BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Baterai
Baterai adalah suatu sel elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik.  Listrik  yang  dihasilkan  oleh  sebuah  baterai  muncul  akibat  adanya
perbedaan  potensial  energi  listrik  dari  kedua  buah  elektrodanya  katoda  dan anoda.  Perbedaan  potensial  ini  dikenal  dengan  potensial  sel  atau  ggl.  Baterai
yang  kita  gunakan  sekarang  mempunyai  perbedaan  yang  besar  dengan  baterai generasi  awal.  Dari  segi  konstruksi,  baterai  generasi  awal  mempunyai  ukuran
yang  besar  dan  mempunyai  komponen  komponen  yang  rawan  akan  kerusakan. Baterai  sekarang  mempunyai  ukuran  yang  kecil  dan  sebagian  komponennya
padat,  sehingga  lebih  aman.  Dari  segi  kapasitas  energi,  baterai  sekarang mempunyai  rasio  energi  terhadap  massa  yang  jauh  lebih  besar  dibandingkan
baterai generasi awal.
2.1.1   Jenis – Jenis Baterai
Berdasarkan  kemampuannya  untuk  dikosongkan
dischargerd
dan  diisi  ulang
recharged,
baterai dibagi menjadi dua, yaitu baterai primer dan baterai sekunder. Kemampuan atau ketidakmampuan sebuah baterai untuk diisi ulang terletak pada
reaksi kimiawi dalam baterai tersebut. 1.
Baterai Primer Baterai  primer  adalah  baterai  yang  tidak  dapat  diisi  ulang.  Setelah
kapasitas  baterai  habis
fully  discharged,
baterai  tidak  dapat  dipakai kembali.  Beberapa  contoh  baterai  jenis  ini  adalah  baterai  Seng-Karbon
Baterai Kering, baterai Alkalin dan baterai Merkuri. 2.
Baterai Sekunder Baterai  sekunder  adalah  baterai  yang  dapat  diisi  ulang.  Kemampuan  diisi
ulang  baterai  sekunder  bervariasi  antara  100-500  kali  Satu  siklus  adalah satu  kali  pengisian  dan  pengosongan.  Beberapa  contoh  baterai  sekunder
Universitas Sumatera Utara
adalah  baterai  Timbal-Asam  Aki,  baterai  Ni-Cd,  baterai  Ni-MH,  dan salah  satu  jenis  baterai  yang  saat  ini  berkembang  adalah
Lithium  Ion Battery
atau baterai ion lithium.
2.2  Baterai Ion Lithium
Baterai ion lithium merupakan salah satu jenis baterai sumber arus sekunder yang dapat  diisi  ulang  dan  merupakan  baterai  yang  ramah  lingkungan  karena  tidak
mengandung  bahan  yang  berbahaya  seperti  baterai  baterai  yg  berkembang  lebih dahulu  yaitu  baterai  NI-Cd  dan  Ni-MH.  Kelebihan  lainnya  yaitu  baterai  ion
lithium  tidak  mengalami
memory  effect
sehingga  dapat  diisi  kapan  saja,  waktu pengisian  singkat  2-  4  jam  karena  arus  pengisian  baterai  tertinggi  0,5
– 1 A, laju penurunan efisiansi baterai rendah 5
– 10 per bulan serta lebih tahan lama masa  hidup  3  tahun  Eriksson,  2001.  Jenis  baterai  ini  pertama  kali
diperkenalkan  oleh  peneliti  dari  Exxon  yang  bernama  M.  S.  Whittingham  yang melakukan penelitian dengan judul ―
Electrical  Energy  Storage  and  Intercalation
Chemistry”  pada  tahun  1970.  Beliau  menjelaskan  mengenai  proses  interkalasi pada  baterai  litium  ion  menggunakan  titanium  II  sulfide  sebagai  katoda  dan
logam  litium  sebagai  anoda.  Proses  interkalasi  adalah  proses  perpindahan  ion lithium dari anoda ke katoda dan sebaliknya pada baterai lithium ion.
Lithium  Ion  Battery
pada  umumnya  memiliki  empat  komponen  utama yaitu  elektroda  negatif  anoda,  elektroda  positif  katoda,  elektrolit,  dan
separator. 1.
Anoda  Elektroda Negatif Anoda  merupakan  elektroda  negatif  yang  berkaitan  dengan  reaksi
oksidasi  setengah  sel  yang  melepaskan  elektron  ke  dalam  sirkuit  eksternal. Subhan,2011.  Anoda  berfungsi  sebagai  tempat  pengumpulan  ion  lithium
serta  merupakan  tempat  bagi  material  aktif,  dimana  lembaran  pada  anoda biasanya  berupa  tembaga  Cu
foil
.  Material  yang  dapat  dipakai  sebagai anoda harus memiliki karakteristik antara lain memiliki kapasitas energi yang
besar, memiliki profil kemampuan menyimpan dan melepas muatanion yang baik,  memiliki  tingkat  siklus  pemakaian  yang  lama,  mudah  untuk  di  proses,
aman  dalam  pemakaian  tidak  mengandung  racun  dan  harganya  murah.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu  material  yang dapat  berperan sebagai  anoda adalah material  yang berbasis karbon seperti grafit LiC
6
. Material aktif lain yang dapat digunakan sebagai  anoda  antar  lain  lithium  titanium  oxide  LTO.  Material  ini  aman
dipakai serta memiliki tingkat siklus pemakaian yang cukup lama. Pada Tabel 2.1  memberikan  contoh  beberapa  material  yang  pernah  digunakan  sebagai
anoda dengan kapasitas energinya.
