PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 SURAKARTA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 SURAKARTA

SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

OLEH ADITYA TRI NUGROHO K 7405019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ABSTRAC

Aditya Tri Nugroho. THE IMPLEMENTATION OF TEACHING IN INTERNATIONAL QUALIFICATION SCHOOL OF SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN NEGERI 6 SURAKARTA.Thesis, Surakarta: Teaching and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta,July 2010

This research aims to (1)Describing about the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI) of SMK Negeri 6 Surakarta, (2 ) Knowing the supporting factors and the obstacle factors in the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI ) of SMK Negeri 6 Surakarta, ( 3) Knowing how to overcome and the solutions of the obstacle factors in the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI ) of SMK Negeri 6 Surakarta.

The research formed into qualitative research,and using descriptive method with single strategy. The data source taken from informant, place and scene, and document. The sampling technique used in this research are purposive sampling and snow ball sampling techniques. The data collected by using interview, direct observation, and documentation. To measure the validity of the data, the researcher uses triangulation data and method. The data analized by using interactive analysis model.

The results of the research shows that : 1) The implementation of teaching influenced by the teaching components which are : KTSP Curriculum spectrum, teacher’s competences, student’s competences, teaching materials such as modul, variation of teaching media, innovative teaching method, condusive teaching environment, validity of teaching evaluation. Billingual and moving class system has not been yet implemented in every teaching implementation. 2) The supporting factors of the implementation of teaching in RSBI SMK Negeri 6 Surakarta: (a) Education staffs which qualified both in academic and experiented and also have good achievement.(b) Condusive school environment and wide areas become alternative in teching implementation. (c) SMK Negeri 6 Surakarta has already got certificate of ISO 9001:2000. 3) The obstacle factors of implementation of teaching in RSBI SMK Negeri 6 Surakarta are (a) The unfinished of adaptation process of the education staffs and students of the change in the teaching paradimg of RSBI teaching model.(b) The limitation of individual skill on both of the education staffs and students. (c) The teaching components has not been yet compatible with the RSBI programm standard. 4) The solutions to overcome the obstacle factors in the implementation of teaching in RSBI SMK Negeri 6 Surakarta are (a)Improvement on the education staffs resource with trainings and course.(b) Upgrading the quality of students and socialitation of the RSBI teaching programm to the students.(c) Improvement on the supporting tools and infrastuctures in the RSBI teaching implementation.

ABSTRAK

Aditya Tri Nugroho. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN

SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

(RSBI) SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta, (2) Mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta, (3) Mengetahui cara-cara mengatasi dan solusi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif, sedangkan metode penelitian adalah metode deskriptif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan terdiri dari informan, tempat dan peristiwa, dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan (purposive sampling) dan Teknik bola salju (snow ball sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. Untuk mengukur validitas data digunakan triangulasi data dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta dipengaruhi oleh komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari: Kurikulum KTSP Spektrum, Kompetensi Guru, Kompetensi Siswa, Bahan pembelajaran berupa modul, Media pembelajaran bervariasi, Metode Pembelajaran inovatif, Lingkungan Pembelajaran kondusif, Evaluasi Pembelajaran yang valid. Sistem bilingual dan moving class belum diterapkan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. 2) Faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta: (a) Tenaga pendidik yang berkualitas secara akademis dan berpengalaman serta berprestasi. (b) Lingkungan sekolah yang kondusif dan lahan yang luas menjadi alternatif dalam melaksanakan pembelajaran. (c) SMK Negeri 6 Surakarta telah bersertifikat ISO 9001:2000 3) Faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK

Negeri 6 Surakarta adalah (a) Belum sempurnanya proses adaptasi para tenaga pendidik dan anak didik dalam perubahan paradigma pembelajaran yang menjadi pembelajaran model RSBI. (b) Terbatasnya skill individu tenaga pendidik dan anak didik. (c) Komponen-komponen pembelajaran belum sesuai dengan standar program RSBI. 4) Cara-cara mengatasi faktor pengahambat dalam pelakanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah (a) Perbaikan sumber daya tenaga pendidik melalui pelatihan-pelatihan dan kursus. (b) Peningkatan kualitas anak didik dan sosialisasi program pembelajaran RSBI bagi para siswa. (c) Perbaikan terhadap fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama penyusunan skripsi ini mulai dari awal sampai akhir, banyak sekali pihak yang membantu hingga skripsi ini terselesaikan. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PAP FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

5. Bapak Drs. Ign. Wagimin, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Patni Nigharjanti, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK PAP FKIP UNS yang telah

membantu peneliti dalam pembekalan materi untuk penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Sri Supartini, M.M. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 6 Surakarta yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah yang beliau pimpin.

