga sempat mengikuti kegiatan magang seperti pada tahun 2007 penulis
melakukan magang di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) dan pada tahun
2008 penulis magang di Kebun Raya Bogor (KRB).

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak. Penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ditujukan kepada :
a. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kakak, dan adik yang selalu memberikan
kasih sayang, semangat, dan doa yang tak henti.
b. Dr. Ir. Adiwirman, MS. dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
c. Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF yang telah memberikan izin penggunaan screenhouse sebagai tempat penelitian.
d. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura 42 yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
e. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan, serta dapat dimanfaatkan untuk kelancaran penelitian selanjutnya.

Bogor, Maret 2010

Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................
Tujuan..........................................................................................................
Hipotesis......................................................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Asparagus.........................................................................................
Syarat Tumbuh Asparagus..........................................................................
Cara Perbanyakan Asparagus......................................................................
Persemaian Asparagus.................................................................................
Media...........................................................................................................
Tanah...........................................................................................................
Pasir.............................................................................................................
Kompos........................................................................................................
Serbuk Sabut Kelapa....................................................................................
Arang Sekam...............................................................................................
Pupuk Kandang Ayam.................................................................................

4
5
6
7
8
8
9
10

10
11
11

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat......................................................................................
Bahan dan Alat............................................................................................
Metode Penelitian…………….…………………………………………...
Pelaksanaan Penelitian…………………………………………………….
Pengamatan………………………………………………………………..

12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil..............................................................................................................
Pembahasan..................................................................................................


15
25

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................................
Saran.............................................................................................................

30
30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

31

iv

DAFTAR TABEL

Nomor


Halaman

1.

Kandungan..Nitrogen,.Fosfor,.Kalium,.pH,.EC..pada..Berbagai..Jenis
Media Tanam........................................................................................

15

2

Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah (1-11 MST)............................

17

3.

Pengaruh.Media.Tanam.terhadap.Perkecambahan Benih.....................


18

4.

Pengaruh Media Tanam terhadap Diameter Batang…………………..

22

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Kumbang Asparagus (Crioceris asparagi L.) dan Tanaman yang 16
Terkena Penyakit Karat Asparagus (Puccinia asparagi)......................

2.

Penampilan Tanaman Asparagus Berumur 12 MST pada Setiap 18
Perlakuan Jenis Media Tanam..............................................................
Pertumbuhan..Rata-Rata..Tinggi..Tanaman..A...officinalis..pada
19
Berbagai Jenis Media Tanam..............................................................

3.
4.

Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cladophyl Tanaman A. officinalis 20
pada Berbagai Jenis Media Tanam......................................................

5.

Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cabang A. officinalis pada Berbagai 21
Jenis Media Tanam…………………………………………………...

6.

Pertumbuhan Rata-Rata Tunas Baru A. officinalis pada Berbagai
Jenis Media Tanam...............................................................................

7.

Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Bobot Tajuk A. officinalis...... 23

8.

Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Bobot Akar A. officinalis.......

22

24

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia membutuhkan asupan makanan yang bergizi agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Manusia mengkonsumsi berbagai bahan pangan untuk mendapatkan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu bahan pangan yang penting
untuk dikonsumsi adalah sayuran. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa sayur
sebagai bahan pangan tidak termasuk makanan pokok melainkan sebagai pelengkap. Meskipun demikian sayur memiliki fungsi yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia.
Sayuran merupakan sumber utama mineral dalam diet makanan. Beberapa
mineral penting seperti besi, kalsium, dan fosfor dipasok oleh sayuran, selain itu
protein, karbohidrat, dan bahan serat juga terkandung di sayuran (Williams et al.,
1993). Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan mineral pada sayur tidak dapat
disubstitusi oleh makanan pokok (Nazaruddin, 1999).
Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura, Deptan, konsumsi sayuran pada
tahun 2007 sebesar 36.63 kg/kapita/tahun. Sedangkan menurut standar lembaga
pangan dan pertanian dunia (FAO) seharusnya konsumsi sayuran di Indonesia
sebesar 65.75 kg/kapita/tahun.(1) Hal ini sangat disayangkan karena sayuran merupakan sumber yang murah untuk protein penting dan nutrien lain, dan juga karena
penduduk negara-negara tropika sangat kurang mengkonsumsi daging, telur, dan
hasil-hasil susu yang seharusnya memasok nutrien tersebut.
Salah satu jenis sayuran yang memiliki banyak manfaat adalah asparagus
(Asparagus officinalis L.). Asparagus dapat diolah menjadi beragam masakan
yang lezat, selain itu asparagus juga mempunyai kandungan gizi yang sangat baik.
Dalam setiap 100 g, rebung asparagus mengandung protein 3.2 g, kalsium 23 g,
fosfor 83 g, vit A 1.200 - 9 801.4 mg, vit C 19 - 15 mg, lemak 0.19 - 0.4 g, karbohidrat 4.0 - 4.2 g, dan H2O 74.3%. Selain itu beragam mineral, kalsium, potasium, vitamin A, D juga E terdapat di dalamnya. Kandungan potasium (kalium)
dalam asparagus sangat tinggi, sekitar 200 mg dalam 100 g bahan.(2)
1
2

http://www.agina-online.com/show_article [9 Februari 2009]
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php [2 Februari 2009]

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS
(Asparagus officinalis L.)