Tabel  2.1  Beberapa  material  yang  digunakan  untuk  anoda
Gritzner, 1993.
Anoda Beda potensial
rata-rata V Kapasitas
Spesific mAhg Energi spesifik
kWhkg
Grafit LiC
6
0,1-0,2 372
0,0372-0,0744
Titanate Li
4
Ti
5
O
12
1-2 160
0,16-0,32
Si Li4, 4Si 0,5-1
4212 2,106-4,212
GeLi4,4Ge 0,7-1,2
1624 1,137-1,949
2. Katoda Elektroda Positif
Katoda  merupakan  elektroda  positif.  Subhan,  2011.  Pada  dasarnya katoda  merupakan  elektroda  yang  fungsinya  sama  seperti  anoda  yaitu
berfungsi  sebagai  tempat  pengumpulan  ion  lithium  serta  merupakan  tempat bagi material aktif, dimana lembaran pada katoda biasanya adalah aluminium
Al  Foil.  Beberapa  karakteristik  yang  harus  dipenuhi  suatu  material  yang digunakan  sebagai  katoda  antara  lain  material  tersebut  terdiri  dari  ion  yang
mudah  melakukan  reaksi  reduksi  dan  oksidasi,  memiliki  konduktifitas  yang tinggi  seperti  logam,  memiliki  kerapatan  energi  yang  tinggi,  memiliki
kapasitas  energi  yang  tinggi,  memiliki  kestabilan  yang  tinggi  tidak  mudah berubah strukturnya atau terdegradasi baik saat pemakaian maupun pengisian
ulang,  harganya  murah  dan  ramah  lingkungan.  Tabel  2.2  menunjukkan beberapa  jenis  material  yang  dapat  digunakan  untuk  katoda  dengan  besar
kapasitas energinya yang dapat disimpan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel  2.2  Beberapa  jenis  material  yang  digunakan  untuk  katoda
Gritzner, 1993. Material
Beda potensial rata-rata V
Kapasitas spesific
mAhg Energi
spesific kWhkg
LiCoO
2
3,7 140
0,518 LiMn
2
O
4
4,0 100
0,400 LiNiO
2
3,5 180
0,360 LiFePO
4
3,3 150
0,495 LiCo
13
Ni
13
Mn
13
O
2
3,6 160
0,576
3. Elektrolit
Elektrolit  merupakan  perangkat  elektrokimia  yang  sangat  penting dalam  suatu  baterai.  Elektrolit  merupakan  material  yang  bersifat  penghantar
ionik.  Fungsi  elektrolit  ialah  sebagai  media  untuk  mentransfer  ion  lithium antara  katoda  dan  anoda.  Ada  beragam  jenis  elektrolit  seperti  cair,  padat,
polimer  dan  komposit  elektrolit.  Elektrolit  yang  banyak  digunakan  pada baterai  lithium  adalah  elektrolit  cair  yang  terdiri  dari  garam  lithium  yang
dilarutkan dalam pelarut berair. Hal yang paling penting dalam suatu elektrolit adalah  interaksi  antara  elektrolit  dan  elektroda  pada  baterai.  Hubungan  dua
bahan  ini  akan  mempengaruhi  kinerja  baterai  secara  signifikan.  Fadhel, 2009.  Karakteristik  elektrolit  yang  penting  untuk  diperhatikan  antara  lain
konduktivitas  ion  yang  tinggi  tetapi  konduktivitas  elektron  yang  rendah, viskositas  yang  rendah,  titik  leleh  yang  rendah,  titik  didih  yang  tinggi  aman
tidak beracun serta harganya murah. 4.
Separator Separator  adalah  material  berpori  yang  terletak  di  antara  anoda  dan
katoda dan diaplikasikan sebagai penjamin faktor keamanan baterai. Material ini  berfungsi  sebagai
barrier
antara  elektroda  untuk  menjamin  tidak terjadinya  hubungan  pendek  yang  bisa  menyebabkan  kegagalan  dalam
baterai. Separator dapat berupa elektrolit yang berbentuk gel, atau plastik film
microporous
nanopori,  atau  material  inert  berpori  yang  diisi  dengan
Universitas Sumatera Utara
elektrolit  cair. Sifat listrik separator ini mampu dilewati oleh ion tetapi juga mampu  memblokir  elektron,  jadi  bersifat  konduktif  ionik  sekaligus  tidak
konduktif  elektron.  Subhan,  2011.  Karakteristik  yang  penting  untuk dijadikan  separator  pada  baterai  yaitu  bersifat  insulator,  memiliki  hambatan
listrik  yang  kecil,  kestabilan  mekanik  tidak  mudah  rusak,  memiliki  sifat hambatan  kimiawi  untuk  tidak  mudah  terdegradasi  dengan  elektrolit  serta
memiliki  ketebalan  lapisan  yang  seragam  atau  sama  diseluruh  permukaan. Persyaratan umum separator  yang dapat digunakan untuk baterai ion lithium
dapat di lihat pada Tabel 2.3 Tabel  2.3  Persayaratan  umum  untuk  separator  baterai  ion  lithium
Jun, 2010
Parameter pada separator
Nilai parameter Standar
Ketebalan 25  m
ASTM D5947-96 Hambatan listrik
2 Ωcm
2
US 4.464.238 Ukuran pori
1  m ASTM E 128-99
Porositas ± 40
ASTM E 128-99 Wettabilitas
Basah keseluruhan pada elektrolit
Stabilitas kimia Stabil dalam baterai
untuk penggunaan yang lama.
