INTENSI MENABUNG DITINJAU DARI SIKAP TERHADAP UANG PADA PEKERJA PEMULA

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Eka Sari Oktaviani

201210230311181

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Eka Sari Oktaviani

201210230311181

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(3)

i

1. Judul Skripsi : Intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang pada pekerja pemula

2. Nama Peneliti : Eka Sari Oktaviani

3. NIM : 201210230311181

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 5 Oktober – 10 Februari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 30 April 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Zakarija Achmat, M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Muhammad Shohib, M.Si ( )

2. Zainul Anwar, M.Psi ( )

3. Adhyatman Prabowo, M.Psi ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Zakarija Achmat, M.Si. Muhammad Shohib, M.Si

Malang, 30 April 2016 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

ii Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eka Sari Oktaviani

NIM : 201210230311181

Fakultas/ Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul:

Intensi Menabung Ditinjau dari Sikap Terhadap Uang pada Pekerja Pemula

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkam sumbernya

2. Hasil tulisan karya ilmiah/ skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku

Malang, 30 April 2016 Mengetahui

Ketua Program Studi Yang menyatakan


(5)

iii

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Intensi Menabung

Ditinjau Dari Sikap Terhadap Uang Pada Pekerja Pemula”. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan arahan, bimbingan, dukungan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Zakarija Achmat S.Psi, M.Si dan Muhammad Shohib S.Psi, M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang meluangkan banyak waktu dan selalu sabar untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berguna dalam proses menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Tri Muji Ingarianti S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah memberikan banyak arahan dan dukungan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang tiada hentinya memberikan ilmu, waktu, arahan, dan bimbingan sejak awal perkuliahan hingga bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Ayahanda Miyanto S.H, MM dan Ibunda Murtini tercinta yang telah mendedikasikan seluruh waktu dan hidupnya untuk penulis. Rasa sayang dan ucapan terima kasih rasanya tak cukup untuk membalas kasih sayang dan pengorbanan Ayahanda dan Ibunda berikan selama ini. Terima kasih untuk kasih sayang, do’a, kesabaran, kepercayaan dan selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk bisa menjadi kebanggaan dan selalu membahagiakan Ayahanda dan Ibunda.

6. Ibunda Wiwik Saraswati dan Malhayatun tercinta yang telah memberikan kasih sayang, bantuan, bimbingan, dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Adik – adik Muhammad Budi Prasetyo dan Dewi Sunita Anggraini yang telah senantiasa memberikan kasih sayang, semangat serta dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Teman – teman angkatan 2012 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang khusunya kelas C yang selalu berbagi kebahagiaan sejak awal perkuliahan dan memberikan dukungan kepada penulis selama ini.

9. Keluarga besar 67 castle yang tidak henti-hentinya memberikan semangat serta dukungan kepada penulis. Terima kasih atas kebersamaan, kebahagiaan, dan kebaikan yang diberikan kepada penulis selama tinggal di Kota Malang.

10. Sahabat – sahabatku Ayu Tri Anggraini, Mona Marthika Liani, Faris Dzulfiqar, Risyan Fitria Putri, Handy Dwi Satria, Nabila Nur Fajrina, Sayvhura Contika Elbondo

dll. Terima kasih atas kasih sayang, do’a, kebersamaan, kebahagiaan, perlindungan,

teguran dan dukungan kepada penulis selama ini agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Teman – teman KKN-100 Universitas Muhammadiyah Malang Tahun 2015. Terima kasih atas kebersamaan, kebahagiaan, kekeluargaan, dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

iv dapat berjalan dengan baik.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Harapan penulis adalah semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Penulis menyadari tiada hal yang sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk perbaikan skripsi ini.

Malang, 30 April 2016


(7)

v

SURAT PERNYATAAN ……….. ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ……….. vi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. vii

ABSTRAK ………. 1

PENDAHULUAN ………. 2

LANDASAN TEORI ………... 5

METODE PENELITIAN ………... 7

HASIL PENELITIAN ………... 9

DISKUSI ……… 10

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ……… 11


(8)

vi

Hasil Try Out Instrumen Penelitian……… 9

TABEL 2

Deskripsi Subjek Penelitian……… 10

TABEL 3

Perhitungan T-Score Skala Sikap Terhadap Uang………... 10

TABEL 4

Perhitungan T-Score Skala Intensi Menabung……… 10

TABEL 5


(9)

vii LAMPIRAN 1

Instrumen Penelitian………. 18 LAMPIRAN 2

Tabulasi Data Penelitian……… 25

LAMPIRAN 3

Hasil Validitas & Reliabilitas Skala Sikap Terhadap Uang dan Intensi Menabung…….. 41

LAMPIRAN 4

Hasil Analisis Data……… 45 LAMPIRAN 5


(10)

1

Eka Sari Oktaviani 201210230311181

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang piaoktviani@gmail.com

Tingginya kebutuhan serta tuntutan yang berada di kalangan pekerja pemula erat kaitannya dengan tindakan ekonomi yang akan dilakukan. Menabung dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan atau terjaminnya uang agar selalu ada. Intensi menabung merupakan keinginan seseorang untuk menabung atau melakukan kehati-hatian dalam penggunaan uang. Sikap seseorang terhadap uang, akan menghasilkan hal-hal yang berbeda pada setiap individu, tergantung bagaimana individu menyikapi uang itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang pada pekerja pemula. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif dengan teknik incidental sampling menggunakan 250 orang pekerja pemula. Hasil penelitian yang dianalisis menggunakan independent sample t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang (power-prestige, distrust, quality, dan anxiety) pada pekerja pemula. Dimensi yang memiliki perbedaan yang signifikan pada intensi menabung adalah retention time dengan nilai (t = -3.874 ; p = 0.000), sedangkan pada dimensi power-prestige (t = 0.523; p = 0.602), distrust (t = 0.802; p = 0.423), quality (t = 0.341; p = 0.733), dan anxiety (t = 0.794; p = 0.428) tidak memiliki perbedaan signifikan pada intensi menabung.

Kata Kunci: Intensi menabung, sikap terhadap uang, pekerja pemula

High-reaching needs and today demands in which adhered on fresh employee have given unmistakable affiliation with the economic action that are going to be executed. Then, saving money is one alternative solution to meet the needs or just to ensure the money settle frugally. Saving intension is one's desire to save money or spend the money beyond wasteful consumption. Attitude toward money will affect differently among each individual also depending on how he or she behaves on money itself. The objective of this study attemp to ascertain the differences of saving intension observed from atitudes toward money on fresh employee. This study was comparative quantitative research with incidental sampling technique in which utilized 250 fresh employees. The result of this study was analyzed by independent sample-t-test that showed there was no any differences of saving intension observed from attitude toward money (power-prestige, distrust, quality, and anxiety) on fresh employees. The dimention which had significant difference on saving intension was retention time with score (t = -3.874 ; p = 0.000), meanwhile power-prestige (t = 0.523; p = 0.602), distrust (t = 0.802; p = 0.423), quality (t = 0.341; p = 0.733), and anxiety (t = 0.794; p = 0.428) dimentions had no any significant differences toward saving intension.


(11)

Tingginya kebutuhan serta tuntutan yang berada di masyarakat erat kaitannya dengan tindakan ekonomi yang akan dilakukan. Dalam hal memenuhi kebutuhan, menabung dijadikan salah satu alternatif yang dipilih oleh masyarakat. Menabung merupakan komponen penting dalam sektor perekonomian di Indonesia. Menabung dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang. Menabung merupakan kegiatan atau aktivitas yang membutuhkan adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menyimpan atau menyisihkan sebagian uang baik di bank ataupun menyimpannya sendiri. Sekarang menabung bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa, akan tetapi sudah banyak pihak yang mulai mengajarkan pendidikan menabung sejak dini. Indonesia melalui Gerakan Indonesia Menabung (GIM) berharap agar anak sejak dini dapat belajar menyisihkan sebagian uang yang dipakainya agar dapat bermanfaat atau digunakan di masa yang akan datang, sehingga saat dewasa, anak tidak lagi berkeinginan untuk menabung saja, akan tetapi dapat langsung mengaplikasikannya.

Menabung di Indonesia bukan hal yang asing atau sulit ditemukan, bahkan budaya menabung pun diajarkan melalui pendidikan formal. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh badan riset Nielsen pada tahun 2013, kebanyakan orang di Indonesia lebih memilih untuk menabung dibandingkan menginvestasikan uang mereka yang sebenarnya hasilnya jauh lebih baik di bandingkan menabung itu sendiri, bahkan sebagian besar atau 71% masayarakat Indonesia masih mengutamakan penggunaan uangnya untuk ditabung. Meskipun tidak memiliki perbandingan yang signifikan tetapi Indonesia merupakan negara nomor satu yang menyisihkan sebagian uang untuk menabung, dibandingkan negara – negara lain seperti Hongkong 70%, Filipina 70%, Vietnam 68%, Thailand 63%, China 61%, Jepang 61%, dan Malaysia 61% (Wiyanti, 2013).