9. Bapak Drs. Sukarmanto, selaku WAKA kurikulum yang telah banyak membantu dalam penyediaan infomasi.

viii

10. Ibu dan ayah serta kakak-kakak ku, terima kasih atas dorongan, doanya serta selalu memberi semangat dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan PAP ’05: Lupin, Lian, Ika, Apris, Basuki, Deffi, Husna, Lala, Septi, Arum, Iyut, Husna, Lilis, Lis, Fanny, Ima, Dwina, Linda, Nurul, Vina, Mita, Arif, Angga, Prima, Rangga, Mahmud, Bayu, Wuri, Panji, Fajar, Efi terima kasih atas semuanya, banyak hal yang telah kita lalui bersama dan semuanya akan menjadi kenangan yang indah.

12. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun disadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2010

Peneliti

ix

MOTTO

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(QS. Al Baqarah: 286)

Sometimes a dreamer is a looser, but sometimes a looser be a winner

(penulis)

Cara berfikir yang akan merubah nasib kita, bukan nasib yang akan merubah cara berfikir kita

(penulis)

Terus bergerak atau mati dalam gelisah (penulis)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada: # Ibu dan Bapak tercinta,

# Kakak’ku Ika&Ari utul tercinta # Seseorang yang telah menjadi bintang dalam hidupku # Sahabatku -sahabatku..dalam susah dan senang # Teman-teman PAP 2005, # Almamater

vii

G. Analisis Data……………………………………….…... 48

H. Prosedur Penelitian…………………………………….. 50 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian……………………...………. 53

1. Sejarah singkat berdirinya SMK Negeri 6 Surakarta………………………………………….... 53

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta…… 54

3. Kebijakan Mutu…………………………………..... 55

4. Jurusan di SMK negeri 6 Surakarta…………..….... 55

5. Keadaan Lingkungan Belajar……………………...

6. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta……..

B. Deskripsi Masalah Penelitian………………………....... 60

1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)

SMK Negeri 6 Surakarta…………………………… 60

2. Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta …….…………..

3. Cara-cara untuk Mengatasi dan Solusi Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta….. 84

C. Temuan Studi yang dihubungkan dengan Kajian Teori... 87

1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) SMK Negeri 6 Surakarta…………………………… 87

2. Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta…....……………

3. Cara-cara untuk Mengatasi dan Solusi Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta.…. 98

xi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………. 100

B. Implikasi………………………………………………. 102

C. Saran…………………………………………………... 103 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar II.1. Skema Kerangka Pemikiran

37 Gambar III.1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir

50 Gambar III.2. Skema Prosedur Penelitian

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Lampiran 3. Field Note Lampiran 4. Surat Perijinan Lampiran 5. Data Umum Sekolah Lampiran 6. Dokumen RSBI

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan pada abad ke-21 ini menuntut sumber daya manusia yang prima yang dapat survive di dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan. Upaya peningkatan SDM harus dilakukan melalui peningkatan kompetensi manusia Indonesia yang siap hidup di peradaban global. Dalam dunia pendidikan diperlukan sekolah yang tidak hanya mengembangkan keunggulan lokal melalui tenaga-tenaga terdidik, tetapi juga perlu tersedianya satuan pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan berstandar internasional. Berangkat dari kondisi tersebut, perubahan orientasi pendidikan kita harus segera dilakukan reformasi secara mendasar (mind set pelaku) pada semua komponen dalam sistem pendidikan kita. Perubahan orientasi pendidikan tidak hanya berkutat pada perubahan kurikulum semata, namun yang terpenting saat ini adalah adanya “revolusi” sikap mental, pola pikir dan perilaku pelaku pendidikan (aparat, pengelola dan pengguna pendidikan) secara mendasar. Kebijakan ini dilakukan agar dapat mewujudkan pendidikan yang lebih demokratis, memiliki keunggulan komparatif dan kompetetif, memperhatikan kebutuhan daerah, mampu mengembangkan seluruh potensi lingkungan dan potensi peserta didik serta lebih mendorong peran aktif dari masyarakat. Untuk mendukung pencapaian kondisi tersebut, pengelola pendidikan hendaknya memiliki pemahaman konsep pendidikan yang komprehensif.

