KESADARAN ORANG TUA SISWA DALAM MEMILIH SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL (RSBI) (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kediri)

KESADARAN ORANG TUA SISWA DALAM MEMILIH
SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL (RSBI)
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kediri)

Usulan Tesis Sarjana S-2
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Sosiologi

Diajukan oleh:

SUGENG WIHARTO
NIM. 201020270211008

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2013

KESADARAN ORANG TUA SISWA DALAM MEMILIH
RINTISAN SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kediri)

Yang diajukan oleh:


Sugeng Wiharto
NIM: 201020270211008

Telah disetujui
Tanggal, 20 Nopember 2013

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr. Achmad Habib, MA

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul:
KESADARAN


ORANG TUA SISWA

DALAM MEMILIH SEKOLAH

BERSTANDAR INTERNASIONAL: (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Kediri). Tesis ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Program Magister Sains Sosiologi di Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang.
Tesis terselesaikan melalui proses arahan, bimbingan, bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Dengan ketulusan hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Muhajir Effendy,M.PA selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dr. Achmad Habib,MA selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Asep
Nurjaman, M. Si sebagai Dosen Pembimbing Kedua, atas bimbingan, arahan,
dan nasehat kepada penulis hingga terselesaikannya tesis ini.
3.

Dr, Latipun, M.Kes selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang beserta segenap dosen dan stafnya atas segala

pelayanan untuk penyelesaian penelitian tesis ini.

4. Dr. Rinikso Kartono, M.Si selaku Ketua Program Studi Sains Sosiologi
beserta seluruh dosen dan staf yang dengan penuh perhatian dan dedikasi
tinggi senantiasa mendorong para mahasiswa sosiologi untuk dapat
menyelesaikan studi dengan baik

5. Dr. Achmad Habib, MA, Dr. Asep Nurjaman, M. Si, Dr. Rinikso Kartono,
M.Si dan Dr. Rusman, M.Si sebagai penguji, atas kesediaan, kesabaran, saran
dan masukannya dalam penyempurnaan tesis ini.
6. Drs. Bambang Tutuko, M.Si selaku Kepala SMA Negeri 2 Kediri beserta
dewan guru dan stafnya atas segala bantuannya dalam memberikan informasi
dan pelayanan untuk penyelesaian penelitian tesis ini.
7. Kepada Ayahanda Ponidi (almarhum) dan Ibunda Mursiyah, penulis
persembahkan rasa hormat, bakti, dan terimakasih yang mendalam. Istriku
Erna Lailatul Zaro’i, Anakku Evan Dzaky Irfansyah, Kakakku Murjoko dan
Adikku Sri Handayani sungguh merupakan motivator penulis dan pendorong
bagi selesainya tesis ini.
Dengan segala kemampuan yang ada serta mengingat terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan, kami sepenuhnya menyadari bahwa tesis ini masih

jauh dari sempurna, baik dalam pengungkapan, pokok pikiran, tata bahasa
maupun kelengkapan pembahasannya. Penulis menyadari masih banyak yang
harus disempurnakan dalam tesis ini. Dengan senang hati penulis menerima
semua kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat
khususnya bagi perkembangan pengetahuan dalam membangun masyarakat
melalui bidang pendidikan.
Kediri, 20 Nopember 2013
Penulis

SUGENG WIHARTO

SURAT PERNYATAAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: SUGENG WIHARTO

NIM


: 201020270211008

Program Studi : Magister Sosiologi
Konsentrasi

: Sosiologi Pembangunan

Alamat

: Desa Plosorejo Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Kesadaran Orang Tua
Siswa Dalam Memilih Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional : Studi Kasus
di SMA Negeri 2 Kediri adalah benar-benar karya saya sendiri dengan arahan
dan pembimbing akademik dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun, kecuali yang jelas disebutkan rujukannya.

Malang, 20 Nopember 2013
Penulis


SUGENG WIHARTO

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

…………………………………………..

I

LEMBAR PENGESAHAN

…………………………………………..

Ii

SURAT PERNYATAAN

…………………………………………..


Iii

KATA PENGANTAR

…………………………………………..

Iv

ABSTRAK

…………………………………………..

V

DAFTAR ISI

…………………………………………..

Vi


PENDAHULUAN ……………………………………...

1

A. Latar Belakang …………………………………………..

1

B. Rumuasan Masalah ………………………………………

14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………..

14

KAJIAN PUSTAKA …………………………………….

17


A. Pengertian Kesadaran …………………………………….

17

B. Pengertian Orang Tua .…………………………………..

22

C. Pengertian Memilih ………………………………………

26

D

Pengertian Sekolah ……………………………………….

28

E


Pengertian RSBI …………………………………………

32

F

Teori Tindakan Sosial Max Weber ….……………………

36

1.

Pengertian Tindakan Sosial ………………………..

36

a.

38


BAB I

BAB II

:

:

Tindakan Sosial Rasional Instrumental ………..

b. Tindakan Sosial Berorientasi Nilai ……..………

39

c.

39

Tindakan Sosial Tradisional ……………………

i

d. Tindakan Sosial Efektual . .…………………….