Peningkatan penabung di Indonesia pun dibuktikan oleh survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada Januari 2015, bahwa adanya peningkatan tabungan konsumen tercermin dari porsi tabungan terhadap pendapatan (saving to income ratio) menjadi 14,2% per Januari 2015, dari 13,0% pada bulan sebelumnya. Berdasarkan tingkat pengeluaran, peningkatan saving to income ratio tertinggi terjadi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 3 juta - Rp 4 juta per bulan, serta adanya tunjangan hari raya (THR) yang diterima pada bulan Juli 2015 menjadi salah satu pemicu masyarakat meningkatkan jumlah tabungan mereka untuk enam bulan mendatang (Baihaki, 2015).

Tingginya tingkat menabung di Indonesia juga diiringi dengan rendahnya tingkat konsumsi pada masyarakat. Bahkan ketidaksesuaian antara tingginya tingkat konsumsi dan rendahnya pendapatan masyarakat menjadi salah satu kendala dalam menabung. Sebagaimana penelitian yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Ekonomi Institut Bisnis Indonesia (LPE-IBI) dengan data 1971-1997 menunjukkan bahwa MPC (Marginal Propensity to Consume) untuk Indonesia adalah 0,77 yang artinya jika pendapatan masyarakat naik 100 persen maka pengeluaran konsumsi masyarakat naik hingga 77 persen. Angka MPC yang tinggi kemungkinan juga dapat disebabkan oleh masyarakat yang konsumtif. Meskipun sebagian besar masyarakat mengutamakan penggunaan uang untuk menabung, akan tetapi banyak juga yang hanya memiliki keinginan menabung saja akan tetapi hal tersebut tidak direalisasikan. Sebagaimana Sabri dan Maurice MacDonald (2010) menjelaskan bahwa lebih dari separuh responden tidak menabung ketika mereka menerima beasiswa atau pinjaman pendidikan. Lebih dari setengah dari mereka bahkan menggunakan uang mereka untuk belanja. Sekitar 45% dari mereka menghabiskan semua uang mereka; 17% dari mereka memberi uang untuk keluarga mereka, dan 13% menggunakan uang mereka untuk membayar utang.


(12)

Mereka yang memiliki pengetahuan keuangan yang lebih tinggi juga kemungkinan terlibat dalam menabung. Pentingnya untuk hemat tumbuh terutama untuk pekerja pemula yang secara finansial masih tergolong kurang stabil dalam pengelolaannya. Perilaku tersebut mempengaruhi potensi mereka untuk mengembangkan sikap positif terhadap manajemen keuangan seperti memiliki perencanaan keuangan pribadi yang baik terutama ketika berhadapan dengan biaya dan investasi untuk menjamin masa depan mereka (Salikin, 2012). Dengan adanya tujuan serta perencanaan keuangan yang baik maka individu cenderung melakukan kehati-hatian dalam penggunaan uang, serta melakukan antisipasi pada pengeluaran atau keperluan di masa yang akan datang.

Menabung dijadikan sebuah alternative untuk memenuhi kebutuhan atau terjaminnya uang agar selalu ada. Menabung juga membutuhkan niat agar dapat merealisasikan hal tersebut dengan baik. Pada pencapaiannya dalam menabung, tujuan dan manfaat dari menabung itu sendiri yang dapat membedakan hasil tiap individu dalam melaksanakannya. Setiap individu akan menggunakan cara menabung tertentu sesuai dengan cara mereka masing-masing. Sebelumnya seseorang akan mengumpulkan informasi mengenai cara menabung yang sesuai dengan gaya atau kemampuan mereka kemudian mengaplikasikannya.

Keinginan merupakan langkah awal dari pencapaian tujuan. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) kemauan kuat seseorang untuk melakukan sesuatu dapat dijelaskan melalui konsep intensi, intensi untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh beberapa prediktor diantaranya sikap terhadap suatu perilaku, norma subyektif tentang suatu perilaku, dan persepsi tentang kontrol perilaku. Ilardo (1981) menjelaskan bahwa intensi merupakan sebuah komponen serta mediator antara sikap hingga terbentuknya sebuah perilaku (dalam Dayaksini dan Hudaniah 2009). Intensi erat kaitannya dengan munculnya sebuah perilaku, terutama pada kuat atau lemahnya intensi itu sendiri. Terbentuknya sebuah perilaku itu sendiri didasari adanya intensi yang kuat terhadap hal tersebut. Intensi dalam penelitian ini dikhususkan pada intensi menabung.

Menabung erat kaitannya dengan uang. Berdasarkan data yang diperoleh oleh Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 1995 – 2009 peredaran uang di Indonesia pun semakin pesat dari tahun ke tahun. Uang bukan lagi berfungsi sebagai alat transaksi atau alat tukar semata, tetapi uang juga bisa sebagai bentuk keberhasilan, kesejahteraan atau kemakmuran seseorang. Sebagian orang menganggap uang sebagai alat penyelesaian masalah dan mengagumi keberadaannya, akan tetapi bagi sebagian lain uang merupakan hal yang akan merusak dan sumber dari kecemasan sehingga menjadi penyebab depresi dan permasalahan dalam hidup mereka (Durvasula & Lysonski, 2010). Bagaimana cara orang memperlakukan uang, tergantung bagaimana orang memandang uang itu sendiri. Sebagaimana menurut Handi dan Mahastanti (2012) menyatakan bahwa kondisi yang sering terjadi, yaitu dimana seseorang banyak mengeluarkan uang untuk keperluan pribadi tanpa memikirkan masa yang akan datang, dengan begitu bagaimana seseorang memperlakukan uang dapat berbeda satu sama lain. Pengalaman seseorang terkait uang tersebut dapat menjadi money beliefs (Sina, 2013). Tang (1992) mengembangkan money beliefs menjadi beberapa hal yaitu uang itu setan, uang itu baik, uang merepresentasikan pencapaian kesuksesan, uang itu tanda dihargai, anggaran sangat penting dan uang merupakan tanda kekuasaan. Money belief memainkan peran yang signifikan untuk berhasil mengelola uang dengan benar (Sina, 2013). Pengetahuan tentang uang itu mempengaruhi sikap seseorang terhadap uang.

Penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2015) menunjukkan bahwa terdapat 54,85 % subjek yang kecenderungan power-prestige tinggi lebih cenderung untuk menghabiskan uang lebih


(13)

cepat dan compulsive buying, sedangkan dimensi retention time 45,25% subjek yang kecenderungan memilih melakukan perencanaan keuangan yang lebih baik seperti menabung atau melakukan investasi, demi keamanan secara finansial di masa yang akan datang, pada dimensi distrust terdapat 48,71% subjek yaitu keraguan dalam pengolahan uang yang dimiliki dan kurangnya kemampuan individu untuk melakukan pembelian efisien, dimensi quality terdapat 51,13% subjek yang melihat uang sebagai sebuah fungsi untuk menunjukkan kualitas dirinya, dan dimensi terakhir adalah anxiety dengan subjek 48,59% subjek yaitu memilih mengeluarkan uang demi melindungi individu dari ancaman. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dimensi retention time dan distrust yang lebih berperan dalam mencegah pengeluaran uang.

Sikap merupakan prediktor terbentuknya sebuah perilaku, dengan adanya intensi sebagai mediator. Sikap terhadap uang erat kaitannya dengan apa yang akan orang tersebut lakukan. Semakin positif dan baik sikap terhadap uang, maka semakin baik pula keinginan serta hal yang akan dilakukan terhadap uang itu sendiri. Sikap positif terhadap objek akan diikuti sikap positif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan uang (Shohib, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Lynne (2007) (dalam Shohib, 2015) menunjukan bahwa seseorang dengan pengetahuan keuangan yang tinggi cenderung memiliki catatan keuangan dan melakukan pilihan yang tepat dalam keuangan dibandingkan dengan yang pengetahuan tentang uangnya rendah. Sikap sering digunakan untuk memprediksi perilaku, namun sikap yang ditunjukan juga tidak sesuai dengan perilaku yang nampak, karena sikap tidak dapat secara langsung mempengaruhi sebuah perilaku. Perilaku yang muncul harus didahului oleh niat untuk melakukan sesuatu (intensi). Sikap memiliki pengaruh yang signifikan serta positif terhadap intensi menabung.