Menurut Syafaruddin (2002:74), globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Peningkatan kompetisi, pilihan, dan tuntutan masyarakat mempengaruhi pendidikan saat ini. Pendidikan di Indonesia perlu mendapat pengaturan dan standarisasi untuk memenangkan kompetisi dan peningkatan mutu terus-menerus. Oleh karena itu, manajemen sekolah harus mampu mencakup hal yang dapat meningkatkan kreativitas, inovasi, dan modernisasi bagi kemajuan pendidikan.

Selain itu tantangan-tantangan yang harus dihadapi juga datang dari dalam sistem pendidikan tersebut. Sumber-sumber pendidikan dan pengelolaannya yang tidak efektif serta sistem pendidikan yang masih lemah dan tidak relevan dengan kemajuan zaman membuat pendidikan di Indonesia sekarang sangat jauh tertinggal dari negara-negara lainnya. Hal ini harus ditanggulangi dengan meningkatkan kualitas pendidikan, mengubah sistem pendidikan agar relevan dengan kemajuan zaman serta perlunya pengembangan manajemen pendidikan agar sistem pendidikan kita tertata dan terkelola dengan baik.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Pendidikan merupakan faktor yang menentukan kecerdasan suatu bangsa. Melalui pendidikan, manusia akan dibekali ilmu pengetahuan dan pengajaran tentang kehidupan yang mencakup banyak hal seperti afektif, psikomotor, dan kognitif. Sebagai salah satu cita-cita nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka proses pencerdasan dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal. Upaya pencerdasan melalui pendidikan nonformal dapat diperoleh melalui pengalaman yang sifatnya empiris dan dapat memberikan pengajaran hidup yang bermakna apalagi ada pepatah yang mengatakan bahwa “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Di samping itu, pencerdasan melalui pendidikan formal harus wajib dijalankan, apalagi mulai tahun 1984 telah diwajibkan pendidikan 9 tahun untuk Pendidikan merupakan faktor yang menentukan kecerdasan suatu bangsa. Melalui pendidikan, manusia akan dibekali ilmu pengetahuan dan pengajaran tentang kehidupan yang mencakup banyak hal seperti afektif, psikomotor, dan kognitif. Sebagai salah satu cita-cita nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka proses pencerdasan dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal. Upaya pencerdasan melalui pendidikan nonformal dapat diperoleh melalui pengalaman yang sifatnya empiris dan dapat memberikan pengajaran hidup yang bermakna apalagi ada pepatah yang mengatakan bahwa “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Di samping itu, pencerdasan melalui pendidikan formal harus wajib dijalankan, apalagi mulai tahun 1984 telah diwajibkan pendidikan 9 tahun untuk

Adanya sekolah sebagai sarana untuk mendapat pendidikan formal dirasa penting untuk memberikan mutu pendidikan dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Sekolah sebagai suatu sistem dalam kehidupan masyarakat, memiliki fungsi dan mempengaruhi satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu sekolah harus ditunjang oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) ahli yang menunjang proses belajar mengajar guna membekali siswa dalam menghadapi era globalisasi.

Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta didik agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud berarti luas, baik kecakapan personal (personal skill) yang mencakup; kecakapan mengenali diri sendiri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill ), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill), maupun kecakapan vokasional (vocational skill). Kegiatan pendidikan pada tahap melatih lebih mengarah pada konsep pengembangan kemampuan motorik peserta didik. Terkait dengan proses melatih ini, perlu dilakukan pembiasaan dan pengkondisian anak dalam berpikir secara kritis, strategis dan taktis dalam proses pembelajaran. Peserta dilatih memahami, merumuskan, memilih cara pemecahan dan memahami proses pemecahan masalah. Berangkat dari kondisi tersebut, maka budaya instant dalam pembelajaran yang selama ini dibudayakan harus ditinggalkan, menuju proses pemberdayaan seluruh unsur dalam sistem pembelajaran. ( http://pakguruonline.pendidikan.net)

Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta

Menurut Sardiman.A.M (2004:14), ”Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya”. Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa itulah yang harus mendapatkannya. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pengajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru.

Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada kecakapan mengantisipasi perubahan, mengurangi kesenjangan kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun obyek dan memproduksi karya Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada kecakapan mengantisipasi perubahan, mengurangi kesenjangan kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun obyek dan memproduksi karya

Munculnya Rintisan Sekolah Bertaraf International (RSBI) di Indonesia dianggap sebagai langkah maju tumbuhnya perkembangan pendidikan setara luar negeri atau Internasional. Pengembangan RSBI sendiri didasarkan pada UU No.

20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat 3 yang secara garis besar ketentuan ini berisi bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.

“Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah nasional dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada”. ( http://id.wikipedia.org)

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan kemajuan di dunia pendidikan dengan memperhatikan kualitas pendidikan di mana secara awam ditafsirkan sekolah dengan kualitas lulusan yang mampu menggunakan bahasa Inggris khususnya yang sampai saat ini atau bahkan untuk tahun ke depanpun merupakan tolak ukur utama siswa atau seseorang dikatakan mempunyai kemampuan lebih di dunia pendidikan.

Pada dasarnya RSBI dimaksudkan agar mutu pendidikan dapat dimaksimalkan dengan melakukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dengan menggunakan pengantar bahasa Inggris meskipun tidak mengesampingkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagaimana diketahui secara umum bahwa seseorang dalam merintis arah kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuan dan tingkat pendidikan yang dimiliki, di mana sampai saat ini untuk memasuki Pada dasarnya RSBI dimaksudkan agar mutu pendidikan dapat dimaksimalkan dengan melakukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dengan menggunakan pengantar bahasa Inggris meskipun tidak mengesampingkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagaimana diketahui secara umum bahwa seseorang dalam merintis arah kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuan dan tingkat pendidikan yang dimiliki, di mana sampai saat ini untuk memasuki

Proses untuk mendapatkan predikat Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dimulai dengan menstandartkan proses manajemen sekolah yang telah diakui oleh International Organization for Standardization dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2008 untuk proses manajemen. Dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2008, maka sekolah tersebut diverifikasi oleh Dinas Pendidikan pusat yang berakhir dengan penandatanganan MoU bahwa sekolah tersebut sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

Pembentukan SBI sendiri harus mengacu pada standar perumusan SBI yakni SBI = SNP + X. SNP adalah Standar Nasional Pendidikan dan X adalah penguatan untuk berdirinya SBI seperti sebagai penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman, adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional seperti Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO. SNP sendiri memiliki 8 kompetensi yakni lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarpras, dana, pengelolaan dan penilaian.

Pelaksanaan pembelajaran dalam SBI harus sesuai dengan standart internasional. Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar Internasional dimulai dari Input, Process, dan output. Proses belajar mengajar dalam SBI meliputi Lifeskill, Empat pilar pendidikan (Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, and Learning To Live together ) dan Multiple Intelligences. Dengan kata lain, Proses Belajar Mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui penekanan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi.

Teknis SBI salah satunya adalah penerapan pembelajaran model bilingual /menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Pada sistem ini pendidik Teknis SBI salah satunya adalah penerapan pembelajaran model bilingual /menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Pada sistem ini pendidik

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diyakini merupakan sekolah yang mampu menciptakan produk pendidikan yang inovatif, kreatif dan produktif. Menurut Supriadi (2002:17-18) “Bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat, dan bangsanya”. Sebagai sub-sistem dari pendidikan nasional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki peran strategis mewujudkan sumber daya Indonesia yang handal. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 yaitu : “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.” Dan dilanjutkan PP No. 73 Tahun 1991, Pasal 3 ayat 6 mengatakan bahwa : “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.”

