Simulasi Perambatan Soliton Akibat

4.1. Simulasi Perambatan Soliton Akibat

Gangguan pada Amplitudo Setelah diperoleh solusi untuk persamaan NLS kubik soliton DNA model PBD yang stabil, selanjutnya, solusi stabil tersebut diberikan gangguan kecil terhadap amplitudo yaitu dengan cara mengalikan Persamaan 68 yang stabil dengan suatu nilai 1 + [lihat Persamaan 69a pada halaman 11]. Dalam hal ini digunakan nilai ε = 0,25. Pada kasus pertama ini, tampak terjadi perubahan dari solusi stabil Gambar 6 sebelumnya setelah diberikan gangguan. Soliton DNA yang terbentuk mengalami undulasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7a. Pada saat undulasi terjadi penyempitan yang diiringi dengan kenaikan amplitudo, yang pada waktu awal amplitudo sebesar 1,495 pm, sedangkan pada puncak undulasinya amplitudo mencapai 2,87 pm. Pada Gambar 7b juga ditunjukkan bahwa amplitudo untuk solusi gangguan pertama ini lebih tinggi daripada solusi stabilnya. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan yang diberikan pada ansatz akan mempengaruhi amplitudo dari soliton. Dengan memberikan gangguan pada solusi stabilnya, artinya akan mengubah profil soliton sendiri. Selain mengalami perubahan amplitudo, tampak pula pada Gambar 7b, soliton mengalami dispersi yang lebih besar daripada solusi stabilnya Gambar 6b. Gambar 7. Karekteristik solusi persamaan NLS soliton DNA model PBD hingga orde-3 Gangguan I. a profil soliton DNA dalam tiga dimensi. b plot hubungan y n pm terhadap nl pm, dimana grafik berwarna merah menunjukkan grafik pada saat T awal , grafik biru menunjukkan grafik pada saat T akhir , dan grafik hijau menunjukkan saat terjadinya undulasi. y n p m y n p m nl pm nl pm T s a b Artinya, gangguan yang diberikan juga mempengaruhi hubungan dispersi pada persamaan Hamiltoniannya. Selanjutnya, gangguan kecil kembali diberikan pada persamaan ansatz untuk solusi stabil dengan cara mengubah Persamaan 68 dengan Persamaan 69b [lihat halaman 11]. Untuk gangguan kedua ini digunakan ε = 0,5. Profil yang ditunjukkan pada solusi gangguan kedua ini hampir sama dengan gangguan kecil sebelumnya, tetapi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8a, undulasi yang terjadi tampak lebih lebar dibandingkan dengan gangg uan ε = 0,25, namun amplitudo undulasi yang terbentuk lebih kecil, yaitu 2,437 pm. Dari Gambar 8b juga terlihat bahwa amplitudo soliton ini lebih tinggi daripada solusi stabilnya. Dispersi yang terjadi pada kasus dengan gangguan ε = 0,5 lebih besar dan sama seperti kasus ε = 0,25 dimana undulasi pada kasus dengan ε = 0,5 tersebut juga mengakibatkan pengurangan jumlah nukleotida dalam proses denaturasi, hanya saja pada kasus ini, nukleotida yang berkurang lebih sedikit daripada kasus dengan ε = 0,25. Dari hasil simulasi gangguan dengan dua nilai ε berbeda tersebut tampak bahwa pada keduanya terjadi peristiwa undulasi. Gambar 8. Karekteristik solusi persamaan NLS soliton DNA model PBD hingga orde-3 Gangguan II. a profil soliton DNA dalam tiga dimensi. b plot hubungan y n pm terhadap nl pm, dimana grafik berwarna merah menunjukkan grafik pada saat T awal , dan grafik biru menunjukkan grafik pada saat T akhir . y n p m y n p m nl pm nl pm T s a b Ketika terjadi penyempitan pada soliton atau dalam kata lain terjadi undulasi, efek nonlinier mengalami ketidakstabilan yang lebih dominan daripada efek dispersinya. Setiap terjadi undulasi menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah eksitasi nukleotida yang terlibat dalam proses denaturasi, dimana nukleotida yang pada awalnya dapat meregang terhalangi oleh efek nonlinier ini.

4.2. Simulasi Interaksi Dua Buah Soliton