Penyusutan 5
ASTM D 1204 Titik leleh
Tegangan rusak ±130
C 20 V
Beberapa  material  yang  dapat  digunakan  sebagai  separator  antara  lain
polyolefins
PE  dan  PP,
Poly  vinylidene  fluoride
PVDF,  PTFE  teflon,  PVC, dan
poly ethylene oxide
. Higuchi et al., 1995
Universitas Sumatera Utara
2.2.1  Prinsip Kerja Baterai Ion Lithium
Reaksi  kimia  dalam  baterai  sekunder  bersifat  reversible,  sehingga  material tersebut memiliki struktur kristal dengan kemampuan
insertion compound
David, 1994, yaitu material keramik yang mampu menerima dan melepaskan x koefisien
ion lithium per mol A
z
B
y
tanpa mengalami perubahan besar atau kerusakan dalam struktur  kristalnya.  Kemampuan  kapasitas  energi  yang  tersimpan  dalam  baterai
lithium  tergantung  pada  berapa  banyak  ion  lithium  yang  dapat  disimpan  dalam struktur bahan elektrodanya dan berapa banyak yang dapat bergerak dalam proses
c
harge
dan
discharge
,  karena  jumlah  arus  elektron  yang  tersimpan  dan tersalurkan sebanding dengan jumlah ion lithium yang bergerak.
Lithium  merupakan  atom  logam  alkali  yang  terdapat  pada  golongan  IA didalam  unsur  periodik.  Atom-atom  logam  alkali  golongan  IA  memiliki  energi
ionisasi  yang  paling  kecil,  dimana  energi  ionisasi  merupakan  energi  yang diperlukan  untuk  melepaskan  sebuah  elektron  terluar  dari  suatu  atom.  Sehingga
semakin  kecil  energi  ionisasi  yang  dimiliki  suatu  unsur  maka  akan  semakin mudah atom tersebut melepaskan elektron. Teori ini yang mendasari bahwajumlah
ion lithium yang bergerak akan sama dengan jumlah elektron yang dihasilkan. Pada  proses  discharge  material  anoda  akan  terionisasi  menghasilkan  ion
lithium  bermuatan  positif  dan  akan  bergerak  ke  dalam  elektrolit  menuju komponen  katoda  sementara  elektron  yang  dihasilkan  akan  dilepas  bergerak
melalui rangkaian luar menuju katoda. Ion lithium ini akan masuk kedalam anoda
melalui mekanisme interkalasi seperti pada Gambar 2.1. Saat
charge
akan terjadi aliran ion dan elektron dengan arah kebalikan dari proses
discharge.
Universitas Sumatera Utara
Electrolyte LiPF
6
Charge
Discharge
Separator
Li C
6
LiCoO
2
Gambar 2.1 Proses
charge -discharge
pada baterai ion lithium dengan anoda grafit dan katoda lithium kobalt
Ketika  berbicara  tentang  konduksi  ion  didalam  kristal,  hal  yang  paling penting  untuk  diperhatikan  yaitu  struktur  host  pada  materianya.  Perpindahan  ion
lithium pada material katoda sangat bergantung pada potensial interaksi antara ion lithium dan struktur host material. Model sederhana untuk menentukan difusi ion
dalam berbagai struktur kristal dalap dilihat dalam persamaan berikut W
T
= W
C
+ W
P
+ W
R
2.1 Dimana :
W
T
= Total energi potensial W
C
= Interaksi Coulomb W
P
=  Interaksi van der Waals W
R
= Tolakan tumpang tindih antar ion Total  energi  potensial  dari  ion  menyebar  dalam  kristal  dihitung  dan
diasumsikan  bahwa  perpindahan  ion  telah  terjadi  mengikuti  jalan  total  energi minimum sesuai dengan bentuk jalur difusi 1D, 2D, dan 3D.