Berbagai macam cara yang dilakukan seseorang agar dapat memiliki pendapatan, salah satunya adalah dengan memiliki pekerjaan. Bekerja dilakukan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan perekonomiannya. Herzberg (dalam Siagian, 2002) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja terdapat beraneka ragam, salah satunya adalah gaji atau imbalan. Pekerja merupakan kalangan yang identik dengan fenomena ekonominya. Terutama pekerja pemula, menabung bukanlah hal yang mudah, mengingat masih banyak kesulitan dalam mengelola keuangannya dikarenakan pengalaman yang baru di dunia kerja serta perlunya waktu untuk menyeimbangkan peran, tanggung jawab dan juga keamanan secara finansial. Hal tersebut yang membuat para pekerja pemula menjadi target konsumen atau incaran produsen salah satu smartphone, yang dimuat dalam Radar Tegal (Sabtu, 30/04/2016) yaitu PT Lenovo Indonesia yang menjadikan pekerja pemula sebagai potensi pasar yang menjanjikan, karena dianggap kritis dalam teknologi, mapan secara keuangan dan memiliki periode pergantian smartphone yang cukup cepat. Pekerja pemula juga menjadi sasaran utama perbankan Indonesia dalam produk kartu kredit, selain memiliki segmen pekerja pemula atau muda, hal lain yang menjadikan pekerja pemula sebagai sasaran dikarenakan masih terdapat 110 juta penduduk Indonesia yang belum tersentuh perbankan (Djumena, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerja pemula menjadi sasaran yang tepat bagi para produsen, dikarenakan pekerja pemula yang dikenal dengan fenomena ekonominya, meskipun tidak menutup kemungkinan bagi para pekerja pemula untuk melakukan banyak rencana dalam menjaga keamanan finansial mereka salah satunya dengan menabung.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Firma ADP pada tahun 2014 yang mempelajari sembilan juta pegawai di Amerika. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hanya 20% pegawai muda yang ingin menabung untuk masa pensiun, dan hanya akan menyisihkan 5%


(14)

dari gaji mereka (Syaaf, 2014). Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa usia dan masa kerja juga mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan terkait tindakan ekonomi yang akan dilakukan. Pekerja pemula cenderung sulit dalam mengatur keuangan, maka kebanyakan para pekerja pemula memiliki niat atau keinginan menabung dengan tujuan dapat di manfaatkan di masa yang akan datang. Banyak hal yang mempengaruhi intensi menabung pada para pekerja pemula, salah satunya adalah sikap terhadap uang. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang yang meliputi dimensi power-prestige, retention time, distrust, quality, dan anxiety. Manfaat dari penelitian ini yaitu mengetahui intensi menabung pada pekerja pemula dan menabung dapat dijadikan alternatif dalam mengatasi masalah ekonomi pada pekerja pemula.

Intensi Menabung

Intensi sebagai lokasi seseorang pada dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan hubungan antara dirinya dan beberapa tindakan. Intensi perilaku mengacu pada probabilitas subjektif seseorang yang akan melakukan beberapa perilaku. Intensi merupakan sebuah peristiwa yang menimbulkan respon individu yang kemudian melibatkan proses internal untuk pencapaian keputusan, tingkah laku tersebut akan dilakukan atau tidak dilakukan. Intensi merupakan indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang untuk mencoba suatu perilaku. Intensi merupakan prediktor utama dari perbuatan atau tindakan yang akan dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Intensi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan ditentukan oleh dua determinan dasar yaitu determinan diri dan determinan pengaruh sosial (Fishbein & Ajzen, 1975).

Menurut Ajzen (2005) intensi memiliki beberapa komponen, diantaranya :

1. (Attitude toward behavior) adalah sikap terhadap tingkah laku tertentu atau sikapnya terhadap perwujudan perilaku dalam situasi tertentu

2. (Subjective norm) adalah norma subyektif atau norma-norma yang berpengaruh pada perilaku dan motivasi seseorang untuk mematuhi norma tersebut

3. (Perceived behavior control) yaitu persepsi mengenai kontrol perilaku

Intensi memiliki empat aspek yaitu perilaku (behavior) yaitu hal spesifik yang nantinya akan diwujudkan, sasaran (target) yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku, situasi (situation) yaitu situasi yang mendukung terlaksananya suatu perilaku, dan waktu (time) yaitu meliputi waktu tertentu.

Menabung merupakan kehati-hatian dalam penggunaan uang, penyimpanan, dan melakukan penyisihan dari sebagian pendapatan yang dimiliki. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, menabung adalah menyimpan uang baik di celengan, pos, bank dan sebagainya. Menabung merupakan salah satu objek dari intensi. Menabung karena menghadapi hal-hal darurat seperti sakit atau mendesak, cadangan kebutuhan, menghadapi masa tua atau pensiun, kebutuhan anak- anak, membeli rumah atau barang-barang yang bersifat jangka panjang, dan liburan (Katona, 1975).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa intensi menabung merupakan keinginan atau kemauan seseorang untuk menyimpan, menyisihkan, menggunakan uang secara hati-hati di tempat yang aman atau diinginkan untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang.


(15)

Gambar 1. Theory of planned behavior (Ajzen, 2005).

Sikap Terhadap Uang

Para ekonom mendefinisikan uang sebagai sesuatu yang secara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa atau pembayaran atas utang. Sedangkan menurut para ahli (dalam Prathaman Rahardja, 1990) uang adalah :

1. Segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat pembayaran untuk barang – barang (Robertson)

2. Segala sesuatu yang diterima oleh umum serta dapat digunakan untuk mebayar utang (R.S.Sayers)

3. Segala sesuatu yang diterima umum untuk dapat digunakan sebagai alat tukar (A.C Pigou) 4. Kekayaan dengan pemilik yang dapat melunasi hutangnya dalam jumlah tertentu pada

waktu itu juga (Albert Gailort Hart).

Sikap merupakan predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan obyek tertentu (Fishbein & Ajzen 1975). Uang memiliki banyak bentuk dan uang juga memiliki banyak arti (Snelders, 1992). Sikap terhadap uang memiliki komponen afektif yaitu berupa uang itu baik atau jahat, komponen kognitif yaitu bagaimana kaitannya dengan prestasi, rasa hormat, kebebasan, dan komponen perilaku (Tang et al., 1992). Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pendapat Yamauchi dan Templer (1982) yang membagi sikap terhadap uang menjadi 5 dimensi, diantaranya adalah :

1. Power-prestige yaitu uang adalah sebagai bentuk kekuasaan dan gengsi atau pengakuan, persaingan, pengakuan eksternal serta pencapaian barang-barang yang material. Mereka yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini menggunakan uang sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain, mengesankan orang lain serta menjadikan uang sebagai simbol sebuah kesuksesan.

2. Retention time yaitu menekankan pada perencanaan keuangan serta penggunaan hati-hati terhadap uang. Mereka yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki perencanaan keuangan di masa yang akan datang serta memantau situasi keuangan mereka dengan teliti 3. Distrust yaitu ketidakpercayaan serta rasa curiga atau ragu dengan situasi yang

berhubungan dengan pengguaan uang. Mereka yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini sering ragu serta curiga dalam situasi yang melibatkan uang dan kurangnya keyakinan dalam pengambilan keputusan dalam membeli yang efisien.

4. Quality yaitu mengedepankan unsur-unsur kualitas pada hidup dengan memilih barang-barang dengan kualitas baik sebagai kriteria utama. Mereka yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini percaya bahwa mendapatkan hal yang terbaik atau mendapatkan barang dengan

behavior

Subjective norm

Perceived behavior

control


(16)

kualitas terbaik dengan membayar dengan jumlah yang banyak, sedangkan mereka dengan nilai yang rendah pada dimensi menganggap kualitas produk bukan sesuatu yang penting. 5. Anxiety yaitu uang digambarkan sebagai sumber stress atau depresi. Mereka dengan skor

tinggi pada dimensi ini melihat uang sebagai sumber kegelisahan dan juga menjadi sumber perlindungan dari kegelisahan itu sendiri.

Sikap terhadap uang memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan, karakteristik kepribadian individu serta informasi yang selama ini diterima (Mednick & Kirschenbaum 1975). Sedangkan krakteristik sikap menurut Brigham (1991) yaitu sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku, sikap ditujukan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorisasikan target objek dimana sikap diarahkan, sikap dipelajari, dan sikap mempengaruhi perilaku.

Pekerja Pemula

Berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pekerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Pekerja pada penelitian ini merupakan pekerja pemula, sehingga pekerja pemula merupakan setiap orang yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa dengan masa kerja kurang lebih 1 – 2 tahun.

Sikap Terhadap Uang dan Intensi Menabung

Trandis (dalam Fishbein, 1975) mengemukakan bahwa terdapat korelasi positif antara sikap dan intensi. Menjadikan sikap sebagai prediktor pada kemunculan perilaku spesifik dalam konteks tertentu akan sulit, karena antara sikap hingga ke tahap perilaku terdapat komponen sebagai mediatornya yaitu intensi (Ilardo, 1981). Sikap seseorang terhadap uang beraneka ragam. Seseorang yang menganggap uang sebagai power-prestige, maka akan meyakini bahwa uang akan membuat orang lain terkesan serta sebagai simbol dari kesuksesan, skor tinggi pada dimensi ini cenderung memiliki intensi menabung yang lemah karena cenderung membeli barang – barang bukan berdasarkan kebutuhan dan manfaat barang tersebut justru untuk mendapat pengakuan serta membuat orang lain terkesan, sedangkan skor rendah pada dimensi ini akan sebaliknya, yaitu cenderung memiliki intensi menabung yang kuat. Dimensi retention time, yaitu berorientasi pengelolaan keuangan untuk jangka panjang, penggunaan hati – hati terhadap uang serta adanya perencanaan untuk keamanan secara finansial, maka skor tinggi pada dimensi ini cenderung membuat seseorang memiliki intensi menabung yang kuat, sedangkan skor rendah pada dimensi ini akan sebaliknya, yaitu cenderung memiliki intensi menabung yang lemah. Pada dimensi distrust, yaitu rasa curiga atau kewaspadaan dalam penggunaan uang, sehingga skor tinggi pada dimensi ini cenderung ragu-ragu menggunakan uangnya atau membeli sesuatu maka cenderung memiliki intensi menabung yang kuat, sedangkan skor rendah pada dimensi ini akan sebaliknya, yaitu cenderung memiliki intensi menabung yang lemah. Dimensi quality, yaitu mengedepankan unsur kualitas dengan memilih barang-barang dengan kualitas yang baik sebagai kriteria utama dalam hidupnya, barang – barang dengan kualitas yang baik merupakan barang – barang dengan harga tinggi, sehingga skor tinggi pada dimensi ini cenderung memiliki intensi menabung yang lemah, sedangkan skor rendah pada dimensi ini akan sebaliknya, yaitu cenderung memiliki intensi menabung yang kuat. Sedangkan pada dimensi anxiety, uang dianggap sumber kecemasan dan kegelisahan, bahkan dianggap dapat mengatasi kegelisahan


(17)

itu sendiri, maka skor tinggi pada dimensi ini cenderung memiliki intensi menabung kuat karena ada rasa khawatir bahwa tidak akan aman secara finansial, sedangkan skor rendah pada dimensi ini akan sebaliknya, yaitu memiliki intensi menabung yang lemah. Intensi menabung merupakan perencanaan terhadap uang atau niat seseorang untuk menyisihkan uangnya untuk keperluan tertentu dan kehati-hatian dalam penggunaan uang.