40

Kerangka Konseptual Tindakan Sosial ………….……….

43

1.

Tindakan Sosial Rasional Instrumental ……………..

45

2.

Tindakan Sosial Berorientasi Nilai ……..…………...

46

3.

Tindakan Sosial Efektual . .…………………………

48

4.

Tindakan Sosial Tradisional ………………………...

49

METODE PENELITIAN ………………………………

51

A. Metode Penelitian ……………………………………….

51

B. Pendekatan Penelitian ……………………………………

52

C. Subyek Penelitian ………………………………………..

56

1. Observasi …………………………………………….

58

2.

Wawancara ………………………………………….

59

D. Obyek Penelitian ………………………………………...

60

E.

Data dan Sumber Data Penelitian ……………………….

62

F.

Teknik Pengumpulan Data ………………………………

64

1.

Partisipasi ……………………………………………

64

2.

Observasi …………………………………………...

65

3.

Wawancara ………………………………………….

66

4.

Kajian Dokumen ……………………………………

67

G. Teknik Analisis Data …………………………………….

68

G

BAB III

:

1.

Pengertian Teknik Analisis Data ……………………

68

2.

Teknik Analisis Data Struktural ……………………

69

3.

Langkah-Langkah Teknik Analisis Data Struktural ..

72

ii

H. Level Analisis Data ………………………………………
1.
BAB IV

Level Analisis Data Mikro …………………………

74
75

GAMBARAN UMUM RSBI DI KOTA KEDIRI …….

77

A. Letak Geografis Kota Kediri …………………………….

77

B. Implementasi RSBI di Indonesia ………………………..

79

C. Implementasi RSBI di Kota Kediri ……………………..

87

D. Implementasi RSBI di SMA Negeri 2 Kediri ……………

92

:

1.

Lokasi SMA Negeri 2 Kediri …………………….....

92

2.

Visi dan Misi SMA Negeri 2 Kediri ………………..

94

3.

Dinamika Pendidikan di SMA Negeri 2 Kediri ……

95

a. Sejarah Berdirinya RSBI di SMA Negeri 2 Kediri

98

b. Perkembangan RSBI di SMA Negeri 2 Kediri …

103

c. Tahap Mandiri RSBI di SMA Negeri 2 Kediri …

105

E.

Pola Penerimaan Siswa Baru di SMA Negeri 2 Kediri …. 108

F.

Jalur Masuk dan Kesadaran Masyarakat Memilih SMA 110
Negeri 2 Kediri ………………………………………….

BAB V

:

1.

Jalur Formal ………………………………………..

113

2.

Jalur Kemitraan ……………………………………

116

3.

Jalur Kekuasaan ……………………………………

121

4.

Jalur Transaksional ………………………………...

126

PEMBAHASAN ……………………………………………...

132

A. Problematika Kesadaran Orang Tua Dalam Memilih 132
Pendidikan ………………………………………………

iii

B. Nilai-Nilai Kesadaran Orang Tua Dalam Memilih 135
Sekolah ...............................................................................
C. Kesadaran Orang Tua Dalam Memilih Sekoah di SMAN 143
2 Kediri …………………………………………………..

BAB VI

1.

Kesadaran akademis ……………………………….

148

2.

Kesadaran Konstruktif ……………………………..

152

3.

Kesadaran Adaptif ………………………………….

155

4.

Kesadaran Pragmatisme ……………………………. 159

:

KESIMPULAN DAN SARAN ……………................... 166

A. Kesimpulan ……………………........................................ 166
B. Saran-Saran ………………………………………………. 167

DAFTAR PUSTAKA
Daftar Lampiran
1.

Lampiran Observasi

2.

Lampiran Wawancara

3.

Lampiran Prestasi SMA Negeri 2 Kediri

4.

Lampiran Penerimaan PTN Siswa SMA Negeri 2 Kediri

iv

DAFTAR PUSTAKA
Bakri, Masykuri. 2009. Formulasi dan Implementasi Kebijakan Pendidikan Islam: Analisis
Kritis Terhadap Proses Pembelajaran. Surabaya: Visi Press Media
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
-----------. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Media Group
Creswell, John W. 2010. Fawaid, Achmad, dkk . Penerjemah. Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dewey, John. Desanto. Penerjemah. 2007. Experience and Education. Colliers Books: New
York. Jakarta: Erlangga
Denzin, Norman dan Lincoln, Y vonna S. 2009. Qualitative Research. Dariyatno, dkk
(Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Denzin, N.K. and Lincoln, Y.S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Terjemahan oleh
Dariyatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Freire, Paulo. Prihantoro. Penerjemah 2005. Pendidikan Sebagai Proses:. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
---------. Prihantoro, Agung dan Fudiyartanto, Fuad Arif. Penerjemah 2009. Politik Pendidikan:
Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
--------. Tim Redaksi. Penerjemah. 2011. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES
Faisal, Sanapiah. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Gunawan, Ary H. 1995. Kebijakan-Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Giddens, Anthony. Maufur & Daryatno. Penerjemah. 2010. Teori Strukturasi: Dasar-Dasar
Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Giddens, Anthony. 2011. Sujono, Adi Loka. Penerjemah. Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial.
Yogyakarta: Pedati
--------. Sujono, Adi Loka. Penerjemah 2011.. Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial.
Yogyakarta: Pedati
H.R. Tilaar. 2003. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
Islamy, M. Irfan. 1994. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Illich, Ivan. 2003. Bebaskan masyarakat dari belenggu sekolah. Terjemahan, Sonny Keraf.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kasiram, Moh. 2010. Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press
Lubis, Ahyat Yusuf. 2004. Filsafat Ilmu dan Metodologi Posmodernis. Bogor: Akademia
M. Sirozi. 2010. Dinamika Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muhadjir, Noeng. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta: Rake