Reaksi  yang terjadi pada sistem baterai  lithium  merupakan  reaksi  reduksi dan  oksidasi  yang  terjadi  pada  katoda  dan  anoda  baterai.  Reaksi  reduksi  adalah
reaksi  penambahan  elektron  oleh  suatu  molekul  atau  atom  sedangkan  reaksi oksidasi  adalah  reaksi  pelepasan  elektron  pada  suatu  molekul  atau  atom.  Pada
percobaan ini  material yang dipakai  pada  adalah  LiC
6
dan material  katoda  yang digunakan LiCoO
2
. Maka reaksi yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
Charge
Pada anoda  : LiC
6
xLi
+
+    xe
-
+  C
6
Discharge Charge
Pada katoda : Li
1-x
CoO2   +  xLi
+
+ xe
-
LiCoO
2
Discharge Charge
Reaksi total :  LiC
6
+   Li
1-x
CoO2 LixC
6
+ LiCoO
2
Discharge
Suatu material elektrokimia dapat berfungsi dengan baik sebagai elektroda anoda maupun katoda bergantung pada pemilihan material yang akan menentukan
karakteristik  perbedaan  nilai  tegangan  kerja  dari  kedua  material  yang  dipilih. Untuk  memperoleh  perbedaan  potensial  yang  besar  maka  material  katoda  harus
memiliki tegangan kerja yang besar dan material  anoda harus memiliki tegangan kerja yang kecil
. Potensial  tegangan  yang  terbentuk  antara  elektroda  katoda  dan  anoda
bergantung pada  reaksi  kimia reduksi-oksidasi dari bahan elektroda  yang dipilih. Beberapa material dapat berfungsi sebagai anoda terhadap material katoda lainnya
jika memiliki potensial Li
+
yang lebih rendah. Contoh, grafit adalah anoda dalam sistem elektroda LiMn
2
O
4
, namun akan berfugsi sebagai katoda saat dipasangkan dengan  elektroda  Li  metal  sebagai  anodanya.  Subhan,  2011.  Gambar  2.2
menunjukkan tegangan kerja pada beberapa material.
Gambar 2.2 Tegangan kerja dari beberapa material yang sering digunakan
sebagai elektroda pada baterai lithium Prihandoko, 2015
Universitas Sumatera Utara
2.3 Bahan Anoda Untuk Baterai Ion Lithium
Sebelum  munculnya  baterai  ion  lithium,  logam  lithium  digunakan  untuk  baterai lithium  primer.  Ketika  lithium  digunakan  sebagai  anoda  pada  baterai  lithium
sekunder  diperoleh  densitas  energi  yang  tinggi,  karena  lithium  murni  memiliki spesifik  kapasitas  yang  tinggi.  Namun  menggunakan  bahan  ini  masih  tidak
efesian,  alasannya  karena  bahan  yang  digunakan  yaitu  logam  lithium  yang berbahaya  bagi  kesehatan.  Pada  siklus
charge-discharge
,  lithium  sering terdeposisi  menjadi  sebuah  dendrit.  Dendrit  pada  lithium  ini  memiliki  pori,  luas
permukaan  yang  tinggi,  dan  sangat  reaktif  dalam  elektrolit  organik.  Dendrit lithium  secara  bertahap  tumbuh  pada  siklus  baterai  digunakan  dan  menembus
separator  setelah  beberapa  siklus  pemakaian.  Hal  ini  akan  mengakibatkan  arus pendek dan dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Masalah  yang berkaitan
dengan  penggunaan  logam  lithium  sebagai  anoda  dapat  diatasi  dengan menggunakan  bahan  paduan  sebagai  anoda  baterai  lithium.  Bahan  yang  paling
umum digunakan sebagai anoda yaitu karbon  Yueping, 2003. Ada tiga persyaratan dasar untuk bahan anoda :
1. Potensial  dari  interkalasi  dan  deinterkalasi  dari  Li
+
Li  harus  serendah mungkin
2. Jumlah  lithium  yang  dapat  ditampung  anoda  harus  setinggi  mungkin
untuk mencapai kapasitas yang tinggi 3.
Host  pada  anoda  harus  dapat  bertahan  pada  proses  interkalasi  dan deinterkalasi ion lithium tanpa adanya kerusakan struktur  pada siklus
penggunaan yang relatif panjang. Yueping, 2003
2.3.1  Karbon Sebagai Material Anoda Pada Baterai Ion Lithium
Pada  tahun  1990  Sony  Corparation  berhasil  menemukan  bahan  yang  dapat digunakan  sebagai  anoda  yang  memiliki  tegangan  rendah  dan
reversible
yaitu karbon. Sebgai pengganti dari bahan anoda yang digunakan sebelumnya. Fauteux
et al, 1993 Karbon  grafit  ditemukan  memiliki  dimensi  yang  stabil  untuk  proses
interkalasi  dan  deinterkalasi  pada  atom  lithium.  Oleh  karena  itu,  grafit  menjadi bahan  anoda  pilihan  untuk  baterai  lithium.  Pada  material  ini  setiap  layer
Universitas Sumatera Utara
disisipkan  satu  atom  lithium.  Jarak  antara  layernya  adalah  0,335  nanometer. Kepadatan  energi  secara  teori  yang  dihasilkan  dari  material  ini  adalah  berkisar
372 Ahkg. Ada  ratusan  jenis  karbon  yang  tersedia  secara  komersil,  termasuk  karbon
alam  dan  grafit  sintesis,  karbon  hitam,  karbon  aktif,  serat  karbon,  kokas  dan berbagai  bahan  karbon  lainnya.  Yueping,  2003.  Bahan-  bahan  anoda  karbon
umumnya dikategorikan seperti bagan berikut ini.