Hipotesa

Penelitian ini menggunakan variabel sikap terhadap uang sebagai prediktor intensi menabung. Oleh karena itu, hipotesa pada penelitian ini adalah ada perbedaan intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang (power-prestige, retention time, distrust, quality, dan anxiety) pada pekerja pemula.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif komparatif, yaitu menyelidiki hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap alibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Peneliti menggunakan kuantitatif komparatif, yang bertujuan melihat perbedaan yang terdapat dalam 2 variabel yaitu pada data yang ditentukan (Sugiyono, 2011).

Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pekerja pemula dengan masa kerja 1 – 2 tahun yang berada di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Teknik yang digunakan adalah nonprobability sampling karena populasi tidak diketahui pasti jumlahnya. Peneliti menggunakan incidental sampling, yaitu pengambilan sampel yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel, serta memiliki ciri – ciri tertentu dan cocok sebagai sumber data. Jumlah subjek yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 250 subjek.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu sikap terhadap uang dan intensi menabung. Variabel bebas yaitu sikap terhadap uang dan variabel terikat adalah intensi menabung. Yamauchi dan Templer (1982) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap uang meliputi lima dimensi yaitu power-prestige, retention time, distrust, quality dan anxiety, untuk mengetahui skor tinggi dan skor rendah subjek pada masing-masing dimensi tersebut yang dilihat dengan skala sikap terhadap uang. Variabel terikat yaitu intensi menabung adalah niat seseorang untuk menyisihkan uangnya untuk keperluan tertentu dan kehati-hatian dalam penggunaan uang yang dilihat dengan skala intensi menabung berdasarkan komponen attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavior control.

Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala sikap terhadap uang dan skala intensi menabung. Skala sikap terhadap uang pada penelitian ini menggunakan skala Money Attitude Scale (MAS) yang dikembangkan oleh Yamauchi dan Templer dengan 5 indikator diantaranya power-prestige, retention time, distrust, quality dan anxiety dengan nilai reliabilitas 0,77. Pengukuran MAS berbentuk skala likert yang berjumlah


(18)

34 item, dengan 5 pilihan jawaban yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Sedangkan skala intensi menabung pada penelitian ini menggunakan skala intensi menabung yang dikembangkan oleh Fishbein & Ajzen (1975) dengan 3 indikator diantaranya attitude toward behavior, subjective norm dan perceived behavior control dengan nilai reliabilitas 0,885. Pengukuran skala intensi menabung ini berbentuk likert yang berjumlah 30 item, dengan 4 pilihan jawaban yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedua instrument alat ukur yang digunakan pada penelitian ini reliable, karena syarat cronbach alpa 0,600 atau hal ini membuktikan bahwa instrument yang digunakan pada penelitian ini memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik.

Tabel 1. Hasil Try Out Instrumen Penelitian

Skala Alpha. Keterangan

Sikap Terhadap Uang 0,811 Reliabel

Intensi Menabung 0,913 Reliabel

Prosedur dan Analisa Data

Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahapan perencanaan penelitian, yaitu tahap dimana penelitian dipersiapkan. Pada tahapan ini segala sesuatunya mengenai penelitian dipersiapkan, seperti pemilihan judul, perumusan masalah, pembuatan kerangka berpikir, hipotesis, menentukan populasi sampel dan instrument penelitian, serta menentukan analisis data yang akan digunakan.

Tahapan kedua adalah melakukan tryout instrumen penelitian yang akan digunakan, tryout dilakukan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 23 November 2015 sampai dengan 26 November 2015. Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian yaitu tahapan saat penelitian dilakukan. Tahapan ini meliputi pengambilan data yang digunakan dengan menyebarkan skala yang dilakukan di Kota Balikpapan, kemudian melakukan input data dan melakukan analisis dengan menggunakan Independent Sample T-Test. Data dianalisis menggunakan Independent Sample T-Test untuk menguji perbedaan variabel terikat dengan variabel bebas dengan perbandingan kategori tinggi dan kategori rendah pada setiap dimensi pada skala sikap terhadap uang yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat kuantitatif komparatif, yaitu untuk mengetahui perbedaan intensi menabung dari 5 dimensi sikap terhadap uang yaitu: power-prestige, retention time, distrust, quality, dan anxiety. Tahapan terakhir adalah penyusunan hasil atau laporan penelitian. Pada tahapan ini dilakukan penulisan laporan penelitian berdasarkan format yang telah ditentukan.

HASIL PENELITIAN

Setelah penelitian dilakukan, diperoleh beberapa tabel hasil yang akan di paparkan di bawah ini. Tabel pertama merupakan karakteristik subjek penelitian, yang ditentukan berdasarkan incidental sampling yang berjumlah 250 sampel. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagaimana tabel berikut :


(19)

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian

Karakteristik Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin

Laki – laki 102 41 %

Perempuan 148 59 %

Usia 18 – 21 67 27 %

22 – 29 183 73 %

Pekerjaan Teller Akuntan 65 26 %

40 16 %

Staff HRD Staff Marketing Teknisi Administrasi Juru Tata Usaha Perpustakaan dan Kearsipan Guru Lainnya 45 18 %

40 16 %

14 6 %

13 5 %

8 3 %

6 2 %

19 8 %

Berdasarkan tabel deskripsi di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, terdapat 102 laki-laki dan 148 perempuan. Subjek yang berusia 18-21 tahun terdapat 67 orang dan yang berusia 22-29 berjumlah 183 orang. Berdasarkan pekerjaan, subjek yang bekerja sebagai Teller terdapat 26 %, akuntan 16 %, staff HRD 18 %, staff marketing 16%, teknisi 6 %, administrasi 5 %, guru 3 %, juru tata usaha perpustakaan dan kearsipan terdapat 2 %, dan lainnya terdapat 8 %, diantaranya terdapat reporter, receptionist, sales, perawat, konsultan, dosen, HSE, SAR, dan operator.

Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Sikap Terhadap Uang

Dimensi Kategori Interval Frekuensi Persentase

Power Prestige Rendah 27.99 – 60.85 214 85.6 %

Tinggi 60.85 – 93.71 36 14.4 %

Retention Time Rendah 15.52 – 41.04 39 15.6 %

Tinggi 41.04 – 66.56 211 84.4 %

Distrust Rendah 23.27 – 48.94 116 46.4 %

Tinggi 48.94 – 74.61 134 53.6 %

Quality Rendah 22.86 – 48.465 142 56.8 %

Tinggi 48.465 – 74.07 108 43.2 %

Anxiety Rendah 5.47 – 39.695 124 49.6 %

Tinggi 39.695 – 73.92 126 50.4 %

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada subjek pada skala sikap terhadap uang dengan menggunakan SPSS dan memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa subek yang masuk kategori tinggi pada retention time lebih banyak dibandingkan dengan kategori lainnya


(20)

dan dimensi lainnya. Hal tersebut dapat dilihat di tabel di atas bahwa subjek pada dimensi power-prestige dengan kategori rendah terdapat 85.6% dan kategori tinggi terdapat 14.4%, subjek pada dimensi retention time dengan kategori rendah terdapat 15.6%, dan kategori tinggi terdapat 84.4%, subjek pada dimensi distrust dengan kategori rendah terdapat 46.4% dan kategori tinggi terdapat 53.6%, subjek pada dimensi quality dengan kategori rendah terdapat 56.8%, dan kategori tinggi terdapat 43.2%, dan subjek pada dimensi anxiety dengan kategori rendah terdapat 49.6% dan kategori tinggi terdapat 50.4%.

Tabel 4. Perhitungan T-Score Skala Intensi Menabung

Skala Kategori Interval Frekuensi Persentase

Intensi Menabung Rendah 8.12 – 41.805 50 20 %

Tinggi 41.805 – 75.49 200 80 %

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada subjek pada skala intensi menabung dengan menggunakan SPSS dan memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa subek yang masuk kategori tinggi pada intensi menabung lebih banyak dibandingkan dengan kategori rendah. Hal tersebut dapat dilihat di tabel di atas bahwa subjek pada kategori rendah terdapat 20% dan kategori tinggi terdapat 80%.

