Latar Belakang Latar Belakang dan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Menurut Siti Chamamah, istilah ‘sastra’ dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan. Hal ini berarti bahwa sastra merupakan gejala yang universal. Akan tetapi, suatu fenomena pula bahwa gejala yang universal itu tidak mendapat konsep yang universal pula melalui Jabrohim, 2002:9. Terlepas dari sebuah definisi yang dihadirkan sebagai pembuka di atas, banyak ahli telah mencoba untuk mendefinisikan sastra yang sudah dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Fiksi secara ringkas dapat dimengerti sebagai dunia rekaan yang dituangkan dalam kata-kata dan membentuk sebuah cerita, puisi dan juga drama. Hasilnya adalah sebuah karya sastra yang selalu berkembang di setiap zaman. Makna sastra bersifat kontekstual, bergantung pada konsep atau pandangan yang berlaku pada masyarakat tertentu Noor, 2004:2. Karya sastra sebagai bagian dari sastra memiliki fungsi yang menyenangkan dan juga berguna dulce et utile sehingga penikmat dan pembacanya dapat mengambil isi dari teks karya sastra tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Setiap karya sastra pasti memiliki makna yang ingin disampaikan oleh pengarangnya, karena ia adalah hasil refleksi kehidupan yang dialami oleh sang pengarang. Untuk pembaca karya sastra, makna yang ingin disampaikan oleh pengarang tersebut belum tentu dapat dipahami secara utuh, karena dalam pemahaman makna sebuah karya sastra sangat bergantung pada pengetahuan seseorang mengenai ilmu sastra. Jika si pembaca adalah seorang peneliti sastra mungkin sangat mudah baginya memahami karya sastra tersebut. Jika ia hanyalah pembaca awam, mungkin ia dapat memahami karya sastra tersebut setelah berulang kali membacanya. Perlu di ingat bahwa karya sastra adalah karya yang imajinatif, baik lisan maupun tertulis, bersifat rekaan, meski bahannya inspirasinya diambil dari dunia nyata, yang telah diolah oleh pengarangnya sehingga tidak dapat diharapkan realitasnya sama dengan realitas dunia nyata Noor, 2004:11. Oleh karena itulah, seringkali karya sastra bisa merupakan cerminan atau pemberitahuan tentang keadaan masyarakat tertentu. Ia mewakili kebudayaan, kepribadian dan segala aspek sosial masyarakat sehingga mudah untuk dipahami. Salah satu elemen dalam karya sastra yang membuatnya unik, menarik dan khas adalah simbolisme. Simbolisme di dalam sebuah karya sastra digunakan oleh pengarang sebagai salah satu cara untuk menampilkan gagasan dan emosinya Stanton, 2007:64. Simbol sendiri dapat berwujud apapun dan bagaimanapun bergantung pada kaitannya terhadap cerita yang disajikan oleh pengarangnya. Menurut Aristoteles dalam tulisannya yang terkenal Poetica, karya sastra berdasarkan ragam perwujudannya terdiri atas tiga 3 macam, yaitu epik, lirik, dan drama Teeuw, 1984:109. Ketiga ragam akhirnya digunakan acuan sebagai objek studi sastra dengan memberikan istilah baru sebagai prosa, puisi dan drama. Untuk mengadakan sebuah penelitian sastra, diperlukan sebuah ilmu yang dapat membantu untuk mempelajarinya. Karya sastra seperti novel, dibangun dengan 2 pilar yaitu pertama, segi intrinsik yang meliputi tokoh, latar, alur, tema, amanat, dan pusat penceritaan. Lalu yang kedua, adalah segi ekstrinsik karya sastra, yakni aspek-aspek ilmu sastra yang mempengaruhi isi karya sastra, misalnya aspek-aspek psikologis, sosial, agama, politik dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk menganalisis karya sastra dibutuhkan pendekatan instrinsik untuk mengetahui isi dasar sebuah karya. Selain itu untuk memahami maknanya secara utuh diperlukan pula pendekatan ekstrinsik dengan menngunakan ilmu bantu yang masih berkaitan dengan ilmu sastra, seperti psikologi, filsafat, sosiologi, atau hukum, dan sebagainya. Dengan dibantu oleh ilmu-ilmu tersebut, maka sebuah karya sastra dapat ditafsirkan dan dimaknai dengan tepat, sehingga amanat yang ingin disampaikan teks karya sastra tersebut dapat ditangkap oleh pembacanya. Proses penelitian karya sastra itu sendiri menggunakan salah satu teori- teori sastra yang ada, tentu saja yang sesuai dengan karya sastra tersebut. Teori sastra yang telah telah lama digunakan untuk mengkaji teks-teks karya sastra, di antaranya adalah strukturalisme, formalisme, dekonstruksi, psikoanalisis, feminisme, hermeneutik, semiotik dan sebagainya. Teori-teori itu sangat memudahkan penelitian sebuah teks karya sastra. Teks-teks karya sastra yang diteliti biasanya berupa cerpen, novel, puisi dan naskah drama. Berkenaan dengan pemahaman makna sebuah karya sastra, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan objek berupa teks karya sastra; yaitu sebuah novel yang telah diakui oleh dunia dapat memberikan perubahan dan pengaruh bagi siapa saja yang telah membacanya. Novel ini berjudul The Alchemist, karangan Paulo Coelho, seorang novelis yang tinggal di Sao Paulo, Brazil. Novel tersebut membutuhkan interpretasi karena sarat dengan simbol- simbol yang dituliskan oleh pengarangnya, tetapi kerap kali pembaca tidak mengatahuinya dan tidak memahami apa sebenarnya yang disampaikan pengarang tersebut melalui karyanya.

1.1.2 Paulo Coelho dan The Alchemist