Gambar 2.3 Bagan pembagian jenis karbon
Menurut  Dahn  et  al  dijelaskan  beberapa  kelas  karbon  yang  relevan dengan  baterai  ion  lithium.  Pertama  karbon  grafit,  biasanya  disiapkan  dengan
memanaskan  karbon  tersebut  dengan  prekursor  biasa  disebut
soft carbon.
Grafitisasi  akan  berhasil  jika  dilakukan
treatment
pada  suhu  1300 –  2400
C. Kedua yaitu
hard  carbon
dimana karbon ini disebut non-grafit karena bahan ini sulit untuk menjadi grafit walaupun telah diberi
treatment
pada suhu tinggi.
Hard    carbon
tidak dapat digunakan sebagai material anoda pada baterai ini  disebabkan  karena  tempat  difusi  pada
hard    carbon
tampak  seperti  labirin sehingga menyulitkan ion lithium untuk berinterkalasi.Masaki et al, 2009.
Strukturnya karbonnya dapat dilihat pada Gambar 2.4 Dibawah ini
a b
c
Gambar  2.4  a  stuktur
soft  carbon
b  struktur
hard  carbon
c  Grafit Wakihara, 2001
Hard Carbon
Grafit Sintesis Karbon
Grafit Alam
Soft Carbon
Universitas Sumatera Utara
Untuk  membuat  bahan  menjadi  anoda  baterai  maka  diperlukan  bahan  yang dapat membentuk struktur kristal.
1. Grafit Alam
Grafit  alam  adalah  karbon  yang  telah  memiliki  struktur  kristal  dan tersusun  dari  atom  karbon  yang  membentuk  struktur    3  dimensi  3D.
Material  ini  dapat  kita  jumpai  di  isi  pensil  yang  sering  kita  pakai  untuk menulis.  Ketika  kita  menulis,  maka  grafit  tersebut  akan  rapuh  dan
membuat  suatu  jenis  material  lebih  sederhana  yang  dikenal  dengan grephene.  Struktur  dari  grafit  dan  grephene  dapat  dilihat  pada  gambar
berikut.
Gambar 2.5 a Struktur grephene berupa lapisan dengan ketebalan 1 atom C
b Struktur grafit yang terdiri dari lapisan grephene Buchmann, 2001 Sekarang  grafit  alam  merupakan  salah  satu  kandidat  yang  paling
menjanjikan sebgai bahan anoda baterai ion lithium, alasanya karena biaya rendah,  potensial  listrik  rendah,kepadatan  energi  yang  lebih  tinggi,  dan
kapasitas reversible relatif tinggi 330-350 mAhg. Yoshio, 2009.Grafit memiliki  struktur  laminar  yang  sangat  baik,  dan  interkalasi  ion  lithium
antara  lapisan  grafit  membentuk  senyawa  Li
x
C
6
.  Namun  grafit  alam memiliki  beberapa  kekurangan  yaitu  ketika  digunakan  sebagai  elektroda
negatif dalam baterai  lithium  ion,  grafit  alam akan mengalami  penurunan kapasitas  dan  kompatibilitas  terhadap  elektrolit  yang  buruk,  dimana
molekul elektrolit masuk diantara lapisan grafit selama pengisian
charge
dan  akan  membentuk  SEI  Solid  Electrolit  Interphase  pada  permukaan grafit.  Maka  dapat  disimpulkan  baterai  tersebut  tidak  dapat  digunakan
dalam siklus
charge-discharge
yang berkelanjutan. Chin-Wei Shen et al, 2014.
Universitas Sumatera Utara
2. Grafit Sintesis
Grafit sintesis pada dasarnya memiliki sifat yang sama seperti grafit alam. Selain  itu,  grafit  sintesis  memiliki  kemurnian  yang  tinggi,  memiliki
struktur yang cocok untuk proses interkalasi dan diinterkalasi ion lithium. Namun,  grafit  sintesis  memiliki  sebuah  kekurangan  yaitu  struktur
kristalnya berbentuk amorf sehingga untuk membuatnya memiliki struktur kristal menggunakan biaya yang tinggi karena memerlukan perlakuan pada
suhu 2.800 C pada proses grafitisasinya. Yoshio, 2009
2.3.2
Mesocarbon Microbead
MCMB
Mesocarbon  microbead
MCMB  adalah  bagian  dari
soft  carbon
yang  memiliki struktur kristal lebih sedikit dibanding dengan grafit alam.
Mesocarbon microbead
MCMB telah dipelajari oleh Mabuchi et al. Material ini diperoleh dari biji batu- bara, bahan mentah pertama kali dikarbonisasi di
furnance
yang di aliri gas inert Argon,Nitrogen  dan  di  grafitisasi  pada  suhu  berkisar  1200-2800
C.  Pada percobaan  yang  telah  dilakukan  dapat  disimpulkan  bahwa  MCMB  yang
digrafitisasi  dengan  suhu  1000 C  tidak  menunjukkan  ketergantungan  pada
elektrolit  yang  mengakibatkan  tegangannya  semakin  lama  semakin  menurun. Dikondisi  yang  lain,  pada  saat  MCMB  di  grafitisasi  pada  suhu  tinggi,  2800
C sampel menunjukkan dependence dengan elektrolit. Kinerja siklusnya meningkat
ke kapasitas muatan sebesar 240 mAhg. Besenhard et al, 1998. Langkah penting untuk memperoleh MCMB yang memiliki struktur kristal
yang  tinggi  adalah  kalsinasi  pada  MCMB  pada  temperatur  tertentu.  Tujuan  dari kalsinasi ini adalah untuk :
1. Menghilangkan  kotoran  pelarut  yang  digunakan  selama  ekstraksi  yang
terperangkap didalam MCMB. 2.