OLEH
MUTIARA HANUM
A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS
(Asparagus officinalis L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Mutiara Hanum
A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

RINGKASAN

MUTIARA HANUM. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan
Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.). (Dibimbing oleh
ADIWIRMAN dan WINARSO DRAJAD WIDODO).
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap
pertumbuhan bibit tanaman asparagus dan mengetahui jenis media tanam yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman asparagus terbaik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2009, di screenhouse (rumah ketat serangga) Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF (International Cooperation and Development Fund), Cikarawang, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor yaitu media tanam dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari:
pasir : kompos (M1); pasir : tanah : pupuk kandang ayam (M2); pasir : tanah :
arang sekam (M3); pasir : tanah : kompos (M4); pasir : tanah : dan serbuk sabut
kelapa (M5).
Bahan tanaman yang digunakan adalah benih asparagus varietas UC 800.
Varietas ini dihasilkan oleh Universitas California dan khusus dikembangkan untuk daerah tropika seperti Indonesia. Varietas ini memiliki rebung agak panjang
dan berkualitas bagus. Saat ini varietas UC 800 dikembangkan di Bogor, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dapat meningkatkan peubah yang diamati yaitu: tinggi tanaman, jumlah cladophyl, jumlah
cabang, jumlah tunas baru, diameter batang, bobot basah, bobot kering tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Media tanam yang menghasilkan pertumbuhan paling baik pada bibit asparagus adalah campuran pasir dan kompos.(M1).

Judul : PENGARUH..JENIS..MEDIA..TANAM..TERHADAP
PERTUMBUHAN..BIBIT..TANAMAN..ASPARAGUS..
(Asparagus officinalis L.)
Nama : Mutiara Hanum
NRP

: A24050822

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Adiwirman, MS.

Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS.

NIP. 19620416 198703 1001

NIP. 19620831 198703 1001

Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.
NIP : 19611101 198703 1003

Tanggal Lulus : .............................

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1987. Penulis merupakan anak keenam dari pasangan Bapak Zaini Hamzah dan Ibu Karnasih.
Latar belakang pendidikan penulis diawali dari TK Al-Azhar Pusat Jakarta
pada tahun 1993. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SD Al-Azhar Pusat Jakarta,
kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Al-Azhar Pusat
Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Al-Azhar 1 Jakarta pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis sempat menjadi anggota dalam beberapa organisasi dan menjadi anggota panitia dalam suatu acara serta menjalani kegiatan magang di beberapa tempat. Pada tahun 2007 penulis menjadi anggota
LENSA yang menggeluti bidang fotografi. Pada tahun 2008 penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) dan masuk ke dalam divisi
Pengembangan Pertanian (BANGTAN). Penulis cukup aktif di kepanitiaan acara
mahasisa antara lain sebagai anggota divisi acara pada Festival Tanaman ke – 28
(FESTA XXVIII) dan anggota divisi acara pada Masa Perkenalan Departemen.
Penulis juga sempat mengikuti kegiatan magang seperti pada tahun 2007 penulis
melakukan magang di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) dan pada tahun
2008 penulis magang di Kebun Raya Bogor (KRB).

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak. Penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ditujukan kepada :
a. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kakak, dan adik yang selalu memberikan
kasih sayang, semangat, dan doa yang tak henti.
b. Dr. Ir. Adiwirman, MS. dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
c. Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF yang telah memberikan izin penggunaan screenhouse sebagai tempat penelitian.
d. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura 42 yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
e. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan, serta dapat dimanfaatkan untuk kelancaran penelitian selanjutnya.

Bogor, Maret 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................
Tujuan..........................................................................................................
Hipotesis......................................................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Asparagus.........................................................................................
Syarat Tumbuh Asparagus..........................................................................
Cara Perbanyakan Asparagus......................................................................
Persemaian Asparagus.................................................................................
Media...........................................................................................................
Tanah...........................................................................................................
Pasir.............................................................................................................
Kompos........................................................................................................
Serbuk Sabut Kelapa....................................................................................
Arang Sekam...............................................................................................
Pupuk Kandang Ayam.................................................................................

4
5
6
7
8
8
9
10
10
11
11

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat......................................................................................
Bahan dan Alat............................................................................................
Metode Penelitian…………….…………………………………………...
Pelaksanaan Penelitian…………………………………………………….
Pengamatan………………………………………………………………..

12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil..............................................................................................................
Pembahasan..................................................................................................

15
25

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................................
Saran.............................................................................................................

30
30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

31

iv

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Kandungan..Nitrogen,.Fosfor,.Kalium,.pH,.EC..pada..Berbagai..Jenis
Media Tanam........................................................................................