Tabel 5. Perbedaan Tingkat Dimensi Sikap Terhadap Uang pada Intensi Menabung

Dimensi Kategori Mean

Difference

t P Keterangan

Power Prestige Rendah vs Tinggi 0.812 0.523 0.602 Tidak ada perbedaan Retention Time Rendah vs Tinggi -5.656 -3.874 0.000 Berbeda Distrust Rendah vs Tinggi 0.877 0.802 0.423 Tidak ada perbedaan Quality Rendah vs Tinggi 0.376 0.341 0.733 Tidak ada perbedaan Anxiety Rendah vs Tinggi 0.865 0.794 0.428 Tidak ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan independent sample t-test, tabel di atas dapat diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang, kecuali pada dimensi retention time (t = -3.874 ; p = 0.000), sehingga terdapat perbedaan intensi menabung yang signifikan ditinjau dari dimensi retention time. Sedangkan pada dimensi power-prestige (t = 0.523; p = 0.602), sehingga tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari dimensi power-prestige. Pada dimensi distrust (t = 0.802 ; p = 0.423), sehingga tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari dimensi distrust. Pada dimensi quality (t = 0.341 ; p = 0.733), sehingga tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari dimensi quality. Sedangkan pada dimensi anxiety (t = 0.794 ; p = 0.428), sehingga tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari dimensi anxiety.

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang, kecuali pada dimensi retention time dengan nilai (t = -3.874 ; p = 0.000), sehingga terdapat perbedaan intensi menabung yang signifikan ditinjau dari dimensi retention time. Dimensi retention time yaitu bagaimana individu menyikapi uang dengan menekankan


(21)

pada perencanaan keuangan serta penggunaan hati-hati terhadap uang. Mereka yang memiliki skor tinggi pada dimensi retention time, memiliki perencanaan keuangan di masa yang akan datang, serta memantau situasi keuangan dengan teliti (Yamauchi, 1982). Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa pada dimensi ini terdapat perbedaan intensi menabung yang signifikan pada pekerja pemula yang memiliki skor tinggi dan rendah. Skor tinggi pada dimensi retention time akan memilih untuk melakukan kehati-hatian dalam penggunaan uang atau memiliki intensi menabung yang kuat. Sedangkan pekerja pemula yang memiliki skor rendah pada dimensi retention time, akan memiliki intensi menabung yang lemah karena kurang memiliki kehati-hatian dalam penggunaan uang serta lebih berorientasi ke masa sekarang dibandingkan ke masa yang akan datang (Yamauchi, 1982).

Hasil analisis yang dilakukan pada dimensi power-prestige, (t = 0.523 ; p = 0.602), hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari dimensi power-prestige. Pada dimensi ini pekerja pemula menyikapi uang sebagai bentuk kekuasaan, persaingan, gengsi, pengakuan eksternal serta pencapaian barang-barang yang material. Mereka yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini menggunakan uang sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain, mengesankan orang lain serta menjadikan uang sebagai simbol kesuksesan (Yamauchi, 1982). Berdasarkan hal tersebut, menyatakan bahwa pekerja pemula yang memiliki skor tinggi pada dimensi power-prestige akan menjadikan uang sebagai alat agar orang lain terkesan, misalnya dengan berbelanja hal-hal yang membuat dirinya lebih baik dari orang lain, sehingga nilai yang tinggi pada dimensi ini justru membuat intensi menabung lemah. Pada dimensi power- prestige memiliki korelasi negatif dengan non-compulsive buying dan memiliki pengaruh penting pada compulsive buying. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi ini mengindikasikan individu memiliki kecenderungan compulsive buying, karena menganggap uang harus selalu ada akan tetapi tidak memiliki orientasi untuk jangka panjang dan mengenyampingkan kekhawatiran pada kondisi finansial di kemudian hari. Sedangkan pekerja pemula yang memiliki skor rendah pada dimensi power-prestige, akan memiliki intensi menabung yang kuat karena kepentingan dalam penggunaan uang untuk mengesankan orang lain tidak sebesar pada power-prestige dengan skor tinggi (Yamuchi, 1982). Hasil pada dimensi power-prestige ini memperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan antara skor rendah dan tinggi, atau skor yang tinggi atau rendah pada dimensi power-prestige tidak membuat intensi menabung pada pekerja pemula jadi berbeda.

Power-prestige memiliki perbedaan dengan dimensi retention time dalam hal menghabiskan uangnya, power prestige cenderung menggunaknnya uangnya untuk berbelanja sedangkan retention time lebih mengatur keuangan dan memilih untuk menyimpan uangnya (Chi, 2013). Berdasarkan penelitian tersebut, hal ini membuktikan jika dimensi retention time lebih memiliki orientasi pada intensi menabung dibandingkan dimensi power-prestige. Hal tersebut membuktikan bahwa pekerja pemula merasa dengan memiliki uang saja sudah cukup membuat orang lain terkesan dibandingkan memiliki tabungan untuk membuat orang lain terkesan atau gengsi.

Hasil analisis yang didapatkan pada dimensi distrust yaitu (t = 0.802 ; p = 0.423 ) atau tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari dimensi distrust. Pada dimensi distrust, memiliki asumsi bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini lebih sering curiga, memiliki keraguan atau ketidakpercayaan pada kegiatannya dalam penggunaan uang, serta kemampuannya dalam membuat keputusan membeli yang efisien (Yamauchi, 1982). Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa pekerja pemula yang memiliki skor tinggi dan skor rendah pada dimensi distrust tidak memiliki perbedaan, atau skor rendah atau tinggi pada


(22)

dimensi ini ternyata tidak membuat intensi menabung jadi berbeda. Pekerja pemula dengan skor tinggi pada dimensi ini memiliki ketidakpercayaan dan keraguan dalam penggunaan uangnya untuk ditabung atau terlibat dalam kegiatan menabung.

Hasil analisis yang dilakukan pada dimensi quality, memperoleh hasil (t = 0.341 ; p = 0.733), dan menunjukkan tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari dimensi quality. Sama halnya dengan dimensi power-prestige, pada dimensi quality juga lebih mengedepankan kualitas, sehingga rela mengeluarkan uang lebih bahkan mengeluarkan seluruh uangnya untuk mendapatkan yang terbaik. Sehingga skor yang tinggi pada dimensi ini lebih percaya bahwa dengan membayar lebih akan mendapatkan kualitas terbaik (Yamauchi, 1982), dengan rela membayar lebih hal tersebut membuktikan bahwa intensi menabung cenderung lemah. Sedangkan para pekerja pemula yang memiliki skor rendah pada dimensi ini menganggap kualitas tidak penting ketika membeli sebuah produk, sehingga individu lebih menggunakan uang secara hati-hati dan memiliki intensi menabung yang kuat. Berdasarkan hal analisis tersebut, dapat dilihat bahwa pekerja pemula yang memiliki skor tinggi dan skor rendah pada dimensi quality tidak memiliki perbedaan, atau skor rendah atau tinggi pada dimensi ini ternyata tidak membuat intensi menabung jadi berbeda.

Hasil analisis yang dilakukan pada dimensi anxiety dengan nilai (t = 0.794 ; p = 0.428), sehingga hal tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan jika ditinjau dari dimensi anxiety. Pada dimensi ini, individu cenderung menyikapi uang merupakan sumber dari stress atau depresi, uang dianggap sebagai sumber kecemasan dan juga penghilang dari kecemasan itu sendiri, dan individu dapat menunjukkan tanda-tanda gugup dengan sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan uang (Yamauchi, 1982). Berdasarkan asumsi, pekerja pemula yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini menganggap uang sebagai sumber kecemasan dan juga penghilang dari kecemasan itu sendiri, merasa terganggu dan sulit untuk melewatkan barang-barang yang murah dan menghabiskan uang untuk membuat dirinya menjadi lebih baik, sehingga pekerja pemula yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki intensi menabung yang lemah. Sedangkan pekerja pemula yang memiliki skor rendah pada dimensi ini menganggap tidak terlalu sulit untuk melewatkan barang murah dan tidak menghabiskan uang untuk membuat dirinya merasa lebih baik, sehingga pekerja pemula yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki intensi menabung yang kuat. Berdasarkan hal analisis tersebut, dapat dilihat bahwa pekerja pemula yang memiliki skor tinggi dan skor rendah pada dimensi anxiety tidak memiliki perbedaan, atau skor rendah atau tinggi pada dimensi ini ternyata tidak membuat intensi menabung jadi berbeda. Hal ini bertentangan dengan penelitian mengenai dimensi distrust dan anxiety mempengaruhi penggunaan hati-hati terhadap uang (saving), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dimensi distrust dan anxiety memiliki pengaruh terhadap menabung (Hayhoe, 2012).