Menyesuaikan jumlah komponen pengikat yang terdapat pada MCMB. Proses  kalsinasi  ini  dapat  dilakukan  dengan
furnance
yang  di  aliri  gas  inert maupun yang tidak dialiri gas inert.  Aggrwal et al, 2000
Grafitisasi  MCMB  memiliki  banyak  kelebihan  bila  digunakan  sebagai anoda baterai diantara lain : konduktivitas elektronik yang tinggi 10
3
-10
4
S cm
-1
.
Universitas Sumatera Utara
Fabrice,  2010  Packing  densitas    yang  tinggi  menjamin  densitas  energi  yang tinggi  pula.  Luas  permukaan  yang  kecil  menurunkan  kapasitas  ireversible  sesuai
dengan  dekomposisi  elektrolit.  MCMB  memiliki  struktur  spinel  sehingga  ion lithium  mudah  berinterkalasi  dan  hal  tersebut  akan  meningkatkan  kapasitas
baterai.  MCMB  dapat  dengan  mudah  menyepar  ke  Cu-
foil.
Yoshio,  2009. Karakteristik  dari
Mesocarbon  microbead
MCMB  dapat  dilihat  pada  tabel berikut.
Tabel  2.4  Karakterisasi  dari
Mesocarbon  microbead
MCMB Safety data sheet, June 2010
Karakteristik
Kadar C 99,6
Spesifik kapasitas 345,2 mAhg
Efficiency 93,4
Densitas 1,324 gcm
3
Uap air 0,035
Specific Gravity 1,8-2,1
pH 5,00
– 10,0 Titik leleh
3550 C 6422F
Temp Sintering 1800-2500 K
Warna Hitam
Bau Tidak berbau
2.3.3   Perkembangan
Mesocarbon Microbead
MCMB
Ada berbgai jenis struktur MCMB yang di produksi di pasaran yaitu MCMB tipe Brooks-Taylor, tipe Honda, tipe Kovac-Lewis,  dan tipe Huttinger.  Dijepang, ada
dua  perusahaan  utma  yang  memproduksi  MCMB  secara  besar-besaran  yaitu Osaka  Gas  dan  Kawasaki  Steel  Co  Ltd.  Produk  MCMB  mereka  termasuk  tipe
Brooks-Taylor,  secara  skematis  strukturnya  di  tunjukkan  pada  Gambar  2.6 berikut. Yoshio, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Struktur MCMB tipe Brooks-Taylor
Di  indonesia  sendiri  penegembangan  MCMB  mulai  dilakukan  oleh  Puslitbang Keteknikan  Kehutanan  dan  Pengolahan  Hasil  Hutan  mengembangkan  riset
tentang
mesocarbon  microbead
MCMB. Gustan Pari dkk telah melakukan riset pembuatan  karbon
sphere
dari  pati  singkong  karet  racun.  Selain  ramah lingkungan  juga  bahan  bakunya  mudah  didapatkan.  Tepung  singkong  racun  ini
mampu  menghasilkan  sphare  dengan  menghilangkan  unsur  racunnya  terlebih dahulu.  Tepung  tapioka  itu  diolah  menjadi  karbon
sphere
melalui  proses hidrotermal  karbonisasi  dengan  suhu  tinggi  untuk  menciptakan  pori-pori  nano
porous  karbon.  Syarat  utama  pembentukan  karbon
sphere
ini  harus  berbentuk kelereng  agar  dapat  menghasilkan  energi  tinggi.  Saat  ini  riset  karbon
sphere
digunakan sebagai  pengisi  baterai  lithium  kendaraan berbasis listrik  baru  sampai pada tahap pemanasan dengan suhu 800
C.
2.4 Bahan Katoda Untuk Baterai Ion Lithium
Bahan  katoda  untuk  baterai  ion  lithium  dirancang  untuk  mengoptimalkan  dua faktor  penting,  densitas  energi  dan  kapasitas.  Densitas  energi  ditentukan  oleh
reversible  kapasitas  dan  tegangan  operasional,  yang  sebagian  besar  ditentukan oleh  bahan  intrinsik  kimia,  seperti  pasangan  redoks  dan  konsentrasi  maksimum
ion lithium pada bahan aktif. Untuk silkus penggunaan, mobilitas elektron dan ion merupakan  faktor  utama,  meskipun  morfologi  partikel  juga  merupakan  faktor
penting karena sifat anisotropik dari unsur.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Lithium Cobalt Oxide LiCoO
2
Sebagian  besar  baterai  ion  lithium  untuk  aplikasi  portabel  menggunakan  katoda berbasis kobalt. Baterai ion lithium kobalt juga dikenal sebagai baterai ion lithium
berkekuatan tinggi karena kepadatan energi yang tinggi. Lithium ion kobalt bila di pasangkan  dengan  anoda  grafit  karbon    maka  akan  memiliki  beda  potensial
sebesar 3,6 V dan beda ptensial ini tiga kali lipat bila dibandingkan dengan NICD atau NiMH yang hanya mempunyai beda potensial 1,2 V Mehul, 2010.