15

2

Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah (1-11 MST)............................

17

3.

Pengaruh.Media.Tanam.terhadap.Perkecambahan Benih.....................

18

4.

Pengaruh Media Tanam terhadap Diameter Batang…………………..

22

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Kumbang Asparagus (Crioceris asparagi L.) dan Tanaman yang 16
Terkena Penyakit Karat Asparagus (Puccinia asparagi)......................

2.

Penampilan Tanaman Asparagus Berumur 12 MST pada Setiap 18
Perlakuan Jenis Media Tanam..............................................................
Pertumbuhan..Rata-Rata..Tinggi..Tanaman..A...officinalis..pada
19
Berbagai Jenis Media Tanam..............................................................

3.
4.

Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cladophyl Tanaman A. officinalis 20
pada Berbagai Jenis Media Tanam......................................................

5.

Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cabang A. officinalis pada Berbagai 21
Jenis Media Tanam…………………………………………………...

6.

Pertumbuhan Rata-Rata Tunas Baru A. officinalis pada Berbagai
Jenis Media Tanam...............................................................................

7.

Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Bobot Tajuk A. officinalis...... 23

8.

Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Bobot Akar A. officinalis.......

22

24

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia membutuhkan asupan makanan yang bergizi agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Manusia mengkonsumsi berbagai bahan pangan untuk mendapatkan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu bahan pangan yang penting
untuk dikonsumsi adalah sayuran. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa sayur
sebagai bahan pangan tidak termasuk makanan pokok melainkan sebagai pelengkap. Meskipun demikian sayur memiliki fungsi yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia.
Sayuran merupakan sumber utama mineral dalam diet makanan. Beberapa
mineral penting seperti besi, kalsium, dan fosfor dipasok oleh sayuran, selain itu
protein, karbohidrat, dan bahan serat juga terkandung di sayuran (Williams et al.,
1993). Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan mineral pada sayur tidak dapat
disubstitusi oleh makanan pokok (Nazaruddin, 1999).
Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura, Deptan, konsumsi sayuran pada
tahun 2007 sebesar 36.63 kg/kapita/tahun. Sedangkan menurut standar lembaga
pangan dan pertanian dunia (FAO) seharusnya konsumsi sayuran di Indonesia
sebesar 65.75 kg/kapita/tahun.(1) Hal ini sangat disayangkan karena sayuran merupakan sumber yang murah untuk protein penting dan nutrien lain, dan juga karena
penduduk negara-negara tropika sangat kurang mengkonsumsi daging, telur, dan
hasil-hasil susu yang seharusnya memasok nutrien tersebut.
Salah satu jenis sayuran yang memiliki banyak manfaat adalah asparagus
(Asparagus officinalis L.). Asparagus dapat diolah menjadi beragam masakan
yang lezat, selain itu asparagus juga mempunyai kandungan gizi yang sangat baik.
Dalam setiap 100 g, rebung asparagus mengandung protein 3.2 g, kalsium 23 g,
fosfor 83 g, vit A 1.200 - 9 801.4 mg, vit C 19 - 15 mg, lemak 0.19 - 0.4 g, karbohidrat 4.0 - 4.2 g, dan H2O 74.3%. Selain itu beragam mineral, kalsium, potasium, vitamin A, D juga E terdapat di dalamnya. Kandungan potasium (kalium)
dalam asparagus sangat tinggi, sekitar 200 mg dalam 100 g bahan.(2)
1
2

http://www.agina-online.com/show_article [9 Februari 2009]
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php [2 Februari 2009]

2

Sayuran asparagus termasuk rendah kalori tetapi memiliki kandungan serat
(dietary fiber) yang sangat tinggi. Serat tersebut mampu mengikat zat karsinogen
penyebab kanker dan membantu kelancaran proses pencernaan tubuh. Senyawa
penting lain yang dikandung asparagus antara lain flavonoid rutin, kaemferol, dan
flavanol. Zat-zat ini penting sebagai antioksidan.(3)
Asparagus merupakan tanaman asli dari daerah subtropika, sehingga memiliki syarat tumbuh yang khas. Namun asparagus juga dapat ditanam di daerah
tropika seperti Indonesia. Asparagus cocok ditanam di daerah dataran tinggi dan
pegunungan maupun dataran rendah di Indonesia dengan curah hujan dan jenis
tanah yang cocok. Cara budidaya asparagus di Indonesia yang sesuai dengan
kondisi setempat masih belum dapat dilakukan, karena komoditas ini masih relatif
baru. Namun pada umumnya teknik budidaya asparagus terdiri dari persemaian
benih, pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pembumbunan, penyiangan,
pemupukan, pemberantasan hama penyakit, dan panen (Suhardiman, 1994).
Asparagus merupakan sayuran yang dikonsumsi bagian tunas muda atau
rebungnya (spears). Untuk menghasilkan rebung yang berkualitas baik, maka diperlukan tanaman asparagus yang baik pula. Tanaman asparagus dengan pertumbuhan yang bagus dapat dihasilkan melalui beberapa cara perbanyakan, salah satunya adalah dengan menggunakan bibit yang telah berakar. Bibit asparagus ini
dihasilkan melalui persemaian benih yang kemudian dipindahkan ke lahan atau
polybag untuk dibesarkan menjadi bibit. Bibit asparagus yang sehat, kuat, dan cepat beradaptasi saat dipindahkan ke lapangan merupakan bibit yang diinginkan
untuk menghasilkan tanaman asparagus yang produktif.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) perbanyakan menggunakan
bibit ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya dapat mempersingkat masa non produktif, menghasilkan kondisi pertanaman penuh dan seragam, mengurangi persaingan gulma, dan dapat menjamin perkecambahan yang lebih baik.
Bibit asparagus membutuhkan media tanam yang tepat dan sesuai agar
pertumbuhannya baik. Media yang ideal untuk bibit asparagus adalah campuran
antara tanah tertentu yang mempunyai tekstur cukup berpasir dan kandungan unsur hara yang cukup. Soepardi (1983) menyatakan bahwa media merupakan salah
3