Sikap terhadap uang merupakan hal yang penting untuk dipahami karena sikap seseorang terhadap uang dapat menentukan perilakunya terhadap uang. Setiap dimensi atau sikap yang dimiliki akan menghasilkan hal-hal yang berbeda-beda. Selain sikap, terdapat beberapa hal yang berpengaruh langsung secara signifikan terhadap pengelolaan keuangan seseorang yaitu status sosial ekonomi orangtua, pendidikan pengelolaan keuangan, dan pembelajaran di perguruan tinggi (Widayati, 2012). Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa banyak hal selain sikap yang berhubungan langsung pada pengelolaan keuangan setiap individu. Intensi menabung merupakan adanya keinginan seseorang untuk menabung. Selain sikap terhadap uang, intensi menabung juga dipengaruhi oleh toleransi risiko keuangan, fokus regulasi, norma subjektif tentang menabung, dan persepsi keuangan (Magendanz,


(23)

2014). Berdasarkan penelitian tersebut, hal tersebut dapat membuktikan bahwa salah satu hal yang membuat individu memiliki intensi menabung yang kuat tidak hanya dilihat dari sikap terhadap uangnya saja.

Menabung tidak hanya dilakukan di jasa-jasa penyimpanan uang atau bank saja, tetapi menabung juga dapat dilakukan sendiri. Meskipun investasi memiliki gambaran dan hasil yang jauh lebih besar dibandingkan menabung itu sendiri, tetapi masih banyak orang yang memilih menabung. Salah satu alasan orang lebih memilih menabung karena caranya lebih mudah dan konsekuensinya jauh lebih sedikit dibandingkan melakukan investasi. Bahkan di Indonesia, banyak sekali pihak dan program yang dibuat agar masyarakat Indonesia lebih gemar menabung. Hal-hal tersebut seharusnya dapat dijadikan salah satu faktor yang mendorong seseorang agar berfikir bahwa menabung merupakan salah satu alternative atau modifikasi perilaku yang dapat dilakukan untung mengatasi perilaku boros dan juga perilaku berhutang.

Hasil penelitian mengenai alasan individu yang memiliki usia yang lebih muda tidak menabung dibandingkan individu yang memiliki usia lebih tua adalah 60% menyatakan bahwa tidak dapat menabung, sisanya menyatakan bahwa pengeluarannya yang banyak menghambatnya untuk menabung, tidak cukup insentif dalam menabung, tidak ingin uangnya terikat dengan rekening tabungan, tidak butuh menabung, tidak percaya dengan jasa keuangan, tidak dapat menerapkan, serta tidak memiliki kebutuhan untuk menabung itu sendiri (Bradley, 2012). Berdasarkan penelitian tersebut membuktikan individu yang memiliki usia jauh lebih muda, seperti halnya para pekerja pemula yang kategori usia masih dikatakan muda, sehingga kecil kemungkinannya memiliki intensi menabung yang kuat. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi individu yang berusia muda untuk menabung, diantaranya keterjangkauan, pengeluaran dan prioritas menabung, pengaruh lingkungan terutama keluarga, kecakapan dan pengetahuan mengenai keuangan itu sendiri, dan hal terakhir adalah produk dari tabungan, penyedia layanan, dan pemasarannya (Dolphin, 2012). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa banyak hal yang dapat membuat individu dengan usia muda, khususnya para pekerja dengan penghasilan rendah untuk menabung.

Para pekerja pemula yang skor tinggi pada dimensi retention time memiliki intensi menabung yang kuat, sedangkan pekerja pemula dengan skor tinggi pada power-prestige, distrust, quality dan anxiety intensi menabung yang lemah. Intensi menabung yang kuat sangat penting bagi para pekerja pemula, karena para pekerja pemula tidak lagi hanya menghambur-hamburkan uang saja, akan tetapi memiliki kesiapan dan gambaran bagi kondisi finansialnya di kemudian hari. Para pekerja pemula yang sangat fenomenal dengan perilaku ekonominya, karena masa kerja yang singkat serta pengalaman dalam pengelolaan keuangan menjadikan pekerja pemula menjadi target utama para produsen, sehingga rawan dalam hal pengelolaan keuangan dan menyebabkan adanya niat atau intensi menabung yang lemah. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan para pekerja yang masih pemula atau pekerja dengan masa kerja kurang dari 2 tahun belum memiliki orientasi pada intensi menabung yang kuat terutama pada dimensi power-prestige, distrust, quality dan anxiety.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 250 subjek penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan intensi menabung ditinjau dari sikap terhadap uang pada pekerja pemula, kecuali pada dimensi retention time. Penelitian ini membuktikan


(24)

bahwa tidak terdapat perbedaan intensi menabung yang signifikan ditinjau dari sikap terhadap uang pada pekerja pemula yaitu meliputi dimensi power-prestige, distrust, quality dan anxiety. Dimensi yang memiliki perbedaan yang signifikan pada intensi menabung adalah dimensi retention time dengan nilai (t = -3.874 ; p = 0.000). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan para pekerja yang masih pemula atau pekerja dengan masa kerja kurang dari 2 tahun belum memiliki orientasi pada intensi menabung yang kuat terutama pada dimensi power-prestige, distrust, quality dan anxiety.

Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai gambaran atau pertimbangan bagi para pekerja pemula untuk dapat memiliki persiapan dan pengelolaan bagi kondisi finansialnya di kemudian hari, dapat mengatur keuangan dan mengindari perilaku berhutang dikarenakan perilaku belanja yang berlebihan, dan lebih mengedepankan penggunaan hati-hati terhadap uang. Dengan begitu, para pekerja pemula tidak lagi merasa upah yang diterimanya tidak cukup dan dapat mengatasi masalah keuangannya. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menyesuaikan antara variabel dan subjek yang akan diteliti, terutama mempertimbangkan sampling yang digunakan. Incidental sampling yang digunakan pada penelitian menjadi salah satu kelemahan dalam penelitian ini karena subjek yang secara kebetulan bertemu cenderung memiliki waktu yang singkat dan terburu-buru dalam pengambilan data yang dilakukan, sehingga akan lebih baik jika menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

REFERENSI

Adha, Irene Anggita Nurul & Ratri Virianita. 2010. Sikap dan Intensi Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, 3, 380 - 389.

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. New York: Open University Press. Ajzen, Icek. 2005. The Theory of Planned Behavior. Diakses pada tanggal 3 April 2015, from

https://www.researchgate.net.

Apriani, Nur. 2015. Intensi Berhutang Ditinjau Dari Sikap Terhdap Uang Pada Mahasiswa Perantau. Diakses pada 19 Oktober 2015, from eprints.umm.ac.id.

Baihaki. (2015, Feb 3th). Suvei BI: Jumlah Penabung Meningkat. Diakses pada 19 Oktober 2015, from http://keuangan.kontan.co.id/news/survei-bi-jumlah-penabung-meningkat. Baron, Robert A & Donn Byrne. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Bradley L. 2012. Young people and savings: Polling results, London: Institute for Public Policy Research.

Brigham, J.C. 1991. Social Psychology. New York: Harper Collins Publishers.

Chi, Yeong Nain. 2013. Empirical Analysis of Bicultural Border College Students’ Attitudes Toward Money. Journal of Applied Business and Economics, 14(3), 70 – 82.

Dayaksini, Tri & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. UMM Press: Malang.

Djumena, Erlangga. (2011, March 2th). Kartu Kredit Bidik Pekerja Pemula. Diakses pada tanggal 10 Mei 2016, from http://bisniskeuangan.kompas.com/.


(25)

Dolphin, Tony. 2012. Young People and Savings: A Route to Improve Financial Resilience. London : Institute for Public Policy Research.

Duravasula, S & Lysonski, S. 2010. Money, Money, Money – How do Attitudes Toward Money Impact Vanity and Materialism? – the Case of Young Chinese Consumers. Journal of Consumer Marketing, 27, 169 – 179.

Fishbein, M., & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley.

Furnham, Adrian & Michael Argyle. 1998. The Psychology Of Money. New York : Rotledge. Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management.

MacMillan Publishing Company : New York.

Hayhoe, Celia R. 2012. How Do Distrust and Anxiety Affect Saving Behavior?. Family & Consumer Sciences Research Journal, 41, 69 – 85.

Ilardo, Y. A. 1981. Speaking Persuasively. New York: McMillan Publishing Co. Inc.

Katona, George. 1975. Psychological Economics. Elsevier Scientific Publising Company: New York.

Kurniatun, Kurniatun & Bie Indraswanti. 2007. ANALISIS PERILAKU MAHASISWA DALAM MEMEGANG UANG TUNAI (Studi kasus pada mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan yang berasal dari Luar Kota Bengkulu). Diakses pada tanggal 10 April 2015, from repository.unib.ac.id.

Latumaerissa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat. Magendans, Jos. 2014. The Cost Of Self-Protective Measures: Psychological Predictors of

Saving Money for a Financial Buffer. Diakses pada tanggal 2 Februari 2016, from http://essay.utwente.nl/.

Mednick. S.A. Higgins & Kirschenbaum. 1975. Exoloration in Behavior and Experience Psycholoqy. New York: John Wiley and Sons.

Mishkin, Frederic S. 2010. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Jakarta: Salemba Empat.

Priaji, Vita Widyan. 2011. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG DI BANK SYARIAH. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015. http://repository.uinjkt.ac.id/

Puspitasari, Nonik Fariza. 2015. Hubungan Antara Penghindaran Ketidakpastian Dengan Intensi Menabung Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Diakses pada 19 Oktober 2015, from eprints.umm.ac.id.