Walaupun  sekarang  untuk  katoda  pada  baterai  ion  lithium  banyak menggunakan  Lithium  Iron  Phospat,  namun  Lithium  Cobalt  Oxide  masih
memegang kualitas yang lebih baik, seperti yang dilihatkan pada Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5 Ringkasan spesifikasi baterai Mehul, 2010
Katoda Tipe Baterai
Volume m
3
Massa g
Tegangan V
Arus A
Kapasitas Ah
Lithium Cobalt
Oxide Panasonic
CGR18650E 1.77
47 3,7
4,9 2,55
Lithium Iron
Posphate A123
26650 3,42
70 3,42
3,3 2,30
2.5  Komponen Tambahan Penyusun Anoda Baterai
Semakin besar komposisi bahan aktif mengisi volume baterai, semakin besar pula kekuatan  yang diperoleh. Dengan demikian setiap komponen selain dari material
aktif,  seperti  binder,  elektroda  Cu-foil  dan  aditif  konduktif  harus  dikurangi sebanyak mungkin.
2.5.1    Binder PVDF
poly vinylidene fluoride
Binder  adalah  bagian  penting  dari  formulasi  elektroda  pada  baterai  ion  lithium karena  binder  mempertahankan  struktur  fisik  elektroda,  tanpa  binder  elektroda
akan berantakan. Fabrice et al, 2010. Sangat diharapkan bahwa binder memiliki titik leleh yang tinggi, dan struktur komposit dari material aktif dan binder harus
stabil  di  dalam  elektrolit,  bahkan  di  suhu  tinggi.  Jika  binder  meggembungkan
Universitas Sumatera Utara
dalam  elektrolit  melebihi  ambang  batas,  kontak  listrik  antara  material  aktif  dan anoda  akan  hilang,  maka  pada  saat  itu  kapasitas  pun  akan  mengecil.  Potensi
kelemahan  dari  binder  yaitu  binder  mungkin  saja  melapisi  permukaan  material aktif.  Jadi  sangat  penting  bahwa  ion  lithium  dapat  melewati  bahan  pengikat.
Wilayah amorf di  PVDF
poly vinylidene fluoride
adalah matrik yang baik untuk molekul polar, dan ion lithium dapat melewati lapisan tipis PVDF. Tsunemi,K et
al,1983.  Akhirnya,  jika  binder  bisa  menghantarkan  listrik  dengan  baik,  kinerja baterai akan lebih meningkat.
PVDF  memiliki properti  yang baik,  PVDF tidak  tereduksi pada potensial rendah  5  mV  vs  LiLi
+
atau  teroksidasi  pada  potensial  tinggi  5  V  vs  LiLi
+
Fabrice  M  et  al,2010.  Karakteristik  penting  dari  PVDF  adalah  kristalinitasnya. PVDF  memiliki  beberapa  bentuk  kristal.  XRD  menunjukkan  bahwa  sekitar  50
PVDF  memiliki  struktur  amorf.  Tsunemi  et  al,1983.  Gambar  2.7.  merupakan struktur dari PVDF dan interaksi PVDF dengan material aktif.
a b
Gambar 2.7. a Struktur PVDF b ilustrasi binder PVDF dengan
material aktif Yoshio, 2000
2.5.2   Zat Aditif
Acetylene Black
Acetylene  Black
adalah  karbon  black  yang  dihasilkan  dari  dekomposisi  terus menerus gas asetilena.
Acetylene black
terdiri dari partikel karbon black berukuran koloid,  dan  memiliki  sifat  unik  seperti  konduktivitas  listrik  yang  baik,  kapasitas
absorpsi  yang  tinggi,  konduktivitas  termal  yang  baik  dan  lain-lain.  Karena karakteristik berikut setiap partikel
acetylene black
terdiri dari 1.
Komposisi kristal yang besar 2.
Membentuk struktur panjang 3.
Memiliki inpuritas yang paling sedikit dari karbon hitam lainnya
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu
acetylene black
telah digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi  sel  baterai  kering,  serta  sebagai  zat  aditif  dalam  karet  atau  plastik
bahan  antistatik  dan  elektrik  konduktif  yang  digunakan  dalam  berbagai  bidang industri, seperti kabel listrik, ban, sabuk, selang, pemanas, cat, perekat dan banyak
alat  elektronik  lainnya.  Penggunaan
acetylene  black
didalam  baterai  memiliki beberapa  keunggulan  yaitu  dari  absorpsi  yang  tinggi  dan  bersifat  konduktif
sehingga
acetylen  black
digunakan  untuk  mempertahankan  larutan  elektrolit dalam banyak baterai kering dan meningkatkan konduktivitas listrik dari elektroda
baterai.  Safety data sheet, 2002 Gambar  2.8  merupakan  serbuk  Acetylene  Black  yang  digunakan  sebagai
bahan zat aditif pembuatan baterai.