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Riyadi, Ahmad Ali. 2006. Politik Pendidikan: Menggugat Birokrasi Pendidikan Nasional.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Rahardjo, Mudjia. 2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer. Malang: UIN Maliki
Press
Ritzer, George. (2003). Teori sosial postmodern. Terjemahan, Muhammad Taufik Yogyakarta:
Juxtapose
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2010. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Sidoarja: Kreasi Wacana
Ritzer, Goerge & Smart, Barry. 2011. Penerjemah: Muttaqien, dkk. Handbook Teori Sosial.
Bandung Nusa Media
Robert K. Yin. 2011. Studi Kasus. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rahmat, Jalaluddin.2005.Psikologi Komunikas.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Smith, William. Penerjemah: Prihantoro, Agung. 2008. Conscientizacao: Tujuan Pendidikan
Paulo Freire. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susilo, Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern: Biografi Para Pelatak Sosiologi
Modern. Jagjakarta: Ar Ruzza Media
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Soyomukti, Nurani. 2008. Metode Pendidikan Marxis Sosialis: Antara Teori dan Praktik.
Jagjakarta: Ar Ruzza Media
Uno, Hamzah B. 2009. Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf Lubis, Akhyar. 2004. Filsafat Ilmu dan Metodologi Posmodernis. Yogyakarta: BYRU
Rappe. 2011. Kapitalisme dan Pendidikan Liberal Kapitalistik. Jurnal Ilmiah Lintera Pendidikan,
vol. 14 No. 2 Desember 2011
Haryana, Kir. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah
Peraturan-Peraturan
Anonim.

2003. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

----------- 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
----------- 2006. Rencana Startegis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

----------- 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah
----------- 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia secara bertahap melakukan reformasi dan
rekonstruksi formulasi kebijakan-kebijakan dalam bidang pendidikan.
Sebagai upaya untuk mengapai cita-cita bangsa yang diamanatkan dalam
pembukaan UUD 1945 alinea keempat, …“mencerdaskan kehidupan
bangsa”…. Pembaharuan fundamental dalam merekonstruksi kebijakan
pendidikan sebagai upaya inovasi untuk menyiapkan generasi bangsa yang
bermartabat dan berkelanjutan dengan landasan nilai-nilai moral dan spiritual.
Konsepsi ini dipertegas dengan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 pasal 4 Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
ke masyarakat dan kebangsaan.
Secara sosiologis, manusia sebagai makhluk sosial memiliki sifat dinamis
yang senantiasa mengalami evolusi dan eskalasi dialektis perilaku dan cara
berpikirnya. Fenomena ini didorong oleh adanya perkembangan perubahan
sosial di masyarakat, begitu pula dalam menformulasikan kebutuhan terhadap
pendidikan. Mutrofin (2009: 31-32) menegaskan, keselarasan dan relevansi
dengan gerak perubahan sosial masyarakat, interpretasi sosial atas evolusi
persekolahan juga dimungkinkan mengalami dinamika dan eskalasi, sehingga
bentuk pendidikan pada dasarnya berfungsi untuk menyingkirkan kaum

1

tertindas (Freire, 2007: 10-11). Dalam konteks sosial, hal ini tidak bisa
digeneralisasi atas satu bentuk aspirasi dalam memformulasi kebutuhan
pendidikan sebagai ekspresi kesadaaran masyarakat. Mereka mempunyai latar
belakang perbedaan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan pengetahuan yang
berbeda. Fenomena realitas sosial semacam ini turut mempengaruhi agenda
perubahan sosial dan memberi legitimasi kepada kebijakan politik dalam
penentuan kebijakan pendidikan yang tengah berlaku. Sebagai suatu proses
yang banyak menentukan corak dan kualitas kehidupan individu dan
masyarakat (Sirozi, 2010: 59).
Konsep pendidikan di Indonesia mengalami dinamika pergeseran
orientasi. Diselenggarakannya pendidikan tidak sebatas untuk mencerdaskan
bangsa. Sejalan dengan adanya dimensi perubahan sosial di masyarakat, tesis
pendidikan mencerdaskan bangsa mengalami eskalasi dan perluasan makna
dan orientasi. Mutrofin (2009: 32) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
berubah menjadi sebagai berikut: mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional, karena pendidikan merupakan bagian
dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai dinamisator, sehingga
peranannya sangat strategis menjadi penyangga kelangsungan hidup bangsa
dan kesinambungan masyarakat (Bakri, 2009: 45). Dengan begitu pendidikan
akan tetap eksis karena bersifat dialektis dengan dinamika kehidupan yang
terjadi di masyarakat, sebagai suatu proses yang banyak menentukan corak
dan kualitas kehidupan individu dan masyarakat.(M. Sirozi: 2010:59). Dalam
rangka mengembangkan mutu pendidikan, pemerintah melalui Pusat