Radar Tegal. (2016, April 30th). Industri Smartphone Sasar Pekerja Pemula. Diakses pada tanggal 10 Mei 2016, from http://radartegal.com/news/5201-industri-smartphone-sasar-pekerja-pemula.


(26)

Reksoatmodjo, Tedjo N. 2007. Statistika Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama

Sabri, Mohamad Fazli & Maurice MacDonald. 2010. Saving Behavior and Financial Problems Among College Students: The Role of Financial Literacy in Malaysia. Journal of Cross-Cultural Communication, 6, 103 – 110.

Salikin, Norasikin. 2012. Student’s Saving Attitude: Does Parents’ Background Matter?. International Journal of Trade, Economics and Finance, 3, 479 – 483.

Sarwono, Sarlito & Eko A. Meinarno. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba.

Shohib, M. 2015. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan: Sikap Terhadap Uang dan Perilaku Berhutang. Jurnal Psikologi Terapan, 3, 132 - 141.

Sina, Peter Garlans. 2013. Money Belief Penentu Financial Behavior. Diakses pada tanggal 4 April 2015, from http://download.portalgaruda.org/.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta.

Syaaf, Syafrina. (2014, May 21th). Karyawan Muda Zaman Sekarang Tidak Terbiasa Menabung. Diakses 10 Mei 2016, from http://female.kompas.com/.

Tang,T.L.1992. The Meaning of Money Revisited. Journal of Organizational Behavior, 13, 197 – 202.

Webley, Tarpy & Stephen. 1987. The Individual In The Economy. United States of America: Cambridge University Press.

Wiyanti, Sri. (2013, July 24 th). Indonesia Negara Nomor Satu dengan Jumlah Penabung Terbanyak. Diakses 11 Oktober 2015, from http://www.merdeka.com/uang/indonesia-negara-nomor-satu-dengan-jumlah-penabung-terbanyak.html.

Yamauchi & Templer. 1982. The Development of Money Attitude Scale. Journal of Personality Assesment, 46, 522 – 528.


(27)

LAMPIRAN I


(28)

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan Hormat,

Saya Eka Sari Oktaviani mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2012, sedang menempuh skripsi guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi. Saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian saya dengan mengisi skala berikut. Data ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata dan jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara/i berikan akan dijaga kerahasiannya.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/i, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Hormat Saya,


(29)

Identitas Diri

Nama :

Jenis Kelamin : Pekerjaan :

Usia :

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah pernyataan - pernyataan berikut, kemudian jawablah dengan sungguh – sungguh sesuai dengan keadaan diri Bapak/ Ibu/ Saudara/i yang sebenarnya

2. Tidak ada jawaban yang salah pada skala ini

3. Dalam skala ini terdapat beberapa pilihan jawaban, pilihlah “SATU” dari beberapa pilihan jawaban tersebut yang sesuai atau menggambarkan diri Bapak/ Ibu/ Saudara/i yang sebenarnya dengan member tanda Checklist ( √ )

4. Jika Bapak/ Ibu/ Saudara/i merasa jawaban yang diisi kurang tepat dan berniat untuk menggantinya, Bapak/ Ibu/ Saudara/I dapat member tanda sama dengan ( = ) pada jawaban yang sudah dipilih sebelumnya dan member tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang menurut Bapak/ Ibu/ Saudara/i sesuai.

Contoh :

No. SS S R TS STS

1. √ √

2. √

Keterangan :

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

R = Ragu – Ragu

5. Pastikan hanya ada “SATU” pilihan jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara/i isi pada kolom jawaban

6. Periksalah kembali jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara/i

7. Sebelum mengisi jawaban, Bapak/ Ibu/ Saudara/i dimohon untuk mengisi identitas secara lengkap, kerahasiaan jawaban dan identitas Bapak/ Ibu/ Saudara/i terjamin. Terima kasih atas perhatiannya.


(30)

SKALA I

No. Pernyataan SS S R TS STS

1. Saya menyimpan uang secara teratur untuk masa depan

2. Saya melacak penggunaan uang saya 3. Walaupun saya harus menilai keberhasilan

orang dengan perbuatan mereka, saya lebih dipengaruhi oleh jumlah uang yang mereka miliki

4. Saya merasa terganggu ketika menemukan barang di tempat lain lebih murah

5. Saya menggunakan uang untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu untuk saya 6. Sulit bagi saya untuk melewatkan barang

murah

7. Setelah membeli sesuatu, saya ragu jika saya bisa mendapatkan hal yang sama dengan harga yang lebih murah di tempat lain.

8. Saya menunjukkan rasa hormat yang lebih kepada orang yang memiliki uang lebih banyak daripada saya.

9. Saya membayar lebih untuk sesuatu karena saya tahu saya harus mendapatkan yang terbaik.

10. Saya bersikap seolah-olah uang adalah simbol utama dari keberhasilan.

11. Ketika saya membeli sesuatu, saya mengeluh tentang harga yang harus saya bayar.

12. Orang yang saya kenal mengatakan bahwa saya terlalu menilai keberhasilan dari jumlah uang yang dimiliki.

13. Saya menghabiskan uang untuk membuat diri saya merasa lebih baik.

14. Saya harus mengakui bahwa saya terkadang membual tentang berapa banyak uang yang saya dapatkan.

15. Saya menunjukkan tanda-tanda gugup ketika saya tidak memiliki cukup uang.

16. Saya harus mengakui bahwa saya membeli sesuatu karena saya tahu orang lain akan terkesan.

17. Saya membeli nama barang pada produk 18. Saya mencoba untuk mencari tahu apakah

orang lain menghasilkan lebih banyak uang daripada saya.


(31)

19. Saya mengeluh tentang harga barang yang saya beli

20. Saya terganggu ketika saya harus melewatkan barang obral.

21. Saya memiliki hal-hal baik dalam rangka untuk mengesankan orang lain

22. Saya menunjukkan perilaku cemas ketika berhubungan dengan uang

23. Saya sangat berhati-hati dengan uang. 24. Saya khawatir bahwa saya tidak akan aman


(32)

SKALA II

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Menabung membuat saya tidak leluasa membelanjakan uang yang saya miliki.

2. Saya tidak bisa diminta mengantre seperti yang biasa dilakukan orang saat akan menabung.

3. Menabung memiliki resiko yang besar karena berkaitan dengan turunnya nilai mata uang di masa yang akan datang.

4. Menabung hanya bisa dilakukan oleh orang yang berkelebihan hartanya.

5. Saya memiliki kesulitan menyisihkan uang untuk menabung.

6. Rendahnya bunga bank membuat saya tidak memprioritaskan perilaku menabung.

7. Tidak masalah bagi saya jika tidak memiliki tabungan.

8. Saya yakin terhadap masa depan saya meski tidak memiliki tabungan.

9. Menabung dapat membuat saya kehilangan uang untuk keperluan jangka pendek.

10. Menabung merupakan cara yang sering dilakukan oleh orang yang kikir.

11. Banyaknya bank yang mengalami kesulitan mengurangi minat menabung saya.

12. Orang yang menabung termasuk orang yang memiliki orientasi jangka panjang dalam hidupnya 13. Teman-teman mendorong saya untuk memiliki

tabungan di bank.

14. Sebuah masalah bagi masa depan saya jika tidak mulai menabung dari sekarang.

15. Menabung dapat digunakan untuk menambah modal kerja kelak.


(33)

16. Sejak kecil orang tua mendorong saya untuk menabung.

17. Menabung merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. 18. Saya tidak membutuhkan persetujuan orang lain

untuk menabung

19. Saya tidak merasa terbebani jika harus menyisihkan uang untuk menabung

20. Saya rasa orang-orang di sekitar saya akan bangga jika saya mempunyai tabungan.

21. Menabung dapat menyelesaikan masalah keuangan saya.

22. Dengan menabung saya dapat mengatur keuangan dengan baik.

23. Adanya jaminan dari pemerintah terhadap perbankan membuat saya merasa aman untuk menabung.

24. Persyaratan untuk membuka rekening tabungan semakin mudah.

25. Saya tidak mempermasalahkan jika harus mengantre saat akan menabung.

26. Pendapatan saya cukup untuk saya sisihkan dalam bentuk tabungan.

27. Ketidakpastian masa depan merupakan suatu dorongan untuk memiliki tabungan.

28. Saya tidak malu jika diketahui tidak memiliki tabungan.


(34)

LAMPIRAN II


(35)