http://myhobbyblogs.com/food/asparagus/ [2 Februari 2009 ]

3

satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai tempat tumbuh,
media perakaran, dan sumber unsur hara.
Karakteristik penting yang harus dimiliki media tanam sebagai tempat
tumbuh menurut Acquaah (2002) adalah mempunyai kemampuan memegang air
yang baik, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mempunyai pH yang sesuai
dengan jenis tanaman, dan mengandung unsur hara penting yang tersedia untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Media tanam adalah salah satu faktor yang
dapat menentukan baik buruknya pertumbuhan bibit asparagus. Oleh karena itu
penting untuk diketahui jenis media tanam yang tepat dan sesuai untuk menghasilkan bibit asparagus dengan pertumbuhan yang baik.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam
terhadap pertumbuhan bibit asparagus dan mengetahui jenis media tanam yang tepat dan sesuai untuk menghasilkan pertumbuhan bibit asparagus yang baik.

Hipotesis
Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan bibit asparagus.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Asparagus
Tanaman asparagus termasuk keluarga bawang-bawangan (Liliaceae). Beberapa spesies terkenal seperti Asparagus officinalis L. sering dikonsumsi sebagai
sayuran. Menurut Suhardiman (1994) kedudukan tanaman ini dalam sistematika
tumbuhan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Ordo

: Liliales

Famili

: Liliaceae

Genus

: Asparagus

Spesies

: Asparagus officinalis L.

Asparagus adalah tanaman perennial (tahunan) herbaceous berbentuk semak berumpun yang tumbuh tegak atau menjalar. Tingginya bisa mencapai 2 m,
berbatang silinder dengan bentuk daun hasil modifikasi batang yang menyerupai
jarum (cladophyl). Bunga asparagus tumbuh soliter atau berpasangan dan muncul
di ketiak cladophyl, bunga tersebut akan mengasilkan buah berbentuk berry yang
berwarna merah dan memiliki biji yang berwarna hitam (Siemonsma dan Piluek,
1994). Asparagus adalah tanaman monokotil dioecious yang ditanam untuk tunas
batang lembut yang belum berkembang, umumnya dinamakan rebung (spear) dan
dapat dimakan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Tanaman asparagus memiliki batang di dalam tanah (rhizome) yang terdiri
atas kumpulan tunas, akar lunak yang berfungsi sebagai organ penyimpan dan
akar serabut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara. Secara keseluruhan sistem pertunasan dan perakaran asparagus disebut mahkota (crown). Bagian atas
rhizome horizontal mengandung tunas yang akan muncul dan memanjang membentuk rebung. Rebung mulai tumbuh ketika tunas pada mahkota berkecambah
dan memanjang (Siemonsma dan Piluek, 1994; Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Menurut Ib Libner (1989) akar serabut akan mati setelah satu tahun pertumbuhan,

5

hal ini juga terjadi pada akar lunak yang akan mati setelah memberikan nutrisi
untuk pertumbuhan rebung selanjutnya.
Asparagus memiliki tanaman jantan dan betina yang terpisah. Tanaman
betina menghasilkan biji dan memiliki rebung dengan diameter yang lebih besar,
tetapi hasil panen yang diproduksi lebih rendah. Tanaman jantan memiliki hasil
panen yang lebih tinggi, masa produktif yang lebih lama, dan memproduksi rebung lebih awal. Hal ini disebabkan tanaman jantan tidak menghasilkan biji sehingga dapat mengatur lebih banyak karbohidrat yang tersimpan untuk mengatur
pertumbuhan rebung.(4)