2

Penjaminan Mutu Pendidikan telah melakukan upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Mutu menurut Mastuhu dapat berarti “superiority atau
excellence”, melebihi standar umum yang berlaku (Bakri, 2009: 45). Salah
satu usahanya dengan melakukan pemetaan mutu dan mengembangkan
sekolah-sekolah yang bertaraf internasional. Tujuan pemetaan mutu dalam
implementasi

pendidikan

di

sekolah-sekolah

berlabel

internasional

sebagaimana dirumuskan dalam buku Panduan Pemetaan RSBI, 2001 yaitu:
Tujuan utama pemetaan mutu adalah: Pertama, mengetahui kinerja
sekolah ditinjau dari pemenuhan dimensi ke-internasionalan-nya.
Kedua, mengetahui kinerja masing-masing standar, komponen, dan
indikator pendidikan sebagai sekolah penyelenggara RSBI. Ketiga,
mengetahui perkembangan profil sekolah penyelenggara RSBI.
Keempat, mengetahui berbagai kendala dalam menyelenggaraan
RSBI. Kelima, memberikan rekomendasi kepada direktorat teknis
untuk melakukan pembinaan sekolah penyelenggara RSBI.
Kebijakan tujuan pemetaan pendidikan yang ditetapkan pemerintah tersebut
di atas mempunyai peran dan fungsi penting. Pemerintah dengan kekuatan
politiknya dapat membuat kebijakan pendidikan yang berdimensi ketuhanan,
kemanusiaan dan sosial-intelektual dalam mencapai tujuan pendidikan yang
berkarakter ke-Indonesiaan. M. Sirozi (2010: 1) menegaskan, politik dan
pendidikan secara dialektis memberi kontribusi terhadap pembentukan
karakter masyarakat di suatu negara.
Dengan konsep pembangunan pendidikan bermutu diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak lapuk diterjang perubahan
zaman. Untuk itu negara harus mengambil peran aktif dan akuntabel dalam
mengawasi dan mengendalikan pengembangan pendidikan yang bermutu.
Sebagaimana ditegaskan Riyadi (2006: 16) pendidikan merupakan porsi
negara atau fungsi negara untuk mengarahkan sistem pendidikan yang
3

menduduki posisi ideal secara ekonomi maupun politis. Tentu saja untuk
menuju pengembangan pendidikan bermutu tidak bisa dilakukan secara
mekanis. Diperlukan sebuah keputusan politik yang koheren dengan rencana
untuk merekonstruksi masyarakat dan harus diletakkan pada kondisi material
yang mendukung dilakukannya perubahan (Freire, 2008: 17). Oleh karena itu
pemerintah bersama masyarakat bisa mengkodifikasi pendidikan sebagai
perwujudan dari konsep pendidikan yang menjadi satu rangkaian dengan
rekonstruksi kesadaran orang tua siswa dengan usaha menciptakan sebuah
pendidikan yang selaras dengan kebutuhan masyarakat masa depan yang
sedang dibangun.
Penyelenggaraan pendidikan sebenarnya dapat digunakan untuk
meramu dan membentuk karakter masyarakat. Pendidikan di mata Freire
merupakan sebuah pilot project dan agen untuk melakukan perubahan sosial
guna membentuk masyarakat. Sebagaimana dirumuskan dalam UndangUndang Nomor 20, Tahun 2003 Pasal 3 tujaun pendidikan adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk itu Pendidikan tidak berjalan dengan vakum sosial
(Achmad, 2007: 58) karena fungsi pendidikan untuk memelihara kebudayaan.
Pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai
tempat

dan

cara

individu

memperoleh

dan

mengorganisasikan

pengalamannya. Konsepsi Freire tersebut berimplikasi terhadap keterlibatan
masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam menentukan perubahan