Salah satu sasaran Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK tahun 2005-2009 adalah terwujudnya 443 SMK Bertaraf Internasional (SBI) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pengembangan SMK bertaraf internasional dimaksudkan untuk mempersiapkan SMK memasuki era perdagangan bebas yang menuntut kemampuan bersaing di tingkat nasional dan internasional. Pada akhirnya, pengembangan SMK bertaraf internasional tersebut diharapkan akan lebih menjamin terserapnya lulusan SMK pada lapangan kerja yang relevan baik di dalam maupun di luar negeri.

SMK Negeri 6 Surakarta yang merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional menjadi fenomena yang menarik bagi semua kalangan. Perubahan status sekolah yang akan bertaraf internasional ini merupakan langkah awal yang menjadi tanggung jawab besar dalam pelaksanaannya untuk menghasilkan lulusan siswa-siswa berpestasi, terlatih dan menguasai kemampuan- kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang dapat ditunjukkan melalui penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global.

Banyak tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah bertaraf Internasional ini. Selain kompetensi tenaga pendidik yang diharapkan dapat berstandar internasional, pengadaan fasilitas-fasilitas pembelajaran juga diharapkan memadai untuk menunjang kegiatan belajar- mengajar. Dan juga siswa-siswa yang merupakan input diharuskan merupakan input yang berkualitas tinggi sehingga dapat mengikuti pelaksanaan pembelajaran bertaraf internasional yang akan dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah menjadi tanggung jawab bersama dari pihak sekolah, pendidik dan anak didik di SMK Negeri 6 Surakarta dalam pengembangan diri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pembelajaran agar nantinya output yang dihasilkan dapat bersaing tidak hanya berkualitas nasional saja juga harus mampu bersaing di internasional sebagai tuntutan dari era globalisasi.

Dari permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 6 Surakarta dengan latar belakang masalah:

“PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMK NEGERI 6 SURAKARTA”

B. Perumusan Masalah

Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:312) ”Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicari jawabannya”. Sehingga dalam hal ini masalah harus dipikirkan, dirumuskan,dan dicarikan jawabannya secara jelas. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta?

2. Apa saja faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta?

3. Bagaimanakah cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:313), “Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan”. Jadi setiap kegiatan yang dilakukan pastilah untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula penelitian ini, juga tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

3. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan suatu informasi yang mempunyai nilai-nilai aktual, akurat dan terperinci yang dapat memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti. Selain itu juga mempunyai nilai teoristis untuk Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan suatu informasi yang mempunyai nilai-nilai aktual, akurat dan terperinci yang dapat memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti. Selain itu juga mempunyai nilai teoristis untuk

1. Manfaat teoristis

a. Untuk menambah khasanah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan proses pembelajaran.

b. Untuk mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

c. Untuk mengenal lebih mendalam tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi sekolah dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam pengembangan kualitas pelaksanaan pembelajaran sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

b. Bagi para guru dan siswa dapat digunakan untuk memberi inspirasi dalam mengembangkan diri agar dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas diri yang dimilikinya untuk menunjang proses pembelajarannya.

c. Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang lain yang memerlukan untuk mengembangkan penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ilmiah diperlukan pemahaman teori-teori yang relevan dan mendukung. Winarno Surakhmad (2004:83) mengemukakan “Teori adalah sekumpulan data yang tersusun dalam suatu pemikiran yang memberi jalan lapang kepada penyelidik karena mempunyai arti dan guna”. Teori dapat dipakai sebagai pedoman dan pegangan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Kajian teori yang tepat akan mempermudah proses penelitian sebab hal tersebut akan memberikan inspirasi bagi peneliti dalam memecahkan masalah masalah penelitian.