Syarat Tumbuh Asparagus
Lahan yang cocok untuk pertanaman sayuran asparagus di daerah tropika
adalah dataran tinggi dengan ketinggian 600 - 900 m dpl. Asparagus dapat tumbuh
optimal pada suhu antara 15 - 25º C dengan curah hujan yang cukup banyak dan
merata sepanjang tahun, yaitu berkisar antara 2 500 – 3 000 mm/tahun. Oleh
karena itu, syarat utama lahan harus dataran tinggi, berhawa sejuk, dan dekat
sumber air agar kebutuhan air di musim kemarau tercukupi. Areal dengan kondisi
seperti di atas jarang ditemukan di Indonesia.(5)
Asparagus dapat tumbuh pada tanah podsolik merah kuning, latosol, maupun andosol. Asparagus lebih menyukai tanah yang agak berpasir dan berlapisan
tanah olah yang tebal. Asparagus tumbuh kurang baik pada tanah yang berdrainase buruk dan banyak liat. Sedangkan pH yang diinginkan adalah 6.0 - 6.8 karena asparagus tidak toleran terhadap tanah yang masam dan sebaiknya tanah
mengandung banyak bahan organik.(6)
Produksi dan masa hidup tanaman asparagus dapat diperpanjang jika tanaman memiliki periode dorman. Dormansi pada tanaman menyebabkan respirasi
menjadi kecil sehingga terjadi penyimpanan karbohidrat yang akan tersedia bagi
produksi rebung berikutnya. Ketika dorman, asparagus agak toleran terhadap kekeringan. Pada wilayah sub temperate atau tropika, pertumbuhan cladophyl terjadi

4

http://www.darfu4b.da.gov.ph/pdffilesdata/Asparagus.pdf [20 Februari 2009]
http://www.ebookkeluarga.com/asparagus [9 Februari 2009 ]
6
http://www.ebookkeluarga.com/asparagus [ 9 Februari 2009]

5

6

secara terus-menerus sehingga sulit untuk mengurangi respirasi. Pada kondisi ini,
tanaman asparagus tidak dorman dan cadangan makanan relatif sedikit (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1999).
Masa hidup tanaman asparagus sehingga dapat memproduksi hasil panen
yang menguntungkan tergantung dari perlakuan yang diberikan kepada tanaman
tersebut. Tanaman asparagus yang dirawat dengan baik dapat memproduksi rebung selama 15 - 20 tahun. Namun didalam praktek yang sudah dilakukan,
umumnya tanaman asparagus diganti setiap 10 atau 15 tahun sekali (Thompson
dan Kelly, 1957).

Cara Perbanyakan Asparagus
Asparagus dapat diperbanyak melalui beberapa cara, diantaranya dengan
penanaman benih langsung, pemindah tanaman bibit yang telah berakar, atau pemisahan dan pemindahan mahkota. Benih asparagus memiliki pertumbuhan yang
lambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama hingga tanaman berproduksi. Benih asparagus dihasilkan dari tanaman betina yang memproduksi buah.
Buah awalnya berwarna hijau dan menjadi merah ketika matang. Benih berwarna
hitam, berbentuk bulat dengan satu sisi memipih dan 40 benih berbobot sekitar
1.gram. Jadi bobot 100 g memiliki 4 000 benih asparagus (Rubatzky dan Yamaguchi,.1999 ).
Penanaman di lapangan dengan bibit dilakukan karena tingginya harga benih kultivar hibrida baru. Keuntungan menggunakan bibit adalah dapat dicapai
kondisi pertanaman penuh dengan tanaman yang seragam. Bibit yang digunakan
umumnya berumur 10 - 12 minggu ketika dipindahkan ke lapangan (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999). Bibit yang baik dihasilkan dari benih dengan daya berkecambah yang tinggi dan ukurannya besar. Benih dengan ukuran yang kecil memproduksi pertumbuhan yang kurang vigor.(7)
Mahkota adalah bahan perbanyakan tradisional dan digunakan secara luas.
Mahkota berumur satu tahun merupakan sistem akar lunak yang dihasilkan dari
tanaman asparagus berumur satu tahun yang ditumbuhkan dari benih. Hasil penelitian di Universitas Ohio menunjukkan bahwa mahkota berumur satu tahun lebih
7

www.ohioonline.ag.ohio-state.edu [ 9 Februari 2009]

7

ekonomis dan produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan mahkota yang berumur
lebih dari dua tahun. Perbanyakan melalui mahkota lebih mahal dan padat tenaga
kerja, namun kemapanan tanaman lebih cepat didapatkan dan produksi lebih dini.(8)
Cara perbanyakan apapun yang digunakan, asparagus membutuhkan waktu tiga tahun apabila menggunakan benih dan dua tahun apabila menggunakan bibit sebelum rebung pertama muncul dan dapat dipanen. Asparagus tidak dapat dipanen selama dua sampai tiga tahun awal setelah penanaman karena asparagus
membutuhkan waktu tersebut untuk menumpuk cadangan makanan di dalam mahkota agar dapat menumbuhkan rebung yang layak panen (Ib Libner, 1989).