4

kehidupan sosial di masa yang akan datang melalui lembaga pendidikan.
Pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan masyarakat
sebagai proses untuk mengantarkan manusia menjadi manusia yang
sebenarnya. Talcott Parsons beranggapan, pendidikan merupakan institusi
yang dapat difungsikan untuk melakukan perubahan sosial, eskalasi sosial,
serta inovasi rekrutmen elit strata masyarakat tertentu yang menempati
struktur sosialnya sendiri-sendiri (Mutrofin, 2009: 34).
Sehubungan dengan perubahan sosial di masyarakat, pendidikan pun
mengalami perimbangan evolusi dan eskalasi untuk merespon aspirasi dan
kesadaran kebutuhan masyarakat. Kehadiran Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) di tengah–tengah masyarakat dilatar belakangi oleh empat hal yaitu:
Pertama, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh yayasan
dengan menggunakan identitas internasional tetapi tidak jelas
kualitas dan standarnya. Kedua, banyak orang tua yang mampu
secara ekonomi memilih menyekolahkan anaknya ke luar negeri.
Ketiga, perlunya membangun sekolah berkualitas sebagai pusat
unggulan (center of excellence) pendidikan. Keempat, sebagai
bangsa yang besar, Indonesia perlu pengakuan secara
internasional terhadap kualitas proses, dan hasil pendidikannya
(Dikjend Man.Pend. Dasar dan Menengah Kemendiknas : 2009)
Terkait dengan fenomena sosial tersebut di atas, John Dewey mengatakan,
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup (a necessity of life), salah
satu fungsi sosial (a social fuction), sebagai pengarah (as direction), dan
sebagai alat yang mengantarkan manusia menjadi bertanggungjawab dalam
hidupnya (Achmad, 2002: 62-63). Di sinilah perkembangan kebijakan
pendidikan setelah
berperan

serta

reformasi dengan menempatkan masyarakat untuk

secara

aktif

dalam

membuat

formulasi

aplikasi

penyelenggaraan pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan, salah satunya

5

diformulasikan

dengan

Sekolah

Berstandar

Internasional

(RSBI).

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2/1989
pasal 51: Pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat dilakukan oleh badan/perorangan yang menyelenggarakan
satuan pendidikan yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang Sisdiknas ini
mengindikasikan adanya upaya pemerintah untuk mensinergikan pendidikan
dengan dinamika struktur perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini tidak
berarti lembaga pendidikan dengan sesukanya mengkomersialkan pendidikan
sehingga sekolah menjadi tergadaikan oleh rayuan kapitalisme. Dengan
membuat pendidikan menjadi elitis atau hanya bagi mereka yang mampu
secara

ekonomi

saja

dengan

menambah

label

“rintisan”

dan/atau

“internasional”. Akibatnya masyarakat miskin tidak mampu sekolah yang
bermutu tersebut karena mahalnya biaya pendidikan. Soyomukti (2009: 8)
menegaskan, bahkan mungkin ada upaya sistematis untuk mendesakkan
pernyataan mengenaskan bahwa orang miskin dilarang sekolah. Padahal
anak-anak Indonesia sekarang ini bagian penting dari aset bangsa, sebab
merekalah yang kelak akan meneruskan estafet keberadaan negeri ini. Kata
Soyomukti (2009: 282) selanjutnya bahwa menyelamatkan anak-anak bangsa
saat ini (golden age) merupakan tindakan menyelamatkan masa depan
(reclaiming the future) masyarakat dan keberadaan bangsa.
Persoalan pendidikan pada prinsipnya juga menjadi urusan publik
dengan mengurangi otoritas pemerintah baik dalam kebijakan kurikulum,
managemen, proses pembelajaran dan lain-lain (Bakri, 2009: 6) sehingga
implementasi penyelenggaraan pendidikan dewasa ini memberi ruang dan

6

waktu keterlibatan aktif dari masyarakat. Artinya perkembangan pendidikan
memperhatikan pula kecenderungan orientasi masyarakat selaku penerima
jasa pendidikan. Oleh karena itu Becker menjelaskan, pendidikan disesuaikan
dan diabdikan kepada kepentingan pasar yang mendikte dunia pendidikan
(Bakri, 2009: 9). Pendidikan tidak lebih dari sekedar pasar yang menawarkan
reproduksi struktural buruh, tetapi secara sosial berfungsi sebagai pendukung
sistem yang mendominasi sehingga implementasi pendidikan di sekolah telah
menjadi

alat

reproduksi ekonomi

dan budaya. Formulasi

cita-cita

Kemendiknas dalam membangun pendidikan nasional lebih menekankan
pada pendidikan transformatif yaitu menjadikan pendidikan sebagai
mobilisasi perubahan dari masyarakat berkembang menuju masyarakat maju
(Renstra Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 18). Berdasarkan fakta
sosial, pembentukan kesadaran orang tua siswa itu diikuti proses transformasi
struktural, yang menandai adanya perubahan di masyarakat dengan
mengembangkan dan mengaktualisasikan segala potensi kemanusiannya
secara optimal.
Arus informasi dan globalisasi dalam kehidupan modern dewasa ini
dapat mengeser orientasi kesadaran orang tua siswa dalam menentukan
pilihan pendidikan. Dalam paradigma masyarakat tradisional, pendidikan
belum menjadi prioritas utama dalam kehidupannya. Mereka lebih terfokus
pada aspek ekonomi untuk mencukupi kebutuhan pokok kehidupan seharihari. Masyarakat tradisional mempunyai persepsi bahwa pendidikan anak itu
tidak perlu tinggi-tinngi, cukup pada sekolah dasar yang penting bisa
membaca dan menulis. Untuk selanjutnya segera dapat bekerja sehingga

