3.4. Pengambilan contoh sedimen
Pengambilan contoh sedimen dilakukan pada 9 stasiun pengamatan yang memiliki data akustik. Lokasi pengambilan data sedimen dilakukan disekitar
Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Karya dan Pulau Semak Daun yang lokasinya tidak terlalu jauh antar pulau. Proses pengambilan sedimen dilakukan
melalui penyelaman dengan menggunakan SCUBA dan menggunakan pipa paralon berdiameter 7,6 cm 3 inch dengan panjang 10 cm yang ditancapkan ke
dalam dasar perairan. Sedimen yang didapatkan dibiarkan berada dalam pipa paralon dalam keadaan tertutup sehingga tidak mengubah struktur sedimen dan
kandungan air yang terdapat dalam sedimen yang selanjutnya dibawa untuk dianalisis di laboratorium. Untuk mengetahui jenistipe substrat dari tiap sedimen
yang diambil dilakukan analisis besar butir grain size sedimen melalui proses fraksinasi sedimen, selain itu dilakukan pengukuran porositas porosity dari
sedimen dan densitas density.
3.5. Pemrosesan data akustik
Tampilan echo dasar perairan dengan jelas ditampilkan berdasarkan variabilitasnya dari ping ke ping. Proses membedakan echo dasar perairan untuk
beberapa kategori dasar perairan dilakukan dengan pengrata-rataan nilai dari sinyal echo dan menghasilkan suatu data berdasarkan rata-rata dari data. Nilai
roughness dan hardness dapat di ekstrak dari hamburan echo dasar perairan yang pertama dan kedua. Data dasar perairan yang terbaik dihasilkan oleh specular
reflection dari dasar perairan transmisi yang tegak lurus dasar perairan Gambar 13.
Energi yang paling tinggi dan echo terendah telah diestimasi pada beberapa penelitian. Ini diasumsikan bahwa echo dengan energi yang tinggi
dihasilkan oleh specular reflection dan itu merupakan yang terbaik untuk klasifikasi dasar perairan sedangkan echo dengan energi level terendah dihasilkan
oleh oblique reflection dan merupakan yang kurang baik untuk klasifikasi dasar perairan Burczynski, 2002.
Gambar 13. Bentuk sinyal keluaran echosounder Siwabessy et al. 2005 Bagian awal dari echo dasar perairan yang pertama disebabkan oleh
pantulan pertama dasar perairan yang tegak lurus dengan transducer axis. Echo pada bagian pertama ini specular dan coherent sangat sensitif terhadap pitch dan
roll dari kapal dan transducer. Sisa dari echo pertama dasar dari dasar perairan disebabkan oleh oblique back reflection non coherent dan lebih sedikit sensitif
terhadap pitch dan roll. Echo pertama dasar perairan sebagian besar dihubungkan dengan nilai kekasaran roughness dan kekerasan hardness dari dasar perairan
akan ditingkatkan dari bagian kedua dari echo pertama dasar perairan oblique reflection Gambar 14.
Gambar 14. Formasi echo dasar perairan pertama Burczynski, 2002
Data yang diperoleh dari instrumen SIMRAD EY 60 split beam echosounder systems dalam bentuk raw data echogram selanjutnya diekstrak
dengan menggunakan software Echoview dan Matlab. Proses integrasi dasar perairan dilakukan pada kedua pantulan akustik dari dasar perairan first bottom
dan second bottom untuk melihat respon karakteristik backscattering dari dasar perairan yang diamati Gambar 15. Respon akustik dari dasar perairan dilihat
dengan mengintegrasikan dasar laut dengan ketebalan integrasi 10 cm. Elementary Distance Sampling Unit EDSU yang digunakan pada proses
integrasi adalah berdasarkan dengan ping number sebesar 20 ping. Nilai threshold yang digunakan untuk energy of the 1
st
bottom echo E1 minimum pada -50 dB dan maksimum 0 dB, sedangkan threshold minimum untuk energy of the
2
nd
bottom echo E2 sebesar -70 dB dan maksimum pada 0 dB.
Gambar 15. Geometri backscattering dari pantulan 1
st
dan 2
nd
echo dasar perairan Penrose et al. 2005
3.6. Analisis data 3.6.1. Komputasi acoustic bottom backscattering