Persemaian Asparagus
Biji asparagus yang akan dijadikan benih berasal dari pohon induk yang
baik. Syarat untuk dapat menjadi induk tanaman adalah harus sehat, tumbuh normal, rebung berkualitas tinggi, dan sudah cukup tua, yaitu lebih dari dua tahun.
Sebelum disemaikan, sebaiknya biji direndam dalam air selama 24 jam agar kulit
pelindung benih yang keras menjadi lunak sehingga perkecambahan dipercepat.
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, air rendaman harus sering diganti, terutama
ketika suhu air sudah menurun.(9)
Pemilihan lahan untuk persemaian asparagus perlu diperhatikan. Lahan
yang baik untuk persemaian yaitu berdrainase baik, tanahnya gembur, subur dan
berpasir serta sebelumnya tidak ditanami tanaman asparagus. Lahan persemaian
sebelumnya dilakukan pengolahan tanah, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G
untuk menghindari hama. Lahan persemaian dibuat bedengan dengan lebar
120.cm, tinggi 20 - 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm. Benih disemai pada bedengan dengan jarak tanam 15 × 10 cm dengan kedalaman 2.5.cm,
setiap satu lubang ditanam satu benih. Di atas permukaan tanah ditutup jerami
atau sekam kemudian disiram secukupnya.(10)

8

http://www.ohioonline.ag.ohio-state.edu [ 9 Februari 2009]
http://www.iptek.net.id/asparagus.html [11 Februari 2009]
10
http://masdikablog.blogspot.com [9 Februari 2009]
9

8

Perawatan yang dilakukan selama persemaian meliputi pencegahan hama
dan penyakit yang dilakukan seawal mungkin dan pemupukan yang dilakukan setiap 20 - 30 hari menggunakan pupuk urea. Transplanting atau pemindahan bibit
dilakukan setelah 5 - 6 bulan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam transplanting diantaranya bibit yang akan dipindahkan adalah bibit yang sehat, bibit
yang dicabut harus segera ditanam, dan sebelum penanaman akar dipotong, disisakan 20 cm dan pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman ± 20 cm.(11) Kriteria bibit yang dapat dipindahkan ke lahan adalah memiliki perakaran yang cukup
kuat, tinggi pohon lebih dari 50 cm, sudah berumur 10 - 12 minggu, dan memiliki
tajuk yang rimbun (Suhardiman, 1994).

Media
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai.
Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1989). Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki
peranan yang khusus di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan
dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan
penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang
sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Acquaah, 2002).

Tanah
Tanah mengandung unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S)
dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, Mo dan Cl). Sifat fisik tanah yang terpenting untuk menentukan daya penyediaan unsur hara dan penyediaan air serta
udara adalah tekstur dan struktur tanah (Soepardi, 1983; Islam dan Utomo, 1995).

11

http://masdikablog.blogspot.com [9 Februari 2009]

9

Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan dan sebagai bahan
campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organik sebagai
campuran medianya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Darajat, 2003 dalam Yushanita, 2007).
Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan menjadi dua, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah yang
merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan mineral, sedangkan tanah organik
adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan bahan-bahan organik. Tanah organik memiliki bahan organik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah gambut.
Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda, sebagai contoh tanah latosol memiliki sifat kimia yang kurang baik, memiliki KTK yang rendah disebabkan oleh bahan organik sedikit dan memerlukan tambahan unsur hara
N, P, K, Ca, Mg dan beberapa unsur mikro. Tanah latosol mengandung hidrooksida besi atau aluminium (Murbandono, 1993).

Pasir
Pasir adalah silika murni dengan ukuran antara 0.5 - 2 mm, pada umumnya
pasir digunakan untuk media campuran karena mudah didapat dan murah, tetapi
pasir merupakan media yang paling berat dari semua media pengakaran. Pasir
ditambahkan ke dalam media untuk meningkatkan porositas dan daya menahan
air, tetapi pasir yang terlalu halus dapat menghalangi lubang-lubang drainase
(Harjadi, 1989; Poerwanto, 2003).
Pasir sebagai media membutuhkan irigasi dengan frekuensi tetap atau
sesuai dengan aliran konstan untuk mencegah kekeringan. Penggunaan pasir yang
dicampur dengan bahan lain bertujuan agar media tersebut mempunyai aerasi
yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Soepardi, 1983). Pasir
memiliki kapasitas menahan kelembaban yang sangat rendah dan kandungan hara
rendah. Pasir sangat penting karena dapat meningkatkan ruang pori dan memperbaiki aerasi tanah (Yushanita, 2007).

10

Kompos
Kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi yang lengkap bagi
tanaman. Kompos terbuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam
sumber, seperti: sekam, pupuk kandang, jerami padi, daun-daunan, dan lain-lain.
Semakin beragam sumber bahan organik yang dikandung suatu media maka
semakin tinggi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman (Sutanto, 2002).
Kompos memiliki dua fungsi yaitu sebagai: (1) soil conditioner yang
berfungsi memperbaiki struktur tanah, terutama bagi tanah kering; dan (2) soil
ameliorator yang memperbaiki kapasitas tukar kation (KTK). Manfaat dari
kompos adalah: (1) mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat
tanah baik fisik, kimiawi maupun biologis; (2) mempercepat dan mempermudah
penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman; (3) mengurangi tumbuhnya tanaman
pengganggu; dan (4) dapat disediakan secara mudah, murah dan relatif cepat
(Santoso, 1998).