7

dapat meringankan beban ekonomi keluarga. Paradigma masyarakat madern
dalam melihat pendidikan berbanding terbalik dengan masyarakat tradisional.
Pendidikan bagi masyarakat modern mempunyai prioritas utama dalam
hidupnya. Ada comensense dimasyarakat modern dengan ungkapan “
pendidikan anak harus lebih baik dan lebih tinggi dari pada pendidikan orang
tua “ sehingga diharapkan mempunyai tingkat kehidupan yang lebih baik.
Esensi paradigma masyarakat tradisional, pendidikan itu tidak
menjamin kesuksesan dan kemapanan dalam kehidupan. Konsep kesuksesan
dan kemapanan hidup mereka ilustrasikan dengan pencapaian status ekonomi
kelas atas. Sekalipun dengan pendidikan rendah hanya tamat sekolah dasar,
jika bekerja keras dapat mencapai kemapanan ekonomi dalam hidupnya.
Pendidikan itu menghabiskan waktu dan biaya sehingga hanya menambah
beban bagi orang tua. Sementara pada masyarakat modern melihat pendidikan
sebagai kebutuhan esensial yang harus dipenuhi untuk setiap manusia.
Dengan memiliki pendidikan yang memadai dan bahkan jika bisa
menyelesaikan samapai tingkat pendidikan tinggi (sarjana), akan memberikan
kontribusi dan modal sosial yang besar kepada anaknya. Aktivitas-aktivitas
masyarakat tradisional dan modern pada aspek pendidikan dalam kehidupan
sosial direproduksi melalui sarana-sarana pengungkapan diri mereka sebagai
aktor.

Pendidikan

merupakan

mediasi

dengan

dunia

sekitar

dan

keterhubungannya dari pelaku.
Pendidikan itu terkadang tidak berbanding lurus dengan perolehan
pekerjaan yang layak dan kesuksesan hidup. Secara konseptual, dengan
pendidikan yang tinggi seseorang memiliki peluang yang besar untuk

8

mencapai tujuan hidup yang lebih baik. James S. Coleman (dalam Ritzer,
2011: 480) mengatakan, orang itu bertindak secara sengaja unuk mencapai
suatu tujuan, dengan tujuan dan tindakan yang dibangun oleh nilai atau
preferensi. Kontradiktif paradigma masyarakat dalam melihat pendidikan
sebagaimana disampaikan Mark Granovetter (dalam Ritzer, 2011: 470), yang
mendasari kaitan-kaitan ini adalah gagasan bahwa aktor (individu atau
kolektif) dapat memiliki akses berlainan pada sumber-sumber bernilai
(kekayaan. kekuasaan dan informasi).
Orientasi pemerintah dalam pendidikan secara konseptual sudah
dituangkan dan ditetapkan dalam regulasi. Dalam Undang-Undang Sisdiknas
2003 pasal 50 ayat (3) berbunyi: Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional. Berdasarkan hal ini, Ludie Kurrnia Waka Kurikulum
SMA Negeri 2 Kediri yang dibenarkan Ibnu Nandir asisten kurikulum SMA
Negeri 2 Kediri mengatakan, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2
Kediri sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berada di Kediri mulai
tahun pelajaran 2006/2007 sampai sekarang, tahun pelajaran 2012/2013
mengimplementasikan

kebijakan pendidikan

dari

pemerintah dengan

mengambil format Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Implementasi ini sesuai dengan amanah undang-undang yang mewajibkan
pemerintah untuk memberi pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus. Anakanak yang memiliki bakat menonjol perlu mendapat pelayanan pendidikan
yang khusus pula. Konsep ini akan memberikan keleluasaan bagi pemerintah

9

dan sekolah untuk merumuskan keunggulan spesifik dari sekolah dalam
memberikan pelayanan yang unggul dan sebaik-baiknya bagi siswa-siswa
berbakat, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Ludie Kurnia
menyampaikan, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 2
Kediri ini juga didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
pasal 5 ayat 4 yang mengamanatkan bahwa “Warga negara yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus. Sedangkan pasal 12 ayat 1 menegaskan bahwa “Setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”. Kemudian ditindak lanjuti
pula dengan Keputusan Mendiknas Nomor 048/U/1992 pasal 16 ayat 1 yang
menegaskan, “Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa
dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah
ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan di SMA sekurangkurangnya dua tahun”.
Mudjia Rahardjo (2010: 39) mengatakan, dewasa ini telah terjadi
perkembangan makna pendidikan secara mendasar. Dulu kegiatan pendidikan
hanya dianggap sebagai kegiatan domestik, tetapi sekarang pendidikan bagian
dari jasa yang memegang peran penting dalam perdagangan dan bahkan telah
menjadi salah satu praktik transaksi internasional. Dengan demikian,
perspektif Rahardjo tersebut menggambarkan telah terjadi pergeseran makna
“ruang publik” pendidikan yang berimplikasi terhadap prestise maupun strata
di masyarakat sehingga implementasi kebijakan pendidikan dapat bermuatan
kapitalistik, karena pendidikan tidak dapat dinikmati oleh semua lapisan