Dalam penelitian ini teori-teori yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut: 1) Tinjauan tentang Pembelajaran, 2) Tinjauan tentang Sekolah Menengah Kejuruan, 3) Tinjauan tentang Sekolah Bertaraf Internasional. Untuk lebih memperjelas teori-teori tersebut, peneliti akan menjabarkannya sebagai berikut:

1. Tinjauan Tentang Pembelajaraan

a. Hakikat Belajar

Kegiatan belajar selalu dihubungkan dengan perkembangan intelektual dan pendidikan formal. Belajar itu sendiri merupakan akivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat karena belajar merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan potensi diri dalam kehidupannya. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar tidak hanya mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan jenjang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Slameto (2003:2) bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Sardiman (2004:26) menyatakan bahwa ”Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”.

Berdasarkan dari berbagai definisi tersebut, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan dan mengembangkan kehidupan.

b. Hakikat Mengajar

Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar bagi para siswa. Arnie Fajar (2005: 12-13) mengemukakan bahwa ”Mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar bagi para siswa. Arnie Fajar (2005: 12-13) mengemukakan bahwa ”Mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu usaha menciptakan kondisi yang baik agar berlangsung suatu proses interaksi antara guru dan siswa dengan tujuan agar siswa menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar dilakukan oleh guru. Dalam mengajar hendaknya seorang guru dapat menciptakan keadaan yang bersifat membantu, mendorong, membimbing dan mengarahkan sehingga hasil proses belajar mengajar tercapai yaitu adanya perubahan kemampuan yang lebih tinggi.

Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dalam bentuk berbagai mata pelajaran agar siswa menyerap bahan pelajaran saja, tetapi mereka harus memahami pula. Selain itu, sebagai akibat adanya proses belajar mengajar siswa akan termotivasi untuk menambah dan memperluas pengetahuan dengan usaha sendiri tanpa adanya suatu paksaan. Seorang guru harus menguasai bahan pelajaran dan selalu memperluasnya untuk mengikuti perkembangan zaman.

c. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata “mengajar” yang berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui

(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan individu kearah yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu atau subyek belajar menuju kearah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar merupakan usaha seorang guru dalam menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Belajar mengajar dianggap sebagai proses karena didalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) diantara guru dan siswa. Proses itulah yang disebut dengan pembelajaran. Pada hakekatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan guru dan siswa. Dalam hal ini seorang guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar.

Menurut Mulyasa, (2002:100) “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik”. Proses dalam kontek ini menunjukkan adanya interaksi antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana..

Menurut Oemar Hamalik (2003: 57), ”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu :

1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik.

2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Pengertian pembelajaran mengandung dua komponen belajar dan mengajar yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran sebagai suatu sistem tentunya melibatkan komponen-komponen belajar mengajar, tujuan, dan proses saling mendukung, saling melengkapi, dan saling bersinergi. Nana Sudjana (2004:35) menegaskan bahwa, “Pembelajaran merupakan proses dinamis untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, namun dapat ditentukan dari 2 kriteria umum yaitu : (1) kriteria ditinjau dari sudut prosesnya dan (2) kriteria ditinjau dari sudut hasilnya”

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar yang mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu memperhatikan unsur-unsur yang terikat dalam proses pembelajaran.

d. Komponen Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses yang utama dalam pendidikan. Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun untuk memperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Proses pembelajaran merupakan kesatuan dari dua proses kegiatan yang searah, yaitu kegiatan belajar (mencari, menerima dan menyimpan materi/informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan) yang dilakukan siswa dan kegiatan mengajar (menyampaikan materi/informasi sekaligus mengelola dan mengorganisasi kegiatan belajar mengajar) yang dilakukan oleh guru. Dari pendapat diatas maka pembelajaran merupakan keseluruhan komponen yang saling berkaitan, bersinergi dan saling berhubungan. Keseluruhan komponen tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran dan merupakan faktor pokok yang mendukung terjadinya peristiwa pengajaran yang edukatif. Hal ini Proses pembelajaran merupakan proses yang utama dalam pendidikan. Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun untuk memperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Proses pembelajaran merupakan kesatuan dari dua proses kegiatan yang searah, yaitu kegiatan belajar (mencari, menerima dan menyimpan materi/informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan) yang dilakukan siswa dan kegiatan mengajar (menyampaikan materi/informasi sekaligus mengelola dan mengorganisasi kegiatan belajar mengajar) yang dilakukan oleh guru. Dari pendapat diatas maka pembelajaran merupakan keseluruhan komponen yang saling berkaitan, bersinergi dan saling berhubungan. Keseluruhan komponen tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran dan merupakan faktor pokok yang mendukung terjadinya peristiwa pengajaran yang edukatif. Hal ini

Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. HJ. Gino, dkk (1998:30) menyebutkan bahwa komponen kegiatan belajar mengajar meliputi siswa, guru, isi pelajaran, media, metode, tujuan dan evaluasi. Sedangkan Margono (1995:9) mengungkapkan bahwa komponen- komponen pembelajaran terdiri dari:

1) Tujuan

2) Materi

3) Strategi belajar mengajar

4) Evaluasi

Berdasarkan uraian tersebut, penulis menguraikan komponen- komponen pembelajaran sebagai berikut:

1) Komponen Kurikulum Secara bahasa kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani kuno yang biasa digunakan dalam bidang olahraga yaitu curir yang artinya pelari. Curere berarti tempat berlari, dan curriculum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari sampai garis finis yang telah ditetapkan. Istilah ini kemudian yang dipergunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian awal sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didiknya untuk memperoleh ijazah.

Menurut Patmonodewo (1995:47) bahwa kurikulum adalah seluruh usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Batasan ini memperluas makna kurikulum bukan sekedar isi atau mata pelajaran sebagai bentuk pengalaman belajar, untuk memperoleh pengalaman belajar maksimal siswa tidak hanya berhubungan dengan materi pelajaran namun seluruh aspek yang mempengaruhi di sekolah baik fisik, intelelektual, sosial, maupun emosional.

Sukmadinata (1995:27) menjelaskan bahwa ada 3 konsep mengenai kurikulum, yaitu (1) Kurikulum dapat juga digambarkan sebagai dokumen tertulis hasil

persetujuan bersama penyusunan kurikulum dan pemegang kebijakan, pendidik dengan masyarakat.

(2) Kurikulum sebagai suatu sistem artinya merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana menyusun, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakan. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi sistem kurikulum agar tetap dinamis.

(3) Kurikulum sebagai bidang studi bertujuan mengembangkan ilmu tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai sumber penelitian dan percobaan merencanakan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi.

2) Komponen Siswa. Siswa adalah seseorang yang menerima dan menyimpan materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran komponen siswa sangat besar pengaruhnya sehingga siswa harus dijadikan pusat kegiatan pembelajaran.

3) Komponen Guru Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai perancang sekaligus menjadi bagian dalam jalannya kegiatan pembelajaran yang mengusahakan terjadinya kondisi-kondisi tertentu agar kegiatan pembelajaran efektif dalam mencapai tujuannya. Guru sebagai fasilitator lebih menekankan pengembangan dan pengkondisisan psikologis siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan

Kartini Suharto (1995:13) mengemukakan tiga unsur utama kemampuan esensial mengajar guru, yaitu: kemampuan merencanakan pembelajaran, melaksanakan prosedur pembelajaran dan menciptakan ketrampilan berkomunikasi. Kemampuan merencanakan adalah kemampuan membuat dan mendesain rancangan pembelajaran. Maka dari itu peran guru sangatlah dibutuhkan dalam suatu pembelajaran.

Menurut Wina Sanjaya (2006:148-153) guru berperan sebagai :

a) Sebagai fasilitator, guru berperan memudahkan siswa dalam proses pembelajaran lebih mengarahkan pertanyaan pada apa yang harus dilakukan agar siswa mudah mempelajari bahan dan mencapai tujuan.

b) Guru sebagai pengelola, berperan sebagai pencipta iklim belajar yang memungkinkan siswa bisa belajar secara nyaman.

c) Demonstrator, guru harus bisa menjadi sosok teladan bagi siswa-siswanya

d) Evaluator, evaluasi tidak hanya kepada sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan namun juga mengumpulkan berbagai informasi tentang kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik.