Serbuk Sabut Kelapa
Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media hasil penghancuran sabut kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa, tebalnya 5 cm
dan menempati 35 % dari total buah kelapa yang telah masak petik. Bagian yang
berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan
baku aneka industri dan juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena mengandung unsur kalium dan fosfor (Palungkun, 1992).
Serbuk sabut kelapa banyak digunakan untuk media tumbuh karena mempunyai kapasitas memegang air yang baik, dapat mempertahankan kelembaban
(80 %), memiliki kapasitas tukar kation dan porositas yang baik, mempunyai rasio
C/N rendah yang mempercepat N tersedia dan mengandung unsur-unsur hara
esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan
fosfor (P) (Susilawati, 2007).

11

Arang Sekam
Arang sekam merupakan media yang diperoleh dari pembakaran sekam
yang tidak sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Menurut hasil analisis Japanese Society dalam Krisantini et al. (1993), jenis arang sekam paling banyak
ditempati oleh SiO2 (52 %), dan C (31 %), komponen lain adalah Fe2O3, K2O,
MgO, CaO, MnO dan CuO dalam jumlah sedikit serta bahan-bahan organik.
Arang sekam digunakan dalam campuran media karena sangat ringan (berat jenis = 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori), berwarna
coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih, 1994). Di
dalam media tanam arang sekam berfungsi sebagai deodorizer, yaitu penyerap bau
tidak sedap dan racun dari hasil dekomposisi pada ruang perakaran, di samping itu
arang mempunyai daya serap air yang tinggi (Arifin dan Andoko,.2004).

Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air seni, amparan, dan sisa makanan. Susunan kimia dari pupuk kandang tersebut berbeda dari
satu tempat ke tempat lain tergantung dari macam ternak, umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, cara mengurus, dan menyimpan pupuk sebelum
dipakai. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tergolong lengkap, tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman, sebagian besar hilang oleh
pencucian dan dekomposisi anaerob, terutam unsur-unsur N, P, dan K (Yushanita,
2007).
Salah satu jenis kotoran hewan yang banyak digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman adalah kotoran unggas. Pupuk kotoran ayam memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan pupuk kotoran kambing dan sapi
terhadap pertumbuhan tanaman, karena pupuk kotoran ayam kering mengandung
kadar air yang lebih rendah dibandingkan pupuk kotoran kambing dan sapi. Kotoran ayam mempunyai kandungan hara (terutama unsur N dan P) serta bahan organik yang tinggi (Tisdale dan Nelson, 1975).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 – Oktober 2009 di
screenhouse Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF (International Cooperation and
Development Fund), Cikarawang, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih asparagus varietas UC 800, pupuk Urea, tanah, pasir, pupuk kandang ayam, arang sekam,
serbuk sabut kelapa, dan kompos. Alat yang digunakan yaitu tray semai, cangkul,
kored, ember, meteran, jangka sorong, polybag diameter 15 cm, timbangan, oven,
gelas ukur, dan alat tulis.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu media tanam, dan lima ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah :
M1

= pasir : kompos (1:1)

M2

= pasir : tanah : pupuk kandang ayam (1:2:1)

M3

= pasir : tanah : arang sekam (1:2:1)

M4

= pasir : tanah : kompos (1:2:1)

M5

= pasir : tanah : serbuk sabut kelapa (1:2:1)
Perbandingan media berdasarkan volume (v/v/v). Setiap satuan percobaan

terdiri dari 10 tanaman, sehingga total tanaman yang diamati adalah 250 tanaman.
Model linier aditif yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yij = µ + τ i +εij
dimana :
Yij

= pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ

= rataan umum

τi

= pengaruh perlakuan media tanam ke-i

13

εij

= pengaruh galat percobaan

i

= 1, 2, 3, 4

j = 1, 2, 3,4,5

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F pada taraf 5 %. Jika
perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Tukey pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan alat dan
bahan, penanaman benih, pemindahan bibit ke dalam polybag, dan pemeliharaan.
Benih asparagus ditanam di dalam tray persemaian yang sudah diisi dengan media
tanam yang sesuai dengan perlakuan. Pemeliharaan yang dilakukan pada saat persemaian adalah penyiraman yang dilakukan setiap hari. Bibit diambil dari persemaian untuk penanaman pada saat bibit berumur 4 minggu. Bibit tersebut kemudian ditanam di dalam polybag. Media yang digunakan di dalam polybag sesuai
dengan perlakuan. Media tersebut sebelumnya sudah ditimbang dan dianalisis untuk mengetahui kandungan N, P, K, nilai EC, dan pHnya.
Pemeliharaan yang dilakukan selama tanaman di dalam polybag meliputi
penyiraman, pemupukan, dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap hari, pemupukan dilakukan saat tanaman sudah berumur 4 minggu dan sudah dipindahkan ke dalam polybag. Pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 30 ml
untuk setiap tanaman. Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama 12 minggu.
Tanaman asparagus yang sudah berumur 12 minggu ditimbang bobot basah dan bobot keringnya pada akhir penelitian. Tanaman dibongkar dari polybag
lalu bagian tajuk dan akar dipisahkan, setelah itu masing-masing bagian ditimbang
untuk mengetahui bobot basah. Bagian tajuk dan akar asparagus dimasukkan ke
dalam oven bersuhu 105º C selama 24 jam, setelah itu ditimbang untuk mengetahui bobot kering.