No. Inisial JK U P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 T 1

Rachmat

T L 29 Swasta 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 3 3 4 92

2 W Hadi L 25 Swasta 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 87

3 Luthfi L 26 Swasta 4 4 3 4 3 4 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 88

4 Ifa Y P 25 Swasta 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 101

5 Nourma P 29 Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 83

6 Hendra A L 25 Swasta 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 81

7 Titi D P 28 Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 99

8 Fransisca P 23 Finance 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 1 1 2 1 51

9 Robeth L 25 Swasta 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 3 1 3 2 4 4 4 3 4 2 90

10 Ika E P 23 Swasta 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 81

11 Muchlis L 25 Swasta 1 3 2 3 3 2 2 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 90

12 Eka A P 25 Swasta 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 2 4 2 4 3 90

13 Wenny P 29 Accountant 1 3 2 3 2 2 3 1 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 69

14 NA P 23 Swasta 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 99

15 Asan L 25 Swasta 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 82

16 NN P 23 Swasta 3 2 3 4 3 3 4 4 2 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 4 92

17 Ari W L 27 Swasta 2 4 3 4 3 4 4 2 3 4 4 3 2 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 84

18 Harhari L 25 Swasta 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 95

19 Dhini P 23 Swasta 2 3 3 4 2 3 4 4 2 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 4 84

20 Adhitya L 25 Swasta 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 81

21 Vicky L 25 IT 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 1 2 2 1 3 1 2 1 1 2 4 4 4 4 3 2 79

22 Deri K L 24 Swasta 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 92 23 Hengky R L 25 Swasta 3 4 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 84 24 Gabrielle P 25 PLN 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 72 25 Zainal A L 25 Swasta 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 4 3 94 26 Shelly A P 28 Grapari 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 77 27 Sandi A L 23 Grapari 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 4 3 94


(36)

29 ED L 27 VICO 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 93

30 Anindya P 22 Guru 3 2 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 4 3 92

31 Oki JS L 22 Swasta 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 93 32 Retno P 21 Petroleum E 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3 3 4 3 95

33 MA P 21 Swasta 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 2 2 92

34 Putri G P 24 PNS 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 95

35 Yeshinta P 24 BPJS 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 90

36 Tika A P 24 BPJS 4 3 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 1 3 3 4 3 92

37 Grace P 21 Engineering 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 97

38 JA P 21 Swasta 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 94

39 Rida A P 25 BTV 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 74

40 Sunarto L 28 Honorer 1 1 2 2 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 4 3 85 41 Satrio CN L 21 Swasta 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 96 42 Nurul P 22 Accountant 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2 3 2 79 43 Dian A P 23 Administrasi 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 3 3 4 3 3 3 4 2 3 93 44 Wahyudi L 23 Administrasi 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 2 2 3 3 4 4 3 86 45 Luthfi R P 23 Guru 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 3 4 2 3 4 3 4 2 3 4 2 3 4 3 3 88

46 NF P 23 PNS 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 2 4 3 2 3 2 3 86

47 AGA L 24 Swasta 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 96

48 NHS L 24 Administrasi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 85

49 JM P 25 Swasta 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 99

50 Deddy C L 24 Administrasi 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 1 89 51 Apriansyah L 23 Finance 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 91 52 Agung P L 22 Swasta 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 4 3 4 3 4 4 4 82

53 Rio H L 21 Swasta 4 2 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 1 4 95

54 MSW L 21 QA Tester 2 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 4 3 2 77 55 Ursula P 24 Administrasi 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 70


(37)

58 Marlina P 26 Swasta 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 79 59 Marisa P 23 Swasta 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 3 76 60 Annisa P 23 Broadband 3 3 3 3 2 3 1 3 3 1 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 1 4 3 3 4 3 3 3 82

61 DJ P 24 CS BCA 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 3 74

62 Mouren P 23 Swasta 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 1 94 63 Irawan L 25 Swasta 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 81 64 Puput P 24 Perawat 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 2 86 65 Robeth L 25 Swasta 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 2 2 3 3 3 4 4 4 2 90

66 Johan L 27 Swasta 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 95

67 Rani P 23 Swasta 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 96

68 Hety S P 25 Swasta 2 2 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 1 3 4 4 91

69 Ali Y L 25 Swasta 4 4 2 2 3 3 2 1 3 3 2 1 2 2 2 4 3 4 3 1 2 2 4 3 5 4 3 2 76

70 Hendra L 25 Swasta 2 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 103 71 Nurleni P 25 Swasta 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 90

72 Ilham L 25 Swasta 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 82

73 Nur P 21 Swasta 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 87

74 Ratna P 23 Swasta 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 3 2 90 75 Betha NL P 25 Swasta 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 93

76 Irma P 27 Swasta 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 90

77 Hendra L 24 Swasta 2 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 92

78 Mestika P 24 HR 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 85

79 Tomy L 24 Swasta 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 4 2 95

80 IGAA L 25 Guru 3 2 3 4 2 4 2 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 81

81 GPR L 25 Swasta 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 3 1 1 1 2 1 2 3 2 1 2 1 4 3 4 1 1 1 67

82 Izzy P 25 Wartawan 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3 3 3 2 78 83 Fachri L 27 Swasta 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 78

84 Herry A L 24 CS 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 1 92


(38)

87 Milda W P 21 Teller 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 3 3 4 4 94

88 Santi P 23 Swasta 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 4 2 91

89 Nyoman P 21 Swasta 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 2 4 86

90 MKM P 24 Pemkot 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 2 4 2 3 3 4 4 3 3 2 3 91

91 Trizna P 22 Pemkot 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 94 92 Pudjiati P 28 Dosen 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 83 93 Aristia P P 21 Swasta 2 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 90

94 Ayu F P 21 Swasta 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 4 4 3 3 2 3 76

95 Tirsa FL P 23 Swasta 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 4 4 3 3 2 4 83

96 Winda P 21 Swasta 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 85

97 MMS L 23 Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 89

98 Okta P 25 Staff 2 3 3 4 2 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 4 85

99 Tata P 24 Swasta 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 4 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 78

100 Henny P 23 Guru 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 87

101 Ririn P 23 Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 97

102 NN P 22 Swasta 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 86

103 Indra J L 25 Swasta 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 103 104 Ernawati P 23 Swasta 2 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 93

105 Rizky L 23 Swasta 1 2 3 2 3 4 2 1 3 4 1 3 3 2 4 2 1 3 2 2 3 2 3 2 1 1 4 3 67

106 Tommy S L 27 Swasta 2 3 2 1 2 2 4 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 69

107 Sutoso L 26 Swasta 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 76

108 JS L 25 Swasta 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 2 3 4 4 3 4 2 84

109 Putri A P 23 Swasta 3 4 2 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 1 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 86 110 Fitriani P 22 Swasta 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 89 111 Agung BS L 24 Finance 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 88

112 Dita P P 21 Swasta 1 3 1 3 1 1 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 87

113 Wulansari P 22 Administrasi 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 98 114 Rika H P 21 Freelance 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 2 94


(39)

116 Anita P 29 Swasta 3 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 77

117 Imam A L 23 Swasta 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 72

118 Danang L 24 Swasta 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 86

119 Desy A P 20 Teller 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 85

120 Nina A P 25 Dosen 3 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 72

121 Tutik Y P 24 Dosen 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 80

122 Elsa P 20

Guru

Kummon 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 103

123 Nur A P 20 Teller 3 4 1 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 1 3 3 3 3 3 4 4 2 2 4 87

124 Purwo A L 27 Swasta 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 93

125 Ika M P 29 Swasta 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 4 2 82

126 NAS P 24 Swasta 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 83

127 Kartika A P 20 Teller 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 102 128 Namirah P 21 Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 80 129 Anggira P 21 Swasta 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 102 130 Nurmeli P 20 Swasta 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 1 4 74 131 Vivin L P 21 Swasta 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 92

132 Ririn P 23 Swasta 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 3 3 2 87

133 Sri U P 20 Swasta 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 94

134 Diah N P 20 Swasta 2 3 2 3 2 3 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 2 84

135 Novita SN P 22 Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 85 136 Dyah A P 20 Swasta 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 103 137 Hasdiana P 21 Honorer 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 78 138 Jenny L P 24 Swasta 1 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 72 139 Elizabeth P 20 Teller 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 93

140 Heny D P 21 Swasta 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 93

141 Umar L 24 Swasta 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 4 2 2 3 3 4 4 4 2 4 3 2 2 3 2 2 2 77


(1)

4. Quality

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Intensi_m

enabung

Equal variances assumed 1.327 .250 .802 248 .423 .877 1.093 -1.275 3.028 Equal variances not assumed .795 230.715 .428 .877 1.103 -1.296 3.050

Group Statistics

quality N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Intensi_menabung Rendah 142 87.22 8.911 .748 Tinggi 108 86.84 8.231 .792


(2)

51

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Intensi_men abung

Equal variances assumed

.828 .364 .341 248 .733 .376 1.101 -1.793 2.544 Equal variances

not assumed

.345 238.798 .730 .376 1.089 -1.770 2.521

5.Anxiety

Group Statistics

anxiety N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Intensi_menabung

Rendah 124 87.49 9.137 .821 Tinggi 126 86.63 8.068 .719


(3)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Intensi

menabu ng

Equal variances assumed 1.056 .305 .794 248 .428 .865 1.090 -1.281 3.011 Equal variances not assumed .793 243.253 .429 .865 1.091 -1.284 3.014


(4)

53

LAMPIRAN V

(KERANGKA BERPIKIR)


(5)

Sikap Terhadap Uang Power-prestige Tinggi Intensi Menabung Rendah Retention Time Tinggi Intensi Menabung Rendah Distrust Tinggi Intensi Menabung Rendah Quality Tinggi Intensi Menabung Rendah Anxiety Tinggi Intensi Menabung Rendah


(6)