Dari pendapat diatas maka pengetahuan siswa bukan hanya dari informasi yang diberikan oleh guru, namun lebih penting dari proses menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya. Guru harus menghindari penyampaian pengetahuan tanpa melibatkan siswa untuk menggali informasi. Guru harus memberdayakan diri dengan menyadari perlunya perubahan peran diri dalam proses pembelajaran yang melibatkan penggunaan ICT (information and communication technology) dimana sudah seharusnya banyak menempatkan diri sebagai fasilitator.

4) Komponen Bahan Pembelajaran Pemilihan bahan pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pembelajaran. Guru selain memilih bahan pembelajaran juga dapat mengembangkan bahan pembelajaran baik untuk tujuan pengayaan maupun peningkatan kualitas bahan pembalajaran. Bahan belajar bisa berupa bahan tertulis yang nampak secara fisik yaitu dalam bentuk buku materi, lembar kerja siswa atau non fisik seperti rangsangan visual yang dipergunakan dalam pengajaran.

Dasar yang dipakai dalam memilih bahan atau materi pelajaran menurut A. Samama (1992:7) dalam bukunya S. Suryosubroto (2001:32) terdiri dari :

a) Tujuan instruksioanl Umum

b) Tingkat perkembangan dan intelektual anak

c) Pengalaman anak c) Pengalaman anak

Menurut Suharsini Arikunto (1999:61) mengemukakan dasar pemilihan materi pelajaran adalah sebagai berikut :

a) Tujuan

b) Keadaan siswa

c) Situasi tempat

d) Tersedianya waktu dan fasilitas

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan dasar pemilihan materi pelajaran adalah sebagai berikut :

a) Tujuan Instruksional Umum

b) Tingkat perkembangan siswa

c) Pengalaman siswa

d) Tersedianya waktu dan fasilitas

5) Komponen Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan komponen belajar yang paling besar dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekan berbagai cara metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi.

Fungsi metode adalah sebagai suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa untuk menerima,menguasai, dan mengembangkan. Menurut Hadari Nawawi (1985:123) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:33) “Metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh guru berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas dan kesemuanya berguna untuk mendapatkan pengajaran tertentu”.

Dasar pemilihan metode mengajar menurut Abu Ahmadi (1990:111) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:33) terdiri dari 4 hal yaitu:

a) Relevansi dengan tujuan

b) Relevansi dengan bahan

c) Relevansi dengan kemampuan guru

d) Relevansi dengan pengajaran

Sedangkan menurut Lardizal (1987:47) yang dikutip oleh S.

Suryosubroto (2001:34), dasar pemilihan metode mengajar terdiri dari:

a) Tujuan

b) Materi

c) Fasilitas

d) Guru

Dari dua pendapat tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dasar pemilihan metode mengajar adalah :

a) Relevansi dengan tujuan

b) Relevansi dengan materi

c) Relevansi dengan kemampuan guru

d) Relevansi dengan siswa

e) Relevansi dengan perlengkapan atau fasilitas sekolah

6) Komponen Media Pembelajaran Media menurut Briggs yang dikutip Arief S Sadiman (1990:6) adalah “Segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Maka dari itu media sangat penting dari strategi pembelajaran yang harus dirancang dan direncanakan. Media juga sebagai salah satu komponen pembelajaran yang dapat menyalurkan pesan untuk mengatasi berbagai masalah dalam proses belajar mengajar seperti gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh dan jarak geografis.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:05) menyarankan bahwa dalam memilih media pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria- kriteria berikut:

a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran

b) Dukungan terhadap isi dan bahan pelajaran

c) Kemudahan memperoleh media

d) Ketrampilan guru dalam menggunakan

e) Tersedianya waktu untuk menggunakannya

f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa

7) Komponen Lingkungan Belajar Lingkungan belajar adalah seluruh kondisi, keadaan, dan pengaruh yang mempengaruhi pada pengembangan makhluk hidup atau sekelompok makhluk hidup. Apabila diterapkan dalam pendidikan, lingkungan belajar adalah seluruh kondisi, keadaan, dan pengaruh-pengaruh yang mencapai perkembangan pembelajaran.