14

Pengamatan
Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan bibit asparagus, maka peubah yang diamati pada tanaman adalah :
1. Perkecambahan benih saat di tray persemaian. Pengamatan dilakukan setelah tunas tumbuh.
2. Tinggi tanaman, diamati setiap minggu setelah dipindah ke dalam polybag
dengan cara mengukur dari pangkal batang tepat di atas permukaan media
sampai ke titik tumbuh.
3. Jumlah cladophyl (modifikasi batang yang berfungsi sebagai daun), diamati setiap minggu setelah ditanam di polybag.
4. Jumlah cabang, diamati setiap minggu setelah ditanam di polybag.
5. Jumlah tunas baru, diamati setiap minggu setelah ditanam di polybag.
6. Diameter batang, diamati pada akhir penelitian dengan menggunakan jangka sorong.
7. Bobot basah tajuk, diamati pada akhir penelitian.
8. Bobot kering tajuk, diamati pada akhir penelitian.
9. Bobot basah akar, diamati pada akhir penelitian.
10. Bobot kering akar, diamati pada akhir penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan di screenhouse Kebun Misi Teknik Taiwan ICDF (International Cooperation and Development Fund), Cikarawang pada bulan Juni
sampai Oktober 2009. Setiap media tanam yang digunakan memiliki bobot jenis
yang berbeda. Media tanam M1 memiliki bobot jenis paling berat dengan rataan
1.416 g/pot. Hal ini terjadi karena dalam campuran media tanam mengandung ½
bagian pasir. Media tanam paling ringan adalah media tanam M3 yaitu 934 g/pot.
Media tanam M2 mempunyai bobot 1 049 g/pot, media M4 mempunyai bobot
1.351 g/pot, dan media M5 memiliki bobot 1 281 g/pot.
Kandungan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam media
tanam yang digunakan pada penelitian ini telah dianalisis di Laboratorium Tanah.
Selain analisis unsur NPK dilakukan juga analisis terhadap pH dan EC (Tabel 1).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, media M1 memiliki kandungan
N, P dan nilai EC tertinggi sedangkan kandungan K tertinggi dimiliki oleh media
M4. Kisaran pH yang didapatkan cocok untuk semua media tanam, kecuali media
M5 yang nilai pHnya cukup asam untuk tanaman asparagus. Asparagus dapat
tumbuh secara optimal di tanah yang memiliki kisaran pH 6.0 - 6.8.
Tabel 1.
Perlakuan
M1
M2
M3
M4
M5

Bobot Kandungan Nitrogen, Fosfor, Kalium, pH, EC pada
Berbagai Jenis Media Tanam
N
P
K
EC
pH
..........(%)..........
(μs/cm)
0.38
0.24
0.17
2.000
6.40
0.25
0.20
0.18
380
6.90
0.24
0.17
0.16
88
5.90
0.24
0.20
0.20
280
5.90
0.32
0.19
0.17
500
5.40

Keterangan : M1 = pasir + kompos
M2 = pasir + tanah + pupuk kandang ayam
M3 = pasir + tanah + arang sekam
M4= pasir + tanah + kompos
M5= pasir + tanah + serbuk sabut kelapa

16

Tanaman asparagus diserang oleh hama burung di awal penelitian dengan
memakan cladophyl dan batang tanaman. Hal ini cukup menjadi masalah karena
harus dilakukan penyulaman berulang kali pada polybag yang tanamannya habis
dimakan oleh burung. Selain burung terdapat hama dan penyakit yang menyerang
tanaman asparagus. Hama lain yang menyerang adalah kumbang asparagus (Crioceris asparagi L.), sedangkan penyakit yang menyerang adalah karat asparagus
(Puccinia asparagi). Berdasarkan pengamatan visual yang dilakukan, tidak ada
gangguan dari serangan hama dan penyakit yang berarti sehingga tidak dilakukan
pengendalian hama dan penyakit secara khusus.

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Kumbang Asparagus (Crioceris asparagi L.) (b) Tanaman yang
Terkena Penyakit Karat Asparagus (Puccinia asparagi)
Pengaruh Jenis Media Secara Umum
Perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah cladophyl, tunas baru, jumlah cabang, diameter batang, bobot basah akar,
bobot basah dan kering tajuk berdasarkan hasil uji F pada taraf kesalahan 1 %.
Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap peubah bobot kering akar,
namun perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah jumlah
benih berkecambah berdas