10

masyarakat, tetapi hanya diakses bagi mereka yang memiliki uang.
Soyomukti (2008: 7) mengatakan, prinsip paling penting dari seni pengajaran
agung (di lembaga pendidikan) adalah “pendidikan untuk semua (education
for everyone).
Ekspresi kesadaran

orang tua siswa dalam menentukan pilihan

sekolah anaknya di SMA Negeri 2 Kediri mempunyai tingakat keragaman
yang berbeda. Nur Wakit, Edy Asrory, dan Dodo Sofana selaku orang siswa
di Kediri mengatakan, para orang tua mempunyai nilai-nilai tindakan yang
bersifat akademis dan ekonoms yang membentuk kesadarannya dalam
memilih sekolah di SMA Negeri 2 Kediri. Sebagaimana dikatakan Mutrofin
(2009: 35), manakala keuntungan ekonomi tidak diperoleh sesudah seseorang
mengikuti pendidikan sekolah (misalnya mendapat sekolah dan pekerjaan
yang diinginkan), timbul pandangan negatif terhadap sekolah sebab tidak
mampu mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Asumsi dan interpretasi
orang tuya siswa yang demikian ini bisa saja terjadi di SMA Negeri 2 Kediri
sehingga penyelenggaraan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) itu
sebatas label gaya hidup edukatif yang konsumtif dengan uforia label
“rintisan”. Freire (2008: 39) menegaskan bahwa tanpa kesatuan antara studi
dan kerja yang terdapat di dalam kehidupan sosial baru yang sedang di
bangun, tidak mungkin menciptakan sebuah masyarakat baru di mana
perbedaan antara kerja kasar dan intelektual tidak ditemukan.
Bagaimana pun juga lembaga pedidikan SMA Negeri 2 Kediri tidak
serta merta bisa melepaskan paradigma kesadaran pragmatisme dari orang tua
siswa dalam menentukan pilihan pendidikan untuk anak-anaknya. Dunia kerja

11

tidak dipisahkan dari pendidikan karena keduanya merupakan sinergi untuk
merekonstruksi

cita-cita yang sedang dipersiapkan dalam membangun

masyarakat masa depan yang tercerahkan. Pendidikan itu dijadikan sebagai
pusat pembangunan masyarakat baru (Freire, 2008: 240). Ada semacam
tingkat tindakan sosial dari para aktor bagi orang tua siswa dalam memilihkan
sekolah di SMA Negeri 2 Kediri seperti yang dikatakan Weber (dalam Ritzer,
2010: 136-137) bahwa ideal-tipe tindakan sosial dibedakan dalam empat.
Rasionalitas instrumental yaitu tindakan yang dilaksanakan setelah melalui
tindakan matang mengenai tujuan dan cara yang ditempuh untuk meraih
tujuan itu. Tindakan rasionalitas instrumental adalah tindakan yang diarahkan
secara rational untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan diterapkan dalam
suatu situasi dengan suatu pluralitas cara-cara dan tujuan-tujuan dimana
subyek bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan efisiensi
berdasarkan perhitungan rasioanalitas. Kedua, tindakan sosial berorientasi
nilai yaitu tindakan yang ditentukan oleh pertimbangan atas dasar keyakinan
individu pada nilai-nilai estetis, etis dan keagamaan, manakala cara-cara yang
dipilih untuk keperluan efisiensi dalam mencapai tujuannya. Ketiga, tindakan
afektif

yaitu tindakan ini dilakukan seseorang berdasarkan perasaan yang

dimilikinya, dilakukan secara spontan karena mengalami suatu kejadian yang
sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa perhitungan dan
pertimbangan rasionalitas yang matang. Keempat, tindakan sosial tradisional
yaitu tindakan yang dijadikan pertimbangan adalah kondisi atau tradisi yang
sudah menjadi kebiasaan.

12

Konsep Weber dalam tindakan sosial tersebut di atas mempunyai
makna bagi orang tua siswa dalam memilih sekolah di SMA Negeri 2 Kediri
merupakan tindakan yang bermakna. Para orang tua ketika memilih sekolah
di SMA Negeri 2 Kediri menyimpan nilai-nilai material dan nonmaterial yang
menjadi dasar dalam melakukan tindakan sosial. Makna yang tersimpan pada
SMA Negeri 2 Kediri menformulasi terhadap tindakan orang tua siswa dalam
memilih sekolah. Lebel dan predikat yang melekat pada SMA Negeri 2
Kediri membangun persepsi tindakan sosial bagi orang tua siswa dalam
menentukan pilihan sekolah di lembaga tersebut.