Gambar 2.8 Produk
Acetylene black
www.denka.co.jp , diakses 18 Maret 2015
2.5.3   Pelarut DMAC
N-N Dimethyl Acetamide
DMAC adalah pelarut industri yang kuat dan serbaguna yang memiliki kelarutan terhadap  bahan  organik  dan  anorganik  yang  tinggi,  titik  didih  tinggi,  titik  beku
yang rendah, dan stabilitas yang baik. Selain itu DMAC tidak reaktif dalam reaksi kimia.
DMAC  memiliki  konstanta  dielektrik  yang  tinggi,  DMAC  benar-benar larut  dalam  air,  eter,  ester,  keton  dan  senyawa  aromatik.  DMAC  umumnya  larut
dalam senyawa alifatik tidak jenuh. DMAC kestabilan yang bagus, pada dasarnya DMAC  tidak  akan  mengalami  degradasi  dan  perubahan  warna  jika  dipanaskan
dibawah suhu 350 C.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4
Copper F oil
Cu –
F oil
Copper  foil
Cu –
Foil
adalah  lembaran  berwarna  kuning  keemasan  yang digunakan sebagai tempat menempelnya material aktif anoda baterai ion lithium.
Cu –
foil
memiliki densitas 0.54 gm
2
.  Komposisi dari Cu –
foil
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Lembaran  untuk  anoda  menggunakan  Cu-Foil  sebagai  substrat  anoda memiliki sifat yang lebih baik seperti:
1. Konduktivitas listrik yang lebiih baik dan resistivitas yang kecil
2. Kekuatan  mekanik  yang  lebih  baik  dan  ketangguhan  untuk  menghindari
hubungan pendek yang disebabkan oleh pertumbuhan dendrit 3.
Kekuatan lapisan yang lebih baik dengan bahan elektroda.
Gambar 2.9
Copper foil
Cu –
foil
www.basiccopper.com , diakses 18 Maret 2015
Lembaran  komponen  baterai  yang  telah  siap  kemudian  disusun  menjadi sel  baterai  utuh.  Berapa  banyak  material  aktif  yang  digunakan  dalam  satu  sel
baterai  tergantung  dari  kapsitas  baterai  yang  diinginkan.  Penyusunan  komponen sel  baterai  mengenal  beberapa  bentuk,  yaitu  silindris,  prismatis,  kancing  dan
kantung, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.11 dibawah ini.
a b
Universitas Sumatera Utara
c d
Gambar 2.10  Bentuk susunan sel baterai lithium ion aKoin; bSilindris;
cKantung; dPrismatis Menhul, 2010
2.6 Perkembangan Baterai Lithium Sebagai Energi Terbarukan
Perkembangan  baterai  lithium  sebagai  penyimpan  energi  semakin  banyak digunakan dalam perangkat teknologi yang sifatnya mobile seperti ponsel, laptop,
kamera  handycam,  alat-alat  militer,  kendaraan  mobil  hybrid,  bahkan  baterai lithium digunakan  pada pesawat impulse bertenaga surya yang berasal dari Swiss
yang  saat  ini  sedang  menjalankan  misi  mengelilingi  dunia,  di  12  penerbangan tanpa  bahan  bakar.  Solar  Impluse  2  adalah  sebuah  proyek  untuk  mengenalkan
teknologi  bersih,  merupakan  satu  dari  banyak  proyek  sebagai  inovasi  dan teknologi untuk masa depan.
Pesawat  terbang  Solar  Impluse  mempunyai  4  partner  utama  yang semuanya  adalah  perusahaan  besar,  diantaranya;  ABB,  OMEGA,  Schindler  dan
Solvay.  Solar  Impluse menggunakan  teknologi  ―solar  cell‖  yang  dapat  meng-
konversi  sumber  energi  cahaya  menjadi  muatan  listrik  yang  disimpan  dalam baterai  lithium.  Dari  teknologi  yang  sudah  ada  pada  prototipe  sebelumnya  HB-
SIA,  Solar  Impluse  HB-SIB  membutuhkan  pengembangan  material  baru  dan metode  kontruksi  baru.  Perusahaan  rekanan  Solvay  telah  menciptakan  elektrolit
yang memungkinkan kepadatan energi dari baterai yang meningkat dan keputusan menggunakna  serat  karbon  yang  ringan  dalam  berat  daripada  yang  tampak  pada
prototipe SI-1.
Universitas Sumatera Utara
Solar cell atau panel  surya  pada SI-2 terdapat  lebih  dari 17.000 sel  surya yang  mampu  mengumpulkan  hingga  340  kWh  energi  surya  perhari  yang  dapat
mewakili  oleh  luas  sekitar  269,5  m
2
dibagian  atas  sayap  sepanjang  72  meter. Energi yang dikumpuklan oleh sel surya disimpan dalam baterai lithium polimer,
yang kepadatan energi dioptimalkan untuk 260 Whkg. Baterai tersebut terisolasi oleh busa high density dan dipasang diempat
nacelles
mesin, dengan sistem untuk mengontrol pengisisan ambang batas dan suhu.  Berat baterai total  adalah 633 kg
sekitar seperempat dari semua berat pesawat. Mukhlis,2015
2.7 Karakterisasi dan Pengujian