Ekspresi kesadaran

tindakan orang tua siswa akan berkurang dan redup untuk memilih sekolah di
SMA Negeri 2 Kediri jika lembaga pendidikan tersebut tidak memiliki
makna. Nur Wakit, Edy Asrory dan Dodo Sofana selaku orang tua yang
menggunakan jasa pendidikan dari SMA Negeri 2 Kediri karena anaknya
sekolah di SMA Negeri 2 Kediri mengatakan, selama ini SMA Negeri 2
Kediri mendapatkan apresiasi yang positif dari masyarakat karena dinilai
sukses mengantarkan siswanya mempunyai kemampuan akademik yang baik
untuk kelanjutan pendidikannya sebagai sarana untuk membangun masa
depan yang baik dan bermakna. Menurut hasil riset yang dilakukan Zaini
Hasan pada tahun 1987, semakin banyak dan semakin bagus pendidikan yang
dialami oleh seseorang, semakin kuat orang tersebut memiliki nilai-nilai
modernitas yang salah satu cirinya adalah memiliki orientasi masa depan,
bukan masa kini. (Mutrofin, 2009: 35).
SMA Negeri 2 Kediri, sekolah yang mendapat predikat sekolah favorit
dan maju diwilayah karisidenan Kediri inipun menyelenggarakan pendidikan

13

RSBI secara bertahap. Ludie Kurnia selaku Waka Kurikulum SMA Negeri 2
Kediri mengatakan, SMA Negeri 2 Kediri mengimplementasikan RSBI
secara bertahap di mulai pada tahun pelajaran 2006/2007 sehingga pada tahun
pelajaran 2012/2013 ini secara keseluruhan semua kelas X di SMA Negeri 2
Kediri telah diterapkan RSBI dan meniadakan kelas regular. Langkah ini
diambil untuk lebih meningkatkan kualitas dan prestasi belajar peserta didik
di SMA Negeri 2 Kediri sehingga orang tua siswa di masyarakat Kediri dan
sekitarnya tetap memiliki antusias dan kesadaran yang tinggi dalam
menggunakan jasa pendidikan di SMA Negeri 2 Kediri. Untuk itu dalam
penelitian ini mengambil judul: Kesadaran orang tua siswa dalam memilih
sekolah di SMA Negeri 2 Kediri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, rumusan masalah
yang dapat diformulasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kesadaran apakah yang membentuk orang tua siswa dalam memilih
sekolah di SMA Negeri 2 Kediri ?
2. Bagaimana bentuk kesadaran orang tua siswa dalam memilih sekolah di
SMA Negeri 2 Kediri ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kesadaran orang tua dalam memilih sekolah di SMA
Negeri 2 Kediri.

14

b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kesadaran orang tua dalam
memilih sekolah di SMA Negeri 2 Kediri.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari dilakukanya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta bahan
dalam penerapan ilmu sosiologi tentang kesadaran orang tua siswa
dalam memilih sekolah. Secara teoritis penelitian ini juga untuk
membangun kesadaran akademis yang humanis dan berdaya guna
karena mempunyai nilai daya saing dalam kehidupan edukatif dan
sosial kemasyarakatan.
b. Manfaat Praktis
1.

Bagi institusi pendidikan, SMAN 2 Kediri sabagai

informasi

tentang bentuuk-bentuk kesadaran orang tua siswa dalam memilih
sekolah di SMA Negeri 2 Kediri.
2. Bagi orang tua siswa sebagai masukan untuk memberikan wawasan
pilihan pendidikan dan estimasi kehidupan masa depan anaknya
sehingga dapat menentukan sikap dan perilaku yang lebih dewasa
secara akadmik, emosional dan sosialnya.
3.

Bagi penulis sendiri, sebagai bentuk pengalaman riil dari fenomena
sosial tentang kesadaran orang tua siswa dalam memilih sekolah
sehingga dapat lebih memantapkan penguasaan konsep pada
beberapa teori sosiologi untuk menganalisa perilaku orang tua siswa
dalam memilih sekolah.
15

4.

Bagi Peneliti selanjutnya sebagai informasi untuk dikembangkan
dalam melakukan penelitian sehingga ditemukan dan diperdalam
kesadaran orang tua siswa dalam memilih sekolah di SMA Negeri 2
Kediri.

16

Dokumen yang terkait

STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORANG TUA BEREKONOMI RENDAH DALAM MEMILIH SEKOLAH BAGI ANAK DI SD MUHAMMADIYAH Studi Kasus Pengambilan Keputusan Orang Tua Berekonomi Rendah Dalam Memilih Sekolah Bagi Anak Di Sd Muhammadiyah 21 Baluwarti.

0 2 12

STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORANG TUA BEREKONOMI RENDAH DALAM MEMILIH SEKOLAH BAGI ANAK DI Studi Kasus Pengambilan Keputusan Orang Tua Berekonomi Rendah Dalam Memilih Sekolah Bagi Anak Di Sd Muhammadiyah 21 Baluwarti.

0 3 17

MODEL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DANA BANTUAN ORANG TUA MURID PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Model Pertanggungjawaban Hukum Dana Bantuan Orang Tua Murid Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Kasus SMP N RSBI Di K

0 1 22

PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 1 Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) Kota Magelang.

0 2 9

RESPON ORANG TUA SISWA TERHADAP BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus Di SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo).

0 0 17

PREFERENSI ORANG TUA SISWA DI SD MUHAMMADIYAH CONDONGCATUR DALAM MEMILIH SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP).

0 0 204

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KELAS RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 YOGYAKARTA.

0 0 184

sekolah nasional berstandar internasional

0 0 17

2. MENUJU SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL (SBI)

0 1 74

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 SURAKARTA

0 0 119